Anda di halaman 1dari 25

EFEKTIVITAS CUCI TANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI DASAR

SEMESTER GENAP 2022-2023

Disusun oleh :

Nama : CAHYA DWI NOTIKA

NIM : 2111050126

Prodi : TLM B

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK D4

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

SEPTEMBER 2022
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kebersihan tangan penting untuk mencegah penyakit infeksi karena
mikroba mengkontaminasi tangan dalam waktu yang singkat dalam aktivitas sehari-
hari. Metode cuci tangan tujuh langkah adalah metode cuci tangan paling
lengkap dalam menghilangkan kotoran dan kuman yang ada di tangan. Banyak
jenis sabun yang digunakan untuk mencuci tangan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui efektivitas mencuci tangan dengan menggunakan sabun, tanpa
sabun, tangan kotor, dengan atau tanpa penggosokan/penyikatan.

Cuci tangan pakai sabun yang dipraktikkan secara tepat dan benar merupakan
cara termudah dan efektif untuk mencegah berjangkitnya penyakit seperti diare,
kolera, ISPA, cacingan, flu, Hepatitis A, dan bahkan flu burung. Cuci tangan
ternyata merupakan sebuh kunci dalam pencegahan penularan penyakit (Aditya,
2017).

Cuci tangan yang baik adalah mencuci tangan dengan menggunakan sabun
plain (tidak mengandung anti mikroba) atau sabun antiseptik yang mengandung ati
mikroba, menggosok-gosok kedua tangan meliputi seluruh permukaan tangan dan
mencucinya dengan air mengalir dan mengeringkannya secara keseluruhan dengan
menggunakan handuk sekali pakai. Sering mencuci tangan dengan cara yang baik
adalah kunci untuk pencegahan penyebaran mikroorganisme (juga dikenal dengan
mikroba atau kuman) yang menyebabkan penyakit umum, dan pembersih secara
teratur permukaan tangan dapat menghilangkan partikel kotoran dan makanan
dimana kuman dapat tumbuh (Nafani, 2017).

Menurut penelitian yang dilakukan Desiyanto dan Djannah (2013), hand


hygiene merupakan istilah dari Tindakan mencuci tangan yang mana di artikan
sebagai tindakan sanitasi dengan membersihkan jemari menggunakan air, sabun

1
ataupun cairan lainnya dengan tujuan menjadi bersih. Hand hygiene penting
dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengurangi angka kejadian infeksi
nosokomial (INOS).

I.2 Tujuan Praktikum


1.2.1 Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan antara residential flora dan
transient flora yang ditemukan pada permukaan kulit.
1.2.2 Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh cuci tangan dalam menurunkan
jumlah bakteri pada kulit
1.2.3 Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan efektivitas penggunaan sabun
tunggal saja dengan sabun tunggal yang diikuti proses penggosokan/
penyikatan

I.3 Manfaat Praktikum


1. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan antara residential flora dan transient
flora yang ditemukan pada permukaan kulit
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh cuci tangan dalam menurunkan jumlah
bakteri pada kulit
3. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan efektivitas penggunaan sabun tunggal
saja dengan sabun tunggal yang diikuti proses penggosokan/ penyikatan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tangan merupakan salah satu jalur utama masuknya kuman penyakit ke


dalam tubuh karena tangan adalah anggota tubuh yang paling sering berhubungan
langsung dengan mata, hidung dan mulut. Ada banyak penyakit yang bisa
bersarang dalam tubuh bila lupamencuci tangan, seperti bisul, jerawat, tifus,
leptospirosis, jamur, polio, disentri, diare, kolera, cacingan, hepatitis A, SARS
hingga flu burung. Penyakit-penyakit ini dengan mudah memasuki tubuh lewat
tangan yang tercemar kuman, virus dan parasit. Banyak cara untuk membersihkan
tangan, seperti mencuci tangan dengan menggunakan sabun cuci tangan batangan
atau sabun cuci tangan cair, tisu basah, alkohol dan dengan handsanitaizer (Aditya,
2017)

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,


menyatakan bahwa Kesehatan merupakan keadaan sehat baik secara fisik, mental,
sosial dan spiritual, sehingga seseorang dapat hidup produktif. Indonesia merupakan
salah satu negara yang gencar dalam melakukan peningkatan Kesehatan
masyarakat, melalui kementerian kesehatan pemerintah mencanangkan program
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai sarana peningkatan kesehatan
bagi masyarakat (Natsir, 2018)

Mencuci tangan tujuh langkah adalah tata cara lengkap mencuci tangan
memakai sabun dengan air mengalir untuk membersihkan jari–jari, telapak tangan,
punggung tangan serta pergelangan tangan dari semua kotoran, kuman serta
bakteri penyebab penyakit. Seiring kemajuan teknologi sabun mencuci tangan
semakin berkembang yakni adanya sabun anti bakteri cair. Sabun anti bakteri
memiliki bahan khusus yang dapat mengontrol bakteri di tangan. Macam-
macam bahan aktif yang digunakan untuk sabun cuci tangan adalah

3
Triclocarban, Benzalkonium cloride, Alcohol, Biodegradable surfactants,
Emollient, Triclosan dan bahan aktif lainnya (Aditya, 2017)

Infeksi nosokomial menurut World Health Organization (WHO) adalah


infeksi yang tampak pada pasien ketika dirawat di rumah sakit paling tidak selama
72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan gejala infeksi saat masuk rumah
sakit. Infeksi nosokomial yang dimaksudkan ini termasuk juga adanya tanda-tanda
infeksi setelah pasien keluar dari rumah sakit (Lipinwati, 2015)

Infeksi nosokomial sampai saat ini merupakan salah satu penyebab


meningkatnya angka kematian (mortality) dan angka kesakitan (morbidity) di
rumah sakit, sehingga dapat menjadi masalah Kesehatan baru, baik di negara
berkembang maupun di negara maju. Infeksi nosocomial di rumah sakit umumnya
dipindahkan dari tangan yang tidak di cuci dari para pekerja Kesehatan. Transient
dan resident flora pada kulit pekerja Kesehatan dapat menginfeksi pasien rumah
sakit yang system imun nya tidak baik (Maksum, 2017)

Flora normal yang menempati kulit terdiri dari dua jenis yaitu flora normal
atau mikroorganisme sementara (trasient microorganism) dan mikroorganisme tetap
(resident microorganism) flora trasient terdiri atas mikroorganisme non patogen
atau potensial patogen yang tinggal di kulit atau mukosa selama waktu tertentu
(jam, hari atau minggu). Mikroorganisme trasient terdiri dari mikroorganisme non
patogen yang berpotensi untk menjadi patogen. Flora ini umumnya tidak
menimbulkan penyakit (mempunyai patogenesis lebih rendah) dan jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan flora tetap (Lestari dkk, 2018)

Flora residen kulit merupakan mikroorganisme yang terletak di bawah sel


superfisial stratum corneum serta di permukaan kulit, sedangkan bakteri yang
berkolonisasi di lapisan terluar kulit disebut dengan flora transien. Bakteri residen
yang paling dominan pada kulit adalah Propionibacterium, Corynebacterium, dan

4
Staphylococcus koagulase negatif, sedangkan bakteri transien yang paling dominan
di kulit adalah Staphylococcus aureus ( Alzena, et al 2020)

Kedua jenis flora tersebut memiliki perbedaan dalam kaitannya dengan


proses dan mekanisme cuci tangan. Resident flora relative lebih sulit untuk
dihilangkan dengan cuci tangan saja karena bakteri ini ditemukan di dalam folikel
dan ditutupi oleh rambut, minyak dan sel-sel mati sehingga akan menghalangi
penetrasi zat aktif dari sabun pada saat cuci tangan. Bakteri ini baru dapat
dihilangkan dari kulit apabila mekanisme cuci tangan diikuti dengan proses
penggosokan/penyikatan. Rasident flora dapat dihilangkan melalui mekanisme cuci
tangan saja (Lestari dkk, 2018)

5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Alat Praktikum
1. Bunsen
2. Spidol marker
3. Sikat cuci tangan
4. Colouny counter
5. Stopwatch

III.2 Bahan Praktikum


1. Medium NUtrium agar cawan
2. Aquadest steril 9 ml
3. Sabun cair berbagai merk (Dettol, Biore, Sabun ungu)

III.3 Prosedur Kerja


1. Persiapan Kerja
 Di semprot alkohol 70% pada meja dan di lap dengan tissue searah
 Di letakkan pembakar bunsen di tengah meja kerja dan di nyalakan apinya
 Di letakkan botol alkohol 96% rak tabubg, tabung reaksi, cawan petri dan
peralatan lainnya di meja kerja
 Di ambil medium Na 12 ml yang sudah di cairkan dan tuang ke dalam cawan
petri steril secara aseptis
 Di gerakan cawan petri perlahan membentuk angka 8 di atas meja kerja dan
diamkan kurang lebih 10-15 menit sampai memadat.

2. Prosedur Kerja 1
 Di siapkan cotton bud steril
 Di celupkan cutton bud ke dalam aquadest steril 10 ml
 Di oleskan ke jempol (tangan kanan kotor)

6
 Di goreskan ke medium Na, yang ada di cawan yang telah di garis dibagi
dua, disisi satu nya

3. Prosedur Kerja 2
 Di cuci tangan dengan air kran (Sabun ungu) selama 1 menit
 Didiamkan 3 menit
 Di oleskan cutton bud steril ke jempol
 Di goreskan ke medium Na yang ada di cawan yang telah di garis dibagi
dua, disisi satu nya
 Di inkubasi 2 x 24 jam suhu 37°
 Diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri

4. Prosedur kerja 3
 Dicelupkan cutton bud steril ke aquadest steril
 Dioleskan ke jempol kiri
 Digoreskan ke medium Na yang ada di cawan yang telah di garis dibagi
dua, disisi satu nya

5. Prosedur kerja 4
 Dicuci tangan kiri dengan air dan sabun (biore) selama 1 menit
 Didiamkan 1-3 menir
 Dioleskan cutton bud steril ke jempol
 Digoreskan ke medium Na yang ada di cawan yang telah di garis dibagi
dua, disisi satu nya
 Diinkubasi 2x24 jam suhu 37°
 Diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri

6. Prosedur kerja 5

7
 Dicelupkan cutton bud steril ke dalam aquadest steril 10 ml
 Dioleskan pada jempol tangan kanan kotor
 Digoreskan pada medium Na yang ada di cawan yang telah di garis dibagi
dua, disisi satu nya

7. Prosedur kerja 6
 Tangan dicuci dengan sabun (Dettol) selama kurang lebih 1 menit
 Didiamkan selama 1 menit
 Dioleskan cotton bud steril yang telah di celupkan ke aquadest ke jempol
tangan kiri
 Digoreskan cotton bud tadi ke medium Na yang ada di cawan yang telah di
garis dibagi dua, disisi satu nya
 Diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37°C
Prosedur Kerja 6 (2)
 Tangan dicuci dengan sabun (Biore) selama kurang lebih 1 menit
 Didiamkan selama 3 menit
 Dioleskan cotton bud steril yang telah di celupkan ke aquadest ke jempol
tangan kiri
 Digoreskan cotton bud tadi ke medium Na yang ada di cawan yang telah di
garis dibagi dua, disisi satu nya
 Diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37°C
8. Prosedur kerja 7
 Dicelupkan cotton bud steril ke dalam aquadest steril 10 ml
 Di oleskan cotton bud tersebut ke ibu jari tangan kiri yang kotor
 Digoreksan cotton bud tadi ke medium Na yang ada di cawan yang telah di
garis dibagi dua, disisi satu nya

9. Prosedur kerja 8

8
 Dicuci tangan dengan sabun (ungu) selama kurang lebih 1 menit (tangan
kiri)
 Didiamkan selama 3 menit
 Dioleskan dengan cotton bud steril yang telah di dicelupkan kedalam
aquadest steril
 Digoreskan cotton bud tadi pada medium Na yang ada di cawan yang telah
di garis dibagi dua, disisi satu nya
 Diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37°C

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Praktikum
No. Nomor Prosedur Hasil Gambar Keterangan
1. Prosedur 1 R1 : 2+
2+ Pertumbuhan
sedang

2. Prosedur 2 1+ L2 : 1+
Pertumbuhan
sedikit

3. Prosedur 3 2+ R1: 2+
Pertumbuhan
sedang

10
4. Prosedur 4 2+ L2 : 2+
Pertumbuhan
sedang

5. Prosedur 5 3+ R1: 3+
(1 Menit) Pertumbuhan
banyak

6. Prosedur 6 2+ L2: 2+
(1 Menit) Pertumbuhan
sedang

7. Prosedur 5 2+ P 2+ Pertumbuhan
(3 Menit) sedang

11
8. Prosedur 6 3+ 3+ Pertumbuhan
( 3 Menit) banyak

9. Prosedur 7 1+ P7 : 1 +
Pertumbuhan
sedikit

10. Prosedur 8 3+ P8 : 3+
Pertumbuhan
banyak

IV.2 Pembahasan
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa
dari kelompok 1 yaitu prosedur 1 dan 2 didapatkan hasil pada prosedur 1 hasilnya
2+ yaitu pertumbuhan sedang, prosedur 2 ( tangan di cuci dengan air kran)
didapatkan hasil 1+ yaitu pertumbuhan sedikit. Pada kelompok 2 prosedur 3
didapatkan hasil 2+ yang berarti pertumbuhan sedang, prosedur 4(Cuci tangan
dengan sabun biore), 2+ pertumbuhan sedang juga. Pada kelompok 3 yaitu prosedur
5 didapatkan hasil 3+ yang berarti pertumbuhan banyak, prosedur 6 (cuci tangan

12
dengan sabun Dettol) didapatkan hasil 2+ pertumbuhan sedang. Pada kelompok 4
yaitu prosedur 7 dan 8, pada prosedur 7 didapatkan hasil 1+ pertumbuhan sedikit
dan prosedur 8 yaitu dengan (cuci tangan sabun ungu) didapatkan hasil 3+ yaitu
pertumbuhan banyak. Pada kelompok 5 yaitu prosedur 5 dan 6, pada prosedur 5
didapatkan hasil 2+ Pertumbuhan sedang, dan prosedur 6 (cuci tangan dengan sabun
biore dan pengeringan selama 3 menit) didapatkan hasil 3+ yaitu pertumbuhan
banyak.

Dari hasil tersebut, terlihat bahwa Perbedaan jumlah angka kuman sebelum
dan sesudah mencuci tangan dengan menggunakan sabun cair antiseptik ini terjadi
karena triklosan memiliki efek antimikroba dengan mekanisme manghambat enoyl
ACP-redectase essential enzymes yang efektif dipakai pada kadar 0,2-2% sehingga
dapat mengganggu metabolisme sel bakteri yang nantinya menyebabkan kematian
sel bakteri. Penelitian yang dilakukan oleh Juliantina dan Triyana menunjukkan
bahwa triklosan secara signifikan mampu mengurangi jumlah angka kuman.
Penggunaan triklosan pada sabun cair antiseptik diimbangi dengan polisorbat 20
dapat membantu melarutkan triklosan sehingga triklosan dapat bekerja lebih efektif.
Air yang mengalir dapat mengahalu bakteri menempel kembali dipermukaan
telapak tangan, sehingga sabun cair antiseptik dapat mengurangi jumlah angka
kuman (Norfai, 2018)

Berdasarkan praktikum kali ini pengaruh dari sabun cuci tangan terhadap
pertumbuhan bakteri Membersihkan tangan dengan air dan sabun tingkat
keampuhan menghilangkan bakteri ditangan dapat berbeda, dalam hal ini jika hanya
di cuci dengan air, bakteri yang akan keluar hanya sedikit, sedangkan sabun dapat
mengeluarkan banyak bakteri karena dalam sabun terdapat bahan khusus yang dapat
mengendalikan bakteri yang ada pada tangan, dalam hal ini terdapat beberapa bahan
aktif yang terkandung dalam sabun cuci tangan yaitu alcohol, emollient,
triclocarban, triclosan, triclocarban, dan lainnya penjelasan menurut (Maksum,
2017).

13
Pengaruh sabun cuci tangan lebih efektif dan efisien jika dibandingkan
dengan hanya menggunakan air. Membersihkan tangan dengan air dan sabun tingkat
keampuhan menghilangkan bakteri ditangan dapat berbeda, dalam hal ini jika hanya
di cuci dengan air, bakteri yang akan keluar hanya sedikit, sedangkan sabun dapat
mengeluarkan banyak bakteri karena dalam sabun terdapat bahan khusus yang dapat
mengendalikan bakteri yang ada pada tangan, dalam hal ini terdapat beberapa bahan
aktif yang terkandung dalam sabun cuci tangan yaitu alcohol, emollient,
triclocarban, triclosan, triclocarban, dan lainnya ( Faslizia, et al 2014)

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari bakteri itu sendiri


yaitu menurut Khan Perilaku cuci tangan yang benar mengambil peran yang cukup
besar dalam peningkatan penyakit infeksi nosokomial dalam lingkungan medis
karena kebersihan tangan dari seorang tenaga medis yang tidak terjaga justru dapat
memberikan penyakit baru pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Istilah
nosokomial digunakan untuk segala jenis penyakit yang didapat oleh pasien saat
sedang dalam perawatan medis, infeksi biasanya didapat pasien saat sedang dalam
perawatan di rumah sakit (Shofri, 2017)

Faktor yang mempengaruhi perbedaan pertumbuhan bakteri pada efektivitas


cuci tangan faktor yangmenunjang efektivitas mencuci tangan ialah agen sabun
antiseptik yang digunakan, jumlah agen yang digunakan, serta durasi dan teknik
dalam mencuci tangan. Apabila mencuci tangan tidak efektif, dapat mengakibatkan
bakteri patogen pada telapak tangan tidak tereradikasi secara maksimal
sehinggaapabila tertelan dapat menyebabkan berbagai penyakit saluran pencernaan
(Alzena, et al 2020)

Flora normal yang menempati kulit terdiri dari dua jenis yaitu flora normal
atau mikroorganisme sementara (trasient microorganism) dan mikroorganisme tetap
(resident microorganism) flora trasient terdiri atas mikroorganisme non patogen atau
potensial patogen yang tinggal di kulit atau mukosa selama waktu tertentu (jam, hari

14
atau minggu). Mikroorganisme trasient terdiri dari mikroorganisme non patogen
yang berpotensi untk menjadi patogen. Flora ini umumnya tidak menimbulkan
penyakit (mempunyai patogenesis lebih rendah) dan jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan flora tetap (Lestari dkk, 2018)

Kedua jenis flora tersebut memiliki perbedaan dalam kaitannya dengan


proses dan mekanisme cuci tangan. Resident flora relative lebih sulit untuk
dihilangkan dengan cuci tangan saja karena bakteri ini ditemukan di dalam folikel
dan ditutupi oleh rambut, minyak dan sel-sel mati sehingga akan menghalangi
penetrasi zat aktif dari sabun pada saat cuci tangan. Bakteri ini baru dapat
dihilangkan dari kulit apabila mekanisme cuci tangan diikuti dengan proses
penggosokan/penyikatan. Rasident flora dapat dihilangkan melalui mekanisme cuci
tangan saja (Nafany, 2017)

Flora residen kulit merupakan mikroorganisme yang terletak di bawah sel


superfisial stratum corneum serta di permukaan kulit, sedangkan bakteri yang
berkolonisasi di lapisan terluar kulit disebut dengan flora transien. Bakteri residen
yang paling dominan pada kulit adalah Propionibacterium, Corynebacterium, dan
Staphylococcus koagulase negatif, sedangkan bakteri transien yang paling dominan
di kulit adalah Staphylococcus aureus ( Alzena, et al 2020)

Berdasarkan hasil yang diperoleh, terdapat perbedaan hasil antara


pemeriksaan yang menggunakan sabun dan tidak. Hasilnya ada penurunan dan juga
peningkatan, atau bahkan tetap. Pada kasus pertama yaitu adanya penurunan bakteri
Ketika menggunakan sabun sesuai dengan hasil penelitian dari penelitian (Sunarti,
2015), menyatakan bahwa mencuci tangan menggunakna sabun dapat menurunkan
angka bakteri pada telapak tangan pengunjung perpustakaan daerah, besar
penurunan sebesar 50%- 100%. Sehingga cuci tangan pakai sabun efektif
menurunkan angka kuman pada telapak tangan (Sinanto, 2020)

15
Adapun yang menyebabkan terjadi peningkatan jumlah bakteri setelah
mencuci tangan menggunakan sabun cair disebabkan oleh mahasiswa yang setelah
mencuci tangan tidak sengaja memegang benda disekitarnya sehingga bakteri yang
ada pada benda tersebut menempel kembali pada telapak tangan oleh sebab itu
jumlah bakteri lebih banyak dari sebelum mencuci tangan menggunakan sabun cair
(Tunggul, 2012)

Tumbuhnya bakteri pada tangan yang telah di cuci menggunakan sabun bisa
saja karena waktu pencucian yang kurang efektif dan tidak merata pada seluruh
bagian tangan serta bisa terjadi karena sabun yang digunakan tidak memiliki bahan
untuk menghilangkan bakteri. Sabun antibakteri memiliki bahan khusus yang dapat
mangontrol bakteri di tangan. Ketika mencuci tangan dengan sabun antibakteri,
sejumlah kecil bahan antibekteri tiut bekerja. Macam-macam bahan aktif yang
digunakan untuk sabun cuci tangan adalah Triclocarban, Benzalkom cloride,
Alcohol, Biodegradable serfactants, Triclosan dan bahan aktif lainnya. Sabun
pencuci tanga harus memenuhi standar khusus yaitu, menyingkirkan kotoran, tidak
merusak kesehatan kulit, nyaman untuk dipakai dan tidak menebarkan wangi yang
menusuk dihidung ( Hasibuan, 2020)

Dari praktikum yang telah dilakukan, pada penggunaan sabun cair merek
sabun ungu itu terdapat hasil penurunan dari (2+) sedang ke (1+) sedikit, namun ada
juga yang mengalami peningkatan (1+) sedikit ke (3+) banyak. Kemudian
penggunaan sabun cair merek Dettol didapatkan hasil penurunan yaitu dari (2+)
sedang menjadi (1+) sedikit, kemudian pada penggunaan sabun biore terjadi
peningkatan dari (2+) sedang ke (3+) banyak, dan ada juga yang tetap, yaitu (2+)
tetap (2+).

Dilihat dari hasil sabun Dettol lebih efektif dalam mengurangi bakteri, sudah
tidak asing bahwa sabun Dettol memang sabun antiseptic yang mengandung zat anti
kuman/desinfektan sehingga berguna untuk membunuh atau mengurangi jumlah

16
mikroorganisme. Hal yang mempengaruhi sabun merek lain terjadi peningkatan
bakteri dikarenakan menggunakan sabun cair disebabkan oleh mahasiswa yang
setelah mencuci tangan tidak sengaja memegang benda disekitarnya sehingga
bakteri yang ada pada benda tersebut menempel kembali pada telapak tangan oleh
sebab itu jumlah bakteri lebih banyak dari sebelum mencuci tangan menggunakan
sabun cair, atau memang dari sabun cair tersebut kurang mampu dalam mengurangi
bakteri (Shu M, 2013)

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan, maka dapat diambil
kesimpulan, bahwa:

1. Mahasiswa telah mampu mengetahui perbedaan antara residential flora dan


transient flora yang ditemukan pada permukaan kulit, yaitu residential flora
merupakan bakteri yang ditemukan pada lapisan epidermis dan folikel
rambut yang umumnya tidak menimbulkan efek negative pada Kesehatan,
transient flora yaitu bakteri yang keberadaannya di kulit itu tidak permanen
dan hanya dalam jangka waktu terterntu saja.
2. Mahasiswa telah mampu mengetahui pengaruh cuci tangan dalam
menurunkan jumlah bakteri pada kulit, yaitu Mencuci tangan tujuh langkah
adalah tata cara lengkap mencuci tangan memakai sabun dengan air
mengalir untuk membersihkan jari–jari, telapak tangan, punggung tangan
serta pergelangan tangan dari semua kotoran, kuman serta bakteri
penyebab penyakit.
3. Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan efektivitas penggunaan sabun
tunggal saja dengan sabun tunggal yang diikuti proses penggosokan/
penyikatan, yaitu pada penggunaan sabun tunggal saja hanya dapat
menghilangkan transient flora, sedangkan yang disertai dengan
penggosokan/penyikatan dapat menghilangkan resident flora.

18
V.2 Saran
Dari praktikum yang telah di laksanakan, saran dari kami yaitu sebaiknya
alat di perbanyak agar kerja lebih kondusif.

DAFTAR PUSTAKA

Adithya, Stefani.(2017). Formulasi Sediaan Sabun Cair Antiseptik Ekstrak Etanol Bunga
Pacar Air (Impatiens Balsamina L) Dan Uji Efektivita Terhadap Bakteri
Stapphylococcuc aureus Seara In Vitro. Jurnal Farmasi-UNSTART .6(3):208-2015.

Alzena, Akira, Usep Abdullah Husin, and Meta Maulida Damayanti. (2020). Efektivitas
Sabun Cuci Tangan dalam Menurunkan Jumlah Bakteri Pada Telapak Tangan.
Prosiding Pendidikan Dokter: 216-221.

Desiyanto FA, Sitti Nur Djannah. (2013). Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan
Cairan Pembersih Tangan Antiiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka
Kuman. Jurnal KESMAS .7(2):75-82.

Fazlisia, A., Bahar, E., & Yulistini, Y. (2014). Uji Daya Hambat Sabun Cair Cuci
Tangan pada Restoran Waralaba di Kota Padang Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurnal Kesehatan
Andalas. Vol 3(3): 348-353.

Haibun, Azizah. (2020). Penyuluhan Langkah Cuci Tangan Di SMAN 1 Delitua,


Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Jurnal Abdimas Kesehatan Perintis. 1(2):
35-40.

19
Lestari, R. K., Amalia, E., & Yuwono, Y. (2018). Efektivitas Jeruk Nipis (Citrus
Aurantifolia Swingle) Sebagai Zat Antiseptik Pada Cuci Tangan. Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan. Vol 5(2): 55-65.

Lipinwati, Meilana Siska. (2015). Efektivitas Mencuci Tangan Dengan Sabun Cuci
Tangan Cair Berbahan Aktif Triclocarban Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Jambi Angkatan 2015. Jambi Medical Journal. 5(1):49-58.

Maksum Radji. (2017). Uji Efektivitas Anti Mikroba Beberapa Merek Dagang
Pembersih Tangan Antiseptik. Jurnal Ilmu Kefarmasian. 4(1):1-6.

Nafany, Rosfita. (2017). Hubungan Pengetahuan Mencuci Tangan dengan Kejadian


Diare pada Siswa Kelas IV-VI SDN 11 Lubuk Buaya Padang. Junal Kesehatan
Andalas. 6(2):364-368.

Natsir MF.( 2018). Pengaruh Penyuluhan CTPS Terhadap Peningkatan Pengetahuan


Siswa SDN 169 Bonto Parang Kabupateb Jeneponto. Jurnal Nasional Ilmu
Kesehatan (JNIK) LP2m Unhas.1(2):1-9.

Norfai, Abdullah.(2018). Efektivitas Penggunaan Sabun Dalam Mencuci Tangan


Terhadap Jumlah Kuman. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia.
5(2):65-70.

Shofri YO, Nursyamsi MA.(2017). Identifikasi Staphylococcus aureus Sebelum Dan


Sesusah Mencuci Tangan Dengan Sabun Antiseptik Pada Swab Tangan Perawat Di
Ruang Ok RSUD Petala Bumu Pekanbaru. Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains
5(2):46-49.

Shu M. (2013). Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer Dengan Bahan Aktif Triklosan
0,5% dan 1%. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 2(1):1-14.

Sinanto Rendy, Sitti. (2020). Efektivitas Cuci Tangan Menggunakan Sabun Sebagai
Upaya Pencegahan Inveksi. Jurnal Kesehatan Karya Husada (JKKH). 8 (2): 19-33.

20
Tunggul P. (2012). Pengelolaan Sumber Air Di Desa Jawesari Kecamatan Limbangan,
Kabupaten Kendal. Jurnal KESMAS. 8(1):17-22.

21
LAMPIRAN

A. Alat dan Bahan

B. Hasil

Prosedur 7(1+) dan 8(3+) Prosedur 5(3+) dan 6(2+) Prosedur 3(2+) dan

(Sabun ungu) (Sabun Dettol 1 Menit) 4(2+) sabun biore

22
Prosedur 5 (2+) dan 6(3+) Prosedur 1(2+) dan 2 (1+)

Sabun Biore(3 menit) Sabun ungu

23
24

Anda mungkin juga menyukai