Anda di halaman 1dari 6

 

  
https://www.sos-antibacterial.com/read/tips/Waspada-Masker-Palsu-Ini-Kriteria-
Masker-Medis-yang-Perlu-Kamu-Tahu

Waspada Masker Palsu, Ini Kriteria Masker Medis


yang Perlu Kamu Tahu
 28-May-2021  Tips

Masker adalah kebutuhan pokok untuk semua orang di masa pandemi ini.
Idealnya masker yang kita gunakan untuk beraktivitas sehari-hari diganti setiap
4 jam sekali, atau ketika masker sudah terasa lembap. Namun banyaknya
masker yang beredar di pasaran juga mengharuskan kamu untuk berhati-hati.
Sebab nyatanya, tidak semua masker memenuhi standar kelayakan yang
sudah ditetapkan. Agar kamu tetap waspada pada ‘masker palsu’, kenali
kriteria masker medis yang perlu kamu tahu!

1. Tes visual
Ketika mengklaim bahwa masker tersebut adalah masker 3 lapis, secara logika
masker itu memang harus punya 3 lapisan. Buka atau robek salah satu masker
dan seharusnya Anda melihat 3 lapisan yang jelas. Masker 3 lapisan biasanya
terdiri dari kepingan Translucent (atas), lapisan putih (tengah), dan kepingan
berwarna (biasanya bagian yang berwarna seperti hijau, biru, atau bahkan
putih).

2. Uji air
Masker bedah, tidak hanya melindungi orang lain dari batuk dan bersin, tetapi
juga memberikan perlindungan terhadap orang lain. Karena itu, lapisan luarnya
didesain tahan air. Lipat masker sehingga bagian luarnya membentuk corong.
Kemudian tuangkan air ke dalamnya. Jika masker tersebut asli maka, masker
akan menahan air.
3. Uji bakar
Sekalipun ada 3 lapis masker, pastikan lapisan tengahnya adalah masker,
bukan kertas. Oleh karena itu, jika Anda membakarnya dengan api, filter itu
seharusnya tidak terbakar.

4. Nomor edar terdaftar


Cara paling mudah untuk membedakan masker asli dan palsu adalah dengan
mengecek izin edar Kemenkes. Masker non medis tidak memiliki izin edar dari
Kemenkes karena tidak memenuhi standar uji sebagai alat kesehatan. Oleh
karena itu untuk menghindari kesalahan pemilihan masker medis, maka
masyarakat dianjurkan membeli masker medis yang sudah memiliki izin edar.
Jika masker tersebut resmi atau asli maka izin edar yang tercantum pada
kemasan akan ditemukan di infoalkes.kemkes.go.id.
Baca Juga: Tips Memakai dan Menyimpan Masker yang Benar
Nah itulah 4 kriteria masker medis yang perlu kamu tahu. Mulai sekarang
pastikan masker yang kamu beli asli dan sudah sesuai kriteria di atas ya! Tidak
perlu bingung, kamu bisa memilih SOS Surgical Mask Protection. Terdiri dari
3 lapisan masker yang dilengkapi dengan Melltblown Filter untuk menyaring
bakteri, partikel mikro, kotoran dan droplets. Telah diuji di laboraturium di USA
memiliki BFE (Bacterial Filtration Efficiency) >96% dan PFE (Particle Filtration
Efficiency) efektif melindungi mulut & hidung dari bakteri, kuman, debu &
polusi.  Bahannya yang lembut dan tekstur yang berpori membuat nyaman
untuk bernafas & higienis. SOS Surgical Mask Protection tersertifikasi HALAL
dan tersedia dalam varian headloop (untuk hijab) dan earloop yang bisa kamu
pilih! Dapatkan produknya di e-commerce kesayanganmu atau mini
market terdekat.
https://www.bsn.go.id/main/berita/detail/11373/pentingnya-sni-masker-medis

Pentingnya SNI Masker Medis


 Rabu, 26 Agustus 2020
 Humas BSN
 12692 kali

Di masa pandemi Covid-19, masker menjadi “incaran” dan kebutuhan seluruh


lapisan masyarakat. Bahkan, ketika bepergian di era ‘new normal’ sekarang, masker
adalah satu barang penting yang tidak boleh lupa dibawa. Karena, masker diyakini
sebagai salah satu alat untuk mencegah terjadinya penularan virus Corona saat
berada di luar rumah.

