Disusun Oleh :
TAHUN 2023
A. KONSEP DASAR RASA AMAN DAN NYAMAN NYERI
1. Definisi
Pengertian Rasa Aman dan Nyaman
a. Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan
b. Nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu
Pengertian Nyeri
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
akibat dari adanya kerusakan pada jaringan yang actual dan potensial. Nyeri
merupakan salah satu alasan orang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri
Faktor Resiko
a. Nyeri Akut
2) Menunjukkan kerusakan
5) Gangguan tidur
b. Nyeri Kronis
4) Kelelahan
6) Takut cidera
Faktor Predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
Faktor Presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan Emosi
a. Mayor :
dan intensitasnya
b. Minor :
2) Nadi meningkat
3) Pernafasan meningkat
4) Diaphoresis
5) Pupil dilatasi
6) Posisi berhati-hati
8) Menangis, merintih
a. Mayor :
b. Minor :
4) Depresi
6) Ansietas
7) Tampak lunglai
11) Agitasi
12) Keletihan
14) Gelisah
Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak
vital dan pemeriksaan fisik termasuk mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat
awitan nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah, dan ftekuensi pernapasan meningkat.
b. Efek perilaku
Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang khas
dan berespon secara vokal serta mengalami kerusakan dalam interaksi sosial. Pasien
menghilangkan nyeri.
Pasien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas
rutin, seperti mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan higiene normal dan dapat
4. Patofisiologi Nyeri
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti
Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan
merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke
dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Potter dan Pery, 2009).
Terjadinya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri
yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang
memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin, yang tersebar pada kulit dan
mukosa, khususnya pada vicera, persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu.
Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan.
Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti bradikinin, histamine, prostaglandin
dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat
kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik dan mekanik.
5. Klasifikasi Nyeri
a. Berdasarkan sumbernya
1. Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya
bersifat burning (seperti terbakar), nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisasi ex:
2. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri akibat stimulasi organ-organ internal, nyeri
dapat mnyebar ke beberapa arah. Nyeri dapat terasa lebih tajam, tumpul. Sensai pukul
3. Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari jaringan
penyebab nyeri.
4. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium
dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan
b. Berdasarkan penyebab
dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba
c. Berdasarkan lama/durasinya
1. Nyeri akut
Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari 6 bulan. awitan gejalanya mendadak,
dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan
nyeri.
2. Nyeri kronik
Nyeri kronik berlangsung lebih dari 6 bulan. sumber nyeri bisa diketahui atau tidak.
Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan. Penginderaan
nyeri lebih dalam sehingga penderita sulit menunjukkan lokasinya. Dampak nyeri
penderita mudah tersingguung dan insomnia. Nyeri kronis biasanya hilang timbul
dalam periode waktu tertentu. Ada kalanya penderita terbebas dari rasa nyeri (sakit
kepala migrant). Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik (Carpenito, 2012).
6. Pemeriksaan Nyeri
Riwayat nyeri:
2. Intensitas nyeri. Penggunaan skala intensitas nyeri, yang sering dilakuakan adala
rentang 0-5 atau 0-10. Angka 0 menunjukkan tidak nyeri, sedangkan 10 merupakan
nyeri terhebat.
3. Kualitas nyeri.
4. Pola. Meliputi awitan, durasi, kekambuhan atau interval nyeri (kapan nyeri dimulai,
berapa lama berlangsung, apakah nyeri berulang, kapn nyeri terkahir muncul).
menghadapi nyeri
9. Respon afektif. Kaji perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal ada
diri klien
itulah perawat harus mempelajari cara verbal dan nonverbal klien dalam
Perawat mengkaji apakah nyeri yang dirasakan klien akut atau kronik. Apabila akut,
maka dibutuhkan pengkajian yang rinci tentang karakteristik nyeri dan apabila nyeri
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya riwayat nyeri,
keluhan nyeri, intensitas nyeri, kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat
Q: quality dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis
dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang
dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani
dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri
diperiksakan.
2. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo
3. Kultur
nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat
yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak
4. Makna nyeri
bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan
nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri
yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi
nyeri.
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang
cemas.
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri
yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya
nyeri.
8. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau
teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan (Aziz Alimul, 2014)
Cara Mengukur Intensitas Nyeri
1. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul,
Digunakan apabila klien tidak mampu mneyatakan nyerinya melalui skala angka.
Termasuk anakanak yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal dan lansia yang
7. Pemerikasaan Diagnostik
b. Sinar – X (Rontgen)
c. CT-Scan
d. MRI
8. Tindakan Penanganan Nyeri
1. Farmakologi
a. Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti morfin dan kodein.
Narkotik dapat memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan karena obat ini
mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan mengaktifkan penekan nyeri endogen
pada susunan saraf pusat (Tamsuri, 2007). Namun, penggunaan obat ini menimbulkan
efek menekan pusat pernafasan di medulla batang otak sehingga perlu pengkajian
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen selain memiliki
efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan anti piretik. Obat golongan ini
jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi (Smeltzer & Bare, 2009). Efek
samping yang paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti adanya ulkus
2. Non Farmakologi
a. Relaksasi progresif
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan stres. Teknik
relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau
nyeri, stres fisik, dan emosi pada nyeri (Potter & Perry, 2009).
klien sebagai obat seperti kapsul, cairan injeksi, dan sebagainya. Placebo umumnya
terdiri dari larutan gula, larutan salin normal, atau air biasa (Potter & Perry, 2007).
c. Teknik Distraksi
perhatian pasien pada hal-hal yang lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri
1. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang efektif.
Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada
masing-masing individu, maka perlu dikaji semua faktor yang mempengaruhi nyeri,
Q (quality) atau kualitas dari nyeri, apakah tajam, tumpul, atau tersayat
Riwayat Nyeri
a. Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien untuk menunjukan area
nyerinya.
b. Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode mudah dan terpercaya untuk
0 : tidak nyeri
1 – 3 : nyeri ringan
4 – 6 : nyeri sedang
d. Kualitas nyeri
Minta pasien untuk menjelaskan nyeri yang dirasakan, apakah seperti dipukul-pukul
e. Pola nyeri
Pola nyeri meliputi waktu, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.
f. Faktor presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu timbulnya nyeri. Seperti aktivitas fisik
yang berat dapat memicu timbulnya nyeri dada. Selain itu, lingkungan, stresor fisik,
Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare. Gejala tersebut dapat disebabkan
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas klien akan membantu
memahami perspektif klien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang dikaji
Setiap individu memiliki strstegi koping yang berbeda-beda dalam menghadapi nyeri.
Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh
j. Respons afektif
Respons afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi, derajat dan
durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri, dan banyak faktor lainnya. Perlu dikaji adanya
ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal pada diri klien (Herdman, 2012).
Banyak respon nonverbal yang bisa dijadikan indikator nyeri. Salah satu yang paling
utama adalah ekspresi wajah. Perilaku seperti menutup mata rapat-rapat atau
mengindikasikan nyeri. Selain ekspresi wajah respons nyeri dapat berupa vokalisasi
kasur), dll. Sedangkan respon fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung pada
sumber dan durasi nyeri. Pada awal nyeri akut, respons fisiologis dapat meliputi
peningkatan tekanan darah, nadi dan pernafasan, diaphoresis serta dilatasi pupil
akibat terstimulasinya sistem saraf simpatis. Jika nyeri berlangsung lama dan saraf
simpatis telah beradaprasi, respon fisiologis tersebut mungkin akan berkurang atau
3. Intervensi keperawatan
menurun verbal
diberikan
penggunaan analgetik
2. Terapeutik
kebisingan)
3. Edukasi
ketegangan meningkat
maladaftif
4. Kalaborasi
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Priharjo, R (2011). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC hal :
87.
Shone, N. (2009). Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta : Arcan. Hlm : 76-80
Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta :
Djambatan.
Syaifuddin. (2007). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm :
123-136.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
Potter & Perry, ( 2009 ). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC. Hlm 1502-1533
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate Of
Elsefer.
Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2010.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
http://www.asuhankeperawatansari.blogspot.com/2012/24-Maret/etc.