Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI


AKUT)
DI BANGSAL AKAR WANGI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Nama : Rifka Aulia Silviana Putri

NIM : 202112075

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2023
BAB I
TINJAUAN TEORI KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. Konsep Fisiologi
Menurut teori heirarki maslow manusia memiliki lima kebutuhan dasar yang terdiri
dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa kasih sayang dan
rasa memiliki, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Rasa nyaman
merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan aman dan
nyaman tentram (Kepuasan yang dapat meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(Kebutuhan yang telah terpenuhi), dan transenden. Dipandang dari segi holistic,
kenyamanan mencakup dalam 4 aspek, diantaranya fisik berhubungan dengan sensasi tubuh,
sosial berhubungan dengan interpersonal; keluarga; dan sosial, Psikospiritual berhubungan
dengan kewaspadaan internal dalam diri seorang yang meliputi harga diri; seksualitas;
dan makna kehidupan, Lingkungan berhubungan dengan latar belakang pengalaman
eksternal manusia seperti cahaya; bunyi; temperature; warna; dan unsur ilmiah lainnya.
Nyeri adalah suatu mekanisme proteksi bagi penderita yang timbul bilamana
jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rasa nyeri tersebut yang sedang dialami oleh indvidu tersebut.
Proses terjadinya nyeri berkaitan dengan adanya stimulus (rangsangan) nyeri.
Stimulus- stimulus tersebut dapat berupa zat kimia,zat panas, listrik serta mekanik.
Stimulus- stimulus tersebut kemudian ditransmisikan dalam bentuk impuls-impuls nyeri
yang dikirim ke otak.

2. Definisi
Gangguan rasa nyaman merupakan suatu gangguan dimana seseorang merasa kurang
senang, kurang lega, kurang sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan,
dansosial dalam dirinya. (Dewi, 2019)
Nyeri merupakan salah satu bentuk gangguan akan rasa nyam yang didefinisikan
dalam berbagai perspektif. (International Associationforthe Study of Pain, IASP, 1979)
mendefinisikan nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensional, atau yang
dirasakan saat terjadi nyeri.
Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan.
Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai
oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medulla
spinalis, batang otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan,
maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang
membantu perbaikan jaringan yang rusak. Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman yang
sangat subjektif dan hanya individu yang mengalaminya yang bisa menjelaskan dan
mengevaluasi perasaan nyeri tersebut.
Nyeri dikelompokkan menjadi dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri
akut diartikan sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang kompleks berkaitan dengan
sensorik, kognitif, dan emosional yang berkaitan dengan trauma jaringan, proses penyakit,
atau fungsi abnormal dari otot atau organ visera. Nyeri akut berperan sebagai alarm protektif
terhadap cedera jaringan. Secara patofisiologi yang mendasari dapat berupa nyeri nosiseptif
ataupun nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang didahului dari inflamasi
atau kerusakan jaringan, sedangkan nyeri neuropatik disebabkan karena disfungsi primer dari
sistem saraf.
Nyeri kronik didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung sampai melebihi
perjalanan suatu penyakit akut, berjalan terus menerus sampai melebihi waktu yang
dibutuhkan untuk penyembuhan suatu trauma, dan terjadinya secara berulang-ulang dengan
interval waktu beberapa bulan atau beberapa tahun. Banyak klinikus memberi batasan
lamanya nyeri 3 sampai 6 bulan. (Trilaxmi, et al., 2018).

3. Karakteristik
Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri, durasi nyeri
(menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya (terus menerus, hilang timbul, periode
bertambah atau berkurangnya intensitas) dan kualitas nyeri. Karakteristik nyeri juga dapat
dilihat berdasarkan metode PQRST, sebagai berikut:
a. Provocode (P)
Tenaga kesehatan harus mengkaji tentang penyebab terjadinya nyeri pada
penderita, dalam hal ini perlu pertimbangan bagian tubuh mana yang mengalami
cidera termasuk menghubungkan antara nyeri yang diderita dengan factor psikologinya,
karna bisa terjadinya nyeri hebat akibat dari faktor psikologinya bukan lukanya.
b. Quality (Q)
Kualitas nyeri merupakan seesuatu yang subyektif yang diungkapkan oleh klien,
seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit
nyeri dalam atau superficial, atau bahkan seperti gencet.
c. Region (R)
Untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita untuk menunjukkan
semua bagian atau daerah yang dirasakan tidak nyaman.
d. Severe (S)
Tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif yang dirasakan oleh
penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri yang digambarkan
menggunakan skala yang sifatnya kuantitas.
e. Time (T)
Tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan,durasi dan rangkaian nyeri.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


a. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak
dan lansia. Anak kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur prosedur
yang dilakukan dilakukan perawat perawat yang menyebabkan menyebabkan nyeri.
Anak-anak Anak-anak juga mengalami kesulitan secara verbal dalam mengungkapkan
dan mengekspresikan nyeri. Sedangkan pasien yang berusia lanjut, memiliki risiko
tinggi mengalami situasi yang membuat mereka merasakan nyeri akibat adanya
komplikasi penyakit dan degeneratif.
b. Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya menganggap bahwa
seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak
perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama. Namun secara umum, pria dan
wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespons terhadap nyeri.
c. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu yang
alamiah.
Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup (introvert ). Sosialisasi
budaya menentukan perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian hal ini dapat
mempengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga terjadilah presepsi nyeri.
d. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi
presepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri yang
menurun.
e. Makna nyeri
Individu akan mempresepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyerimtersebut memberi
kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Makna nyeri mempengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
f. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan presepsi nyeri tetapi nyeri juga dapat menimbulkan
suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapat perhatian dapat
menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang serius.
g. Gaya koping
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempresepsikan diri mereka sebagai
individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka dan hasil akhir suatu peristiwa
seperti nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali eksternal
mempresepsikan faktor lain di dalam lingkungan mereka seperti perawat sebagai
individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir suatu peristiwa.
h. Keletihan
Rasa keletihan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping sehingga meningkatkan prespsi nyeri.
i. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun tidak selalu
berarti
bahwa individu tersebut aka individu tersebut akan menerima n menerima nyeri
dengan nyeri dengan lebih mudah n lebih mudah di masa di masa datang.
j. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap klien
dapat
memengaruhi respons nyeri. Pasien dengan nyeri memerlukan dukungan, bantuan da
bantuan dan perlindungan n perlindungan walaupun walaupun nyeri tet nyeri tetap
dirasakan ap dirasakan namun kehadiran namun kehadiran orang yang dicintai
akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.
5. Tahapan-Tahapan

Kondisi patologis
(penyakit)

Pembedahan
(tindakan)

Cidera fisik
(etiologi)

Nyeri
(problem)

Gangguan rasa Intoleransi


Mual
nyaman aktivitas

6. Masalah Atau Gangguan Yang Timbul


a. Gangguan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan seseorang merasa kurang nyaman
dan sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya dan
sosialnya. Gangguan rasa nyaman mempunyai batasan karakteristik yaitu: ansietas,
berkeluh kesah, gangguan pola tidur, gatal, gejala distress, gelisah, iritabilitas,
ketidakmampuan untuk relaks, kurang puas dengan keadaan, menangis, merasa
dingin, merasa kurang senang dengan situasi, merasa hangat, merasa lapar, merasa
tidak nyaman, merintih, dam takut.
Gangguan rasa nyaman merupakan suatu gangguan dimana perasaan kurang
senang, kurang lega, dan kurang sempurna dalam dimensi fisik ,
psikospiritual, lingkungan serta sosial pada diri yang biasanya mempunyai gejala
dan tanda minor mengeluh mual (Ii, 2019)
b. Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas
sehari- hari (Ii, 2019)
c. Mual
Mual adalah kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan di tenggorokan
atau daerah epigastrium yang memperingatkan seorang individu bahwa muntah
akan segera terjadi. Mual sering disertai dengan peningkatan aktivitas sistem saraf
parasimpatis termasuk diaphoresis, air liur, bradikardia, pucat dan penurunan
tingkat pernapasan. (Dipiro et al., 2018).
7. Pengkajian Pada Kebutuhan Manusia
1. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang faktual dan tepat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar,
menegakkan diagnosis keperawatan yang tepat, menyeleksi terapi yang cocok, dan
mengevaluasi respons klien terhadap terapi.
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis
medis.
b. Alasan masuk rumah sakit
Yaitu keluhan utama pasien saat masuk rumah sakit dan saat dikaji. Pasien
mengeluh nyeri, dilanjutkan dengan riwayat kesehatan sekarang, dan kesehatan
sebelum.
c. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan tergantung dari seberapa jauh dampak trauma kepala disertai penurunan
tingkat kesadaran, salah satunya nyeri.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya riwayat nyeri kaki kanan seminggu terakhir. Nyeri dari pinggang kanan
sampai paha kanan. Pengkajian yang didapat meliputi keadaan umum, tingkat
kesadaran, kesemutan, mual, muntah, nyeri dada, nyeri kaki kanan, lemah.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada penyakit
yang diderita sekarang, riwayat cedera pada ekstremitas kanan sebelumnya, diabetes
melitus, penyakit
jantung, anemia, penggunaan obat-obatan antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, konsumsi alkohol berlebihan.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang
sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan yang menular
dalam keluarga.
g. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai proses emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga
dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya
baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
h. Pengkajian nyeri
Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif. Data yang terkumpul secara
komprehensif dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan manajemen nyeri
yang tepat.
i. Riwayat nyeri
Saat mengkaji nyeri, perawat harus memberikan pasien kesempatan untuk
mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan situasi tersebut dengan
cara atau kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan membantu perawat memahami
makna nyeri pada pasien, pengkajian riwayat nyeri meliputi beberapa aspek, antara
lain:
1) Lokasi: untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, perawat bisa memberikan
bantuan dengan gambar tubuh untuk pasien agar bisa menandai bagian mana
yang dirasakan nyeri.
2) Intensitas nyeri: cara menentukan intensitas nyeri pasien, biasanya paling banyak
menggunakan skala nyeri biasanya dalam rentang 0-5 atau 0-10. Angka “0”
menandakan tidak adanya nyeri dan angka tertinggi adalah nyeri “terhebat‟ yang
dirasakan pasien.
3) Kualitas nyeri: terkadang nyeri yang dirasakan bisa seperti, tertusuk-tusuk, teriris
benda tajam, disetrum dan rasa terbakar. Perawat dapat mencatat kata-kata yang
digunakan pasien dalam menggambarkan nyerinya.
4) Pola: pola nyeri meliputi, waktu, durasi, dan kekambuhan interval nyeri. Maka,
perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri
berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir kali muncul.
5) Faktor presipitasi: terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri.
Seperti, aktivitas berlebih yang mengkibatkan timbulnya nyeri dada, selain itu
faktor lingkungan, suhu lingkungan dapat berpengaruh terhadap nyeri, stresor fisik
dan emosional juga dapat memicu munculnya nyeri.
6) Gejala yang menyertai: nyeri juga bisa menimbulkan gejala yang menyertai,
seperti mual, muntah, dan pusing.
7) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari: dengan mengetahui sejauh mana nyeri
mempengaruhi aktivitas harian pasien akan membantu perawat dalam memahami
prespektif pasien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji
terkait nyeri, yaitu pola tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan dan aktivitas
diwaktu senggang.
8) Sumber koping: setiap individu memiliki strategi koping berbeda-beda dalam
menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri
sebelumnya, atau pengaruh agama dan budaya.
9) Respon afektif: respon afektif pasien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada
situasi, derjat dan durasi nyeri, dan faktor lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya
perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal pada diri pasien
(Ningsih,
2021).
j. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara lengkap dan menyeluruh.
1) Ukur suhu tubuh, tekanan darah, nadi, serta tinggi dan berat badan pada setiap
pemeriksaan.
2) Amati seluruh tubuh pasien untuk melihat keberadaan lesi kulit, hiperpigmentasi,
ulserasi, tanda bekas tusukan jarum, perubahan warna dan ada tidaknya oedema.
3) Lakukan pemeriksaan status mental untuk mengetahui orientasi pasien, memori,
komprehensi, kognisi dan emosi pasien terutama sebagai akibat dari nyeri.
4) Pemeriksaan sendi selalu lakukan pemeriksaan di kedua sisi pasien apabila
kemungkinan untuk mendeteksi adanya asimetri. Lakukan palpasi untuk
mengetahui area spesifik dari nyeri.
5) Pemeriksaan sensorik, menggunakan diagram tubuh sebagai alat bantu dalam
menilai nyeri terutama untuk menentukan letak dan etiologi nyeri.
8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons
klien individu keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosa keperawatan yang muncul :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara fisiologis (D.0077)
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring (D.0056)
c. Mual berhubungan dengan ansietas (D.0080)

