Anda di halaman 1dari 27

Keperawatan Anak

HIPOSPADIA

Winanda Al-meihesi Mardatillah


1911311027
A3 2019
Definisi
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti
“di bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang panjang.
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di
penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan
kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang oleh para ahli
dianggap paling berpengaruh antara
lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan
hormon
2. Genetika
3. Lingkungan
Pathway Hipospadia
Klasifikasi Hipospadia
1. Hipospadia type Perenial
2. Hipospadia type Scrotal
3. Hipospadia type Peno Scrotal
4. Hipospadia type Peneana Proximal
5. Hipospadia type Mediana
6. Hipospadia type Distal Peneana
7. Hipospadia type Sub Coronal
8. Hipospadia type Granular
Pemeriksaan
Diagnostik
Tidak ada pemeriksaan laboratorium
yang disarankan untuk penegakkan pasti
diagnosis hipospadia. USG Ginjal
disarankan untuk mengetahui adanya
anomaly lainnya pada saluran kemih
pada pasien hipospadia. Karyotyping
disarankan pada pasien dengan ambigu
genitalia ataupun cryptochirdism
Penatalaksanaan

Tujuan dari tatalaksana hipospadia adalah:


1) Membuat penis tegak lurus kembali sehingga dapat
digunakan untuk berhubungan seksual
2) Reposisi muara urethra ke ujung penis agar memungkinkan
pasien berkemih sambil berdiri
3) Membuat neourethra yang adekuat dan lurus
4) Merekonstruksi penis menjadi terlihat normal
5) Menurunkan resiko terjadinya komplikasi seminimal mungkin.
Komplikasi
Komplikasi Awal Komplikasi Lanjutan

Perdarahan Fistula Urethrokutaneus

Hematoma Stenosis Meatal

Infeksi pada luka operasi Rekuren atau persistent chordee

Wound Dehiscence Striktur Urethra

Nekrosis kulit Balanitis Xerotica Obliterans

Infeksi saluran kemih Urethrocele

Retensi urin Divertikula Urethra


Prognosis
Anak-anak dengan hipospadia memiliki masa puber dan
pertumbuhan seks sekunder yang normal. Penderita hipospadia
memiliki fungsi testis dan androgen yang normal. Aktivitas
seksual cukup memuaskan dan fertilitas tidak terpengaruh
kecuali penderita memiliki kelainan lain yang berkaitan.
Asuhan Keperawatan pada
Anak penderita
Hipospadia
Ny. I (30) datang dengan An. A (10) ke rumah sakit pada tanggal
15 desember 2018 pada pukul 09.00 pagi dengan keluhan utama
mengalami nyeri di daerah operasi. Klien mengatakan nyeri di
area operasi, skala nyeri 4. Terasa nyeri bila bergerak atau
disentuh. Klien juga mengatakan luka operasi masih dibalut
belum boleh dibuka, kadang terasa gatal didaerah luka. Klien
tampak meringis saat berusaha menggerakkan kaki. Klien juga
memiliki luka operasi POD 2 dan terpasang selang drain.
Balutan sedikit kotor. Dan berencana mengganti balutan esok
hari di daerah sekitar luka terpasang kateter dan drain. Klien
memiliki TTV normal dengan keadaan umum stabil.
Pengkajian
 
1. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
a. Identitas Pasien
1. Nama : AN. A
2. Tanggal lahir : 13 September 2008 (10 tahun)
3. Alamat : jl. H. mulya kawsari RT 02 RW 10
Baleendah Bandung
4. pendidikan : SD
C. Informasi Pengkajian
5. Suku : Sunda
6. Agama : Islam 1. Tanggal pengkajian : 15
7. No medrek : 000001 Desember 2021 jam 9.00
8. Pekerjaan : pelajar WIB
  2. Ruang : kemuning
b. Identitas Keluarga
1. Nama : Ny. I
2. Umur : 30 tahun
3. Alamat : jl. H. mulya kawsari RT 02 RW 10
Baleendah Bandung
4. pendidikan : SMA
5. Suku : sunda
6. Agama : Islam
7. Hubungan pasien : Ibu
8. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 
Riwayat Kesehatan
1. A. Keluhan Utama Klien
2. mengalami nyeri didaerah operasi, nyeri terasa seperti dicubit
sangat mengganggu klien bahkan akan menangis bila nyeri
dirasakan. Nyeri bertambah jika bergerak pipis dan BAB dan
berkurang bila diberi obat, menonton youtobe atau bermain
games.

