Disusun oleh :
NIM : 2111050126
Prodi : TLM B
SEPTEMBER 2022
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kebersihan tangan penting untuk mencegah penyakit infeksi karena
mikroba mengkontaminasi tangan dalam waktu yang singkat dalam aktivitas sehari-
hari. Metode cuci tangan tujuh langkah adalah metode cuci tangan paling
lengkap dalam menghilangkan kotoran dan kuman yang ada di tangan. Banyak
jenis sabun yang digunakan untuk mencuci tangan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui efektivitas mencuci tangan dengan menggunakan sabun, tanpa
sabun, tangan kotor, dengan atau tanpa penggosokan/penyikatan.
Cuci tangan pakai sabun yang dipraktikkan secara tepat dan benar merupakan
cara termudah dan efektif untuk mencegah berjangkitnya penyakit seperti diare,
kolera, ISPA, cacingan, flu, Hepatitis A, dan bahkan flu burung. Cuci tangan
ternyata merupakan sebuh kunci dalam pencegahan penularan penyakit (Aditya,
2017).
Cuci tangan yang baik adalah mencuci tangan dengan menggunakan sabun
plain (tidak mengandung anti mikroba) atau sabun antiseptik yang mengandung ati
mikroba, menggosok-gosok kedua tangan meliputi seluruh permukaan tangan dan
mencucinya dengan air mengalir dan mengeringkannya secara keseluruhan dengan
menggunakan handuk sekali pakai. Sering mencuci tangan dengan cara yang baik
adalah kunci untuk pencegahan penyebaran mikroorganisme (juga dikenal dengan
mikroba atau kuman) yang menyebabkan penyakit umum, dan pembersih secara
teratur permukaan tangan dapat menghilangkan partikel kotoran dan makanan
dimana kuman dapat tumbuh (Nafani, 2017).
1
ataupun cairan lainnya dengan tujuan menjadi bersih. Hand hygiene penting
dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengurangi angka kejadian infeksi
nosokomial (INOS).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mencuci tangan tujuh langkah adalah tata cara lengkap mencuci tangan
memakai sabun dengan air mengalir untuk membersihkan jari–jari, telapak tangan,
punggung tangan serta pergelangan tangan dari semua kotoran, kuman serta
bakteri penyebab penyakit. Seiring kemajuan teknologi sabun mencuci tangan
semakin berkembang yakni adanya sabun anti bakteri cair. Sabun anti bakteri
memiliki bahan khusus yang dapat mengontrol bakteri di tangan. Macam-
macam bahan aktif yang digunakan untuk sabun cuci tangan adalah
3
Triclocarban, Benzalkonium cloride, Alcohol, Biodegradable surfactants,
Emollient, Triclosan dan bahan aktif lainnya (Aditya, 2017)
Flora normal yang menempati kulit terdiri dari dua jenis yaitu flora normal
atau mikroorganisme sementara (trasient microorganism) dan mikroorganisme tetap
(resident microorganism) flora trasient terdiri atas mikroorganisme non patogen
atau potensial patogen yang tinggal di kulit atau mukosa selama waktu tertentu
(jam, hari atau minggu). Mikroorganisme trasient terdiri dari mikroorganisme non
patogen yang berpotensi untk menjadi patogen. Flora ini umumnya tidak
menimbulkan penyakit (mempunyai patogenesis lebih rendah) dan jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan flora tetap (Lestari dkk, 2018)
4
Staphylococcus koagulase negatif, sedangkan bakteri transien yang paling dominan
di kulit adalah Staphylococcus aureus ( Alzena, et al 2020)
5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Alat Praktikum
1. Bunsen
2. Spidol marker
3. Sikat cuci tangan
4. Colouny counter
5. Stopwatch
2. Prosedur Kerja 1
Di siapkan cotton bud steril
Di celupkan cutton bud ke dalam aquadest steril 10 ml
Di oleskan ke jempol (tangan kanan kotor)
6
Di goreskan ke medium Na, yang ada di cawan yang telah di garis dibagi
dua, disisi satu nya
3. Prosedur Kerja 2
Di cuci tangan dengan air kran (Sabun ungu) selama 1 menit
Didiamkan 3 menit
Di oleskan cutton bud steril ke jempol
Di goreskan ke medium Na yang ada di cawan yang telah di garis dibagi
dua, disisi satu nya
Di inkubasi 2 x 24 jam suhu 37°
Diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri
4. Prosedur kerja 3
Dicelupkan cutton bud steril ke aquadest steril
Dioleskan ke jempol kiri
Digoreskan ke medium Na yang ada di cawan yang telah di garis dibagi
dua, disisi satu nya
5. Prosedur kerja 4
Dicuci tangan kiri dengan air dan sabun (biore) selama 1 menit
Didiamkan 1-3 menir
Dioleskan cutton bud steril ke jempol
Digoreskan ke medium Na yang ada di cawan yang telah di garis dibagi
dua, disisi satu nya
Diinkubasi 2x24 jam suhu 37°
Diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri
6. Prosedur kerja 5
7
Dicelupkan cutton bud steril ke dalam aquadest steril 10 ml
Dioleskan pada jempol tangan kanan kotor
Digoreskan pada medium Na yang ada di cawan yang telah di garis dibagi
dua, disisi satu nya
7. Prosedur kerja 6
Tangan dicuci dengan sabun (Dettol) selama kurang lebih 1 menit
Didiamkan selama 1 menit
Dioleskan cotton bud steril yang telah di celupkan ke aquadest ke jempol
tangan kiri
Digoreskan cotton bud tadi ke medium Na yang ada di cawan yang telah di
garis dibagi dua, disisi satu nya
Diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37°C
Prosedur Kerja 6 (2)
Tangan dicuci dengan sabun (Biore) selama kurang lebih 1 menit
Didiamkan selama 3 menit
Dioleskan cotton bud steril yang telah di celupkan ke aquadest ke jempol
tangan kiri
Digoreskan cotton bud tadi ke medium Na yang ada di cawan yang telah di
garis dibagi dua, disisi satu nya
Diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37°C
8. Prosedur kerja 7
Dicelupkan cotton bud steril ke dalam aquadest steril 10 ml
Di oleskan cotton bud tersebut ke ibu jari tangan kiri yang kotor
Digoreksan cotton bud tadi ke medium Na yang ada di cawan yang telah di
garis dibagi dua, disisi satu nya
9. Prosedur kerja 8
8
Dicuci tangan dengan sabun (ungu) selama kurang lebih 1 menit (tangan
kiri)
Didiamkan selama 3 menit
Dioleskan dengan cotton bud steril yang telah di dicelupkan kedalam
aquadest steril
Digoreskan cotton bud tadi pada medium Na yang ada di cawan yang telah
di garis dibagi dua, disisi satu nya
Diinkubasi selama 2 x 24 jam dalam suhu 37°C
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Praktikum
No. Nomor Prosedur Hasil Gambar Keterangan
1. Prosedur 1 R1 : 2+
2+ Pertumbuhan
sedang
2. Prosedur 2 1+ L2 : 1+
Pertumbuhan
sedikit
3. Prosedur 3 2+ R1: 2+
Pertumbuhan
sedang
10
4. Prosedur 4 2+ L2 : 2+
Pertumbuhan
sedang
5. Prosedur 5 3+ R1: 3+
(1 Menit) Pertumbuhan
banyak
6. Prosedur 6 2+ L2: 2+
(1 Menit) Pertumbuhan
sedang
7. Prosedur 5 2+ P 2+ Pertumbuhan
(3 Menit) sedang
11
8. Prosedur 6 3+ 3+ Pertumbuhan
( 3 Menit) banyak
9. Prosedur 7 1+ P7 : 1 +
Pertumbuhan
sedikit
10. Prosedur 8 3+ P8 : 3+
Pertumbuhan
banyak
IV.2 Pembahasan
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa
dari kelompok 1 yaitu prosedur 1 dan 2 didapatkan hasil pada prosedur 1 hasilnya
2+ yaitu pertumbuhan sedang, prosedur 2 ( tangan di cuci dengan air kran)
didapatkan hasil 1+ yaitu pertumbuhan sedikit. Pada kelompok 2 prosedur 3
didapatkan hasil 2+ yang berarti pertumbuhan sedang, prosedur 4(Cuci tangan
dengan sabun biore), 2+ pertumbuhan sedang juga. Pada kelompok 3 yaitu prosedur
5 didapatkan hasil 3+ yang berarti pertumbuhan banyak, prosedur 6 (cuci tangan
12
dengan sabun Dettol) didapatkan hasil 2+ pertumbuhan sedang. Pada kelompok 4
yaitu prosedur 7 dan 8, pada prosedur 7 didapatkan hasil 1+ pertumbuhan sedikit
dan prosedur 8 yaitu dengan (cuci tangan sabun ungu) didapatkan hasil 3+ yaitu
pertumbuhan banyak. Pada kelompok 5 yaitu prosedur 5 dan 6, pada prosedur 5
didapatkan hasil 2+ Pertumbuhan sedang, dan prosedur 6 (cuci tangan dengan sabun
biore dan pengeringan selama 3 menit) didapatkan hasil 3+ yaitu pertumbuhan
banyak.
Dari hasil tersebut, terlihat bahwa Perbedaan jumlah angka kuman sebelum
dan sesudah mencuci tangan dengan menggunakan sabun cair antiseptik ini terjadi
karena triklosan memiliki efek antimikroba dengan mekanisme manghambat enoyl
ACP-redectase essential enzymes yang efektif dipakai pada kadar 0,2-2% sehingga
dapat mengganggu metabolisme sel bakteri yang nantinya menyebabkan kematian
sel bakteri. Penelitian yang dilakukan oleh Juliantina dan Triyana menunjukkan
bahwa triklosan secara signifikan mampu mengurangi jumlah angka kuman.
Penggunaan triklosan pada sabun cair antiseptik diimbangi dengan polisorbat 20
dapat membantu melarutkan triklosan sehingga triklosan dapat bekerja lebih efektif.
Air yang mengalir dapat mengahalu bakteri menempel kembali dipermukaan
telapak tangan, sehingga sabun cair antiseptik dapat mengurangi jumlah angka
kuman (Norfai, 2018)
Berdasarkan praktikum kali ini pengaruh dari sabun cuci tangan terhadap
pertumbuhan bakteri Membersihkan tangan dengan air dan sabun tingkat
keampuhan menghilangkan bakteri ditangan dapat berbeda, dalam hal ini jika hanya
di cuci dengan air, bakteri yang akan keluar hanya sedikit, sedangkan sabun dapat
mengeluarkan banyak bakteri karena dalam sabun terdapat bahan khusus yang dapat
mengendalikan bakteri yang ada pada tangan, dalam hal ini terdapat beberapa bahan
aktif yang terkandung dalam sabun cuci tangan yaitu alcohol, emollient,
triclocarban, triclosan, triclocarban, dan lainnya penjelasan menurut (Maksum,
2017).
13
Pengaruh sabun cuci tangan lebih efektif dan efisien jika dibandingkan
dengan hanya menggunakan air. Membersihkan tangan dengan air dan sabun tingkat
keampuhan menghilangkan bakteri ditangan dapat berbeda, dalam hal ini jika hanya
di cuci dengan air, bakteri yang akan keluar hanya sedikit, sedangkan sabun dapat
mengeluarkan banyak bakteri karena dalam sabun terdapat bahan khusus yang dapat
mengendalikan bakteri yang ada pada tangan, dalam hal ini terdapat beberapa bahan
aktif yang terkandung dalam sabun cuci tangan yaitu alcohol, emollient,
triclocarban, triclosan, triclocarban, dan lainnya ( Faslizia, et al 2014)
Flora normal yang menempati kulit terdiri dari dua jenis yaitu flora normal
atau mikroorganisme sementara (trasient microorganism) dan mikroorganisme tetap
(resident microorganism) flora trasient terdiri atas mikroorganisme non patogen atau
potensial patogen yang tinggal di kulit atau mukosa selama waktu tertentu (jam, hari
14
atau minggu). Mikroorganisme trasient terdiri dari mikroorganisme non patogen
yang berpotensi untk menjadi patogen. Flora ini umumnya tidak menimbulkan
penyakit (mempunyai patogenesis lebih rendah) dan jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan flora tetap (Lestari dkk, 2018)
15
Adapun yang menyebabkan terjadi peningkatan jumlah bakteri setelah
mencuci tangan menggunakan sabun cair disebabkan oleh mahasiswa yang setelah
mencuci tangan tidak sengaja memegang benda disekitarnya sehingga bakteri yang
ada pada benda tersebut menempel kembali pada telapak tangan oleh sebab itu
jumlah bakteri lebih banyak dari sebelum mencuci tangan menggunakan sabun cair
(Tunggul, 2012)
Tumbuhnya bakteri pada tangan yang telah di cuci menggunakan sabun bisa
saja karena waktu pencucian yang kurang efektif dan tidak merata pada seluruh
bagian tangan serta bisa terjadi karena sabun yang digunakan tidak memiliki bahan
untuk menghilangkan bakteri. Sabun antibakteri memiliki bahan khusus yang dapat
mangontrol bakteri di tangan. Ketika mencuci tangan dengan sabun antibakteri,
sejumlah kecil bahan antibekteri tiut bekerja. Macam-macam bahan aktif yang
digunakan untuk sabun cuci tangan adalah Triclocarban, Benzalkom cloride,
Alcohol, Biodegradable serfactants, Triclosan dan bahan aktif lainnya. Sabun
pencuci tanga harus memenuhi standar khusus yaitu, menyingkirkan kotoran, tidak
merusak kesehatan kulit, nyaman untuk dipakai dan tidak menebarkan wangi yang
menusuk dihidung ( Hasibuan, 2020)
Dari praktikum yang telah dilakukan, pada penggunaan sabun cair merek
sabun ungu itu terdapat hasil penurunan dari (2+) sedang ke (1+) sedikit, namun ada
juga yang mengalami peningkatan (1+) sedikit ke (3+) banyak. Kemudian
penggunaan sabun cair merek Dettol didapatkan hasil penurunan yaitu dari (2+)
sedang menjadi (1+) sedikit, kemudian pada penggunaan sabun biore terjadi
peningkatan dari (2+) sedang ke (3+) banyak, dan ada juga yang tetap, yaitu (2+)
tetap (2+).
Dilihat dari hasil sabun Dettol lebih efektif dalam mengurangi bakteri, sudah
tidak asing bahwa sabun Dettol memang sabun antiseptic yang mengandung zat anti
kuman/desinfektan sehingga berguna untuk membunuh atau mengurangi jumlah
16
mikroorganisme. Hal yang mempengaruhi sabun merek lain terjadi peningkatan
bakteri dikarenakan menggunakan sabun cair disebabkan oleh mahasiswa yang
setelah mencuci tangan tidak sengaja memegang benda disekitarnya sehingga
bakteri yang ada pada benda tersebut menempel kembali pada telapak tangan oleh
sebab itu jumlah bakteri lebih banyak dari sebelum mencuci tangan menggunakan
sabun cair, atau memang dari sabun cair tersebut kurang mampu dalam mengurangi
bakteri (Shu M, 2013)
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan, maka dapat diambil
kesimpulan, bahwa:
18
V.2 Saran
Dari praktikum yang telah di laksanakan, saran dari kami yaitu sebaiknya
alat di perbanyak agar kerja lebih kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Adithya, Stefani.(2017). Formulasi Sediaan Sabun Cair Antiseptik Ekstrak Etanol Bunga
Pacar Air (Impatiens Balsamina L) Dan Uji Efektivita Terhadap Bakteri
Stapphylococcuc aureus Seara In Vitro. Jurnal Farmasi-UNSTART .6(3):208-2015.
Alzena, Akira, Usep Abdullah Husin, and Meta Maulida Damayanti. (2020). Efektivitas
Sabun Cuci Tangan dalam Menurunkan Jumlah Bakteri Pada Telapak Tangan.
Prosiding Pendidikan Dokter: 216-221.
Desiyanto FA, Sitti Nur Djannah. (2013). Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan
Cairan Pembersih Tangan Antiiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka
Kuman. Jurnal KESMAS .7(2):75-82.
Fazlisia, A., Bahar, E., & Yulistini, Y. (2014). Uji Daya Hambat Sabun Cair Cuci
Tangan pada Restoran Waralaba di Kota Padang Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurnal Kesehatan
Andalas. Vol 3(3): 348-353.
19
Lestari, R. K., Amalia, E., & Yuwono, Y. (2018). Efektivitas Jeruk Nipis (Citrus
Aurantifolia Swingle) Sebagai Zat Antiseptik Pada Cuci Tangan. Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan. Vol 5(2): 55-65.
Lipinwati, Meilana Siska. (2015). Efektivitas Mencuci Tangan Dengan Sabun Cuci
Tangan Cair Berbahan Aktif Triclocarban Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Jambi Angkatan 2015. Jambi Medical Journal. 5(1):49-58.
Maksum Radji. (2017). Uji Efektivitas Anti Mikroba Beberapa Merek Dagang
Pembersih Tangan Antiseptik. Jurnal Ilmu Kefarmasian. 4(1):1-6.
Shu M. (2013). Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer Dengan Bahan Aktif Triklosan
0,5% dan 1%. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 2(1):1-14.
Sinanto Rendy, Sitti. (2020). Efektivitas Cuci Tangan Menggunakan Sabun Sebagai
Upaya Pencegahan Inveksi. Jurnal Kesehatan Karya Husada (JKKH). 8 (2): 19-33.
20
Tunggul P. (2012). Pengelolaan Sumber Air Di Desa Jawesari Kecamatan Limbangan,
Kabupaten Kendal. Jurnal KESMAS. 8(1):17-22.
21
LAMPIRAN
B. Hasil
Prosedur 7(1+) dan 8(3+) Prosedur 5(3+) dan 6(2+) Prosedur 3(2+) dan
22
Prosedur 5 (2+) dan 6(3+) Prosedur 1(2+) dan 2 (1+)
23
24