Kendati demikian, seiring dengan membanjirnya ragam masker yang beredar di


pasaran, mulai dari berbahan kaos, spandex hingga medis, tentu banyak pertanyaan
di benak masyarakat, masker seperti apa dan bagaimana yang aman digunakan
serta dapat melindungi masyakarat. Sebagaimana diketahui, penularan Covid-19
bisa melalui droplet dari batuk, bersin; kontak langsung maupun udara.

Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai lembaga pemerintah non kementerian


yang memiliki tanggung jawab membina, mengembangkan serta mengkoordinasikan
kegiatan di bidang standardisasi secara nasional, telah menetapkan 3 Standar
Nasional Indonesia (SNI) terkait SNI masker medis. Tiga SNI tersebut adalah SNI
8488:2018 Spesifikasi standar untuk kinerja material yang digunakan dalam masker
medis (ASTM F2100-11, IDT); SNI 8489:2018 Metode uji standar evaluasi Efisiensi
Filtrasi Bakteri (Bacterial Filtration Efficiency/BFE) dari material masker medis,
menggunakan aerosol biologis Staphylococcus aureus (ASTM F2101-14, IDT); serta
SNI EN 14683:2019+AC:2019 Masker medis - Persyaratan dan metode uji (EN
14683:2019+AC:2019, IDT, Eng).

Sekretaris Utama BSN, Puji Winarni dalam pembukaan Webinar "Bestan Daring #3:
Masker Medis dalam Perspektif Standar dan Regulasi" pada Rabu (26/08/2020)
melalui aplikasi zoom dan live streaming via Youtube dan Facebook @bsn_sni
mengatakan dengan adanya penetapan SNI tersebut diharapkan dapat memberi
manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat.
Penetapan ketiga SNI tersebut tambah Direktur Pengembangan Standar Agro,
Kimia, Kesehatan, dan Halal BSN, Wahyu Purbowasito yang juga menjadi
narasumber dalam Webinar bahwa tiga SNI itu adalah adopsi identik dari standar
internasional yakni ASTM dan EN. “Dokumen SNI masker medis ini menjelaskan
konstruksi, desain, persyaratan kinerja dan metode pengujian untuk masker medis
yang dimaksudkan untuk membatasi penularan agen infeksi dari staf ke pasien
selama prosedur pembedahan dan pengaturan medis lainnya dengan persyaratan
serupa. Masker medis dengan penghalang mikroba yang sesuai juga dapat efektif
dalam mengurangi emisi agen infektif dari hidung dan mulut carrier asimptomatik
atau pasien dengan gejala klinis,” papar Wahyu.

Persyaratan mutu pada masker medis juga dilihat dari bacterial filtration efficiency
(BFE); microbial cleanliness; differential pressure; infective agent, splash resistance,
serta PFE (sub-micron Particulate Filtration Efficiency) efisiensi filtrasi partikulat sub
micron.

Yang dimaksud BFE adalah efektivitas material masker medis dalam mencegah
lewatnya bakteri aerosol serta dinyatakan dalam persentase dari jumlah diketahui
yang tidak menembus material masker medis pada laju alir aerosol yang ditetapkan.
Sementara, differential pressure, menunjukkan tingkat permeabilitas udara dari
masker, diukur dengan menentukan perbedaan tekanan di masker dalam kondisi
aliran udara, suhu dan kelembaban tertentu. Differential pressure merupakan
indikator "kemampuan bernapas" dari masker. “Dengan kata lain, differential
pressure adalah indikator seseorang nyaman bernafas atau tidak menggunakan
masker juga dihitung dalam standar ini,” jelas Wahyu.

Terkait persyaratan mutunya, indikator untuk pengujian BPE adalah pada tipe I,
≥95%, pada tipe II ≥98%, tipe IIR ≥98% dengan tipe pengujian sesuai dengan SNI
EN 14683 Annex B. Dengan demikian, masker medis memiliki daya filtrasi yang
lebih tinggi dibanding masker kain.

Senada dengan Wahyu, Direktur Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan


Kesehatan Rumah Tangga Kementerian Kesehatan RI, IGM Wirabrata, mengatakan
daya filtrasi sangat tinggi dimiliki masker medis dan masker N95. “Masker N95
memiliki daya filtrasi sangat tinggi sekali untuk anti bacterial dan virus. Penggunaan
masker ini sangat dibutuhkan untuk tenaga kesehatan sebagai garda terdepan, tidak
hanya saat pandemi tapi juga saat penyakit dengan infeksi sebaran luas dan cepat.
Sebagai contoh, jika seseorang bersin. Bersin mempunyai tekanan yang cukup jauh
dari 4 hingga 6 meter. Oleh karenanya, penggunaan masker sangat menolong guna
menghindari infeksi penyakit masuk ke dalam tubuh kita,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, saat ini masker yang beredar di pasaran ada 3 jenis yakni
masker kain, masker medis, dan masker N95. Berdasarkan data dari Kementerian
Kesehatan RI, jumlah produksi masker sebelum dan sesudah pandemi Covid-19
meningkat.

“Khusus untuk masker medis, sesuai dengan data sampai pada tanggal 24 Agustus
2020 bahwa, tahun 2019 jumlah izin edar berjumlah 104, pada tahun 2020 sebanyak
275 dengan jumlah industri pada tahun 2019, 28 industri dan tahun 2020 berjumlah
138. Untuk produk impor, izin edar yang dikeluarkan Kemenkes berjumlah 31, pada
tahun 2020 berjumlah 40 dengan jumlah industri pada tahun 2019 berjumlah 15, dan
tahun 2020 berjumlah 27. Sementara, masker KN95 (serupa N95) jumlah izin edar
tahun 2019 belum ada, di tahun 2020 sebanyak 5 dengan jumlah industri pada tahun
2019 belum ada dan tahun 2020 berjumlah 4 industri. Untuk produk impor KN95,
jumlah izin edar berjumlah 1, tahun 2020 berjumlah 22, dengan industri berjumlah 1
serta di tahun 2020 sebanyak 17 industri,” ungkap Wirabrata.

Menambahkan Wahyu, Wirabrata mengutarakan bahwa masker bedah atau biasa


dikenal dengan masker medis, memiliki 3 lapisan. Masker ini bisa memfiltrasi bakteri
dengan tingkat filtrasi tinggi. Sebelum beredar di masyarakat, masker bedah harus
diuji sesuai SNI yang berlaku, baru mendapatkan izin edar.

Sementara, masker kain tidak perlu ijin edar. “Jika membeli di toko, ini bisa dipakai
sesuai dengan anjuran Gugus Tugas Covid-19 pada saat awal Pandemi Covid-19
melanda Indonesia. Memang pada penggunaannya, droplet bisa diatasi dengan
masker kain yang kita gunakan. Namun filtrasinya akan berbeda dengan masker
medis dan N95. Hal ini dikarenakan masker kain tidak perlu diuji, tidak memiliki
standar khusus, dan tidak memiliki izin edar,” ujar Wirabrata.

Meskipun demikian, penggunaan masker juga harus dilakukan dengan benar.


“Penggunaan masker jangan turun ke dagu. Karena penggunaan masker yang salah
menyebabkan bakteri dan virus masuk ke dalam ruang dalam masker. Sebagai
contoh, apabila ingin makan dan minum masker dibuka. Cara membuka dan
meletakkan masker juga mengikuti prosedur supaya menggunakan masker itu
bermanfaat betul. Melepas masker, juga ditaruh di wadah atau di tissue terlipat dua
serta ke dalam jangan terbalik. Disimpan baik, kemudian bisa dipakai kembali.
Sebenarnya masker digunakan satu kali penggunaan. Begitu dilepas dari
penggunaan pertama wajah tidak bisa dipakai lagi untuk masker bedah. Untuk
masker kain mempunyai ketahanan 4-6 jam kemudian dicuci dan ganti. Tetap jaga
protokol kesehatan, pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan menggunakan sabun
sesering mungkin,”tutup Wirabrata.

Webinar juga diisi oleh narasumber Direktur Pengawasan Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Kementerian Kesehatan RI, Sodikin Sadek
yang dimoderatori oleh Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Kerja Sama, dan
Layanan Informasi BSN, Zul Amri. (nda-humas)

Anda mungkin juga menyukai