Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN AMAN NYAMAN

QORIATUL AINI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN AMAN NYAMAN

A. Konsep Kebutuhan Aman Nyaman


1. Definisi
Potter & Perry, 2006 mengungkapkan kenyamanan/rasa nyaman
adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari). Ketidaknyamanan adalah keadaan ketika individu
mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap
suatu ransangan.
Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis.
Pemenuhan kebutuhan keamanan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas
dari kecelakaan baik pasien, perawat atau petugas lainnya yang bekerja
untuk pemenuhan kebutuhan tersebut (Asmadi, 2008).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan dan berespon terhadap suatu rangsangan
yang berbahaya (Carpenito, 2006).
2. Gangguan rasa nyaman akibat nyeri
a. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan
sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang
bersifat fisik dan mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada
jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individu ( Mahon, 1994).
Menurut McCaffery ( 1980 ) : “ Nyeri adalah segala sesuatu yang
dikatakan yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi
kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri.”
b. Klasifikasi Nyeri
Secara umum nyeri dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan. Nyeri kronis adalah nyeri
yang timbul secara perlahan – lahan, biasanya berlangsung dalam waktu
cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.
c. Fisiologi Nyeri
Menurut Potter & Perry (2006), terdapat tiga komponen fisiologis
dalam nyeri yaitu resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri
mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri
memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute
saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medulla
spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf
inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau
ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak
menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan
dalam upaya mempersiapkan nyeri.
d. Faktor yang mempengaruhi nyeri
1. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak – anak dan lansia. Perbedaan perkembangan,
yang ditemukan di antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi
bagaimana anak – anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
2. Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
berespons terhadap nyeri ( Gill, 1990 ). Diragukan apakah hanya
jenis kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam
pengekspresian nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi
jenis kelamin ( missal: menganggap bahwa seorang anak laki- laki
harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak
perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama). Akan tetapi,
toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor- faktor biokimia,
dan merupakan hal yang unik pada setiap individu, tanpa
memperhatikan jenis kelamin.
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai – nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa
yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana
bereaksi terhadap nyeri ( Calvillo dan Flashkerud , 1991 ).
4. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal
ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya
individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara
yang berbeda – beda , apabila nyeri tersebut member kesan ancaman,
suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan .
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat., sedangkan upaya
pengalihan ( Distraksi ) dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun (Gil, 1990).
6. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas
seringkali mningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah
sama dalam nyeri dan ansietas ( Gil, 1990).
7. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan
menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping.
8. Pengalaman Sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri
sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan
menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
9. Gaya Koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat
anda merasa kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan
perawatan kesehatan, seperti di rumah sakit, klien merasa tidak
berdaya dengan rasa sepi itu.
10. Dukungan Keluarga dan Sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri ialah
kehadiran orang – orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka
terhadap klien mempengaruhi respon nyeri. Pasien dengan nyeri
memerlukan dukungan, bantuan dan perlindungan walaupun nyeri
tetap dirasakan namun kehadiran orang yang dicintai akan
meminimalkan kesepian dan ketakutan.
e. Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis

Nyeri Akut Nyeri Kronis


1. Ringan sampai berat 1. Ringan sampai berat
2. Reseptor sistem saraf simpatik 2. Respons sistem saraf parasimpatik :

 Peningkatan denyut nadi  Tanda-tanda vital normal

 Peningkatan frekuensi pernafasan  Kulit kering, hangat

 Peningkatan tekanan darah  Pupil normal atau dilatasi

3. Klien tampak gelisah dan cemas  Terus berlanjut setelah

4. Klien menunjukkan perilaku yang penyembuhan

mengidentifikasikan rasa nyeri 3. Klien tampak depresi dan menarik


:menangis, menggosok area nyeri, diri

memegang area nyeri 4. Klien sering kali tidak menyebutkan


5. Terlokalisasi rasa nyeri kecuali ditanya

6. Tajam : seperti ditusuk, disayat, dicubit, 5. Menyebar


dll 6. Ttumpul : ngilu, linu, nyeri, dll
f. Pengukuran Nyeri
 Skala Deskriptif
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang
garis. Pendeskripsi inidirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai
“nyeri yang tidak tertahankan”.
 Skala penilaian numeric
Numerical Rating Scale ( NRS) menilai nyeri menggunakan skala 0-
10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan saat mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik.
 Skala Analog visual
Visual Analog Scale (VAS) merupakan suatu garis lurus yang
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan
kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi keparahan
nyeri.
Untuk mengukur skala nyeri pada pasien pra operasi apendisitis,
peneliti menggunakan skala nyeri numerik. Karena skala nyeri
numerik paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri
sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi progresif. Selain itu
selisi antara penurunan dan peningkatan nyeri lebih mudah diketahui
dibanding skala lain.
3. Tanda dan Gejala
1) Gangguan Rasa Nyaman
a. Gejala dan tanda mayor
 Mengeluh tidak nyaman
 Gelisah
b. Gejalan dan tanda minor
 Mengeluh sulit tidur
 Tidak mampu rileks
 Mengeluh kedinginan atau kepanasan
 Merasa gatal
 Merasa mual
 Mengeluh lelah
 Menunjukkan gejala distress
 Tampak merintih atau menangis
 Pola eliminasi berubah
 Postur tubuh berubah
 Iritabilitas
2) Kesiapan meningkatkan rasa nyaman
a. Batasan karakteristik
 Menyatakan keinginan meningkatkan perasaan puas
 Menyatakan keinginan meningktakan rasa nyaman
 Meningkatkan keinginan meningkatkan relaksasi
 Menyatakan keinginan meningkatkan resolusi terhadap keluhan
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Riwayat penyakit dan keluhan
Pada riwayat penyakit, penting ditentukan dahulu keluhan utama
misalnya nyeri, kelemahan dan lokasi keluhan. Ditanyakan pula aktivitas
maupun posisi kepala yang meningkatkan maupun mengurangi keluhan,
maupun adanya riwayat cedera.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
 Observasi, perhatikan sikap tubuh pasien saat menanyakan riwayat
penyakit.
 Palpasi, apabila didapatkan kekakuan dan nyeri pada sisi otak
maupun radiks saraf yang terkena, dapat pula disertai hipertonus
maupun spasme pada sisi otot yang nyeri.
 Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri ada nyeri
tekan di abdomen.
 Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ yang abnormal.
 Pemeriksaan lab sebagai data penunjang.
 Ct- Scan (cedera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah
yang pecah di otak.
5. Penatalaksanaan Medis
1. Nonfarmakologi
a. Bimbingan Antisipasi
Merupakan tindakan memodifikasi secara langsung cemas yang
berhubungan dengan nyeri menghilangkan nyeri dan menambah
efek tindakan untuk menghilangkan nyeri yang lain.
b. Distraksi
Merupakan metode untuk mengalihkan perhatian klien ke hal yang
lain dan dengan demikian menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri
bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Salah satu distraksi
yang efektif adalah music, yang dapat menurunkan nyeri fisiologis,
stres, kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari
nyeri. Music terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan
frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi,
menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah, dan mengubah
persepsi waktu ( Guzzeta, 1989 ).
c. Biofeedback
Merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respons fisiologis dan cara untuk melatih
kontrol volunter terhadap respon tersebut ( NIH, 1986 ).
d. Hipnosis Diri
Hipnosis diri merupakan sutau pendekatan holistik, hipnosis diri
menggunakan sugesti diri dan kesan tentang perasaan yang rileks
dan damai. Individu memasuki keadaan rileks dengan menggunakan
berbagai ide pikiran dan kemudian kondisi kondisi yang
menghasilkan respon tertentu bagi mereka (Edelman dan Mandel,
1994 ).
e. Mengurangi Persepsi Nyeri
Salah satu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah
membuang atau mencegah stimulus nyeri. Nyeri juga dapat dicegah
dengan mengantisipasi kejadia yang menyakitkan.
f. Stimulasi Kutaneus
Adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri.
Masase, mandi air hangat, kompres menggunakan kantong es, dan
stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS) merupakan langkah –
langkah sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri.
2. Farmakologi
a. Analgesik Nonnarkotik
Analgesik nonnarkotik tidak bersifat adiktif dan kurang kuat
dibandingkan dengan analgesik narkotik. Obat ini digunakan untuk
mengatasi nyeri yang ringan sampai sedang. Obat ini efektif untuk
nyeri tumpul pada sakit kepala, dismenore, nyeri pada inflamasi,
abrasi minor, nyeri otot, dan arthtritis jaringan sampai sedang.
Kebanyakan dari analgesik menurunkan suhu tubuh yang
meningkat, sehingga mempunyai antipiretik,. Beberapa analgesik
seperti aspirin, mempunyai efek anti inflamasi dan juga efek anti
koagulan.
b. Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik, disebut juga Agonis Narkotik, direspon untuk
mengatasi nyeri yang sedang sampai berat. Analgesik narkotik
bekerja terutama pada sistem saraf pusat, sedangkan analgesik
nonnarkotik bekerja pada sistem saraf tepi pada tempat reseptor
nyeri. Narkotik tidak hanya menekan rangsang nyeri tetapi juga
menekan pernapasan dan batuk dengan bekerja pada pusat
pernapasan dan batuk pada medulla di batang otak.
6. Komplikasi
a. Hipovolemik
b. Hipertermi
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Edema Pulmonal
f. Kejang
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1.1 Riwayat keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan
hidup klien. Keamanan yang ada dalam lingkungan ini akan
mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cedera yang akan
mempengaruhi rasa aman dan nyaman klien.
b. Riwayat penyakit dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/ bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung
pada reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman klien
c. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga juga dapat menyebabkan gangguan rasa
aman dan nyaman. Karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien
akan beresiko terkena penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak
nyaman seperti nyeri.
1.2 Pemeriksaan fisik: data focus
a. Ekspresi wajah
 Menutup mata rapat-rapat
 Membuka mata lebar-lebar
 Menggigit bibir bawah
b. Verbal
 Menangis
 Berteriak
c. Tanda- tanda vital
 Tekanan darah
 Nadi
 Pernapasan
d. Ekstremitas
 Amati gerak tubuh pasien untuk mealokasikan tempat atau rasa yang
tidak nyaman
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
b. Kesiapan meningkatkan rasa nyaman
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
. Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Pengurangan
nyaman berhubungan asuhan keperawatan selama kecemasan (5820)
dengan gejala terkait 3x24 jam diharapkan pasien 1. Gunakan pendekatan
penyakit merasakan rasa nyaman yang tenang dan
dengan kriteria hasil : meyakinkan
Status Kenyamanan (2008) 2. Dorong keluarga
1. Kontrol terhadap gejala untuk mendaampingi
2. Mampu klien
mengkomunikasikan 3. Identifikasi pada saat
kebutuhan terjadi perubahan
3. Dukungan sosisal dari tingkat kecemasan
keluarga 4. Berikan aktivitas
4. Dukungan social dari yang bertujuan untuk
teman mengurasi rasa
kecemasan agar
mendapatkan rasa
nyaman
5. Kaji untuk tanda
verbal dan non
verbal kecemasan
2. Kesiapan setelah dilakukan tindakan 3 Peningkatan koping
meningkatkan rasa x 24 jam diharapkan pasien (5230)
nyaman dapat meningkatkan rasa 1. Bantu pasien dalam
nyaman dengan kriteria mengidentifikasi
hasil : tujuan
tingkat ketidaknyamanan 2. Dukung hubungan
(2109) pasien dengan orang
1. rasa takut yang memiliki
2. depresi ketertarikan
3. Kehilangan keyakinan 3. bantu pasien untuk
4. Pikiran bersifat paranoid menyelesaikan
5. hiperaktif masalah agar dapat
meningkatkan rasa
nyaman
4. bantu pasien untuk
mengidentifikasi
strategi – strategi
positif untuk
mengatasi
kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2016). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman


Praktik Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jkarta: Salemba Medika.

Carpenito. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi


10. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Kemenkes. (2016). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.

Kozier, Erb, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
& Praktik Edisi 7 Volume 2. Jakarta : EGC

Lippincott dan Williams & Wilkins. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Lynda Juall Carpenito-Moyet Edisi 8. Jakarta : EGC

Nanda Internasional. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan 2015 – 2017. Jakarta:


EGC

Perry & Potter. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi 4 .
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta:Dewan


Pengurus Pusat PPNI

Nurarif A.H dan Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatn Praktis. Jakarta:


Mediaction

Potter & Ferry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC

Wilkinson J.M & Ahern N.R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai