Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM PERCOBAAN VIII

INKUBASI DAN GEJALA PENYAKIT MENULAR


PERCOBAAN IDENTIFIKASI COVID-19

Nama : Lailatul Alivia


NIM : 1913016067
Kelas : C – S1 Farmasi 2019
Asisten : Radha Eka Mulia (1713015083)

PRAKTIKUM BIOMEDIS
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
A. Pengamatan Hasil Percobaan
1. Percobaan Mencuci Tangan Dengan Benar

Gambar Keterangan
Metode cuci tangan biasa :
A. Punggung Tangan
A B
B. Telapak Tangan

Metode cuci tangan yang

A baik dan benar :


B
A. Punggung Tangan
B. Telapak Tangan

2. Percobaan Efektivitas Masker


Gambar Keterangan
Meniup lilin dengan
menggunakan masker medis

Meniup lilin dengan


menggunakan masker kain
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang inkubasi dan gejala
penyakit menular dengan percobaan identifikasi COVID-19 yang mana bertujuan
agar mahasiswa mengetahui pentingnya menjaga jarak dalam memutus
penyebaran Covid-19, mengetahui cara mencuci tangan yang benar Dan
mengetahui efektivitas masker yang digunakan. Alat dan bahan yang akan
digunakan ialah masker, lilin, korek, zat pewarna cair (sebagai pengganti sabun ),
dan air.
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan ini ialah
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya untuk percobaan
mencuci tangan dengan benar dilakukan dengan menyiapkan air dan zat pewarna,
lalu tuangkan zat pewarna ke telapak tangan, kemudian usapkan zat pewarna ke
tangan seperti gerakan mencuci tangan yang biasa dilakukan. Setelah itu, amati
dan foto persebaran zat pewarna di tangan dan cuci bersih tangan. Selanjutnya
tuang zat pewarna pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua telapak
tangan secara lembut dengan arah memutar. Lalu, usap dan gosok juga kedua
punggung tangan secara bergantian, kemudian osok sela-sela jari tangan hingga
bersih. Setelah itu, bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling
mengunci. Lalu, gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian. Kemudian,
letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan dan amati dan
foto persebaran zat pewarna di tangan , serta cuci bersih tangan. Selanjutnya,
percobaan menguji efektivitas masker dengan menyiapkan masker yang biasa
anda gunakan. Lalu, identifikasi jenis kain masker yang digunakan. Kemudian,
Pasang masker di mulut dan nyalakan lilin, berikan jarak 20 cm antara api lilin
dengan mulut. Setelah itu, tiup masker dengan kekuatan penuh dan amati
perubahan yang terjadi pada api lilin.
Penyakit Coronavirus 2019 (COVID19) adalah salah satu jenis virus
pneumonia yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini merupakan virus korona jenis ketiga
yang sangat patogen setelah Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus
(SARS-CoV) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV).
COVID-19 pertama kali dilaporkan dari Wuhan, provinsi Hubei, China, pada
Desember 2019 (Harahap,2020)
Gejala awal COVID-19 tidak spesifik. Gejala umum muncul dengan
demam, batuk dan kelelahan, yang kemudian dapat sembuh secara spontan atau
berkembang menjadi sesak napas, dispnea, dan pneumonia, yang menyebabkan
ARDS, gagal ginjal, disfungsi koagulasi, multipel kegagalan organ bahkan
kematian. Gejala yang lebih jarang yaitu rasa nyeri, hidung tersumbat, sakit
tenggorokan, sakit kepala bahkan kehilangan indera penciuman atau rasa. Gejala
yang dialami oleh penderita biasanya bersifat ringan dan munculnya bertahap,
tetapi ada juga yang tidak memiliki gejala atau bahkan gejalanya lebih parah dan
serius pada beberapa orang (Harahap,2020)
Hubungan antara percobaan dengan infeksi adalah ketika mencuci
tangan dengan air yang mengalir dan sabun merupakan hal yang mudah serta
efektif untuk dilakukan karena dapat membunuh, merusak, dan mematikan virus
yang mengkontaminasi tangan (Ambarwati & Prihastuti, 2019). Membersihkan
tangan merupakan salah satu tindakan paling efektif yang dapat dilakukan untuk
mengurangi penyebaran patogen dan mencegah infeksi, termasuk virus COVID-
19. Selain mencuci tangan, penggunaan masker juga merupakan bagian dari
rangkaian komprehensif langkah pencegahan dan pengendalian yang dapat