3. B. Riwayat Kesehatan Sekarang Saat ini klien baru saja


dioperasi di daerah penisnya karena hipospadia. Klien datang
kerumah sakit pada tanggal 12 Desember 2018 untuk
menjalani operasi hipospadia dan dioperasi pada tanggal 14
Desember 2018. Sebelum dioperasi klien mengeluh bila BAK
urine tidak keluar diujung penis melainkan di tengah.
1. c. Riwayat Kesehatan dahulu
2. Klien dilahirkan prematur dengan hipospadia diusia 35 minggu
dengan BB 1700 grm klien dirawat di NICU setelah dilahirkan
selama 2 bulan dan pulang pergi kerumah sakit karena klien
mudah panas. Namun saat usia 4 tahun klien mulai lebih kuat
imunitasnya. Dan baru kembali ke rumah sakit diusia 10 tahun
karena keluarga merasa ini saat yang tepat untuk klien
menjalani operasi.

3. d. Riwayat Kesehatan Keluarga


4. klien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara adiknya
perempuan saat ini berisia 3 tahun klien tinggal bersama ibu
ayah dan adiknya. Dikeluarganya tidak memiliki masalah
kesehatan.
Analisis Data
DATA ETIOLOGI Masalah
Keperawatan
DS : klien mengatakan Kelainan perkembangan
nyeri di area operasi, organ reproduksi saat Nyeri Akut
skala nyeri 4. Terasa kehamilan
nyeri bila bergerak atau v
disentuh. Hipospadia
v
DO : klien terlingat Operasi
meringis saat berusaha v
menggerakan kaki. Luka
Skala nyeri 4. v
Klien di POD 2 fase
inflamasi
v
Nyeri akut
Lanjutan…
DS : klien mengatakan Kelainan perkembangan Resiko Infeksi
luka operasi masih di organ reproduksi saat
balut belum boleh di kehamilan
buka, kadang terasa v
gatal di daerah luka Hipospadia
  v
DO : Luka operasi POD Operasi
2, terpasang selang v
drain. Balutan sedikit Luka
kotor. Rencana ganti Klien di POD 2 fase
balutan esok hari . di inflamasi
daerah luka terpasang v
kateter dan drain. Terpasang kateter dan
drain
v
Resiko infeksi
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen pencidera


fisiologis

2. Resiko infeksi b.d prosedur


invasif
SDKI SLKI SIKI
Nyeri akut b.d Agen Tingkat Nyeri setelah 1. Manejemen Nyeri
pemcedera fisiologis d.d dilakukan tindakan Observasi:
mengeluh nyeri keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
jam diharapkan diharapkan durasi, frekuensi, kualitas,
masalah-masalah nyeri akut intensitas nyeri.
dapat teratasi dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
hasil: 3. Identifikasi nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang
2. Meringis menurun (5) memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Fasilitasi istirahat dan tidur.
3. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.

 
SDKI SLKI SIKI
 
2.Terapi relaksasi
Observasi:
1.Identifikasi penurunan
tingkat energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi atau gejala lain
yang mengganggu
kemampuan kognitif.
2.Monitor respon terhasap
terapi relaksasi
Terapeutik
1.Ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhuruang
nyaman, jika memungkinkan.
2.Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika perlu
Edukasi
1.Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis musik,
nafas dalam).
 
Risiko Infeksi b.d efek Tingkat Infeksi 1.Pencegahan Infeksi
prosedur invasif 1.Kemerahan menurun Observasi
(5) 1.Monitor tanda dan gejala
2.Nyeri menurun (5) infeksi local dan sistemik.
  Terapeutik
1. Batasi jumlah
pengunjung.
2.Berikan perawatan kulit
pada area edema.
3.Tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
4.Pemberian teknik aseptik
pada pasien beresiko
tinggi.  
  Edukasi
1.Jelaskan tanda dan
gejala infeksi.
2.Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar.
3.Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi.
4.Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi.
5.Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu.
  Perawatan Luka
Observasi
1.Monitor karakteristik luka
(mis:drainase,warna,ukuran,bau)
2.Monitor tanda –tanda inveksi
Terapeutik
1.Alaskan balutan dan plester
secara perlahan
2.Cukur rambut di sekitar daerah
luka, jika perlu Bersihkan
dengan cairan NACL atau
pembersih non toksik,sesuai
kebutuhan
3.Berika salep yang sesuai di
kulit /lesi, jika perlu
4.Pasang balutan sesuai jenis
luka
5.Pertahan kan teknik seteril
saaat perawatan luka
6.Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
7.Jadwalkan perubahan posisi
setiap dua jam atau sesuai
kondisi pasien
8.Berikan suplemen vitamin dan
mineral (mis vitamin A,vitamin
C,Zinc,Asam amino),sesuai
indikasi
  Edukasi
1.Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2.Anjurkan
mengonsumsi makan
tinggi kalium dan
protein
3.Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
ANALISIS JURNAL
Judul  Faktor Risiko Hipospadia pada Anak di RSUP
Jurnal Dr. Sardjito Yogyakarta
Penulis /  F. Jerry Tangkudung, S. Yudha Patria, Eggi
Tahun Arguni / 2016
Tempat  Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Kesehatan
Penelitian Anak RS Dr. Sardjito Yogyakarta.
Populasi /  Populasi target adalah anak yang menderita
Sampel hipospadia. Populasi terjangkau adalah anak yang
menderita hipospadia dan tercatat di rekam medik
dengan kode ICD-X Q.54.Pengambilan sampel yang
digunakan adalah consecutive sampling. Dilakukan
matching pada kelompok kontrol secara berpasangan
dengan memperhatikan usia yang tercatat pada
rekam medis.

Tujuan  Untuk mengetahui pengaruh prematuritas, BBLR, usia


Penelitian ibu saat kehamilan, hipertensi dalam kehamilan,
paparan kimiawi lingkungan oleh pestisida dan dieit
vegetarian selama kehamilan, sebagai faktor yang
memengaruhi kejadian hipospadia.
Metode  Penelitian ini menggunakan rancang bangun kasus kontrol.
Penelitian Variabel yang ada dalam penelitian dianalisis secara deskriptif,
kemudian dilakukan analisis univariat menggunakan chi square.
Selanjutnya, dilakukan analisis multivariat regresi logistik.

Hasil  Hubungan kejadian hipospadia dengan BBLR dan prematuritas,


dari analisis univariat BBLR dan prematuritas, memberikan
pengaruh terhadap kejadian hipospadia.

 Usia ibu saat hamil memiliki keterkaitan kejadian dengan


hipospadia, usia ibu di atas 35 tahun cenderung akan
mengakibatkan hipospadia 4,17 kali lebih tinggi.

 Diet vegetarian memberikan pengaruh terhadap kejadian


hipospadia 4,6 kali lipat dibandingkan dengan ibu hamil yang
menjalani diet normal.

 Hanya jenis tertentu dari pestisida yang dapat meningkatkan risiko


terjadinya hipospadia, yaitu diclofop-methyl yang termasuk dalam
pestisida jenis herbisida. Dikatakan, secara statistik, selain jenis
herbisida ini tidak didapatkan hasil yang bermakna bahwa
pestisida meningkatkan risiko terjadinya hipospadia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Post, D., Hipospadia, O. P., & Di, P. O. D. (2018). LAPORAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA AN . A RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
BANDUNG PROGRAM PROFESI NERS XXXVI 2018.

2. Depkes, & RI. (2018). Asuhan Keperawatan Anak dengan ISPA.


Pravoslavie.Ru, 130009060, 1–4.

3. Krisna, D. M., & A, M. (2017). Hipospadia : Bagaimana Karakteristiknya


Di Indonesia? Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 2(2), 325.
https://doi.org/10.21460/bikdw.v2i2.52

4. Weli, S., Pujo, T., Wahyudi, S. S., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F.,
Jember, U., Farmakologi, L., Kedokteran, F., Jember, U., Anatomi, L.,
Kedokteran, F., & Jember, U. (2018). NurseLine Journal. 3(2).
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai