Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

NYER DI BANGSAL RAMA

RUMASH SAKIT UMUM MITRA PARAMEDIKA YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

ERSANDI MUSTAKIM

04.19.4885

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

2022

LAPORAN PENDAHULUAN
Asuhan Keperawatan Nyeri

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan peringatan bagi individu bahwa ada suatu kelainan
yang sedang terjadi dalam tubuh. Rasa nyeri merupakan rasa yang tidak
menyenangkan yang hanya dapat diungkapkan kepada diri sendiri, melibatkan
emosi serta keadaan afektif seseorang dan persepsinya berbeda dari satu orang ke
orang lain, berbeda dari waktu ke waktu pada
satu orang yang sama. Nyeri sering disertai komponen psikofisiologik berupa
kegiatan sistem saraf otonom misalnya perubahan tekanan darah, frekuensi denyut
jantung atau berkeringat. Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang
mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri
terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses
pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan kondisi
seseorang. Hal ini dikarenakan nyeri dapat mengganggu kenyamanan seseorang,
selain itu dapat mempengaruhi aktivitas seseorang yang sedang mengalami nyeri.
Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien
karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya
berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada
klien di berbagai situasi dan keadaan dengan memberikan intervensi untuk
meningkatkan kenyamanan. Menurut
beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang
merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung
oleh Kolcaba (2007) yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan
telah terpenuhinya kebutuhan dasarmanusia.

2. Tujuan
a. Mengetahui dan memahami gangguan rasa nyaman (nyeri) pada klien.
b. Menganalisis teori gangguan rasa nyaman (nyeri) dengan keadaan
klien.
c. Mampu menerapkan terapi pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada klien di
Rumah Sakit.

B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
International Association for Study of Pain ( IASP ) menyatakan nyeri adalah
merupakan pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan
yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan yang nyata, berpotensi rusak, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

2. Etiologi
a. Agen cedera fisik : penyebab nyeri karena trauma fisik

b. Agen cedera biologi : penyebab nyeri karena kerusakan fungsiorgan

atau jaringan tubuh

c. Agen cedera psikologi : penyebab nyeri yang bersifat psikologik seperti kelainan
organik, neurosis traumatik, skizofrenia

d. Agen cederakimia : penyebab nyeri karena bahan/zat kimia.

3. Faktor Predisposisi
a. Faktor fisiologis
Rangsang nyeri yang diterima oleh norireseptor berjalan melalui tulang

belakang dan naik ke spinotalamik lateral kemudian ke medulla, pons, dan

mesenchepalon. Selanjutnya rangsang nyeri tersebut dibawa ke serebrum

sehingga individu menyadari akan adanya nyeri,lokasinya, jenisnya dan

intensitasnya.

b. Faktorpsikososial

Beberapa faktor psikososial yang dapat mempengaruhi individu terhadap


persepsi nyeri seperti pengalaman masa lalu, sistem nilaiberkaitan dengan nyeri,
harapan keluarga, lingkungan, emosi dan

budaya.

4. Patofisiologi
Konduksi impuls noriseptif pada prinsipnya ada dua tahap yaitu :

a. Melalui sistem noriseptif

Reseptor di perifer lewat serabut aferen, masuk medulla spinalis kebatang otak
oleh mesenfalon /midbrain.

b. Melalui tingkat pusat

Impuls noriseptif mesenfalon ke korteks serebri di korteks asosiasinya sensasi


nyeri dapat dikenal karakteristiknya.

Impuls - impuls nyeri disalurkan ke sumsum tulang belakang oleh 2 jenis


serabut bermielin rapat A delta dan C dari syaraf aferen ke spinal dan sel raat
dan dan sel horn SG melepas P (penyalur utama impuls nyeri) Impuls nyeri
menyeberangi sumsum belakang pada interneuron – interneuron bersambung
dengan jalur spinalis asenden. Paling sedikit ada 6 jalur ascenden untuk impuls-
impuls nosireseptoryang letak pada belahan vencral dari sumsum belakang
yang paling utama : SST (spinathamic tract) = jalur spinareticuler trace) impuls-
impuls ke batang otak dan sebagian ke thalamus mengaktifkan respon
automic dan limbic (pada kulit otak ) afektif dimotivasi.

5. Tanda dan Gejala


a. Klien melaporkan nyeri baik secara verbal atau non verbal

b. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas

panjang, mengeluh)

c. Menunjukkan kerusakan pada bagiantubuhnya.


d. Posisi untuk mengurangi nyeri.

e. Ada gerakan untuk melindungi.

f. Tingkah laku berhati-hati.

g. Fokus pada diri sendiri dan penurunan interaksi dengan lingkungan.

h. Perubahan dalam nafsu makan danminum.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan mencakup pemeriksaan laboratorium
darah dan pemeriksaan radiologi.

7. Pathway
Agen cedera (injury )

Fisik (Trauma) Biologis K imia Psikologis

Gangguan sirkulasi
dan kelainan darah

Peradangan

N y eri Kerusakan pada


bagian tubuh

Nafsu makan dan


minum menurun

Kerusakan Defisit
G anggu an Kerusakan
mobilitas fisik Perawatan Diri
nutrisi integritas kulit

8. (Data Fokus)
a. Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi:

1) Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superficial


2) Posisi atau lokasi nyeri
Nyeri superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan oleh klien,
sedangkan nyeri yang timbul dari bagian dalam (visceral) lebih dirasakan secara
umum. Nyeri dapat pula dijelaskan menjadi empat kategori yang

berhubungan dengan lokasi :

a) Nyeri terlokalisir : nyeri dapat jelas terlihat pada area asalnya.


b) Nyeri Terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut sarafspesifik.

c) Nyeri Radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak dapat
dilokalisir.
d) Reffered Pain (Nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang jauh dari area
rangsang nyeri.
b. Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan. Perubahan dari
intensitas nyeri dapat menandakan adanya perubahan kondisi patologis dari klien.

c. Waktu dan Lama (Time & Duration)


Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul, berapa lama, bagaimana
timbulnya, interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir timbul.
d. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari nyeri. Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui: nyeri kepala mungkin dikatakan “ada yang
membentur kepalanya”, nyeri abdominal dikatakan

“seperti teriris pisau”.


e. Skala nyeri
Beberapa contoh alat pengukur nyeri:

1) Anak-anak

2) Dewasa
Skala intensitas nyeri deskriptif

Skala identitas nyeri numerik

Skala analog visual


Skala nyeri menurut Bourbanis

Keterangan :

0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik.
4-6 : Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat, secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panjang dandistraksi .
10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berinteraksi

dengan orang lain.

f. Perilaku Non Verbal


Beberapa perilaku nonverbal yang dapat kita amati antara lain : ekspresi wajah,
gemeretak gigi, menggigit bibir bawah dan lain-lain.

g. Faktor Presipitasi
Beberapa faktor presipitasi yang akan meningkatkan nyeri : lingkungan, suhu ekstrim,
kegiatan yang tiba-tiba, stressor fisik danemosi.

8. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a. Nyeri berhubungan dengan agen injury fisik, biologis, kimia, dan psikologis.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengannyeri.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasifisik.
d. Gangguan nutrisi berhubungan dengan faktorbiologis.
9. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Tidak dilakukan sama dapat membantu proses
sekali penyembuhan.
2. Jarang dilakukan 5. Ajarkan penggunaan teknik 5. Teknik non farmakologi dapat

3. Kadang dilakukan non farmakologi untuk membantu mengatasi nyeri

4. Sering dilakukan meng atasi nyeri (ex.


5. Selalu dilakukan relaksasi, massase)
6. Berikan informasi tentang 6. Memberikan penjelasan akan
nyeri : penyebab, berapa menambah pengetahuan klien
lama terjadi. tentang nyeri.

7. Kontrol faktor lingkungan 7. Lingkungan yang nyaman


yang mempengaruhi nyeri dapat mengurangi rasa nyeri
s ep erti s uhu ru an gan,

pencahayaan, kebisingan.
8. Evaluasi keefektifan dari 8. Keefektifan manajemen nyeri

tindakan mengontrol nyeri non famakologi akan


menurunk an penggun aan
analgesik yang berlebihan .

9. Berikan analgetik sesuai 9. Analgetik dapat membantu


anjuran menghilangkan rasa nyeri
10. Monitor kenyamanan 10. Mengetahui keefektifan
pasien terhadap manajemen teknik non farmakologis
nyeri non farmakologis untuk mengatasi nyeri.
11. Libatkan keluarga untuk 11. Kehadiran keluarga akan
mengurangi nyeri memberi kenyamanan pada
pasien.
DAFTARPUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol : 1. Jakarta: EGC

Potter & Perry . 2006. Fundamental Keperawatan. Vol: 2. Jakarta : EGC Herdman.

2009. Nanda International : Diagnosis Keperawatan

2009-2011. Jakarta : EGC

McCloskey, Joanne & Gloria M Bulechek, 2000, Nursing Outcome


Classificatian (NOC), Second Ed, New York, Mosby.

, 2005, Nursing Intervention Classificatian (NIC), Second


Ed, New York, Mosby.

Anda mungkin juga menyukai