9. Intervensi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
a. Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Idenfitikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik b. Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri, control lingkukngan yang memperberat rasa nyeri,
fasilitasi istirahat tidur.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
c. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan anlgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring (D.0056)
a. Observasi :
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas b. Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan c. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d. Kolaborasi
- Kolabirasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
3) Mual berhubungan dengan Ansietas (D.0143)
a. Observasi
- Identifikasi faktor penyebab mual
- Identifikasi antimietik
- Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
- Monitor mual
b. Terapeutik
- kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
- kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
- berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
- berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau, dan tidak berwarna
c. Edukasi
- Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Anjurkan sering membersihkan mulut
- Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
- Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
10. Sumber Pustaka
Ryantama, A. A. (2017). Respon Tubuh terhadap Nyeri. Tinjauan
Pustaka Kepaniteraan KlinikMadya di Bagian Anestesiologi dan
Reanimasi Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, 3-7.
Trilaxmi et al. (2018). Mixed Pain. Jurnal Sinaps, 1, 59-69.
Ii, B. A. B. (2019). Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri pada Pasien Luka
Bakar Di IRNA Bedah. Poltekkes Kemenkes Padang.
Ningsih, F. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. N DENGAN DIAGNOSA MEDIS
TRAUMA TUMPUL ABDOMEN PADA PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA
NYAMAN DI RUANG LAIKAWARAKA RUMAH SAKIT BAHTERAMAS. Poltekkes
Kemenkes Kendari.
Dewi Kusumaningsih, L. A. (2021, Oktober). Asuhan Keperawatan Masalah
Gangguan Rasa Nyaman Nyeri pada Pasien Hipertensi dengan
Menggunakan Terapi Air Kelapa Muda.Journal of Public Health
Concerns,
1, 181-188.
BAB II
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
TTL : Boyolali, 8 Mei 1955
Umur : 68 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kerten, Rt 05, Rw 04, Banyudono, Banyudono,
Boyolali
Agama : Islam
Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2023
No RM : 23672XXX
Diagnosa Medis : Hiperglikemi
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 45
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kerten, Rt 05, Rw 04, Banyudono, Banyudono,
Boyolali
Agama : Islam
Hub dengan klien : Anak
c. Keluhan Utama
Nyeri kaki kanan
d. Riwayat Kesehatan
- Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 20 Mei 2023 pasien datang ke RSUD Pandan Arang Boyolali
dengan keluhan nyeri kaki kanan seminggu terakhir. Nyeri dirasakan dari
pinggang kanan sampai paha kanan, kesemutan, mual, mutah dan nyeri dada.
Pasien belum pernah periksa gula darah sebelumnya. Sesampainya di RS
pasien dilakukan tindakan medikamentosa disertai pemberian infus Ringer
Laktat. Hasil pemeriksaan TTV, TD
: 120/80 mmHg, N : 86x/m, RR : 20 x/menit, S : 36,7°C dan didapatkan skala
nyeri 4 sedang.
- Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit dan belum pernah di
rawat di RS sebelumnya
- Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang sakit seperti
pasien.
e. Pola Kebiasaan Sehari-hari
- Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Pasien mengetahui jika dirinya sedang sakit dan pasien mengatakan sakit
adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat melakukan aktivitas.
- Pola nutrisi
Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan makan berasa enak sehari 3 kali dengan nasi, lauk pauk,
dan sayur tidak tersisa.
Saat sakit :
Pasien mengatakan makan dari rumah sakit diberi 3 kali sehari dengan nasi,
lauk, dan sayur. Untuk saat sakit pasien mengatakan tetap makan dengan
enak tanpa hambatan.
- Pola eliminasi
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum masuk RS tidak ada keluhan terkait BAB
maupun BAK, tidak menggunakan alat bantu BAB 1 kali sehari, konsisten
padat, warna kekungingan, BAK 5-6 kali sehari, warna kekuningan.
Saat sakit :
Pasien mengatakan tidak ada perbedaan untuk BAB dan BAK saat
sakit maupun sebelum sakit. tidak menggunakan alat bantu BAB 1 kali
sehari, konsisten padat, warna kekungingan, BAK 5-6 kali sehari, warna
kekuningan.
- Pola istirahat tidur
Sebelum sakit :
Pola tidur pasien normal, tidurnya nyenyak dan tenang selama kurang lebih
5-
8 jam.
Saat sakit :
Pola tidur pasien sedikit terganggu jika dibandingkan sebelum sakit karena
merasakan sakit tersebut.
- Pola aktifitas dan latihan
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan/Minum 
Mandi 
Toileting 
Mobilisasi di 
tempat tidur
Berpindah 
Ambulasi/ROM 

