Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MAKALAH ETIKA HUKUM DAN KEPERAWATAN

PERAN PERWAT DALAM MENCEGAH


BULLYING/PERUNDUNGAN PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT TERTENTU
Dosen Pengajar : Tien Aminah,S.Kep,Ns

Disusun Oleh:
Yuda Wastu Wicaksono (201186)

INSTITUT TEKNOLOGI, SAINS, DAN KESEHATAN RS DR.


SOEPRAOEN KESDEM V/BRW
TAHUN AJARAN
2020/2021
Kata Pengantar

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT karena atas limpahan

Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas yang makalah mata kuliah Etika Hukum dan
Keperawatan di berkan dengan judul “PERAN PERWAT DALAM MENCEGAH
BULLYING/PERUNDUNGAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT TERTENTU”. Dengan
harapan semoga makalah ini dapat memenuhi dan sesuai dengan kriteria penugsan yang di berikan.
Tak lupa pula penyusun sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Etika
hokum dan keperawatan. Serta mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini,
sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk bahan pertimbangan perbaikan
makalah.

Malang, 25 Maret 2021

penulis

2
PEBHASAN

A. Fenomena bullying
Bullyingadalah perilaku negatif berulang yang bermaksud menyebabkan
ketidaksenangan atau menyakitkan oleh orang lain, baik satu atau beberapa orang secara
langsung terhadap seseorang yangtidak mampu melawannya (Olweus, 2006). Menurut Coloroso
(2007) bullying merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan secara berulang-ulang oleh pihak
yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah, dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk
melukai korbannya secara fisik maupun emosional. Sullivan, Cleary & Sullivan (2005)
bullyingadalah tindakan agresi atau manipulasi atau pengucilan yang dilakukan dengan penuh
kesadaran dan berulang-ulang oleh individu atau kelompok kepada individu atau kelompok
lain.Berdasarkan pengertian bullyingdapat disimpulkan bahwa bullyingmerupakan tindakan
agresi yang dilakukan oleh pelaku secara sadar dan berulang-ulang kepada individu atau
kelompok lain yang bertujuan untuk melukai secara verbal, fisik dan emosional. Tindakan yang
dilakukan melalui bullyingakan menyisakan dampak trauma bagi korban dan mengakibatkan
perilaku-perilaku baru yang dapat merugikan korban.

FENOMENA bullying saat ini sangat mengkhawatirkan. Korban terus berjatuhan, namun
sepertinya hal tersebut hanya menjadi suatu keprihatinan nasional. Bullying adalah fenomena
yang dari waktu ke waktu selalu menghantui anak-anak Indonesia. Terbukti begitu santernya
kasus bullying yang selalu ramai menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat dan
menghiasi halaman media cetak maupun media online. Data terkait bullying di Indonesia yang
dirilis oleh UNICEF pada tahun 2015 menyatakan bahwa 50% anak Indonesia pernah di-bully di
sekolah. Dan yang lebih memprihatinkan adalah apa yang diungkapkan oleh menteri sosial pada
tahun 2015 bahwa 40% anak yang bunuh diri di Indonesia merupakan korban bullying. Data
tersebut tentunya menjadi alarm membahayakan bagi semua lapisan masyarakat, betapa bullying
menjadi faktor predisposisi utama untuk kejadian bunuh diri di kalangan remaja.

Hal ini tidaklah mengherankan karena beberapa penelitian tentang bullying di tingkat
global menunjukkan bullying memberi dampak negatif pada kehidupan remaja baik di bidang
pendidikan maupun kesehatan remaja. Kemunduran prestasi, tingginya angka absensi dan
beberapa permasalahan akdemik banyak dijumpai pada korban bullying. Dari sisi kesehatan,
perasaan cemas, depresi, ketakutan, harga diri rendah, cedera dan cacat fisik menghantui semua
sisi kehidupan remaja korban bullying. Sehingga muncul pertanyaan, mengapa kasus bullying
terus menerus terjadi? Penulis berpendapat bahwa fenomena bullying ini tak kunjung berhenti
dikarenakan penanganan bullying seperti fenomena jemput bola. Dimana ketika kasus muncul
baru ada penanganan. Padahal penanganan bullying ini bersifat kompleks meliputi upaya
promosi, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Khususnya tindakan promotif dan preventif masih
dianggap sesuatu yang belum penting. Padahal upaya promotif dan preventif akan meningkatkan
mekanisme perlindungan siswa dalam sistem sekolah. Untuk itu, sekolah membutuhkan tenaga
perawat agar seluruh upaya promosi, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam penanganan
bullying bisa terlaksana. Kenapa harus perawat? Apa peran mereka di sekolah? Mungkin
3
pertanyaan ini muncul di pikiran masyarakat karena mereka beranggapan perawat hanya eksis di
Rumah Sakit dan Puskesmas saja. Tugas mereka hanya memberikan perawatan bagi orang sakit
yang datang ke Rumah Sakit atau Puskesmas. Namun, sejatinya, bukan seperti itu, perawat dapat
berperan di seting apapun di masyarakat, demikian juga di sekolah.

Di Negara-Negara maju, perawat sekolah telah eksis dan diakui keberadaaanya oleh
kalangan professional ataupun masyarakat umum. Begitu juga dengan World Helath
Organisation (WHO), yang pada hari kesehatan mental sedunia mengakui peran perawat sekolah
dalam menangani masalah kesehatan mental yang terjadi di sekolah.

Untuk mencegah terjadinya bullying di sekolah, perawat sekolah memilki tugas sebagai berikut:
memfasilitasi siswa untuk menjalin hubungan yang baik dengan komunitas sekolah; melibatkan
orang tua dalam kegiatan sekolah agar meningkatkan kedekatan antara siswa dengan
orangtuanya, membina komunikasi antara siswa dengan orangtuanya, membahas pemecahan
masalah yang dialami anaknya, dan membicarakan tentang pemantauan anaknya; mendukung
kegiatan dan strategi untuk membantu membangun iklim sekolah yang mempromosikan dan
mempraktekkan rasa hormat kepada orang lain; mendukung kebijakan tanpa toleransi terhadap
kekerasan di lingkungan sekolah; mengadvokasi pemantauan staf sekolah di lokasi-lokasi rawan
terjadi kekerasan (bullying); menjadi teladan yang baik, mengembangkan program
pendampingan bagi remaja dan keluarga yang berisiko; dan mendidik siswa dan orang tua
mereka tentang keselamatan di sekolah.

Dan ketika kekerasan (bullying) terjadi, intervensi perawat sekolah untuk mengatasi perilaku
kekerasan (bullying) menurut asosiasi perawat sekolah nasional Amerika Serikat (NASN, 2013)
adalah sebagai berikut: mengkordinasi tanggap darurat sampai tim penyelamat tiba;
menyediakan perawatan untuk siswa yang terluka; menerapkan strategi intervensi krisis yang
membantu mengurangi situasi krisis dan membantu menyelesaikan konflik; mengidentifikasi dan
merujuk para siswa yang membutuhkan layanan konseling yang lebih mendalam; dan
berpartisipasi dalam tim intervensi krisis.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka menjadi sesuatu yang harus dipertimbangkan bagi
pemerintah, tentang pentingnya keberadaan perawat di setiap sekolah agar kejadian bullying di
sekolah bisa dicegah dan ditangani, sehingga bullying tidak lagi menghantui anak-anak
Indonesia.

B. Tanda-tanda

Bullying Dalam memahami bullyingada beberapa hal yang harus dikenal sebagai tanda-
tanda bullying. Menurut Coloroso (2007) bullying mengandung tiga elemen yaitu kekuatan yang
tidak seimbang, bertujuan untuk menyakiti, dan adanya ancaman akan dilakukannya agresi.
Olweus (2006) bullyingmemiliki tiga unsur yaitu menyerang dan negatif, dilakukan secara
berulang kali, dan adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat. Tanda-tanda
bullyingakan membantu dalam mengenal pelaku sebelum melakukan bullyinghal ini akan dapat
mencegah lebih awal proses terjadinnya bullying. Ada beberapa bentuk bullyingyang sering terjadi

4
pada korban sehingga menimbulkan trauma. Menurut Sullivan, Cleary & Sullivan (2005) yaitu
bullyingfisik merupakan tindakan yang yang dilakukan pelaku melalui tindakan fisik atau menyentuh
korban seperti memukul, menendang, meninju, meludahi dan mendorong, bullyingpsikologis berupa
bullyingverbal dan non verbal. Bullyingverbal yaitu tindakan yang dilakukan pelaku bullying seperti
menghina, mengejek bahkan berbicara kasar, bullyingnon verbal yaitu tindakan pelaku bullying seperti
merusak persahabatan melalui fitnah.

C. Dampak Bullying

Bullying merupakan tindakan yang agresif, merugikan dan dapat mengakibatkan ketidak
nyamanan dan trauma bagi korban. Dampak bullyingmenurut Coloroso (2007) yaitu
mengakibatkan depresi dan kemarahan. Swearer, dkk (2010) korban bullying juga merasa sakit,
menjauhi sekolah, prestasi akademik menurun, rasa takut dan kecemasan meningkat, adanya
keinginan bunuh diri, serta dalam jangka panjang akan mengalami kesulitan-kesulitan internal
yang meliputi rendahnya self esteem, kecemasan, dan depresi. Dampak bullyingberakibat sangat
mengerikan apabila korban tidak dibantu dalam menyelesaikan masalahnya. Proses pencegahan
menjadi hal mutlak yang harus dilakukan tetapi bagi korban yang sudah mengalami maka
diperlukan solusi sehingga masalah yang di hadapinya dapat terselesaikan dan korban dapat
keluar dari masalah yang dihadapinya.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konseling eksistensial merupakan pendekatan yang menekankan pada kesadaran bahwa


setiap individu memiliki potensi-potensi dan kebermaknaan diri. Dalam proses konseling
hubungan konselor dan klien yang penuh kepedulian dan empati akan membantu proses
terapeutik.Proses konseling dilakukan dalam tiga tahap dan fokus pada penangan masalah trauma
korban bullying. Peran perawat juga sangat penting untuk menjauhkan perundungan terhadap
pasien dengan selalu memberi semangat dan motivasi untuk pasien ataupun kepada orang di
sekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai