Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN

Disusun Oleh :

Eisnaini Sawalila

Dosen Pembimbing :

Yunita Liana, S.Kep., Ners., M.Kes

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

2023
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN

I. Konsep Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman


1.1 Definisi
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram (Potter & Perry, 2006). Perubahan kenyamanan adalah keadaan
dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu
rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000).

1.2 Sistem Fisiologi Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman


Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subyektif nyeri terhadap empat
proses tersendiri: Transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi nyeri adalah
proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor
nyeri. Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat terinduksi
melewati saraf perifer sampai termal di medula spinalis dan jaringan neoron-neuron
pemancar yang naik dan medula spinalis ke otak. Medulasi nyeri melibatkan aktivitas saraf
melalui jalur-jalur saraf desendens dari otak yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri yang
setinggi medula spinalis. Medulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan
atau meningkatkan aktivitas direseptor nyeri aferen primer.
Akhirnya, persepsi nyeri adalah pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga
dihasilkan oleh aktivitas transmisi nyeri oleh saraf. Munculnya nyeri berkaitan erat dengan
reseptor dan adanya rangsangan reseptor. Nyeri yang dimaksud adalah nocieptor ,merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki nyeri yang
terbesar pada kulit dan mukosa, khususnya pada persendian dinding arteri, hati dan kandung
empedu

1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman


1) Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan dan
kenyamanan.
2) Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury.
3) Gangguan Persepsi Sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman
dan penglihatan.
4) Keadaan Imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang
penyakit.
5) Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan
kurang tidur.
6) Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat menimbulkan
kecelakaan.
7) Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya.
8) Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok. Status nutrisi keadaan
kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah menimbulkan penyakit,
demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu. Usia pembedaan
perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan lansia
mempengaruhi reaksi terhadap nyeri. Jenis kelamin secara umum pria dan wanita tidak
berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya. Kebudayaan
keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri dan
tingkat kenyaman yang mereka punyai.

Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
a. Arti Nyeri
Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri
merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di
pengaruhi lingkungan dan pengalaman.
b. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada korteks
(pada fungsi evaluasi kognitif). Persepsi ini di pengaruhi oleh faktor yang dapat memicu
stimulasi nociceptor.
c. Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan
toleransi nyeri antara lain alcohol, obatobatan, hipnotis, gerakan atau gerakan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan
toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang kunjung tidak hilang,
sakit, dan lain-lain.
d. Reaksi terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan,gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri
yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperi arti nyeri, tingkat perspepsi nyeri,
pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut,
cemas, usia, dan lain-lain

1.4 Masalah Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman


a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah suatu keadaan dimana seseorang melaporkan adanya ketidak
nyamanan yang hebat. Awitan nyeri akut biasanya mendadak, durasinya singkat kurang
dari 6 bulan.
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang
berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non keganasan atau intermiten
selama 6 bulan atau lebih.
c. Mual
Mual adalah keadaan dimana individu mengalami sesuatu ketidak nyamanan, sensasi
seperti gelombang dibelakang tenggorokan epigastrium, atau seluruh abdomen yang
mungkin atau mungkin tidak menimbulkan muntah.

II. Konsep Teori Asuhan Klien Dengan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
• Mengeluh nyeri pada area luka operasi
• Apa ada riwayat penyakit struma
• Apa ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama ?
2.1.2 Pemeriksaan fisik : Data Fokus
Data subyektif
1. Observasi
a) Frekuensi pernapasan meningkat. Takipnea, dispnea, edema paru.
b) Riwayat pembedahan
2. Riwayat Struma
a) Nyeri orbital, lokasi dan beratnya
3. Gangguan umum lainnya : kelemahan

Data Obyektif
1. Demam, adanya atropiotot.
2. Terdapat benjolan di lehernya
3. Diaphoresis, sifat dan ciri-ciri tubuh, keadaan rambut termasuk kualitasnya serta keadaan
mata.
4. Terdapat drain pada di area luka operasi

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang


• Pemeriksaan Sidik Tiroid
Pemeriksaan Lab serum T4 dan T3
• Pemeriksaan USG
• Biopsi aspirasi jarum halus

2.2 Diagnosis Keperawatan


Diagnosa 1 Nyeri Akut
Definisi
Pengalaman Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul dari kerusakan jaringan baik secara actual atau potensial atau merupakan kerusakan
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional) yang terjadi secara tiba-tiba atau dengan waktu yang
lama dengan intensitas ringan sampai berat dan dapat diantisipasi atau diprediksikan dan
lamanya kurang dari 6 bulan

Batasan karakteristik
• Perubahan selera makan
• Perubahan tekanan darah
• Perubahan frekuensi jantung
• Perubahan frekuensi pernafasan
• Mengekspresikan prilaku misal: gelisah, merengek, menangis
• Melaporkan nyeri secara verbal

Faktor yang berhubungan :


Agen cedera fisik

Diagnosa 2 Nyeri Kronis


Definisi
Pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang timbul dari
kerusakan jaringan secara actual dan potensial atau menunjukkan adanya kerusakan
(Assosiation for Study of Pain) : serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan
sampai berat, tetap atau berulang tanpa adanya antisipasi atau tidak diketahui dampak dan
memiliki waktu >6 bulan.

Batasan karakteristik :
• Mengganggu aktivitas sebelumnya
• Kecemasan
• Berhentinya pertumbuhan seluruh otot
• Perubahan pola tidur
• Melaporkan tanda tanda
• Depresi
• Wajah topeng
• Kelemahan
• Tingkah laku berhati hati
• Menjaga kelakuan
• Mudah marah
• Mencegah perilaku protektif
• Mengurangi interaksi dengan orang lain
• Gelisah
• Fokus pada diri sendiri
• Respon simpatik ( temperatur, dingin, perubahan posisi tubuh, hipersensitivitas )
• Melaporkan secara verbal tentang nyeri

Faktor yang berhubungan


• Gangguan fisik kronik
• Gangguan psikososial kronik

Diagnosa 3 Ansietas
Definisi
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.

Batasan karakteristik
1. Prilaku:
• Gelisah
• Penurunan produktivitas
• Melihat sepintas
• Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup
2. Affektif:
• Gelisah
• Ketakutan
• Rasa nyeri yang meningkatkan ketidak berdayaan
• Khawatir
3. Fisiologis:
• Wajah tegang
• Peningkatan keringat
• Peningkatan ketegangan
• Gemetar
• Suara bergetar

Faktor yang berhubungan


• Perubahan dalam status kesehatan
• Infeksi
2.2 Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 Nyeri akut
Tujuan
1) Pain level
2) Pain control
3) Comfort level

Kriteria Hasil
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tekhnik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
2) Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan
3) Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
7) Ajarkan tentang tekhnik non farmakologi
8) Kolaborasi pemberian analgetik

Diagnosa 2 Nyeri Kronik


Tujuan
1) Pain level
2) Pain control
3) Comfort level

Kriteria Hasil
1) Tidak ada gangguan tidur
2) Tidak ada gangguan konsentrasi
3) Tidak ada gangguan hubungan interpersonal
4) Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan secara verbal
5) Tidak ada tegangan otot

Intervensi
1) Pain Manajemen
2) Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
3) Tingkatkan istirahat dan tidur yang ade kuat
4) Kolaborasi pemberian analgetik
5) Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
6) Lakukan tekhnik non farmakologis (relaksasi, masa sepunggung)

Diagnosa 3 Ansietas
Tujuan
1) Anxiety self control
2) Anxiety level
3) Coping

Kriteria hasil
1) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tekhnik untuk mengontrol cemas
3) Vital sign dalam batas normal
4) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktifitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan

Intervensi :
Anxiety reduction (penurunan kecemasan)
1) Gunakan pendekatan yang menenangkan
2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap prilaku pasien
3) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4) Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
5) Dorong keluarga untuk menemani anak
6) Dengarkan dengan penuh perhatian
7) Identifikasi tingkat kecemasan
8) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
9) Kolaborasi obat untuk mengurangi kecemasan

DAFTAR PUSTAKA

Aziz. A. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Carpenito & Lynda Jual.2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC

Kemenkes. (2016). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik,

Vol.1,E/4.Jakarta : EGC

Tarwoto & Wartonah, (2014). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan

Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai