Anda di halaman 1dari 7

Kelangkaan Masker Imbas Panic Buying di Tengah

Masyarakat
Kelangkaan masker saat ini masih terjadi meski sudah beberapa kali disidak pihak
Kepolisian. Hal itu merupakan imbas dari panic buying yang dilakoni masyarakat.

Ketua Umum Pokja Infeksi Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI) Erlinda Burhan mengungkap kelangkaan masker tak hanya terjadi di Indonesia
melainkan di sejumlah belahan dunia.

"Jadi tentang kelangkaan masker, bukan hanya Indonesia tapi juga negara lain di
dunia dengan adanya wabah covid19 terjadi kelangkaan masker oleh sebab itu saya
minta kepada masyarakat jangan panic buying!" kata Erlinda saat jumpa pers di
Graha BNPB Jakarta, Rabu (1/4).

Erlinda menyatakan, masker saat ini menjadi salah satu benda utama dalam perang
melawan Covid-19. Utamanya masker saat ini benar-benar dibutuhkan untuk mereka
para tenaga medis dan juga orang yang sedang sakit agar tidak semakin
menyebabkan penularan.

"Masker ini diperlukan untuk tenaga kesehatan dan orang yang sakit jadi kalo orang
sehat memborongnya memakainya ketersediaan masker ini tidak ada lagi, untuk
tenaga kesehatan dan orang sakit dan ini bahaya," tegas dia.

Erlinda berharap masyarakat saat ini bisa bersikap bijak dan mengetahui bahwa
masker menjadi hal yang sangat diperlukan saat ini. Kepada mereka yang sehat,
Erlinda berpesan untuk bisa mencari alternatif masker lain bila ingin memproteksi,
seperti dengan masker penggunaan masker kain.

"Bisa menggunakan masker kain, mereka bisa pakai di tempat umum tapi tetap jaga
jarak aman 1-2 meter, setelah dipakai dicuci dengan detergen dan air hangat. Untuk
masker kesehatan atau masker bedah ini hanya untuk tenaga medis, dan orang sakit
atau orang sehat yang merawat yang sakit, ayo bersama kita bisa melawan Covid19,
salam tangguh," kata Erlinda.

Ini Penyebab Kelangkaan dan Melonjaknya Harga


Masker
Kekhawatiran penularan virus corona atau COVID-19 menyebabkan permintaan
masker di Tanah Air melonjak tinggi. Di apotek hingga gerai, stok masker habis.
Sementara di platform jual beli online harga masker mengalami kenaikan harga yang
sangat tinggi.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto membenarkan soal masker yang banyak


dicari itu. Ia memastikan stok pangan dan barang cukup. Karena itu, masyarakat
diminta untuk tak panic buying. Bila terjadi panic buying justru akan memicu
ketidakstabilan harga.

"Panic buying justru bisa merugikan masyarakat sendiri, dapat mendorong


ketidakstabilan harga yang disebabkan ketidakseimbangan harga," kata Agus, dalam
konferensi pers, di Hotel Borobudur, Gambir, Jakarta, Selasa, 3 Maret.

Namun di situasi ini, Agus tak melakukan pelarangan terhadap para produsen
masker untuk melakukan ekspor. Meski begitu, ia mengimbau agar mengutamakan
kebutuhan dalam negeri terpenuhi.

"Saya tekankan tidak ada larangan ekspor untuk produk-produk masker ke pasar
dunia. Namun pemerintah mengimbau, para eksportir dalam negeri untuk dapat
memprioritaskan pemenuhan kebutuhan masker di dalam negeri," ucapnya.

Agus mengingatkan, agar para produsen, distributor hingga penjual tidak


memanfaatkan momentum naiknya kebutuhan masker ini untuk
menggelembungkan harga ke pembeli.

"Pemerintah mengimbau para produsen masker untuk tidak menaikkan harga (jual)
ke luar ke masyarakat. Juga ditunjukkan para distributor dan para penjual," tuturnya.

Tidak hanya pada makser, hand sanitizer juga mengalami lonjakan permintaan. Ia


pun menekankan agar pihak-pihak tertentu tidak melakukan praktik-praktik yang
menjadikan barang itu langka dan mahal.

"Permintaan hand sanitizer juga tinggi. Imbauan yang sama juga berlaku terhadap


penjualan hand sanitizer ini, yang tengah dibutuhkan oleh masyarakat," jelasnya.

Senada, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) meminta masyarakat tak panik
berbelanja masker di tengah mewabahnya COVID-19. Komisioner KPPU, Guntur
Saragih, mengatakan saat ini tingginya harga masker di lapangan dipicu oleh
peningkatan permintaan.

"Terjadi pembelian yang melebihi skala konsumsi. Kami harap konsumen cerdas
karena bila panik bertransaksi, hal tersebut makin mempersulit keadaan," kata
Guntur di kantor KPPU, Selasa, 3 Maret.

Sesuai dengan penelaahan tim di lapangan, menurut Guntur, KPPU tidak


menemukan adanya dugaan pelanggaran persaingan usaha terkait dengan
melambungnya harga masker.
"Kami tidak menemukan pelanggaran di rantai usaha utama sesuai dengan yang
tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, baik kartel maupun seluruh pasalnya,"
ucapnya.

Dari hasil penelitian selama lebih-kurang sebulan, Guntur menyebut, kenaikan harga
masker di pasaran untuk sementara murni terjadi karena adanya permintaan yang
tinggi dari masyarakat. Sedangkan kenaikan permintaan ini tidak diimbangi dengan
pertambahan stok.

Kalau toh terjadi permainan harga, Guntur memperkirakan, praktik ini terjadi di level
pedagang kecil. Artinya, bukan terjadi di rantai pasokan utama atau pengusaha
dalam skala besar.

Sementara itu, Direktur Ekonomi KPPU M. Zulfirmansyah mengatakan, menipisnya


suplai masker di Indonesia disebabkan oleh berkurangnya pasokan barang dari
China. Menurut dia, Indonesia memang tercatat mengimpor masker dari Negeri Tirai
Bambu untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

"Jadi untuk sementara, kenaikan harga terjadi karena fenomena itu. Untuk harga,
kami tidak bisa bilang ini normal atau tidak karena semua orang memang kebutuhan
tinggi dan stok langka," ujarnya.

Firman menegaskan, KPPU terus membuka akses pelaporan bagi masyarakat


seandainya menemukan adanya dugaan penyelewengan. Bila nanti terdapat pelaku
usaha yang teridentifikasi melakukan pelanggaran, pelaku akan dikenakan sanksi
sesuai beleid yang berlaku dengan denda material maksimal Rp25 miliar.

Masyarakat Diminta Pro Aktif


External Commnications Senior Lead Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya mengatakan,
Tokopedia secara aktif terus berupaya memastikan tidak ada kenaikan harga yang
tidak wajar, terutama untuk produk masker kesehatan.

"Kami juga turut menghimbau masyarakat agar dapat melaporkan produk-produk


dengan harga yang tidak wajar, langsung dari fitur laporkan yang ada di setiap
halaman produk," tuturnya, melalui keterangan resmi.

Tak hanya Tokopedia, platform jual beli online Shopee juga akan menindak penjual


dari mitra penjual yang menaikkan harga masker dengan besaran yang tidak masuk
akal. Public Relations Lead Shopee Aditya Maulana Noverdi mengatakan timnya akan
terus memantau.

"Di tengah situasi sekarang ini, jika terdapat penjualan produk masker dari mitra
penjual yang menaikkan harga dengan besaran yang tidak masuk akal, tim internal
Shopee akan dengan segera menindaklanjutinya," ujarnya, melalui keterangan resmi
Shopee.
Shopee juga akan terus berkomunikasi dengan mitra-mitra penjual untuk
memastikan harga masker dijual dengan harga yang sesuai. Untuk itu, kata dia,
sebagai upaya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya virus COVID-19,
Shopee melakukan kampanye perlindungan diri yang dapat diakses di platform.

"Pengguna dapat mengakses berbagai rekomendasi produk penunjang kesehatan


seperti masker, vitamin, antiseptik serta informasi seputar perlindungan diri dari
virus COVID-19 di aplikasi Shopee," tuturnya.

Mengatasi Kelangkaan Masker

Di semua negara, masker langka. Thread ini buat para ibu rumah tangga yang suka
jahit, dan para tukang jahit.  "Tukang Jahit Bergerak"  Tentang masker yang bisa
dibuat sendiri berdasarkan penelitian dari Cambridge University.

Kenapa publik butuh masker?  Masker aslinya hanya buat yang sakit. Namun dengan
minimnya test, kita tak tahu apakah orang di deket kita sakit, carrier virus atau tidak.
Bahkan kita sendiri pun tak tahu apakah sedang bawa virus.  Paling aman adalah
memakai masker di luar rumah.

Negara-negara seperti Korea Selatan, Hongkong, China, Singapore, berhasil


mengontrol penyebaran #COVID19, salah satunya karena penggunaan masker. Selain
test yang banyak.  Italia bandel, jarang pake masker (lihat video wakil Red Cross
China yg nyemprot Itali), wabah gila2an.

Nah, masker sekarang langka banget. Masker bedah sebaiknya buat para tenaga
kesehatan kita yang di front-line pertempuran lawan #COVID19.   Publik umum non
medik? Kita cari cara lain. Kita bantu mereka dengan tidak menggunakan masker yg
mereka butuhkan.

Saya akan rangkum penelitian soal masker ini. Habis itu bagian terakhir, bagaimana
kita bisa bikin sendiri.  Saya ambil referensi threat ini dari:
https://smartairfilters.com/en/blog/best-materials-make-diy-face-mask-virus/…

"What Are The Best Materials for Making DIY Masks?"

Mengenali musuh  Kita berhadapan dengan corona virus, yang 0.05 - 0.2 micron
diameternya. Sejenis SARS virus.

Kita test dulu dengan partikel yang agak besar, 1 micron.  


Bahan yang kita coba:
- masker bedah (terbaik)
- filter vacum cleaner
- lap piring
- kaos katun campuran
- kaos katun 100%
- dst sampai sutra  
The best masker bedah, bisa menahan 97% partikel. Sutra plg ndak bagus.

Kita test dengan partikel virus 0.02 micron  


Hasilnya, masker bedah bisa nahan 89% partikel virus.  
Filter sedot debu 86% (tapi anda ndak bisa nafas).
Lap piring ternyata cukup tinggi, 73%.
Kain bantal 57%.
Tshirt katun 51%.

Bagaimana kalau kita dobel?  Tak terlalu banyak bermanfaat, kenaikannya tdk besar.

Mana yang nyaman untuk bernafas?  


Kalau dibandingkan dengan masker bedah, ternyata tshirt katun, cover bantal itu
paling enak.  Sebaliknya, lap piring yang didobel paling susah dipake bernapas,
ngalahin filer vakum cleaner.

Rekomendasi  
Jadi, dari testing di atas, antara efektifitas dan kenyamanan, para peneliti di
Cambridge merekomendasikan kain yang biasa dipake untuk cover bantal dan tshirt
katun 100% sebagai bahan untuk bikin masker wajah.

Kesimpulan:  
Material terbaik untuk do it your self (DIY) adalah:
- tshirt katun 100%
- kain untuk cover bantal
- atau bahan katun pada umumnya  Ini akan memfilter 50% dari partikel 0.2 mikron
(ukuran corona virus).

Contoh  
Model "pocket" yang didalamnya bisa dikasih filter tambahan berupa tissu, bisa
dilihat di video ini. Gampang diikuti.  
https://youtube.com/watch?v=BCJcE-r7kcg…

Contoh 2  
Model keren ini dari kain katun, didobel. Bisa dibuat dengan mudah mengikuti video
ini.  
https://freesewing.org/blog/facemask-frenzy/…

Tantangan Membuat 100 Juta Masker  


Rakyat Indonesia tak perlu komplain ke siapapun. Ini masalah global, bukan hanya
kita saja. Di mana-mana, di negara lain juga menghadapi masalah  langkanya masker.

https://providence.org/lp/100m-masks Ini contoh ajakan bersama untuk bikin


masker.

Masyarakat Bisa Pakai Masker Kain


Di samping itu, Erlina menyarankan agar masyarakat yang masih sehat bisa
menggunakan masker kain. Dengan catatan tetap menjaga jarak sejauh satu meter
selama di tempat umum.

"Pertama, masker kain bisa dipakai oleh masyarakat yang sehat digunakan di tempat
umum dan fasilitas lainnya tapi tetap menjaga jarak satu sampai dua meter. Kenapa?
Karena masker kain ini tidak bisa memproteksi masuknya semua partikel bakteri dan
virus," katanya.

Menurut Erlina masker jenis kain juga tidak disarankan bagi tenaga medis dengan
alasan 40 sampai 90 persen virus dan bakteri dapat menembus masker jenis ini.
Karena itu, bila sangat terpaksa memakai masker jenis ini idealnya dikombinasikan
dengan pelindung wajah.

"Masker kain, perlindungan terhadap droplet iya ada tetapi tetap tidak ada
perlindungan terhadap aerosol ataupun partikel airborne," wanti Erlina.

Karenanya, demi pencegahan droplet dari batuk dan bersin kepada pemakai masker,
disarankan tetap menjaga jarak aman 1-2 meter di area terbuka.

"Kalau droplet besar bisa, tetapi droplet kecil tidak bisa jadi. Efektivitas filtrasinya
adalah pada partikel ukuran 3 mikron sampai 10 mikron jadi hanya sampai 60 persen
partikel tersebut bisa dicegah," jelas Erlina.

Kendati demikian, Erlina menambahkan, keuntungan masker kain jenis kain adalah
sifatnya yang dapat dipakai ulang dengan dicuci terlebih dahulu dengan air hangat
dan detergen untuk mematikan virus dan bakteri yang menempel.

"Jadi bisa dipakai berulang tapi dicuci dulu," katanya.

Anda mungkin juga menyukai