Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A
DENGAN NYERI AKUT DI RUANG CEMPAKA RS Dr SOBIRIN
Disusun untuk memenuhi standar penilaian praktik klinik Kebutuhan Dasar Manusia

Pembimbing Klinik : Ns Al Hidayah, S.Kep

Disusun Oleh:

1. Devi Oktayanti
2. Fiola Desta Safitri
3. Lismawati
4. Mita Indah Sari
5. Mori Maya Sari
6. Mutia Annisa
7. Nurul Hidayah
8. Pramudya Nelsa
9. Sarastika Ayu Widiantari

PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Laporan
Pendahuluan Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Akut” ini dengan lancer meskipun masih perlu
perbaikan di dalamnya. Saya juga berterima kasih kepada dosen mata kuliah, serta CI dari pihak RS
Dr.Sobirin Lubuklinggau yang telah membimbing saya dalam tugas ini.

Saya berharap Laporan Pendahuluan ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Laporan Pendahuluan ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik,
saran, dan usulan demi memperbaikinya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Semoga Laporan Pendahuluan sederhana ini dapat dipahami dan bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya.

Lubuklinggau, 04 November 2022


LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA NYAMAN: NYERI AKUT

1. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar

A. Definisi Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat

subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,

dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang

dialaminya (Uliyah & Hidayat, 2015).

Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh

reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional (Uliyah & Hidayat, 2015).

B. Etiologi

1. Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab yang

berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya,

penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik),

neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah. Secara psikis, penyebab nyeri dapat

terjadi oleh karena adanya trauma psikologis.

2. Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikis berkaitan dengan terganggunya serabut saraf

reseptor nyeri. Serabut saraf nyeri ini terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada

jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam. Sedangkan nyeri yang disebabkan

faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organik,

C. Klasifikasi Nyeri
Menurut Maryunani (2015), klasifikasi nyeri umumnya dibagi 2, yaitu nyeri akut dan

nyeri kronis:

1) Nyeri Akut

Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6

bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot.

2) Nyeri Kronis
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan biasanya berlangsung dalam waktu

cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah

nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan psikosomatik.

Tabel 2.1 Perbedaan nyeri akut dan kronis

KARAKTER NYERI NYERI KRONIS


ISTIK AKUT
Pengalaman Suatu Suatu situasi, status
kejadian eksistensi
Sumber Sebab Tidak diketahui atau
eksternal pengobatan yang terlalu
atau lama
penyakit
dari dalam
Serangan Mendadak Bisa mendadak, berkemban
g dan
terselubung
Waktu Sampai 6 Lebih dari 6 bulan,
bulan sampai bertahun-tahun

Pernyataan Daerah nyer Daerah nyeri sulit


nyeri i tidak dibedakan intensitasny,
diketahui de Sehingga sulit dievaluasi
ngan pasti (perubahan perasaan)
Gejala-gejala Pola respons Pola respons yang
Klinis yang khas bervariasi, sedikit gejala-
dengan gejala (adaptasi)
gejala yang
lebih jelas
Pola Terbatas Berlangsung terus
sehingga dapat bervariasi

Perjalanan Biasanya Penderitaan meningkat


berkurang setelah beberapa saat
setelah
beberapa
saat
D. Tanda dan gejala

Gejala dan tanda menurut PPNI(2016) adalah sebagai berikut:

Gejala dan Tanda Mayor:

1. Subjektif : mengeluh nyeri

2. Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari

nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.

Gejala dan Tanda Minor :

1. Subjektif : tidak tersedia

2. Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses

berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaphoresis.

E. Patofisiologi

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri

adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang

berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya

terhadap stimulus kuat yang secara ptensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga dengan

nyeri nosiseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nosiseptor) ada yang bernilai dan ada yang

tidak bernilai dari saraf eferen.

Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut

nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan

akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Sekali stimulus

nyeri mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses

informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosisai kebudayaan dalam

upaya mempersepsikan nyeri.


F. Pathway

Kelemahan Otot Abdomen Karena Usia


atau Secara Congenital

Peregangan Rongga Dinding

Herniasi

Cincin Hernia

Hernia Inguinalis

Durante

Pembedahan

Terputusnya Kontinuitas Jaringan Lunak

Nyeri Destruksi Pertahanan

Gangguan Masuknya
Mobilitas Fisik Mikroorganisme

Resiko Tinggi
Infeksi

G. Pengukuran Intensitas Nyeri

Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mugkin adalah menggunakan

respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan

objektif juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Andarmoyo,

2016). Menurut Yudiyanta, et al (2015), salah satu contoh pengukuran intensitas nyeri yaitu

Numeric Rating Scale (NRS) karena dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif

terhadap dosis, jenis kelamin dan perbedaan etnis. Lebih baik untuk digunakan pada saat

menilai nyeri akut.

Numeric Rating Scale (NRS)


Sumber: Krebs, et al. 2017
H. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Menurut Uliyah & Hidayat (2015), pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi

oleh beberapa hal, diantaranya adalah:

1) Arti Nyeri

Arti nyeri bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri

tersebut merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-lain.

Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang

sosial kultural, lingkungan dan pengalaman.

2) Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat subjektif, tempatnya pada korteks (pada

fungsi evaluatif secara kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu

stimulasi nociceptor.

3) Toleransi Nyeri

Toleransi nyeri erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat

mempengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan

toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, pilates exercise, gesekan atau garukan,

pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan lain-lain. Sedangkan faktor yang

menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak

kunjung hilang, sakit dan lain-lain.

4) Reaksi Terhadap Nyeri

Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti

ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons

nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

I. Pemeriksaan Penunjang

Berdasarkan Ni Putu Wardani (2014), pemeriksaan penunjang yang dilakukan bertujuan

untuk mengetahui penyebab dari nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan seperti:

1) Pemeriksaan laboratorium

2) Pemeriksaan penunjang lainya


a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila nyeri tekan abdomen

b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal

c. CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak

d. EKG

J. Komplikasi
Berdasarkan Ni Putu Wardani (2014), komplikasi nyeri ada 2:
1) Gangguan pola istirahat tidur
2) Syok neurogenic

K. Penatalaksanaan

1) Farmakologi

Menurut Wahyudi & Wahid (2016) menjelaskan bahwa penanganan nyeri secara

farmakologi adalah seperti berikut ini :

a. Analgesik Narkotik

Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derativ opium seperti morfin dan kodein.

Narkotik memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan karena obat ini

mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan mengaktifkan penekanan nyeri

endogen pada susunan saraf pusat. Namun penggunaan obat ini menimbulkan efek

menekan pusat pernapasan di medulla batang otak.

b. Analgesik Non Narkotik

Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminifen dan ibuprofen selain memiliki

efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan antipiretik. Efek samping obat

ini paling umum terjadi gangguan pencernaan seperti adanya ulkus gaster dan

perdarahan gaster.

2) Non Farmakologi

Tindakan pengontrolan nyeri melalui tindakan non-farmakologi menurut para Ahli

adalah sebagai berikut:

a. Membangun hubungan terapeutik perawat-klien

Terciptanya hubungan terapeutikan klien dengan perawat akan memberikan pondasi

dasar terlaksananya asuhan keperawatan yang efektif pada klien yang mengalami

nyeri.
b. Bimbingan Antisipasi

Menghilangkan kecemasan klien sangatlah perlu, terlebih apabila dengan timbulnya

kecemasan akan meningkatkan persepsi nyeri klien.

c. Relaksasi

Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental dan fisik dari

ketegangan dan stres, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

3) Imajinasi Terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah upaya untuk menciptakan kesan dalam pikiran klien,

kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap dapat menurunkan

persepsi klien terhadap nyeri.

4) Distraksi

Merupakan tindakan pengalihan klien ke hal-hal diluar nyeri, yang dengan demikian

diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan klien terhadap nyeri.

5) Akupuntur

Akupuntur merupakan terapi pengobatan kuni dari Cina, dimana akupuntur menstimulasi

titik-titik tersebut pada tubuh untuk meningkatkan aliran energi disepanjang jalur yang

disebut jalur meridian.

6) Biofeedback

Metode elektrik yang mengukur respon fisiologis seperti gelombang pada otak, kontraksi

otot, atau temperatur kulit kemudian “mengembalikan” memberikan informasi tersebut

kepada klien.

7) Stimulasi kutaneus

Teknik ini bekerja dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengontrol nyeri. Sebagai

contoh tindakan ini adalah mandi air hangat/sauna, masase, kompres air dingin/panas,

pijatan dengan menthol atau TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation).

8) Akupresur

Terdapat beberapa teknik akupresur untuk membebaskan rasa nyeri yang dapat dilakukan

secara mandiri. Klien dapat menggunakan ibu jari atau jari untuk memberikan tekanan
pada titik akupresur untuk membebaskan ketegangan pada otot kepala, bahu atau leher.

9) Psikoterapi

Psikoterapi dapat menurunkan persepsi pada nyeri pada beberapa klien, terutama pada

klien yang sangat sulit sekali mengontrol nyeri, pada klien yang mengalami depresi, atau

pada klien yang pernah mempunyai riwayat masalah .

2. ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi

pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang berhubungan

dengan kebutuhan nutrisi.

1) Identitas

Berisikan data umum dari pasien. Yang terdiri nama pasien, jenis kelamin, umur, status

perkawinan, pekerjaan, alamat, pendidikan terakhir, tanggal masuk, nomer register,

diagnosa medis, dan lain-lain.

2) Riwayat Kesehatan

Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe

makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih disukai, yang dapat

digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang dan rencana

makanan untuk masa selanjutnya.

a) Keluhan Utama

Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat dilakukan pengkajian.

b) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien bercerita tentang riwayat penyakit, perjalanan dari rumah ke rumah sakit.

c) Riwayat Penyakit Dahulu

Data yang diperoleh dari pasien, apakah pasien mempunyai penyakit di masa lalu

maupun sekarang.

d) Riwayat Penyakit Keluarga

Data yang diperoleh dari pasien maupun keluarga pasien, apakah keluarga ada yang

memiliki riwayat penyakit menurun maupun menular.


3) Pola Aktifitas Sehari–hari

a) Pola Makan dan Minum

1) Jumlah dan jenis makanan

Seberapa besar pasien mengkonsumsi makanan dan apa saja makanan yang di

konsumsi.

2) Waktu pemberian makanan

Rentang waktu yang diperlukan pasien untuk dapat mengkonsumsi makanan yang

di berikan

3) Jumlah dan jenis cairan

Berapakah jumlah dan apasajakah cairan yang bisa dikonsumsi oleh pasien yang

setiap harinya di rumah maupun dirumah sakit.

4) Waktu pemberian cairan

Waktu yang di butuhkan pasien untuk mendapatkan asupan cairan.

5) Masalah makan dan minum

Masalah–masalah yang dialami pasien saat akan ataupun setelah mengkonsumsi

makanan maupun minuman.

b) Pola Eliminasi

1) Buang Air Kecil

Berapa kali dalam sehari, adakah kelainan, berapa banyak, dibantu atau secara

mandiri.

2) Buang Air Besar

Kerutinan dalam eliminasi alvi setiap harinya, bagaimanakah bentuk dari BAB

pasien (encer, keras, atau lunak).

3) Kesulitan BAK/BAB

Kesulitan–kesulitan yang biasanya terjadi pada pasien yang kebutuhan nutrisinya

kurang, diet nutrisi yang tidak adekuat.

4) Upaya mengatasi BAK/BAB


Usaha pasien untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pola eliminasi.

c) Kebersihan Diri/Personal Hygiene

1) Pemeliharaan badan

Kebiasaan pasien dalam pemeliharaan badan setiap harinya mulai dari mandi,

keramas, membersihkan kuku dan lain–lain.

2) Pemeliharaan gigi dan mulut

Rutinitas membersihkan gigi, berapa kali pasien menggosok gigi dalam sehari

3) Pola kegiatan lain

Kegiatan yang biasa dilakukan oleh pasien dalam pemeliharaan badan.

4) Pola Istirahat /Tidur

a) Waktu tidur

Waktu tidur yang dialami pasien pada saat sebelum sakit dan dilakukan di

rumah, waktu tidur yang diperlukan oleh pasien untuk dapat tidur selama di

rumah sakit.

b) Waktu bangun

Waktu yang diperlukan untuk mencapai dari suatu proses NERM ke posisi

yang rileks, waktu bangun dapat dikaji pada saat pasien sebelum sakit dan pada

saat pasien sudah di rumah sakit.

c) Masalah tidur

Apa saja masalah–masalah tidur yang dialami oleh pasien pada saat sebelum

sakit dan pada saat sudah masuk di rumah sakit.

d) Hal–hal yang mempermudah tidur

Hal–hal yang dapat membuat pasien mudah untuk dapat tidur secara nyenyak.

e) Hal–hal yang mempermudah pasien terbangun

Hal–hal yang menyangkut masalah tidur yang menyebabkan pasien secara

mudah terbangun.

b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum

Baik, sedang, dan ringan.


2) Kesadaran

Composmentis, somnolen, koma, delirum.

3) Tanda–tanda Vital

Ukuran dari beberapa kriteria mulai dari tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.

4) Pemeriksaan Kepala

Pada kepala yang dapat kita lihat adalah bentuk kepala, kesimetrisan, penyebaran

rambut, adakah lesi, warna, keadaan rambut.

5) Pemeriksaan Wajah

Inspeksi : adakah sianosis, bentuk dan struktur wajah.

6) Pemeriksaan Mata

Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji adalah kelengkapan dan

kesimetrisan.

7) Pemeriksaan Hidung

Bagaimana kebersihan hidung, apakah ada pernafasan cuping hidung, keadaan

membrane mukosa dari hidung.

8) Pemeriksaan Telinga

Inspeksi: Keadaan telinga, adakah serumen, adakah lesi infeksi yang akut atau kronis.

9) Pemeriksaan Leher

Inspeksi: adakah kelainan pada kulit leher

Palpasi: palapasi trachea, posisi trachea (miring, lurus, atau bengkok), adakah

pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembendungan vena jugularis.

10) Pemeriksaan Integumen

Bagaimanakah keadaan turgor kulit, adakah lesi, kelainan pada kulit, tekstur, warna

kulit.

11) Pemeriksaan Thorax

Inspeksi dada, bagaimana bentuk dada, bunyi normal.

12) Pemeriksaan Jantung

Inspeksi dan Palpasi: mendeteksi letak jantung, apakah ada pembesaran jantung.
Perkusi: mendiagnosa batas-batas diafragma dan abdomen.

Auskultasi: bunyi jantung I dan II.

13) Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : bagaimana bentuk abdomen (simetris, adakah luka, apakah ada pembesaran

abdomen).

Auskultasi : mendengarkan suara peristaltic usus 5-35 dalam 1 menit. Perkusi : apakah

ada kelainan pada suara abdomen, hati (pekak), lambung (timpani).

Palpasi : adanya nyeri tekanan atau nyeri lepas saat dilakukan palpasi.

14) Pemeriksaan Genetalia

Inspeksi : keadaan rambut pubis, kebersihan vagina atau penis, warna dari kulit

disekitar genetalia

Palpasi : adakah benjolan, adakah nyeri saat di palpasi

15) Pemeriksaan Anus

Lubang anus, peripelium, dan kelainan pada anus

16) Pemeriksaan Tubuh Secara Umum

Kebersihan, normal, postur

17) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hemoglobin, glukosa, elektrolit,

dan lain–lain. (Hidayat, 2009).

c. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul

adalah (SDKI, 2016):

1) Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik.

2) Gangguan mobilitas fisik b.d Nyeri

3) Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif

d. Rencana Keperawatan (berdasarkan SIKI, 2018)

1) DX 1 : Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik (Prosedur Operasi) (D.0077)


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

tingkat nyeri pasien menurun

Kriteria Hasil : Tingkat nyeri (L.08066)

1) Keluhan nyeri menurun (5)

2) Meringis menurun (5)

3) Gelisah menurun (5)

Intervensi : Manajemen nyeri (I.08238)

1) Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi respon nyeri non verbal

4) Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (ajarkan tekhnik

relaksasi nafas dalam)

5) Atur posisi klien senyaman mungkin

6) Kolaborasi dalam pemberian analgetik

2) DX 2 : Gangguan mobilitas fisik b.d Nyeri (Prosedur Operasi) (D.0077)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Mobilitas fisik meningkat

Kriteria Hasil :

a. Nyeri menurun (5)

b. Gerakan terbatas menurun (5)

c. Kelemahan fisik menurun (5)

Intervensi :Perawatan Tirah Baring (I.14572)

a. Monitor kondisi kulit

b. Monitor komplikasi tirah baring (mis. kehilangan massa otot, sakit punggung,

konstipasi, stress, depresi, kebingungan, perubahan irama tidur, infeksi saluran

kemih, sulit buang air kecil, pneumonia)

c. Posisikan senyaman mungkin

d. Pertahankan seprei tetap kering, bersih dan tidak kusut

e. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan sehari-hari

f. Ubah posisi setiap 2 jam


g. Jelaskan tujuan dilakukan tirah baring

3) DX 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

Tujuan dilakukannya asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tindakan

asuhan keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil:

a) Keluhan Nyeri menurun

b) Sikap protektif menurun

c) Gelisah menurun

d) Polatidur membaik

Intervensi Edukasi pencegahan infeksi(I.12496)

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi lokal

 Ajarkan cara merawat kulit dibagian edema

 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi

 Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik

Intervensi Pencegahan infeksi(I.14539)

 Anjurkan meninbgkatkan asupan cairan

 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

e. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dilakukan

perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (PPNI, 2018).

f. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang

berguna untuk mengetahui apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan

tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari

rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan

pasien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. (Dinarti, 2017)
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
-------. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
SDKI PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI
SLKI PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI
SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai