Anda di halaman 1dari 21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Keperawatan Resiko Infeksi Pada Pasien Luka Bakar


Proses keperawatan merupakan penerapan pemecahan masalah
keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-
masalah pasien, merencanakan secara sistematis dan melaksanakannya secara
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah di laksanakan (Wijaya &
yessie, 2013).
2.1.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama dan terpenting dalam proses
keperawatan (Tarwotodan Wartonah, 2015). Terdapat dua jenis dalam
pengkajian yaitu pengkajian skrining dan pengkajian mendalam
keduanya membutuhkan pengumpulan data, dan keduanya memiliki
tujuan yang berbeda. Pengkajian skrining adalah langkah pertama
dalam pengumpulan data dan dapat diselesaikan dengan mudah
(Kemenkes,2018) .
1. Data Identitas
a. Identitas Pasien
Meliputi : Nama, Alamat, Jenis kelamin Umur, Agama,
Riwayat pendidikan, Pekerjaan, dan Penanggung jawab
(Wahid, 2013).
b. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, Jenis kelamin, Usia, Pekerjaan, Pendidikan,
Hubungan dengan pasien
2. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien luka bakar biasanya menjerit kesakitan
terasa panas dan nyeri pada bagian luka bakar

13
14

3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang berupa uraian mengenai
penyakit yang diderita oleh pasien dari mulai timbulnya
keluhan yang dirasakan sampai pasien dibawa ke Rumah Sakit,
dan apakah pernah memeriksakan diri ketempat lain selain
Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah
diberikan dan bagaimana perubahannya dari data yang
didapatkan saat pengkajian (Aspiani, 2014) sebagai berikut :
1) P (Provoking Incident) : Hal yang menjadi faktor presipitasi
nyeri adalah Uap Panas.
2) Q (Quality of Pain) : Nyeri yang dirasakan atau
digambarkan pasien`bersifat panas
3) R (Region, Radiation, Relief) : panas dan nyeri terasa di
bagian muka, tangan kanan, dada, dan paha kiri
4) S (Saverity/Scal of Pain) : Nyeri yang dirasakan ada
diantaranya skala 5-6
5) T (Time) : Pasien mengatakan nyerinya akan terasa terus-
menerus
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Adalah penyakit yang pernah dialami pasien
sebelumnya dan berhubungan dengan decompensasicordis
(misal, kerusakan katub jantung bawaan, hipertensi,
diabetesmellitus).
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Seorang pasien yang memiliki riwayat keluarga
menderita penyakit diabetesmellitus atau luka bakar akan
beresiko menderita penyakit yang sama.

4. Pola Fungsi Kesehatan Sebelum Dan Sesudah Sakit


a) Pola Nutrisi
15

- Sebelum Sakit
Status nutrisi pasien terpenuhi dalam satu hari tiga
kali makan dan minum dengan mengkonsumsi sayuran,
ikan, air mineral dan buah-buahan.
- Sesudah Sakit
Pada pasien Luka Bakar biasanya dianjurkan untuk
melakukan pola makan dengan memperbanyak kandungan
protein, karbohidrat, vitamin dan mineral untuk membantu
memperbaiki jaringan yang rusak, dan untuk membantu
proses penyembuhan luka.
b) Pola Eliminasi
- Sebelum Sakit
Produksi urine normal dalam satu hari dua kali
dengan bau yang khas dan warna kuning jernih
- Sesudah Sakit
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan
tidak ada keluhan pada sistem perkemihan. Dan umumnya
pasien luka bakar mengalami gangguan eliminasi yaitu
pemasangan kateter dengan demikian perlu dikaji
frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses dan urine
c) Pola Tidur Dan Istirahat
- Sebelum Sakit
Normal, dapat tidur dengan nyenyak dimalam hari
dan pola tidur cukup
- Sesudah Sakit
Biasanya pada pasien luka bakar menggambarkan
pola tidur, istirahat dan persepsi terhadap energi, jumlah
jam tidur siang dan malam, masalah tidur. Biasanya pada
penderita luka bakar rasa nyeri dapat mengganggu pola
tidur dan istirahatnya
d) Pola Aktivitas Dan Latihan
- Sebelum Sakit
16

Pasien dapat beraktivitas dengan baik seperti bekerja,


menonton tv dan berolahraga
- Sesudah Sakit
Pola aktivitas dan latihan pada pasien luka bakar biasanya
menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan
dan sirkulasi pada penderita luka bakar.
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaa fisik pada pasien luka bakar menurut suddart
2017 sebagai berikut :
a. Kesadaran umum
Kesadaran biasanya pada luka bakar composmentis
b. Glasglow Coma Scale (GCS)
Adalah suatu tehnik pemeriksaan fisik yang bertujuan untuk
mengetahui berapa nilai Eye, Verbal, dan Motorik. Pada luka
bakar hasil GCS yaitu: 15 ( E : 4 M : 6 V : 5 )
c. Tanda – Tanda Vital (TTV)
Pada luka bakar biasanya hasil tanda tanda vital nya adalah TD:
90/60 mmHg, RR : 24 kali/menit, N : 100 x/menit , S : 36,5°C
tergantung keparahan dari luka
d. Review Of System (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Asukultasi)
1. Sistem integument
Inspeksi : terdapat luka bakar pada pada muka, tangan
kanan, dada, dan paha kiri, terdapat bullae dan kemerahan
di tangan dan sekitar paha.
Palpasi : biasanya turgor, tekstur (penebalan pada kulit).
Perkusi :-
Auskultasi : -
2.1.2 Diagnosa
Diagnosa Keperawatan merupakan satu penilaian
klinis mengenai respons pasien terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
17

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons


pasien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja 2016. SDKI,
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia DPP PPNI).
Diagnosa keperawatan berdasarkan Standar Keperawatan
Indonesia (SDKI) pada pasien Luka Bakar sebagai berikut :
a. Gangguan Integritas Kulit
b. Resiko Infeksi
2.1.3 Perencanaan
Perencanaan/Intervensi keperawatan adalah segala
treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan
pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja 2018. SIKI,
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia DPP PPNI).
Intervensi keperawatan dapat dilihat pada tabel 1 berikut
ini:
18

Tabel 2.1
Intervensi keperawatan pada pasien Luka Bakar

NO DIAGNOSA LUARAN PERENCANAAN

1. Nyeri Akut Tingkat nyeri Manajemen Nyeri


menurun, dengan Observasi
kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluahan nyeri frekuensi kualitas, intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
3. Sikap protektif 4. Identifikasi faktor yang memperberat rasa
menurun nyeri
4. Gelisah menurun 5. Identifikasi pengetahuan tentang nyeri
5. Kesulitan tidur 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
menurun respons nyeri
6. Perasaan depresi 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
(tertekan) hidup
menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
7. Ketegangan otot yang sudah diberikan
menurun 9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik

Terapeutik
10. Berikan terapi komplementer
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pemijatan, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin)

11. Kontrol lingkungan yan


19

NO DIAGNOSA LUARAN PERENCANAAN

memperberat rasa nyeri


12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
14. Ajarkan terapi komplmenter untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. Relaksasi,
pijat, distraksi, terapi bermain)
15. Informasikan penggunaan analgetik

Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan Kulit pasien dapat Perawatan Integritas kulit


Integritas kembali normal
Observasi
Kulit dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi penyebab gangguan
1. Elastisitas integritas kulit
meningkat Terapeutik
2. Kerusakan
2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
jaringan
3. Lakukan pemijatan pada area
menurun
penonjolan tulang
3. Kerusakan 4. Bersihkan perineal dengan air hangat,
lapisan kulit terutama selama periode diare
menurun 5. Gunakan produk berbahan petrollum
4. Kemerahan atau minyak pada kulit kering
menurun
5. Nyeri menurun 6. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitive
20

NO DIAGNOSA LUARAN PERENCANAAN

7. Hindari produk berbahan dasar alcohol


pada kulit kering
Edukasi

8. Anjurkan menggunakan pelembab


9. Anjurkan minum air yang cukup
10. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
11. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
12. Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
13. Anjurkan menggunakan takbir surya SPF
minimal 30 saat berada di luar rumah
14. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya

3. Resiko Tanda tanda infeksi Pencegahan Infeksi


Infeksi tidak ada dengan Observasi
kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
1. Kemerahan sistemik
tidak ada
2. Rasa panas Terapeutik
menurun 2. Batasi jumlah pengunjung
3. Eksudat tidak 3. Berikan perawatan kulit pada area edema
ada 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
4. Pus tidak ada dengan pasien dan lingkungan pasien
5. Edema tidak ada 5. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien
beresiko tinggi

Edukasi
21

NO DIAGNOSA LUARAN PERENCANAAN

6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi


7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
8. Ajarkan etika batuk
9. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
10. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
11. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

* Sumber : (Tim Pokja 2018. SIKI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


DPP PPNI).
(Tim Pokja 2018. SLKI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia DPP PPNI).

2.1.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah prilaku aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan
intervensi keperawatan (Tim Pokja 2018. SIKI, Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia DPP PPNI).
2.1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan proses keperawatan yang menentukan apakah
intervensi keperawatan yang diberikan perawat kepada pasien telah
berhasil memperbaiki kondisi pasien dengan menentukan sejauh mana
tujuan intervensi keperawatan tercapai, evaluasi merupakan langkah
terakhir dalam proses keperawatan (Hidayat,2013).
Sedangkan menurut (Nursalam,2017). Evaluasi dapat menggunakan
SOAP sebagai pola pikirnya.
Tabel 2.2 SOAP
22

Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang


S
telah dilaksanakan.

O Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang


telah dilaksanakan

A Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk


menyimpulkan apakah masalah teratasi, masalah teratasi
sebagian,masalah tidak teratasi atau muncul masalah baru

Perencanaan atau tindak lanjut bedasarkan hasil analisa pada


P
respon pasien.

2.2 Konsep Penyakit


2.2.1 Pengertian
Pengertian luka bakar adalah sentuhan permukaan anggota tubuh
dengan benda yang menjadi sumber panas seperti api, air, zat kimia dll.
aturan perhitungan persentase dalam dunia medis biasa
menggunakan Rule of Nine untuk menghitung persentase luka bakar
dan digunakan untuk membantu mengambil keputusan pengobatan.
Gulo, A. A. H. S., & Syahrizal, M. (2018).

2.2.2 Patofisiologi

Bahan Kimia Thermal Radiasi Listrik

LUKA BAKAR
23

Pada Wajah Di Ruang Tertutup Kerusakan Kulit

Kerusakan Mukosa Keracunan Gas CO

Odema Laring CO Meningkat HB

Obstruksi Jalan Nafas HB tidak Mampu Mengikat O2

JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF Hipoxia Otak

Penguapan Meningkat Kerusakan Pertahanan Primer GANGGUAN


INTEGRITAS KULIT

Pembuluh Darah Kapiler Pertahanan Primer Tidak


Kerusakan Persepsi
Meningkat Adekuat
Sensori
Ektravasasi Cairan (H2O, RESIKO INFEKSI
Elektrolit, Protein)

Cairan Intrvaskuler Menurun

Hipovolemik Dan Jaringan Traumatik


Hemokonsentrasi
Pembentukan Oedema
KEKURANGAN VOLUME
CAIRAN
Penurunan Ambang Batas Nyeri

NYERI AKUT

Gambar 2.3 Pathway Luka Bakar (Smeltzer, 2002)


Uap panas yang menyentuh permukaan kulit mengakibatkan
kerusakan pembuluh darah kapiler kulit dan peningkatan
permeabilitasnya. Peningkatan permeabilitas ini mengakibatkan
edema jaringan dan pengurangan cairan intravaskuler. Kerusakan kulit
akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan terjadi akibat
penguapan yang berlebihan pada luka bakar derajat 1, penumpukan
cairan pada bula di luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat 3 (Anngowarsito, 2014).
24

2.2.3 Etiologi
Menurut (Kasten et al, 2011) sebagai berikut :
1. Luka bakar akibat panas umumnya terjadi akibat meningkatnya
suhu yang mengakibatkan kematian sel. Pada keadaan ini dapat
menyebabkan luka melepuh akibat terpapar zat panas.
2. Luka bakar listrik umumnya terjadi akibat aliran listrik yang
menjalar ketubuh
3. Luka bakar kimiawi terjadi akibat paparan zat yang bersifat asam
maupun basa. Luka bakar akibat paparan zat yang bersifat basa
umumnya mengakibatkan luka yang lebih dalam dibandingkan zat
asam. Hal ini disebabkan zat basa akan menyatu dengan jaringan
lemak di kulit sehingga menyebabkan kerusakan jaringan yang
lebih progresif,
4. Luka bakar akibat asam akan menyebabkan koagulasi protein
2.2.4 Manisfestasi Klinis
Kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada sumber derajat
panas, penyebab dari lamanya kontak dengan tubuh penderita. Ada
tiga tingkat derajat berdasarkan kedalaman luka bakar, yaitu :
a. Luka bakar derajat 1
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena
ujung-ujung syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi
secara spontan dalam waktu 5-10 hari (Brunicardi et al.,2005).
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagian
lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses edukasi.
Dijumpai pula pembentukan scar dan nyeri karena ujung-ujung
syaraf sensorik teratasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat,
sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001)
Luka bakar derajat II terbagi atas 2 macam yaitu :
1. Derajat II dangkal/superficial IIA (Moenadjat, 2001).
a. Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
25

b. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,


kelenjar sebasea masih utuh.
c. Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera,
dan luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar
derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat II
superficial setelah 12-24 jam.
d. Ketika bula dihilangkan luka tampak berwarna merah muda
dan basah.
e. menyebabkan hypertrophic scar.
f. Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara
spontan kurang dari 3 minggu
2. Derajat II dalam/deep IIB (Brunicardi et al., 2005).
a. Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
b. Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
c. Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan lebih
dalam, tidak di jumpai bula, apendies kulit rusak, kulit yang
terbakar berwarna putih pucat. Karena kering, letaknya
lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi
protein pada epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak
dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-
ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2001).
d. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang
tersisa.
e. Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya
tampak berwarna merah muda dan putih segera setelah
terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis (daerah
yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang
sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yang berwarna
26

merah muda mengindikasikan masih ada beberapa aliran


darah
f. Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3-9
minggu
3. Luka Bakar Derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan
lebih dalam, tidak di jumpai bula, apendies kulit rusak, kulit
yang terbakar berwarna putih pucat. Karena kering, letaknya
lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi
protein pada epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak
dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung
syaraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi
spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2001).
2.2.5 Klasifikasi
1. Keparahan : ringan ,sedang, berat
a. Luka baka ringan
1) Luka bakar derajaat II < 15%
2) Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak
3) Luka bakar derajat III < 1%
b. Luka bakar sedang
1) Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
2) Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
3) Luka bakar derajat III < 10%
c. Luka bakar berat
1) Luka bakar deraajat II 25% pada orang dewasa
2) Luka bakar derajat II 20% pada anak-anak
3) Luka bakar derajat III 10%
4) Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki,
dan genetalia
5) Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma
2. Waktu/fase:akut, subakut, kronis
27

a. Fase Akut
b. Kejadian atau IRD
c. Problem pernafasan dan cairan
d. Luka
e. Fase Subakut
f. Dalam perawatan
g. Problem luka, infeksi dan sepsis
h. Fase Lanjut
i. Setelah berobat jalan
j. Problem part, kontraktur
2.2.6 Data Penunjang
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang
pada luka bakar sebagai berikut :
a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan
adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan
lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht
(Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan
cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
b. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya
infeksi atau infalamasi
c. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya cedera
inhalasi..
d. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal
sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan
fungsi ginjal.
e. Natrium Urin : Hasil lebih besar dari 20 mEq/L
mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL
kemungkinan mengalami ketidakadekuatan cairan.
f. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
28

g. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan


protein pada edema cairan.
h. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan
perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat
karena cedera jaringan.
i. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
j. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan
luka bakar
2.2.7 Komplikasi
1. Syok Hipovolemik
Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget
dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi akan
rusak dan permeabilitas meningkat. Sel darah yang ada
didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan
menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan yang
masuk ke bula pada luka bakar derajat II dan pengeluaran cairan
dari kopeng pada luka bakar derajat III (Judha, 2013).
2. Gagal Ginjal Akut
Respon renalis, dengan menurunnya volume
intravaskuler maka aliran plasma ke ginjal akan menurun yang
mengakibatkan keluarnya urin. Jika resusitasi kebutuhan cairan
untuk intravaskuler tidak adekuat atau terlambat diberikan maka
akan mengakibatkan terjadinya gagal ginjal (Grace & Borley,
2006).
3. Sepsis
Kulit berfungsi sebagai barrier pertahanan tubuh, dengan
adanya kulit yang hilang maka luka sangat mudah terinfeksi dan
29

terjadi penguapan disertai pengeluaran protein dan energi


sehingga terjadi metabolisme. Jaringan nekrosis 17 17 yang
akan melepas toksin dapat menimbulkan sepsis yang
menyebabkan disfungsi dan kegagalan fungsi organ-organ tubuh
seperti hepar dan paru (Judha, 2013).

2.2.8 Penatalaksanaan
a. Analgesik
Luka bakar mengenai kulit dan dapat menimbulkan
nyeri, nyeri disebabkan karena luka bakar dapat meningkatkan
mediator inflamasi karena luka bakar dapat mengenai ujung
saraf pada kulit yang dapat menghantarkan sinyal seperti
tekanan, suhu dan nyeri. Nyeri pada luka bakar dapat diberikan
terapi farmakologis seperti analgetika non narkotik atau
analgetika narkotik (morfin) secara intravena dengan dosis
sesuai dengan berat badan untuk mengurangi rasa nyeri
(Hettiaracthy S. Et al, 2004 dan Betz C.L., 2009).

b. Albumin
Digunakan sebagai terapi suplemen pada keadaan
hipoproteinemia (yang disebabkan oleh penurunan produksi
maupun oleh peningkatan destruksi/kehilangan albumin).
Tekanan onkotik plasma adalah tekanan osmotik yang
ditimbulkan oleh larutan koloid protein plasma. Walaupun
nilainya kecil (kira kira sama dengan 25 mmHg), tekanan
onkotik ini sangat penting dalam menjaga keseimbangan air
antara cairan interstitial dan cairan intravaskular. Larutan koloid
menimbulkan tekanan onkotik dan bila permeabilitas membrane
kapiler normal, kemampuan koloid seperti albumin, dekstran
atau hydroxyethil starch (HES) dalam menahan air adalah
berkisar antara (14 sampai 20 ml untuk setiap gram koloid
seperti albumin dan 16-17 ml air/gram HES) (Anonim, 2003).
c. Nutrisi
30

Pada keadaan luka bakar terlebih pada luka bakar derajat


luas, terjadi hipermetabolisme akibat respon stress berlebihan.
Hal ini akan mengakibatkan pasien akan mengalami keadaan
malnutrisi dan lambatnya proses penyembuhan. Keadaan
hipermetabolisme dapat bertahan sekitar 12 bulan setelah
cedera. Keadaan ini berhubungan dengan luasnya luka bakar,
dan berkaitan dengan stress yang terjadi (Dzulfikar, 2012).

2.3 Terapi/ Tindakan Keperawatan


2.3.1 Pengertian
Perawatan luka adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan
daerah sistem integument dan memperbaiki jaringan yang rusak serta
untuk mencegah terjadinya infeksi (Rukiyah,2010).
2.3.2 Tujuan
Tujuan perawatan luka adalah mencegah terjadinya infeksi
sehubungan dengan penyembuhan jaringan (Rukiyah,2010)
2.3.3 Prosedur
1. Tujuan
a. Mencegah infeksi pada luka
b. Mempercepat penyembuhan luka
2. Alat Dan Bahan
a. Kassa Steril
b. Cairan Nacl 0,9
c. Plester & Gunting Plester
d. 1 Set Perawatan Luka Steril
e. Alkohol
f. Salep Burnasin
g. Handskoen bersih & Steril
h. Perban/kasa gulung
i. Bak Instrument
j. 2 Buah Kom
k. Bengkok
l. Sabun Cuci Tangan
31

m. Pinset Anatomis
n. Pinset Sirugis
o. Gunting Jaringan
p. Perlak
q. Tupres
r. Lisol
3. Tahap Prainteraksi
a. Melakukan verifikasi / validasi pasien
b. Menempatkan alat didekat pasien
4. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
pasein/keluarga
c. Berikan kesempatan pasien/keluarga untuk bertanya
menanyakan kesiapaan pasien sebelum tindakan dilakukan
5. Tahap Kerja
a. Jaga privasi pasien
b. Mengatur posisi pasien
c. Memasang perlak dan alasnya
d. Bersihkan tangan dari perhiasan terlebih dahulu seperti
cincin, jam, gelang dll
e. Gunakan talk dan handscoon
f. Buka atau lepaskan balutan bila sulit basahi dengan NaCl 0,9
%, membuka plaster dan balutan searah dengan tumbuhnya
rambut dan membuka balutan dengan hati-hati
g. Membersihkan luka bakar dengan menggunakan kassa steril
yang telah dibasahi dengan NaCl 0,9% dari mulai seputaran
luka, membersihkan dari arah bagian atas kebawah disetiap
sisi luka dengan arah keluar menjauh dari luka (1 kassa steril
untuk 1 kali usap jika pada luka bakar kotor dan1 kassa steril
untuk 2 kali usap pada sisi depan dan belakang kassa steril
untuk membersihkan luka bersih)
32

h. Lakukan debridemen bila ada nekrotik jaringan, bila ada bula


jangan dipecahkan, tetapi hisap dengan spuit steril setelah
hari ketiga
i. Ulangi pembersihan luka dengan kassa steril yang telah
diberi NaCl 0,9%.Keringkan luka dengan kassa steril.
j. Berikan obat luka bakar sesuai dengan order, misalnya obat
bioplacenton. Dilakukan dengan cara, inspeksi terlebih
dahulu kondisi kulit, bersihkan semua bagian kulit dari
debris, kemudian keringkan, selanjutnya kocok terlebih
dahulu dan oleskan obat pada kassa balutan dan jelaskan
kepada pasien bahwa akan terasa dingin.
k. Tutup luka dengan kassa steril kering, pasang perban dan
beri plester supaya kuat
l. Membereskan alat-alat dan merapikan pasien
m. Melepaskan handscoon dan mencuci tangan.
6. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi respon pasien selama dan sesudah prosedur
dilakukan
b. Mengevaluasi kebutuhan frekuensi ganti balutan luka
c. Mengevaluasi adanya tanda-tanda alergi terhadap plaster
d. Mengevaluasi adanya tanda-tanda infeksi
e. Mengevaluasi hasil tindakan, ialah: mencatat hasil tindakan
perawatan luka pada dokumen/catatan keperawatan,
perhatikan teknik asepthik dan antiseptik, jaga privasi pasien,
perhatikan jika ada pus/jaringan nekrotik,catat karakteristik
luka
f. Mencuci tangan
g. Bereskan alat
33

Anda mungkin juga menyukai