0 : mandiri
1 : dengan alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total
Hasil : Skor yang didapat adalah 0+1+1+2+2+1 = 7
- Pola kognitif
Pasien mengatakan masih memiliki daya ingat yang kuat dan sering
merasa cemas karena penyakitnya.
- Pola hubungan pasien
Pasien mengatakan berperan sebagai istri di dalam keluarganya. Saat
menjalankan peran pasien mengatakan tidak ada masalah dan
menjalankannya dengan baik. Pasien mengatakan menjalin hubungan baik
dengan keluarga dan masyarakat.
- Pola seksual dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah, mempunyai 5 anak
dan 5 cucu
- Pola konsep diri
1) Identitas diri
Pasien mampu mengenali dirinya dan menyebutkan nama serta usianya
2) Gambaran diri
Pasien merasaa lemah, tidak berdaya karena merasakan nyeri
3) Ideal diri
Pasien ingin segera sembuh
4) Harga diri
Pasien merasa dirinya tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa selama sakit
5) Peran diri
Pasien sebagai istri dirumahnya.
- Pola koping dan toleransi stress
Pasien mengatakan jika ada masalah dalam keluarganya di selesaikan
dengan musyawarah.
- Pola nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan bahwa beragama islam, pasien mengatakan
menjalankan sholat 5 waktu dan dilakukan secara rutin. Pasien
mengatakan selama sakit ibadahnya dilakukan diatas tempat tidur
f. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum
Keadaan umum pasien sedang
- Kesadaran
Kesadaran pasien Compos Mentis
- TTV
TD = 134/84 mmHg RR = 20 x/mnt
N = 82 x/mnt S = 36,7ºC
- BB/TB
BB = 70 kg TB = 165 cm
g. Pemeriksaan Sistematis Head To Toe
1. Kepala
- Bentuk kepala mesochepal, warna rambut hitam menuju putih,
distribusi rambut tidak merata, rambut bersih, tidak ada lebam.
- Mata
Mata kanan dan kiri simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva merah,
sklera putih, reflek cahaya positif, terdapat kantung mata.
- Hidung
Simetris, tidak ada luka, tidak ada benjolan, dan tidak ada penumpukan
sekret.
- Telinga
Tidak menggunakan alat bantu dengar, simetris antara kanan dan kiri, tidak
ada luka, dan bersih.
- Gigi dan mulut
Tidak ada karotis, gigi sedikit kekuningan, tidak ada gigi palsu, mukosa
bibir lembab.
- Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri telan yang
dirasakan.
2. Thorax
- Paru – paru (IPPA)
I = Pengembangan paru kanan dan kiri
simetris
P = Vermintus kanan dan kiri simetris
P = Sonor
A = Tidak terdapat suara tambahan
- Jantung (IPPA)
I = Ictus cordis tidak tampak
P = Ictus cordis tidak teraba
P = Pekak
A = Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, tidak ada suara
tambahan
- Abdomen (IAPP)
I = Bentuk perut normal
A = Peristaltik usus 15 x/mnt
P = Tidak ada massa dan nyeri tekan
P = Tympani
3. Punggung
Simetris, tidak ada luka, tidak ada pembengkakan, dan tidak ada
lesi.
4. Genetalia
Genetalia bersih, tidak terpasang kateter, dan tidak ada
oedema.
5. Ekstremitas
- Atas : tangan kanan terpasang infus RL 3 L, tidak ada
oedema
- Bawah : tidak ada oedema
h. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratoium
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN METODE

HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
 hemoglobin 11.6 L g/dL 12.0 ~ 16.0 Colorimetric
10400 H /uL 4000 ~ 10000 Flow
 lekosit 15 mm/jam 0 ~ 20 cytometry
 laju endap darah Standart
hitung jenis lekosit 2.60 % 1~5
- eosinofil 1.60 H % 0~1 Flow
- basofil 52.10 % 50 ~ 60 cytometry
- neutrofil segmen 36.10 % 20 ~ 40 Flow
7.60 % 2~8 cytometry
- limfosit 270 /uL 20 ~ 500 Flow
- monosit 160 H /uL 0 ~ 100 cytometry
- total eosinofil 5410 /uL 2000 ~ 7000 Flow
- total basofil 3740 /uL 800 ~ 4000 cytometry
- total neutrofil 790 /uL 120 ~ 1200 Flow
35 % 33.0 ~ 45.0 cytometry
- total lymphosit 270 10/uL 154 ~ 386
- total monosit 4.57 juta/uL 4.3 ~ 6.3
- hematokrit
- trombosit 76.3 L fL 80 ~ 100
- eritrosit 25.5 L pg 27 ~ 32
index eritrosit 33.4 g/dL 32.0 ~ 36.0 Autocounter
12.8 % 11.5 ~ 14.5 Impedance
- mcv Impedance
- mch
- mchc RBC HC
- rdw-cv 20 U/L < 31 Kalkulasi
19 U/L < 31 Kalkulasi
kimia klinik
fungsi hati 31 mg/dL 10 ~ 50
 ast (sgot) 0.9 mg/dL 0.6 ~ 1.1
66.18 mL/mnt/1.7
 alt (sgpt) 3m IFCC
fungsi ginjal IFCC
 ureum 135 mmol/L 135 ~ 148
kreatinin 4.1 mmol/L 3.5 ~ 5.3 Urease-UV
egfr (mdrd) 101 mmol/L 98 ~ 107 Jaffe

elektrolit
 natrium (na)
Non Reaktif Non Reaktif ISE
 kalium (k)
ISE
 klorida (cl) ISE
imunoserologi
hepatis marker
 HBsAg
Rapid Test
2) Antigen : Negatif (-)
3) Terapi Pengobatan
a) Infus Ringer Laktat 20 tpm
b) Injeksi Santagesik 3x1
c) Injeksi Radin 2x1
d) Injeksi NR 3x4

i. Anlisa Data
No Tanggal/ Jam Data Fokus Etiologi Problem
1 23 Mei DS : Agen Nyeri akut
2023/ 08.00 - Pasien mengatakan pencedera
WIB nyeri kaki kanan fisiologis
- Pasien mengatakan
nyeri dari pinggang
kanan sampai paha
kanan
P : Proses penyakit
Q : nyeri senut-senut
R : kaki kanan
S : skala 4
T : nyeri saat jalan

DO :
-Keadaan umum
Sedang
- Pasien tampak
kesakitan karena
nyeri di kaki nya
-Pasien tampak lemas
- Kesadaran
composmentis
- TTV
TD : 134/84 mmHg
N : 82 x/m
RR : 20 x/m
2 23 Mei 2023/ DS : Tirah baring Intoleransi
08.00 - Pasien mengatakn Aktivitas
WIB letih
- Pasien mengatakan
nyeri bertambah
jika berpindah posisi

DO :
- Pasien tampak lemas
3 23 Mei 2023/ DS : Ansietas Mual
08.00 - Pasien mengeluh mual
WIB dan muntah

DO :
- Pasien tampak lemas
- TTV
TD : 134/84 mmHg
N : 82 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,6 °C
SPO2 : 97 %

j. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Diagnosa


a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencera fisiologis (D.0077)
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring (D.0056)
c. Mual berhubungan dengan ansietas (D.0143)

2. Perencanaan Tindakan Keperawatan


N Tanggal/ Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional TTD
O Jam Kriteria
Hasil
1 23 Mei Nyeri akut Setelah - Monitor - Untuk
2023/ berhubunga dilakukan TTV mengetahui
08.30 n dengan tindakan perkembangan
WIB agen keperawatan tanda-tanda vital
pencedera selama 3x24 pasien
fisiologis jam
diharapkan
- Untuk
tingkat nyeri
mengetahui
menurun
skala nyeri
dengan
pasien
kriteria hasil
: -
a. TTV dalam Identifika
- Untuk
rentang si skala memberikan
normal nyeri
b. nyeri dapat rasa nyaman
berkurang / pada pasien
hilang
dengan - Berikan
skala nyeri teknik
2-0 nonfarma - Agar rasa nyeri
c keadaan
. kologis berkurang
umum baik untuk
menguran
gi rasa - Untuk
nyaman membantu
dalam proses
- Ajarkan penyembuhan
teknik pasien
relaksasi
tarik
nafas
dalam

-
kolaboras
i dengan
dokter
dalam
pemberia
n tearapi
(analgetik
)
2 23 Mei Intoleransi Setelah - - Untuk
2023/ aktivitas dilakukan identifika mengetahui
08.30 berhubunga tindakan si bagian fungsi
WIB n dengan keperawatan gangguan tubuh yang
tirah baring selama 3x24 fungsi mengakibatkan
jam tubuh kelelahan
diharapkan yang
toleransi mengakib - agar pasien
aktivitas atkan dapat merasa
meningkat kelelahan tenang
dengan
kriteria hasil
: - berikan - untuk
a. kemuda aktivitas membantu
han distraksi mempercepat
melakukan yang kesembuhan
aktivitas menenan
sehari hari gkan
meningkat - untuk
b. Keluha - menudukung
n lelah Anjurkan kesembuhan
menur tirah pasien melalui
un baring asupan yang
c.Perasaan bergizi
lemah
menurun -
kolabirasi
dengan
ahli gizi
tentang
cara
meningka
tkan
asupan
makanan

3 23 Mei Mual Setelah - - Untuk


2023/ berhubunga dilakukan Identifikasi Mengetahui
08.30 n dengan tindakan faktor penyebab mual
WIB ansietas keperawatan penyebab
selama 3x24 mual
jam - untuk
diharapkan - kurangi mengurang
tingkat jatuh atau i mual
menurun hilangkan
dengan keadaan
kriteria hasil penyebab
mual - agar pasien
:
merasa
a. keluhan
mual - Anjurkan nyaman dan
berkuran penggunaa mual
n teknik berkurang
g
b. perasaan nonfarmak
ingin ologis
muntah untuk
menurun mengatasi - Untuk
mual yaitu membantu
tarik nafas dalam proses
dalam penyembuha
n pasien
-
Kolaborasi
pemberian
antiemetik
, jika perlu
3. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan/ Implementasi
N Tgl/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Respon TTD/
O Nama
1 23 Mei Nyeri akut - S:
2023/09.00 berhubungan dengan Mengidentifi - Pasien
WIB agen pencedera kasi skala mengatakan
fisiologos nyeri nyeri kaki
kanan atas
sampai ke
pinggang

P : Proses
penyakit
Q : nyeri senut-
senut
R : kaki kanan
S : skala 4
T : nyeri saat
jalan

O:
-Keadaan
Umum sedang
- Kesadaran
composmentis

TTV
TD : 134/84
mmHg
N : 82 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,6 °C
SPO2 : 97%
GDS : 330
10.00 WIB - S : Pasien
Berkolaboras
mengatakan
i
memberikan nyeri nya
analgesik
untuk mulai reda
meredakan O : Pasien
nyeri tampak nyaman
10.45 WIB - S : pasien
Memberikan
mengatakan
teknik
nonfarmakol belum tau strategi
ogis untuk
meredakan nyeri
mengurangi
rasa nyeri O : pasien tampak
yaitu tarik menahan nyeri,
nafas dalam
skala nyerimasih
4
11.10 WIB - S : pasien
Mengajarkan
mengatakan
teknik
relaksasi bersedia
tarik nafas
diajarkan
dalam
teknik
relakssi
napas dalam
O : pasien
tampak
kooperatif
dan mampu
mengikuti
teknik
relaksasi
napas dalam
23 Mei 2023/ Intoleransi aktivitas - S : Pasien susah
12.10 berhubungan dengan Mengidentifi melakukan
WIB tirah baring kasi gerakan anggota
gangguan badan
fungsi tubuh
yang O : Pasien
mengakibatk tampak lemah
an kelelahan
12.45 WIB - S : Pasien
Memberikan mengatakan
aktivitas sangat
distraksi menikmati
yang aktivitas
menenangka distraksi yang
n diberikan

O : Pasien
tampak sudah
mulai tenang

13.00 WIB - S : Pasien


Berkolaborasi mengatakan jika
dengan ahli makannya enak-
gizi tentang enak saja
cara
meningkatka
n asupan O : Pasien
makanan tampak sedikit
lebih sehat
13.30 WIB - S : Pasien dapat
menganjurkan menerima
tirah baring anjuran perawat
dengan baik

O : Pasien
tampak
membaik

23 Mei 2023/ Mual berhubungan - S : Pasien


16.45 dengan Mengidentifi mengatakan
WIB Ansietas kasi faktor Merasa mual
penyebab karena cemas
mual O : Pasien
tampak lemah

16. 55 WIB - S : Pasien


Menganjurk mengatakan
an sudah faham
penggunaan atas penjelasan
teknik yang telah
nonfarmakol diberikan
olgs untuk
mengatasi O : Pasien
mual yaitu tampak lebih
tarik nafas nyaman
dalam
17.15 WIB - S : Pasien
Berkolabor mengatakan sudah
asi berkurang rasa
pemberian mualnya
antimietik,
jika perlu O : pasien
tampak
membaik
2 24 Mei 2023/ Nyeri akut - Melakukan S:
08.00 berhubungan dengan identifikasi P : Proses
WIB agen pencedera karakter penyakit
fisiologis nyeri Q : nyeri senut-
senut
R : kaki kanan
S : skala 4
T : nyeri saat
jalan
O : pasien
tampak menahan
nyeri dan
kesakitan

08. 20 WIB - Melakukan S : Pasien


monitor mengatakan
tanda-tanda nyeri kaki
vital kanan atas
sampai ke
pinggang

O:
TD : 143/83
mmHg
S : 36,5
N : 65 x/menit
RR: 23 x/menit
SpO2 : 100 %
08.30 WIB Mengajarkan S : pasien
Teknik non mengatakan
farmakologi sudah bisa
s untuk melakukan
mengontrol teknik napas
nyeri dengan dalam
tarik nafas
dalam O : pasien
mengerutkan
dahi dan
merintih sakit,
pasien koperatif
dapat mengulang
dengan benar.
08.45 WIB Melakukan S : Pasien
kontrol mengatakan
lingkungan sudah mengerti
yang
memperbera O : Pasien
t nyeri tampak lebih
nyaman
24 Mei 2023/ Intoleransi aktivitas Mengidentifi S : Pasien
09.00 berhubungan dengan kasi mengatakan
tirah baring gangguan susah
fungsi tubuh menggerakkan
yang badan
mengakibatk
an kelelahan O : Pasien
tampak lemah
09.20 WIB Monitor S : Pasien
lokasi dan mengatakan
ketidaknyam pusing
anan selama
melakukan O : Pasien
aktivitas tampak lemas
09. 45 WIB Memberikan S : Psien
aktifitas mengatakan
distraaksi lebih nyaman
yang
menenangka O : Pasien
n tampak lebih
tenang
24 Mei 2023/ Mual berhubungan Mengidentif S : Pasien
10.00 dengan ikasi faktor mengatakan
WIB Ansietas penyebab Sudah tidak
mual merasa cemas
tetapi sedikit
mual

O : Pasien
tampak lemah

10.30 WIB Menganjurka S : Klien


n teknik mengatakan
penggunaan sudah paham
nonfarmakol
ogis untuk O : Pasien
mengatasi tampak paham
mual yaitu
tarik nafas
dalam
3 25 Mei 2023/ Nyeri akut - S:
09. 00 berhubungan dengan Mengidentifi P : Proses
WIB agen pencedera kasi penyakit
fisiologis karakteristik Q : nyeri senut-
nyeri senut
R : kaki kanan
S : skala 4
T : nyeri saat
jalan

O : Pasien
tampak menahan
nyeri dan
kesakitan
09.20 WIB - Melakukan S : Pasien
monitor mengatakan
tanda tanda nyeri kaki
vital pasien kanan

O:
- TTV
TD : 167/89
mmHg
N : 69 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,6 °C
SPO2 : 100
%
10.00 WIB - S : Pasien
Mengajarkan mengatakan
teknik non sudah bisa
farmakologis melakukan tarik
untuk nafas dalam
mengontrol
nyeri dengan O : Pasien
tarik nafas tampak meringis
dalam kesakitan
10.30 WIB - Melakukan S : Pasien
kontrol mengatakan
lingkungan sudah merasakan
yang nyaman
memperberat
nyeri dengan O : Pasien
megurangi tampak lebih
pencahayaan nyaman

25 Mei 2023/ Intoleransi aktivitas - Melakukan S : Pasien susah


11.00 berhubungan dengan identifikasi melakukan
WIB tirah baring gangguan gerakan badan
fungsi tubuh
yang O : Pasien
mengalami tampak lemah
kelelahan
11.20 WIB - Melakukan S : Pasien
monitor pola mengatakan
dan jam tidur tidur 7 jam
sehari dengan
mudah
terbangun

O : Pasien
tampak ngantuk
11.45 WIB - S : Pasien
Menyediakan mengatakan
lingkungan lebih nyaman
yang nyaman O : Pasien
tampak lebih
nyaman
12.00 WIB - Melakukan S : Pasien
anjuran mengatakan
melakukan sudah faham
aktivitas dengan anjuran
secara tersebut
bertahap
O : Pasien
tampak sudah
memahaminya
25 Mei 2023/ Mual - S : Pasien
12.10 berhubungan dengan Menguran mengatakan
WIB ansietas gi atau mual sudah
menghilan berkurang
gkan
keadaan O : Pasien
penyebab tampak
mual membaik

12.30 WIB - S : Pasien


Mengolabor Mengatakan
asi sudah tidak
pemberian merasa mual
antimietik,
jika perlu O : Pasien
tampak
membaik

4. Evaluasi Formatif

N Tanggal/Jam Diagnosa Evaluasi TTD


o
1 23 Mei 2023/ Nyeri akut S:
21.00 berhubungsn dengan - Pasien mengatakan nyeri
WIB agen pencedera pinggang kanan menjalar
fisiologis sampai kaki kanan

P : Proses penyakit
Q : nyeri senut-senut
R : kaki kanan
S : skala 4
T : nyeri saat jalan

O:
TTV
TD : 132/91 mmHg
N : 70 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,6 °C
SPO2 : 98 %

A : Masalah nyeri akut belum


teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
- Lanjutkan observasi nyeri
- Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi rasa nyeri
- Lanjutkan teknik relaksasi
nafas dalam
- Lanjutkan pemberian
obat analgesik
2 24 Mei 2023/ Nyeri akut S : Pasien mengatakan nyeri
14.00 berhubungan dengan kaki kanan sudah berkurang
WIB agen pencedera P : Proses penyakit
fisiologis Q : nyeri senut-senut
R : kaki kanan
S : skala 2
T : nyeri saat jalan

O:
TTV :
TD : 132/91 mmHg
N : 70 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,5°C
SPO2 : 98 %

A : Masalah nyeri akut


belum
teratasi

P : intervensi dilanjutkan
- Lanjutkan observasi
nyeri
- Lanjutkan pemberian
tekniknonfarmakologi
untuk mengurangi rasa
nyeri
- Lanjutkan teknik relaksasi
nafas dalam
- Lanjutkan pemberian
obat analgesik
1 23 Mei 2023/ Intoleransi aktivitas S :
21.00 berhubungan dengan - Pasien mengatakan letih
WIB tirah baring masih terasa
- Pasien mengatakan masih
nyeri jika berpindah posisi

O:
- Pasien masih tampak lemas
A : Masalah Intoleransi aktivitas
belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
- Anjurkan tirah baring
- Kolabirasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

2 24 Mei 2023/ Intoleransi aktivitas S :


berhubungan dengan - Pasien mengatakan letih
tirah baring sudah sedikit tidak berasa
- Pasien mengatakan nyeri
sedikit berkurang jika
berpindah posisi

O:
- Pasien tampak sedikit
sedikit membaik

A : Masalah intoleransi
aktivitas belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
- Berikan aktivitas distraksi
yang
menenangkan
- Anjurkan tirah baring
- Kolabirasi dengan ahli
gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
1 23 Mei 2023/ Mual berhubungan S:
dengan - Pasien mengatakan mual
Ansietas sedikit berkurang

O:
- Pasien masih tampak lemas
- TTV
TD : 131/82 mmHg
N : 84 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,6 °C
SPO2 : 99 %

A : Masalah mual belum


teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
- Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual

2 24 Mei 2023/ Mual S : Pasien mengatakan mual


berhubungan dengan jarang dirasakan
ansietas
O:
- Pasien sudah mulai tidak
tampak lemas
- Hasil pemeriksaan TTV
tekanan darah pasien didpatkan
117/72 sudah menurun dari yang
kemarin

A : Masalah resiko jatuh belum


teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
- Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual

5. Evaluasi Sumatif
No Tanggal/Jam Diagnosa Evaluasi TTD/Nama
1 25 Mei 2023/ Nyeri Akut S:
13.00 berhubungan dengan - Pasien
WIB agen pencedera mengatakan
fisiologis nyeri kaki
sebelah kanan
sudah hilang
P : Proses penyakit
Q : nyeri senut-senut
R : kaki kanan
S : skala 0
T : nyeri saat jalan

O:
- TTV
TD : 117/72 mmHg
N : 74 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,5°C
SPO2 : 99 %
- Pasien tampak sudah
membaik

A : Masalah nyeri
akut teratasi

P : Intervensi
dihentikan

2 25 Mei 2023/ Intoleransi aktivitas S:


13.00 berhubungan dengan - Pasien mengatakan
WIB tirah baring letih sudah tidak
berasa
- Pasien mengatakan
Nyeri kaki
kanan jika
berpindah posisi
sudah hilang

O:
- Pasien sudah tidak
tampak lemas

A : Masalah
intoleransi
aktivitas teratasi

P : intervensi
dihentikan
3 25 Mei Mual berhubungan S:
2023/13.00 dengan - Pasien mengatakan
WIB ansietas muaal sudah
tidak dirasa
O:
- Pasien sudah tidak
tampak lemas
A : Masalah mual
teratasi

P : Intervensi
dihentikan

Anda mungkin juga menyukai