Anda di halaman 1dari 7

[Type here] [Type here] [Type here]

KETERBATASAN JUMLAH MASKER DAN HAND SANITIZER DI MASA PANDEMI


OLEH : DEWI ISMAWATI (201161)
1D-KEPERAWATAN ITSK RS dr. SOEPRAOEN MALANG
Gmail : 201161.dewiisma@gmail.com

PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit Coronavirus diseluruh dunia. Virus
ini bisa menyebabkan infeksi pernafasan berat seperti infeksi paru-paru (pneumonia). Secara
umum ada 3 gejala yang bisa menandakan terinfeksi virus Corona, yaitu: Demam ( suhu tubuh
tinggi), Batuk, dan Sesak napas. Karena virus ini merupakan penyakit menular lewat udara dan
sentuhan tangan maka masker dan Hand Sanitizer sangat dibutuhkan oleh kebanyakan
masyarakat.
Memakai masker pada masa pandemi (Covid-19) menjadi hal yang wajib dilakukan setiap orang.
Tapi sayangnya masih masih ada warga yang mengabaikan anjuran pemerintah untuk memakai
masker saat keluar rumah. Orang yang tidak sadar bahwa dirinya positif corona bisa saja bisa
saja menulari orang lain tanpa sengaja ketika berinteraksi tanpa menggunakan masker. Satu
tetesan (droplet) cairan saja bisa menyebabkan orang lain terkena (covid-19).Maka dari itu untuk
mengantisipasi kejadian itu, masyarakat dihimbau untuk menggunakan masker ke mana pun
pergi terutama di area keramaian.
Menggunakan masker dapat mengurangi penyebaran penyakit (Covid-19), namun menggunakan
masker tidak menjamin penyebaran penyakit ini benar-benar berhenti. Cara pencegahan lain
yang bisa dilakukan adalah menjaga kebersihan, mencuci tangan, menutup mulut dan hidung jika
kita batuk atau bersin, dan menjaga jarak setidaknya satu meter dengan sesama orang.
Ketersediaan masker dan Hand Sanitizer menjadi barang langkah di masa pandemi (covid-19).
Sekalipun ada, ketersediaannya terbatas dan harganya melambung tinggi dibandingkan dengan
harga sebelumnya. Salah satu hal yang menimbulkan ketersediaan masker dan hand sanitizer
menjadi langkah yaitu karena permintaan dari konsumen atau masyarakat sangat tinggi. Dan
banyak nya toko-toko yang menimbun barang-barang tersebut.

[Type here]
[Type here] [Type here] [Type here]

PEMBAHASAN

Berbagai tindakan pencegahan virus corona pun gencar disuarakan, salah satunya dapat
dilakukan dengan melindungi diri menggunakan perlengkapan masker dan sanitizer.
Penggunaan masker selama pandemi koronavirus mendapat rekomendasi dari berbagai badan
kesehatan dan pemerintah di seluruh dunia. Namun tidak semuanya sepaham tentang protokol
penggunaannya. Ada beberapa negara yang menganjurkan semua masyarakat menggunakannya,
namun yang lain menganjurkan hanya pasien yang sakit dan pekerja medis yang
menggunakannya. Selain itu badan kesehatan juga beberapa kali mengubah posisi dan
rekomendasi mereka terkait penggunaan masker, dari tidak menganjurkan hingga menganjurkan
sebagian hingga menganjurkan semua. Penggunaan masker selama pandemi ini telah
menimbulkan kelangkaan masker, penimbunan masker, kenaikan harga masker, pendistribusian
dan pembatasan oleh pemerintah, hingga berebut masker antar negara.

ALASAN MELAMBUNGNYA HARGA MASKER

Sebagaimana hukum pasar, ketika permintaan pasar sangat besar sedangkan ketersediaan barang
sedikit, maka harga barang dipastikan akan melonjak naik.Hal ini terjadi pada kenaikan harga
masker dan handsanitizer yang melambung drastis dari harga biasanya.
Memang bagi produsen dan penjual, kondisi ini akan mendatangkan keuntungan, namun di sisi
lain, juga mendatangkan kesulitan bagi masyarakat yang sedang membutuhkan. Menimbum
masker dan sanitizer untuk dijual kembali dengan harga yang lebih mahal haram hukumnya.
Dilansir oleh akun resmi @nahdlatululama dari harakahislamiyah.com pada 12 Maret 2020
Menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan persediaan alat-
alat kesehatan seperti masker, hand sanitizer, hingga antiseptik gel masih tersedia di apotek
Kimia Farma. Persediaan itu untuk kebutuhan masyarakat dalam menjaga kesehatan serta
mengantisipasi virus korona.
Menurut dia, untuk pembelian alat-alat kesehatan, saat ini dibatasi untuk mencegah ada
masyarakat yang membeli secara borongan.
Kemudian lanjut dia, harga produk yang dijual merupakan harga yang normal. Pihaknya
menyebut, harga produk yang dijual ke masyarakat bukanlah harga permainan ketika seluruh
masyarakat saat ini membutuhkannya.
Permintaan masker yang semakin tinggi dan kelangkaan masker yang ada membuat pemerintah
memperbolehkan masyarakat untuk menggunakan masker kain. Belum ada penelitian resmi
mengenai efektivitas penggunaan masker kain untuk pencegahan penularan Covid-19. Namun,

[Type here]
[Type here] [Type here] [Type here]

penggunaan masker kain dapat mencegah keluar masuknya droplet meskipun tidak 100%.
Penggunaan masker medis yang lebih efektif mencegah penularan virus lebih dianjurkan untuk
digunakan oleh tenaga medis dan orang yang sedang sakit.

JENIS-JENIS MASKER YANG HARUS KITA KETAHUI

Pada umumnya ada 4 jenis masker yang biasa digunakan sebagai APD, diantaranya yaitu
(Redaksi, 2020):
1. Masker kain (cloth mask)
Masker kain merupakan masker yang terbuat dari kain yang dapat dibersihkan dan
digunakan kembali. Masker ini umumnya digunakan oleh masyarakat yang sehat di
tempat umum dan bukan petugas kesehatan dan berfungsi untuk melindungi diri dari
paparan virus maupun polusi. Penggunaan masker kain digunakan sebagai pengganti
masker medis untuk mencegah kelangkaan masker medis yang diperlukan oleh petugas
kesehatan. Masker kain memiliki proteksi yang paling rendah dimana masker ini tidak
mampu menyaring seluruh partikel droplet atau partikel virus yang melayang di udara.
Kapasitas filtrasi masker kain hanya mampu menyaring 10-60% partikel berukuran 3
mikron. Dengan kata lain, tingkat kebocoran masker dapat dikatakan tinggi. Meski
demikian, penggunaan masker kain dapat meminimalisir potensi penularan penyakit
apabila dibarengi dengan tetap menjaga jarak sekitar 1-2 meter apabila berada di tempat
umum dan rajin mencuci tangan apabila akan menyentuh wajah. Keuntungan
menggunakan masker kain yaitu dapat dipakai secara berulang-ulang dengan catatan rajin
mencucinya menggunakan detergen dan air hangat sehingga dapat membunuh virus yang
menempel pada masker.

2. Masker bedah
Masker bedah lebih efektif melindungi dibandingkan dengan masker kain. Namun
penggunaannya yang hanya sekali pakai atau tidak dapat digunakan secara berulang-
ulang mengakibatkan terjadinya kelangkaan masker di pasaran. Masker bedah meskipun
lebih efektif dibandingkan dengan masker kain dalam melindungi dari paparan virus,
tetapi pada masker bedah masih terdapat potensi kebocoran karena tidak menutup wajah
secara penuh. Efektivitas masker bedah dalam memfiltrasi paparan virus sekitar 30-96%
dengan ukuran partikel yang dapat ditahan yaitu > 5µm. Masker bedah dianjurkan untuk
orang-orang yang sakit dan petugas kesehatan yang sehari-hari berhubungan langsung
dengan pasien.

3. Masker N95
Masker N95 memiliki tingkat proteksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan masker
bedah. Hal ini dikarenakan tidak adanya kebocoran atau celah pada masker sehingga
dapat melindungi dari paparan virus. Masker ini mampu menahan partikel berukuran 0,1

[Type here]
[Type here] [Type here] [Type here]

mikron dengan efektivitas diatas 95%. Masker ini dianjurkan hanya bagi petugas
kesehatan dan bukan untuk masyarakat umum. Petugas kesehatan yang dimaksud yaitu
mereka yang berinteraksi dengan pasien yang memiliki potensi penularan tinggi atau
penyakit yang dapat menular melalui udara (airborne) maupun droplet. Penggunaan
masker N95 dikhusukan untuk kondisi dengan tingkat resiko tinggi. Masker ini memiliki
banyak lapisan bahan penyaring dan harus menempel erat pada wajah sehingga sebelum
penggunaannya diperlukan uji pengepasan pada setiap pemakainnya.

4. Respirator mask atau full-face mask


Masker ini umumnya dipakai pada lingkungan industri yang memiliki potensi terpapar
partikel berbahaya. Masker ini memiliki proteksi sekitar 99% dan dipastikan tidak ada
partikel berukuran 0,1 mikron yang dapat menembus masker ini. Masker ini dapat
dipakai secara berulang-ulang namun dengan tetap memperhatikan prosedur
pembersihan.

JENIS-JENIS MASKER YANG DIREKOMENDASIKAN SAAT PANDEMI

Di tengah pandemi Covid-19, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta peran serta masyarakat
untuk berubah dengan melakukan langkah displin 3M yakni memakai masker, mencuci tangan
serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
Langkah ini dilakukan dengan menyesuaikan diri, dan menaati protokol kesehatan, dengan
disiplin melakukan 3M.
Lewat langkah tersebut, pemerintah juga sedang gencar disosialisasikan oleh pemerintah kepada
masyarakat. Adapun, salah satu upaya dan langkah 3M itu dilakukan untuk pencegahan dan
memutus rantai penularan COVID-19 di Indonesia.
Langkah ini juga diyakini di seluruh dunia saat ini bahwa untuk mengurangi dan mencegah
penyebaran Covid-19, masyarakat perlu disiplin menggunakan masker saat beraktivitas, rajin
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta menjaga jarak alias sosial distancing.
Berdasarkan Catatan KONTAN, penelitian dari Texas A&M University, University of Texas,
University of California, dan California Institute of Technology telah melakukan perbandingan
kasus infeksi Covid-19 di Italia dan New York sebelum dan sesudah kebijakan wajib
menggunakan masker.
Hasil penelitian yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences tersebut
menunjukkan, masker merupakan benda yang efektif mencegah penyebaran infeksi virus corona
di dua kota itu ketimbang kebijakan lockdown.
Adapun, penelitian itu menyebutkan kalau masker bisa mencegah lebih dari 78.000 kasus Covid-
19 di Italia pada 6 April-9 Mei 2020, dan lebih dari 66.000 kasus Covid-19 di New York pada 17
April-9 Mei 2020.

[Type here]
[Type here] [Type here] [Type here]

Tim pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid–19, Wiku Adisasmito juga
merekomendasikan ada lima jenis masker yang dianjurkan untuk digunakan yaitu masker kain 3
lapis, masker medis 2ply, masker medis 3ply, Masker N95, dan Reusable Facepiece Respirator.
“Secara umum, kelima jenis masker yang direkomendasikan ini memiliki kemampuan dan
standar kesehatan dalam mencegah droplet yang berpotensi membawa Virus Covid-19,” kata
Wiku saat dihubungi KONTAN, Senin (5/10).
Ia juga menganjurkan penggunaan masker yang baik adalah masker tersebut harus mulut dan
hidung serta memastikan tidak ada sela antara wajah dan masker. Selain itu Hindari menyentuh
masker saat sedang digunakan.
Menurut Ahli Epidemologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu
Riono menjelaskan, penggunaan masker untuk masyarakat disarankan minimal dua lapis.
“Kalau saya tidak menganjurkan jenis apa sajanya, yang penting adalah masker minimal dua
lapis. Dan yang lebih penting lagi adalah cara penggunaannya,” katanya saat dihubungi
KONTAN, Senin (5/10).
Ia menjelaskan, penggunaan masker yang baik dan benar adalah harus menutupi rongga hidung
hingga ke dagu. Adapun, selama pemakaian masker tidak boleh dilepas atau digantung di dagu.
“Kalau di taruh di dagu kita, leher kita itu kan bisa saja terkontaminasi sehingga masker yang
digantung jadi kotor baik dari debu maupun percikan dari orang lain. Lalu kita naikan lagi ke
hidung dan kita hirup. Makanya kalau mau melepas masker dimasukan saja ke tas,” jelasnya.
Adapun, untuk masyarakat biasa alangkah lebih baik menggunakan masker kain dengan minimal
dua lapis juga. Dengan catatan, harus diganti setiap harinya dan perlu membawa cadangan
masker apabila hendak berpergian. Sebab, jika masker sudah lembab harus diganti dengan
masker kain yang baru.
“Jadi sehari itu dianjurkan bisa tiga sampai empat masker kalau sering beraktivitas di luar,”
katanya.
Selain itu, masker kain juga lebih praktis dan murah untuk digunakan dibandingkan dengan
masker lainnya seperti masker bedah.
Senada, Pakar kesehatan masyarakat di Indonesia Hasbullah Thabrany juga menjelaskan
penggunaan jenis masker kain tiga lapis sudah cukup untuk digunakan selama pandemi Covid-
19. Sementara itu, apabila untuk orang tua yang lanjut usia atau yang memiliki penyakit kronis
juga disarankan menggunakan masker jenis N95.
“Kalau untuk masyarakat yang umurnya di bawah 60 cukup pakai masker kain tiga lapis.
Dengan pemakaian paling lama 3 jam harus diganti dan langsung di cuci,” katanya.
Sehingga, dalam penggunaan masker kain yang terpenting haruslah tertutup hingga ke dagu.
Serta memakai masker yang longgar agar tidak memberikan ruang kotoran atau virus untuk
masuk.

[Type here]
[Type here] [Type here] [Type here]

Ajib Hamdani, Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan BPP HIPMI mengatakan bahwa dirinya
lebih cenderung memilih menggunakan masker medis. Sebab, masker tersebut cenderung lebih
praktir dan relatif lebih steril.
“Kalau saya lebih prefer memakai masker medis. Karena cenderung praktis, juga relatif lebih
steril, tapi tetap efisien,” kata Ajib kepada KONTAN.
Sementara menurut Anggota DPR Komisi XI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis
Byarwati juga cenderung memilih gunakan masker medis apabila sedang mengikuti rapat atau
acara tertentu.
“Saya kadang pakai masker medis jika sedang rapat atau dalam acara ketemu banyak orang.
Kadang juga masker kain tiga lapis yang sering saya pakai, yang tentunya untuk meminimalisir
penyebaran atau penularan Covid-19,” tuturnya.

KESIMPULAN

Meskipun ketersediaannya terbatas penggunaan Masker dan Handsanitizer diwajibkan dalam hal
pencegahan penyakit Coronavirus. Seperti kita ketahui bersama bahwa penularan virus corona
dapat melalui droplet atau percikan yang dikeluarkan pada saat kita batuk atau bicara. Penularan
terjadi ketika percikan terhirup orang lain yang ada di sekitar. Oleh karenanya, masker dibuat
untuk melindungi dari droplet yang di keluarkan oleh orang lain agar tidak masuk ke hidung dan
mulut kita ataupun sebaliknya, agar droplet kita tidak mengenai orang lain karena kita tidak tahu
kita atau lawan bicara kita yang sedang menjadi pembawa virus. Maka dari itu tetap patuhi
protokol kesehatan dimanapun berada demi kesehatan bersama.

DAFTAR PUSTKA
Pratiwi, A. D. (2020). Gambaran Penggunaan Masker di Masa Pandemi Covid-19 Pada
Masyarakat di Kabupaten Muna. Prosiding Nasional Covid-19, 52-57.
Soleh, M. F. (2020). Penimbunan Alat Pelindung Diri pada Masa Pandemi Covid-19: Kajian
Hukum Pidana Bidang Perlindungan Konsumen. Undang: Jurnal Hukum, 3(1), 1-31.
Fatimah, I. R. (2020). Dampak Meningkatnya Harga Masker di Tengah Mewabahnya Covid-19
di Kalangan Masyarakat Ditinjau dari Sudut Pandang Tindakan Manusia.
Prayitno, S. A., Pribadi, H. P., & Ifadah, R. A. (2020). Peran Serta Dalam Melaksanakan
Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) Pada Masyarakat.
DedikasiMU (Journal of Community Service), 2(3), 504-510.
Rahmawati, R., Pannyiwi, R., Nurhaedah, N., Muhammadong, M., Amiruddin, A., & Sakriawati,
M. (2020). Pembagian Masker Gratis Upaya Preventif Covid-19. Jurnal Abmas Negeri, 1(1), 1-5.

[Type here]
[Type here] [Type here] [Type here]

[Type here]

Anda mungkin juga menyukai