TINJAUAN PUSTAKA
13
14
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang berupa uraian mengenai
penyakit yang diderita oleh pasien dari mulai timbulnya
keluhan yang dirasakan sampai pasien dibawa ke Rumah Sakit,
dan apakah pernah memeriksakan diri ketempat lain selain
Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah
diberikan dan bagaimana perubahannya dari data yang
didapatkan saat pengkajian (Aspiani, 2014) sebagai berikut :
1) P (Provoking Incident) : Hal yang menjadi faktor presipitasi
nyeri adalah Uap Panas.
2) Q (Quality of Pain) : Nyeri yang dirasakan atau
digambarkan pasien`bersifat panas
3) R (Region, Radiation, Relief) : panas dan nyeri terasa di
bagian muka, tangan kanan, dada, dan paha kiri
4) S (Saverity/Scal of Pain) : Nyeri yang dirasakan ada
diantaranya skala 5-6
5) T (Time) : Pasien mengatakan nyerinya akan terasa terus-
menerus
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Adalah penyakit yang pernah dialami pasien
sebelumnya dan berhubungan dengan decompensasicordis
(misal, kerusakan katub jantung bawaan, hipertensi,
diabetesmellitus).
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Seorang pasien yang memiliki riwayat keluarga
menderita penyakit diabetesmellitus atau luka bakar akan
beresiko menderita penyakit yang sama.
- Sebelum Sakit
Status nutrisi pasien terpenuhi dalam satu hari tiga
kali makan dan minum dengan mengkonsumsi sayuran,
ikan, air mineral dan buah-buahan.
- Sesudah Sakit
Pada pasien Luka Bakar biasanya dianjurkan untuk
melakukan pola makan dengan memperbanyak kandungan
protein, karbohidrat, vitamin dan mineral untuk membantu
memperbaiki jaringan yang rusak, dan untuk membantu
proses penyembuhan luka.
b) Pola Eliminasi
- Sebelum Sakit
Produksi urine normal dalam satu hari dua kali
dengan bau yang khas dan warna kuning jernih
- Sesudah Sakit
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan
tidak ada keluhan pada sistem perkemihan. Dan umumnya
pasien luka bakar mengalami gangguan eliminasi yaitu
pemasangan kateter dengan demikian perlu dikaji
frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses dan urine
c) Pola Tidur Dan Istirahat
- Sebelum Sakit
Normal, dapat tidur dengan nyenyak dimalam hari
dan pola tidur cukup
- Sesudah Sakit
Biasanya pada pasien luka bakar menggambarkan
pola tidur, istirahat dan persepsi terhadap energi, jumlah
jam tidur siang dan malam, masalah tidur. Biasanya pada
penderita luka bakar rasa nyeri dapat mengganggu pola
tidur dan istirahatnya
d) Pola Aktivitas Dan Latihan
- Sebelum Sakit
16
Tabel 2.1
Intervensi keperawatan pada pasien Luka Bakar
Terapeutik
10. Berikan terapi komplementer
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pemijatan, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin)
Edukasi
14. Ajarkan terapi komplmenter untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. Relaksasi,
pijat, distraksi, terapi bermain)
15. Informasikan penggunaan analgetik
Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Edukasi
21
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
2.1.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah prilaku aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan
intervensi keperawatan (Tim Pokja 2018. SIKI, Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia DPP PPNI).
2.1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan proses keperawatan yang menentukan apakah
intervensi keperawatan yang diberikan perawat kepada pasien telah
berhasil memperbaiki kondisi pasien dengan menentukan sejauh mana
tujuan intervensi keperawatan tercapai, evaluasi merupakan langkah
terakhir dalam proses keperawatan (Hidayat,2013).
Sedangkan menurut (Nursalam,2017). Evaluasi dapat menggunakan
SOAP sebagai pola pikirnya.
Tabel 2.2 SOAP
22
2.2.2 Patofisiologi
LUKA BAKAR
23
NYERI AKUT
2.2.3 Etiologi
Menurut (Kasten et al, 2011) sebagai berikut :
1. Luka bakar akibat panas umumnya terjadi akibat meningkatnya
suhu yang mengakibatkan kematian sel. Pada keadaan ini dapat
menyebabkan luka melepuh akibat terpapar zat panas.
2. Luka bakar listrik umumnya terjadi akibat aliran listrik yang
menjalar ketubuh
3. Luka bakar kimiawi terjadi akibat paparan zat yang bersifat asam
maupun basa. Luka bakar akibat paparan zat yang bersifat basa
umumnya mengakibatkan luka yang lebih dalam dibandingkan zat
asam. Hal ini disebabkan zat basa akan menyatu dengan jaringan
lemak di kulit sehingga menyebabkan kerusakan jaringan yang
lebih progresif,
4. Luka bakar akibat asam akan menyebabkan koagulasi protein
2.2.4 Manisfestasi Klinis
Kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada sumber derajat
panas, penyebab dari lamanya kontak dengan tubuh penderita. Ada
tiga tingkat derajat berdasarkan kedalaman luka bakar, yaitu :
a. Luka bakar derajat 1
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena
ujung-ujung syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi
secara spontan dalam waktu 5-10 hari (Brunicardi et al.,2005).
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagian
lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses edukasi.
Dijumpai pula pembentukan scar dan nyeri karena ujung-ujung
syaraf sensorik teratasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat,
sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001)
Luka bakar derajat II terbagi atas 2 macam yaitu :
1. Derajat II dangkal/superficial IIA (Moenadjat, 2001).
a. Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
25
a. Fase Akut
b. Kejadian atau IRD
c. Problem pernafasan dan cairan
d. Luka
e. Fase Subakut
f. Dalam perawatan
g. Problem luka, infeksi dan sepsis
h. Fase Lanjut
i. Setelah berobat jalan
j. Problem part, kontraktur
2.2.6 Data Penunjang
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang
pada luka bakar sebagai berikut :
a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan
adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan
lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht
(Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan
cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
b. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya
infeksi atau infalamasi
c. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya cedera
inhalasi..
d. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal
sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan
fungsi ginjal.
e. Natrium Urin : Hasil lebih besar dari 20 mEq/L
mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL
kemungkinan mengalami ketidakadekuatan cairan.
f. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
28
2.2.8 Penatalaksanaan
a. Analgesik
Luka bakar mengenai kulit dan dapat menimbulkan
nyeri, nyeri disebabkan karena luka bakar dapat meningkatkan
mediator inflamasi karena luka bakar dapat mengenai ujung
saraf pada kulit yang dapat menghantarkan sinyal seperti
tekanan, suhu dan nyeri. Nyeri pada luka bakar dapat diberikan
terapi farmakologis seperti analgetika non narkotik atau
analgetika narkotik (morfin) secara intravena dengan dosis
sesuai dengan berat badan untuk mengurangi rasa nyeri
(Hettiaracthy S. Et al, 2004 dan Betz C.L., 2009).
b. Albumin
Digunakan sebagai terapi suplemen pada keadaan
hipoproteinemia (yang disebabkan oleh penurunan produksi
maupun oleh peningkatan destruksi/kehilangan albumin).
Tekanan onkotik plasma adalah tekanan osmotik yang
ditimbulkan oleh larutan koloid protein plasma. Walaupun
nilainya kecil (kira kira sama dengan 25 mmHg), tekanan
onkotik ini sangat penting dalam menjaga keseimbangan air
antara cairan interstitial dan cairan intravaskular. Larutan koloid
menimbulkan tekanan onkotik dan bila permeabilitas membrane
kapiler normal, kemampuan koloid seperti albumin, dekstran
atau hydroxyethil starch (HES) dalam menahan air adalah
berkisar antara (14 sampai 20 ml untuk setiap gram koloid
seperti albumin dan 16-17 ml air/gram HES) (Anonim, 2003).
c. Nutrisi
30
m. Pinset Anatomis
n. Pinset Sirugis
o. Gunting Jaringan
p. Perlak
q. Tupres
r. Lisol
3. Tahap Prainteraksi
a. Melakukan verifikasi / validasi pasien
b. Menempatkan alat didekat pasien
4. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
pasein/keluarga
c. Berikan kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya
menanyakan kesiapaan pasien sebelum tindakan dilakukan
5. Tahap Kerja
a. Jaga privasi pasien
b. Mengatur posisi pasien
c. Memasang perlak dan alasnya
d. Bersihkan tangan dari perhiasan terlebih dahulu seperti
cincin, jam, gelang dll
e. Gunakan talk dan handscoon
f. Buka atau lepaskan balutan bila sulit basahi dengan NaCl 0,9
%, membuka plaster dan balutan searah dengan tumbuhnya
rambut dan membuka balutan dengan hati-hati
g. Membersihkan luka bakar dengan menggunakan kassa steril
yang telah dibasahi dengan NaCl 0,9% dari mulai seputaran
luka, membersihkan dari arah bagian atas kebawah disetiap
sisi luka dengan arah keluar menjauh dari luka (1 kassa steril
untuk 1 kali usap jika pada luka bakar kotor dan1 kassa steril
untuk 2 kali usap pada sisi depan dan belakang kassa steril
untuk membersihkan luka bersih)
32