membatasi penyebaran penyakit-penyakit virus saluran pernapasan tertentu,
termasuk COVID-19. Masker dapat digunakan baik untuk melindungi orang yang
sehat (dipakai untuk melindungi diri sendiri saat berkontak dengan orang yang
terinfeksi) atau untuk mengendalikan sumber (dipakai oleh orang yang terinfeksi
untuk mencegah penularan lebih lanjut). (WHO, 2020)
Penggunaan masker secara universal mencegah adanya diskriminasi
terhadap stigma penguna masker yang memiliki gejala, Masker dapat mencegah
penyebaran droplet ketika seseorang yang terinfeksi berbicara, bernyanyi, batuk
atau bersin (Chua et al., 2020). Masker dapat dibagi menjadi beberapa jenis
tergantung bahan dan kegunaanya. Jenis masker yang memiliki efficacy yang baik
diantaranya N95 respirator, sugical, polypropylene, dan masker berbahan katun
(Herman,2020)
Masker jenis Respirator N95 adalah masker memiliki kemampuan
untuk menyaring 95% atau lebih partikel kecil berukuran 0.3μm sehingga
mampu melindungi pemakaiannya dari patogen di udara (airborne). Masker N95
terbuat atas beberapa lapisan dimana lapisan tengah filter terbuah dari
polypropylene elektrostatis. Muatan elektrostasis pada masker N95 meningkatkan
efisiensi penyaringan mekanis sebesar 10-20 kali (Juang, 2020). Penggunaan
masker N95 yang tepat membutuhkan pengujian intermiten dan individual dan
cek penutupan pada pemakai. Beberapa faktor yang mempengaruhi masker fitting
diantaranya adalah bentuk wajah, habitus tubuh, dan ukuran. Efisiensi filtrasi
masker N95 dapat terganggu bahkan dengan sehelai rambut wajah pada area
penutupan. Namun penggunaan dalam waktu yang lama memiliki beberapa
kekurangan seperti timbulnya memaw wajah dan abrasi. Meletakan perban dapat
merusak panutupan masker. (Dugdale, 2020). Berbeda dengan respirator N95,
masker surgical dirancang lebih longgar. Masker surgical merupakan pembatas
fisik antara hidung dan mulut pemakai masker dengan kontaminan yang ada di
lingkungan. masker surgical memiliki tingkat ketebalan dan kemampuan
melindungi yang berbeda. Masker surgical efektif dalam memblokir percikan dan
partikel droplet besar namun tidak efektif dalam menyaring partikel kecil di udara
yang ditransmisikan melalui batuk. bersin atau prosedur medis. Masker surgical
dan N95 memiliki beberapa persamaan yaitu kedua jenis masker hanya digunakan
untuk satu kali pakai. Selain itu, kedua masker tersebut telah melalui uji fluid
resistance, efikasi penyaringan, uji mudah terbakar dan biokompatibilitas (FDA,
2020). Masker kain (non medis) terdiri dari berbagai jenis kain tenun dan tanpa
tenun, salah satunya adalah polipropilena. Kemampuan filtrasi dan kemudahan
bernapas pada setiap masker berbeda-beda tergantun pada kombinasi kain dan
bahan yang digunakan dalam proses pembuatan masker. Masker non medis
bukanlah alat kesehatan maupun alat pelindung diri. WHO (2020) menyarakan
penggunaan masker kain sebaiknya hanya menjadi pertimbangan dengan tujuan
pengendalian sumber di masyarakat, bukan dengan tujuan pencegahan. Hal ini
dikarenakan masker kain memiliki persyaratan standar 417 filtrasi dan
kemudahan bernapas yang lebih rendah serta perkiraan kinerja keseluruhan yang
lebih rendah. Oleh sebab itu, penggunaan masker kain (non medis) harus
dibarengi dengan sering mencuci tangan dan penjagaan jarak fisik (WHO, 2020).
Pada penggunaan masker yang baik dan benar ada beberapa langkah
yang harus dilakukan yaitu perama sebelum mengenakan masker, bersihkan
tangan dengan alkohol atau mencucinya dengan sabun dan air. Kedua tutupi
mulut dan hidung dengan masker. Pastikan tidak ada celah antara wajah dan
masker. Ketiga jangan menyentuh masker saat menggunakannya. Apabila
terpaksa melakukannya, cuci tangan memakai sabun dan air atau bersihkan
dengan. Keempat segera ganti masker dengan yang baru setelah lembab dan
jangan gunakan kembali masker setelah dipakai. Kelima untuk melepas masker,
lepaskan dari belakang (jangan sentuh bagian depan masker). Segera buang
masker di tempat sampah tertutup. Kemudian bersihkan tangan dengan sabun dan
air atau bersihkan memakai alkohol. Keenam setelah melepas masker atau setiap
kali secara tidak sengaja menyentuh masker bekas, cucilah tangan dengan
menggunakan sabun dan air atau gunakan alkohol untuk
membersihkannya.terakhir buang masker sekali pakai setelah setiap kali
digunakan dengan segera (Munthe, 2020)
Mencuci tangan dengan benar sebelum melakukan tindakan aseptik
akan menurunkan risiko infeksi pada LP bahkan meskipun operator menggunakan
sarung tangan steril. Selain itu tindakan mencuci tangan setelah kontak dengan
pasien akan menurunkan angka infeksi yang bersumber dari tubuh pasien.
Langkah mencuci tangan yang baik dan benar yaitu dimulai dari membasahi
tangan dengan air di bawah kean air mengalir, kemudian ambil sabun yang
mengandung antiseptik secukupnya untuk kedua tangan, gosokkan pada kedua
telapak tangan sampai ke ujung jari,telapak tangan kanan menggosok punggung
tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci antara tangan kanan
dan tangan kiri, gosokkan sela-sela jari tersebut, kemudian letakkan punggung jari
satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci,usapkan ibu jari tangan
kanan dengan punggung jari lainnya dengan gerakan saling berputar dan
keringkan tangan menggunakan tisu atau handuk. Jika langkah-langkah mencuci
tangan ini tidak secara berurutan tidak masalah, yang terpenting cara
mempraktekkannya untuk masing-masing langkah sudah benar ( Mawuntu,2018)
Pada penelitian yang dilakukan dengan menggunakan beberapa
perlakuan didapatkan bahwa pada perlakuan mencuci tangan dengan air mengalir
saja didapatkan jumlah kuman 7,00 CFU/cm2, pada perlakuan menggunakan
sabun anti bakterial berjumlah 4,80 CFU/cm2, pada perlakuan menggunakan hand
sanitizer alkohol 60% berjumlah 2,60 CFU/cm2 , pada perlakuan cuci tangan
menggunakan hand sanitizer alkohol 70% berjumlah 1,80 CFU/cm2. Jadi, bisa
dilihat bahwa pada masing-masing perlakuan mendapatkan hasil yang beda-beda,
pada jumlah kuman yang lebih sedikit dilihat pada hand sanitizer alkohol 70%
yang mana lebih efektif membunuh kuman. Tetapi lebih baik mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir untuk menjaga kebersihan tangan, dan
kalaupun kondisi sedang sangat tidak memungkinkan untuk mendapatkan air dan
sabun maka pilihlah hand sanitizer yang kandungan alkoholnya tidak lebih dari
60%. Meskipun secara logika kandungan alkohol yang lebih tinggi akan lebih
efektif dalam membunuh virus dan bakteri, namun kemungkinan iritasi kulit akan
terjadi lebih tinggi pula ketika konsentrasi alkohol yang digunakan terlalu tinggi
(Abdullah, 2018).
Mencuci tangan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif
membersihkan kotoran yang menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari
pada kedua tangan, namun kadang mencuci tangan menjadi hal yang sulit karena
tidak selalu mudah menemukan air dan sabun. Seiring dengan berkembangnya
pengetahuan, kegiatan mencuci tangan sudah terlihat lebih praktis yaitu dengan
memakai suatu cairan atau gel antiseptik yang bisa digunakan dimana saja dan
kapan saja tanpa harus dibilas dengan air, yang disebut hand sanitizer (Situmeang,
2019)
Infeksi merupakan proses masuknya mikroorganisme (bakteri, jamur,
dan virus) ke dalam tubuh yang kemudian berkembang biak dan menimbulkan
penyakit. Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri
(Radji, 2011). Infeksi terjadi jika mikroorganisme menyebar dari satu resevoar
infeksi ke penjamu yang rentan. Reservoar infeksi adalah tempat mikroorganisme
dapat bertahan hidup dan berkembang biak, dan dapat berupa individu itu sendiri
(infeksi tehadap diri sendiri) atau dari individu lainnya (infeksi silang). Secara
umum proses infeksi adalah sebagai berikut yaitu periode inkubasi yaitu interval
antara masuknya patogen tubuh dan munculnya gejala pertama. Setelah masuk ke
tubuh pejamu, mikroba patogen mulai bereaksi, namun tanda dan gejala penyakit
belum tampak. Saat mulai masuknya mikroba patogen ke tubuh pejamu hingga
saat munculnya tanda dan gejala penyakit disebut inkubasi. Masa inkubasi satu
penyakit berbeda dengan penyakit lainnya, ada yang hanya beberapa jam, dan ada
pula yang bertahun-tahun. Kemudian tahap prodromal yaitu interval dari awitan
tanda dan gejala non spesifik (malaise, demam ringan, keletihan) sampai gejala
yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak
dan klien mampu menyebarkan penyakit ke orang lain. Lalu masuk pada tahap
sakit dimana klien memanifestasikan tenda dan gejala yang spesifik terhadap jenis
infeksi. Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang dapat memunculkan
tanda dan gejala penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan
secara bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan.
Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Jika bertambah parah,
penderita sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari. Dan yang
terakhir tahap pemulihan , yaitu interval saat munculnya gejala akut infeksi.
Dimana terdapat 5 alternatif, yaitu: Sembuh sempurna yaitu penderita sembuh
secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi sel/jaringan/organ tubuh kembali
seperti sedia kala., Sembuh dengan cacat yaitu penderita sembuh dari penyakitnya
namun disertai adanya kecacatan. Cacat dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental,
maupun cacat social, Pembawa ( carrier ) Perjalanan penyakit seolah–olah
berhenti, ditandai dengan menghilangnya tanda dan gejalan penyakit. Pada
kondisi ini agen penyebab penyakit masih ada, dan masih potensial sebagai
sumber penularan, kronis yaitu Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan
tanda dan gejala yang tetap atau tidak berubah, terakhir meninggal dunia yaitu
akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsi–fungsi organ.
(Novanti, 2016)
Inkubasi merupakan masa antara inokulasi atau infeksi sampai
pertumbuhan koloni yang karakteristik atau sampai terjadinya gejala penyakit
yang khas yang ditimbulkan oleh jasad renik pathogen (Sulistyarsi, 2016). Pada
tahap ini yang terjadi meliputi ; daya tahan tubuh tidak kuat, penyakit berjalan
terus, terjadi gangguan pada bentuk fungsi tubuh dan penyakit makin bertambah
hebat dan timbul gejala. Pada fase ini disebut juga asymptomatic stage; atau
presymptomatic stage; atau fase preklinis; atau masa inkubasi/latensi. Tahap ini
dimulai sejak timbulnya gejala-gejala/ tanda-tanda pertama penyakit. Setelah
proses penyakit dipicu oleh pajanan, akan terjadi perubahan paologis
(pathological changes) pada individu yang tidak peduli terhadap kesehatannya.
Pada penyakit infeksi, fase ini disebut juga masa inkubasi (incubation period),
sedangkan pada penyakit kronis/tidak menular disebut masa latensi (latency
period). Selama periode ini, gejala penyakit tidak tampak (inapparent). Periode ini
dapat berlangsung cepat dalam hitungan detik (pada keracunan dan kondisi
alergi/hipersensitivitas), sampai berlangsung lama (pada pernyakit kronis).
Bahkan terdapat variasi lama masa inkubasi pada hanya satu penyakit. Meskipun
penyakit tidak terlihat selama masa inkubasi, beberapa perubahan patologik dapat
dideteksi dengan uji laboratorium, radiografi, atau metode skrining lainnya
(Irwan, 2017).
Faktor yang mempengaruhi pada percobaan mencuci tangan dengan
sabun adalah air. Air yang tidak bersih walaupun sudah mencuci tangan dengan
benar dapat menyebabkan mikroorganisme tetap menetap di telapak tangan,
sehingga dapat menyebabkan infeksi (Ditjen Kesmas, 2020). Pada percobaan
efektivitas masker faktor yang mempengaruhinya adalah bentuk dan ukuran
masker. Bentuk masker yang pas dan ketebalan masker membuat udara yang
keluar dari mulut atau hidung tidak keluar dari masker sehingga droplet dari
mulut seseorang tidak akan tekena wajahborang lain uang dapat menyebabkan
penyebaran infeksi. (WHO, 2020)
C. Post-Test
1. Apakah ada perbedaan persebaran warna di tangan anda dengan
menggunakan metode cuci tangan yang berbeda?
Jawab :
Dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan terdapat perbedaan warna
tangan saat menggunakan metod tangan yang berbeda. Metode dengan
mencuci tangan dengan air atau tidak menerapkan langkah-langka cuci
tangan dengan benar hanya memperlihatkan telapak tangan saja yang
berwarna atau menandakan pembersihan tangan hanya sebatas itu.
Sedangkan untuk metode mencuci tangan secara benar didapatkan seluruh
permukaan tangan, telapak tangan hingga ujung kuku itu berwarna yang
berarti tangan bersih secara menyeluruh.

2. Menurut anda mana metode mencuci tangan yang efektif untuk mencegah
penyebaran Covid-19?
Jawab :
Menurut saya, dari apa yang saya baca dan lihat metode mencuci tangan
yang paling efektif adalah dengan menggunakan sabun. Hali ini karena
Cuci tangan pakai sabun dapat mengurangi diare sebanyak 31 % dan
menurunkan penyakit infeksi saluran nafas atas (ISPA) sebanyak 21 %.
Riset global juga menunjukkan bahwa kebiasaaan CTPS tidak hanya
mengurangi, tapi mencegah kejadian diare hingga 50 % dan ISPA hingga
45 % (Fajriyati, 2013). Penelitian menunjukkan bahwa cuci tangan dengan
menggunakan sabun lebih efektif dalam memindahkan kuman
dibandingkan dengan cuci tangan hanya dengan mengggunakan air
(Fajriyati, 2013).

3. Apa jenis kain yang anda gunakan?


Jawab :
Jenis kain yang saya gunakan adalah katun. Masker kain yang efektif
adalah masker yang paling nyaman digunakan sembari bernafas adalah
kain kaos katun 100%, sarung bantal berbahan katun, dan bahan katun
pada umumnya. Hal ini dianggap lebih baik dari pada tidak mengenakan
masker sama sekali ketika batuk dan bersin atau ketika berdekatan dengan
orang lain yang mungkin sudah terinfeksi virus Corona (Daulay dkk,
2020)

4. Apakah ada perubahan yang terjadi pada api lilin saat anda
menghembuskan udara?
Jawab :
pada kedua masker perubahan yang terjadi hanya memperlihatkan
pergerakan api saat meniupkan api lilin. Namun hal ini tidak membuat
kedua api padam atau mati.

5. Menurut anda mana masker yang yang efektif untuk mencegah


penyebaran Covid-19 pada percobaan ini
Jawab :
Menurut saya masker yang lebih efektif ialah masker medis karena sudah
terjamin kestrerilannya dan efficacy yang baik
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Norfai. 2018. Efektifitas Penggunaan Sabun Dalam Mencuci Tangan Terhadap
Jumlah Kuman. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 5 No. 2

Ambarwati, E. R., & Prihastuti, P. 2019. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
Mencuci Tangan Menggunakan Sabun Dan Air Mengalir Sebagai Upaya Untuk
Menerapkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Sejak Dini. Celebes
Abdimas: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), p. 45–52.

Daulay, W., Mahnum, L. N., Dan Sri, E. W. Pemanfaatan Kain Perca Untuk Pembuatan
Masker Kain (Main) Anti Virus dalam Rangka Pencegahan Virus Covid 19 Pada
Rumah Jahit Sekitaran Medan Johor. Jurnal Layanan Masyarakat (Journal Of
Public Service), Vol 4 No 2, Hal 352-360

Ditjen Kesmas. 2020. Panduan Cuci Tangan Pakai Sabun. Indonesia: Kemenkes RI

Dugdale, C. M., & Walensky, R. P. 2020. Filtration efficiency, effectiveness, and availability
of N95 face masks for COVID-19 prevention. JAMA Internal Medicin

Fazriyati, W. 2013. Kebiasaan Ctps Di Rs Tekan Infeksi Nosokomial. Egc : Jakarta.

Harahap, Rara Julia TImbran. 2020. Karakteristik Klinis Penyakit Corona virus 2019.
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Vol. 2 No. 3

Irwan. 2017. Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta : Absolute Media

Juang, P.S.C., & Tsai, P. et al. (2020). N95 respirator cleaning and reuse methods proposed
by the inventor of the N95 mask material. The Journal of Emergency Medicine,58
(5): 817- 820

Mawuntu, Arthnur H.P. 2018. Evaluasi Efektifitas Prosedur Cuci Tangan Pada Operator
Pungsi Lumbal Di Bagian Neurologi RSUP R.D Kandou Manado. Jurnal Sinaps,
Vol. 1 No. 1
Munthe, Seri Asnawati., dkk. 2020. Penyuluhan Dan Sosialisasi Masker Di Desa Sifahandro
Kecamatan Sawo sebagai Bentuk Kepedulian Terhadap Masyarakat Ditengah
Mewabahnya Virus Covid 19. Jurnal Abdimas Mutiara, Volume 1, Nomor : 2

Novanti, Dwi Ishmi. 2016. Uji Aktivitas Antibakteri Jamur Endofit MFR-01 Yang
Diisolasi Dari Tumbuhan Inang Nagasari (Mesua ferrea, L.) Terhadap
Bakteri

Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Situmeang, Suryani M.F. 2019. Efektivitas Hand Sanitizer Dalam Membunuh Kuman Di
Tangan. Jurnal AnLabMed Vo.1 No.1

Staphylococcus aureus Dan Escherchia coli. Purwokerto : Universitas


Muhammadiyah Purwokerto

Sulistyarsi, Ani., dkk. 2016. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Inkubasi terhadap Kadar
Protein Crude Enzim Selulase dari Kapang Aspergillus niger. Proceeding Biology
Education Conference Vol 13(1)

WHO. 2020. Panduan Interim : Anjuran mengenai penggunaan masker dalam


konteks Covid-19. World Health Organization

Anda mungkin juga menyukai