Disusun oleh:
Putri Nur Afni
2023
BAB I
Nyeri adalah masalah kesehatan dunia diperkirakan setiap tahun 20% populasi
dunia mengalami nyeri dan setengahnya adalah nyeri kronis. Di Amerika, nyeri
merupakan alasan utama yang membuat orang datang mencari pusat pelayanan
kesehatan. Berdasarkan penelitian di Amerika tahun 2012, terdapat sebanyak 86,6
juta orang dewasa yang mengalami nyeri akut setiap hari dan 25,5 juta memiliki nyeri
kronis. Di Indonesia belum ada penelitian skala besar yang membahas prevalensi dan
kualitas semua jenis nyeri. Indonesia juga belum memiliki parameter praktis untuk
menilai nyeri, tingkat kenyamanan pasien, dan efek nyeri terhadap kualitas hidup
rakyat Indonesia.
Menurut Mubarak, dkk (2015), nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat
subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan
mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum, nyeri dapat didefinisikan sebagai
perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan (Tim
Pokja, SDKI DPP PPNI, 2017.)
1.2 Tujuan pemenuhan kebutuhan dasar aman dan nyaman: NYERI AKUT.
b) Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa) Fase ini terjadi ketika pasien
merasakan nyeri. Oleh karena nyeri itu bersifat subjektif, maka tiap orang
dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleransi terhadap nyeri juga akan
berbeda antara satu orang dengan orang lain. Orang yang mempunyai tingkat
toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus
kecil, sebaliknya orang yang 38 toleransi terhadap nyerinya rendah akan
mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Keberadaan enkefalin dan
endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan
tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kasus seperti itu tentunya
membutuhkan bantuan perawat untuk membantu pasien mengkomunikasikan
nyeri secara efektif.
c) Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti) Fase ini terjadi
saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini pasien masih
membutuhkan kontrol dari perawat , karena nyeri bersifat krisis, sehingga
dimungkinkan pasien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Perawat berperan
dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut
akan kemungkinan nyeri berulang.
5. Ansietas dan stress Ansietas sering kali menyertasi peristiwa nyeri yang
terjadi. Ancaman yang tidak jelas asalnya dan ketidakmampuan mengontrol
nyeri atau peristiwa di sekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri.
Pada kasus nyeri tidak ditangani dapat menimbulkan masalah lainnya terhadap tubuh
yaitu:
Pada jantung akan menyebabkan peningkatan nadi, tekanan darah meningkat,
kontraktilitas pompa jantung meningkat
Pada bagian paru akan terjadi gangguan dari perkembangan paru karena nyeri,
penurunan kapasitas paru untuk bernafas, kesulitan untuk batuk yang nantinya
akan menyebabkan infeksi paru-paru
Pada bagian pencernaan akan menyebabkan penurunan pergerakan usus, mual
dan muntah
Pengaruh pada ginjal yang disebabkan oleh nyeri adalah penurunan volume
urin hingga sulit untuk buang air kecil.
Pada bagian otot akan terjadi kelemahan, pergerakan terbatas, otot akan
menjadi kecil dan tubuh merasa lemah
Pada aspek psikologis dapat menyebabkan ansietas, ketakutan, depresi,
penurunan kualitas hidup dan produktivitas
Secara umum akan terjadi penurunan durasi penyembuhan pada pasien, durasi
rawat inap akan memanjang, terhambat dalam kembalinya aktivitas sehari-
hari, peningkatan biaya untuk rawat inap.
Rencana Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Ratnasari. 2020. Studi Dokumetasi Gangguan Rasa Aman Nyaman: Nyeri Pada
Pasien Dengan Post SC. Yogyakarta.
Kurniyanta. 2022. Hal yang dapat terjadi jika nyeri tidak ditangani dengan baik.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1913/hal-hal-yang-dapat-terjadi-jika-nyeri-
tidak-ditangani-dengan baik.