Anda di halaman 1dari 7

Pandemic Marketing Strategy and Panic Buying

Siti Muna Warah, Aprilianty Abdullah, Joshua Marshall Puarada


Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong
E-mail: apriliaabdullah2002@gmail.com

Abstrak
Pandemi COVID-19 memiliki dampak serius pada kesehatan, sosial, psikologis, ekonomi
hingga dunia industri. Hal ini membuat perusahaan dan produsen berusaha menggunakan
strategi marketing yang cerdik sehingga dapat mengambil kesempatan untuk melariskan
produknya. Disamping itu strategi marketing di masa pandemi ini dapat menyebabkan
kecemasan masyarakat di Indonesia. Masyarakat yang mudah terpengaruh akan panik
membeli kebutuhan pokok secara berlebihan dan tidak terkontrol sebagai langkah antisipasi
dan persediaan. Tujuan dari literature riview ini adalah untuk melihat pengaruh pandemic
marketing strategy terhadap fenomena panic buying masyarakat dengan cara melakukan
analisis pada 12 jurnal yang terbit kurun waktu 5 tahun terakhir. Hasil analisis menunjukkan
bahwa kemajuan dalam teknik marketing menggunakan media social membuat kecemasan
masyarakat akan ketidakcukupan ketersediaan produk dimasa depan sehingga munculnya
perilaku panic buying.
Kata Kunci: marketing strategy, panic buying, pandemi covid-19

LATAR BELAKANG
Persaingan usaha yang semakin ketat di masa pandemi ini harus disikapi oleh para
pelaku bisnis/usaha dengan menerapkan langkah-langkah strategis bagi kelangsungan
usahanya. Munculnya pandemi covid-19 yang melanda hampir di seluruh dunia
mengakibatkan sendi-sendi kehidupan seperti pendidikan dan perekonomian mengalami
kelumpuhan yang berakibat sekolah-sekolah ditutup serta perusahaan-perusahaan banyak
yang mengurangi aktivitas produksi dan bahkan tidak sedikit yang melakukan pemutusan
hubungan kerja (PHK).
Perusahaan-perusahaan berusaha untuk bertahan disituasi seperti ini. Suatu
Perusahaan dalam mencapai targetnya harus menerapkan konsep pemasaran yang telah
dikelola secara baik agar perusahaan mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Perusahaan
juga harus memahami konsep keputusan pembelian dari konsumen. Oleh karena itu, strategi
penjualan yang dilakukan saat pandemi (pandemic marketing) harus ditingkatkan dan
dikembangkan agar perusahaan itu tetap berjalan tanpa kerugian.
Jika pandemic marketing berhasil ditingkatkan dan sangat mempengaruhi motivasi
belanja konsumen, akan muncul fenomena berupa panic buying. Panic buying diartikan
sebagai perilaku konsumen berupa pembelian produk dalam jumlah besar agar tidak
mengalami kekurangan di masa depan (Shou, Xiong, & Shen, 2011). Dengan adanya
pandemi virus covid-19 ini menyebabkan masyarakat panik mempersiapkan berbagai
perlengkapan kesehatan dan bahan pokok agar bisa bertahan dalam jangka Panjang tanpa
keluar rumah karena adanya pembatasan kegiatan diluar rumah.
Di Indonesia sendiri, sesaat setelah pengumuman 2 orang pertama yang positif
terinfeksi COVID-19 pada 2 Maret 2020, beberapa stok barang seperti makanan pokok,
vitamin, hand sanitizer, hingga masker habis diserbu oleh masyarakat di Jakarta. Tidak hanya
terjadi di Jakarta, fenomena ini juga terjadi di beberapa daerah lain, seperti Surabaya dan
beberapa kota lainnya. Panic buying yang dilakukan oleh konsumen seringkali mengarah
kepada hal-hal negatif seperti antrian panjang, kehabisan stok dalam jumlah besar,
kecemasan yang luar biasa, hingga akhirnya secara signifikan berdampak negatif pada pasar.
Sehingga, panic buying menjadi suatu hal yang perlu diatasi saat menghadapi keadaan
maupun krisis apapun.
Tujuan dibuatnya artikel ini adalah untuk mengetahui strategi marketing seperti apa
yang bisa dilakukan saat pandemi dan bagaimana fenomena panic buying bisa terjadi.
Adapun manfaat yang didapatkan dari artikel ini secara akademik, dapat diharapkan dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengatahuan pada umumnya, serta bermanfaat bagi
dalam ilmu psikologi industri dan organisasi terutama bagi yang akan melakukan penelitian
tentang pandemic marketing dan panic buying. Secara praktis artikel ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan tentang panic buying dan juga teknik-teknik marketing yang
digunakan dimasa pandemi kepada masyarakat luas.

KAJIAN TEORI
Deinisi Pandemic Marketing Strategy
Marketing atau pemasaran adalah suatu suatu tindakan yang dibuat oleh perusahaan
untuk menarik atau mempertahankan konsumen dari suatu perusahaan. Pandemic marketing
strategy merupakan teknik pemasaran produk yang cerdik dan menarik sehingga produk yang
dipasarkan tetap laris meskipun dalam masa pandemi.
Saat pandemic Covid-19 ini banyak hal yang berubah dalam kehidupan sehari – hari
kita salah satunya yaitu pembelian suatu produk secara online atau biasa disebut juga dengan
Belanja Online. Hal tersebut dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan untuk masuk dalam
dunia online untuk memasarkan produk – produknya. Karena pandemic ini juga, banyak
produsen yang mulai menempelkan embel – embel bahwa produk mereka dapat mencegah
atau dapat mengurangi tingkat terpaparnya si konsumen akan virus corona ini.
Perusahaan atau produsen dapat tumbuh dan berkembangan apabila dalam
menjalankan aktivitas usahanya berpegang pada konsep efektivitas dan produktivitas. Tidak
dapat dipungkiri berdirinya perusahaan adalah pencapaian keuntungan laba secara optimal.
Langkah untuk memenangkan persaingan adalah dengan menerapkan strategi pemasaran
yang tepat sasaran baik dari segi kualitas, harga, maupun daya saing atas produk yang
dihasilkannya.
Strategi bisnis yang tepat untuk memasarkan produk di masa pandemi covid19 ini
adalah melalui media elektronik dimana antara produsen dan konsumen tidak bertemu
langsung pada satu tempat tetapi memiliki jangkauan pemasaran yang sangat luas (Ulya,
2020; Riyadi, Mahkota, & Suyadi, 2014; Kaplan, 2012).
Jadi, Pandemic marketing adalah strategi pemasaran yang digunkan suatu perusahaan
atau produsen untuk memasarkan produknya secara online dan menghubung –
menghubungkan produknya dengan perihal bahwa produk mereka dapat mencegah atau
mengurangi presentase terjangkitnya konsumen oleh si virus corona ini, sehingga banyak
konsumen yang terhasut untuk membeli atau bahkan membeli secara berlebihan produk
tersebut.
Definisi Panic Buying
Pada kajian sosiologi, panic atau panik populer merupakan bentuk perilaku kolektif.
Istilah perilaku kolektif ini merujuk pada aksi yang muncul tiba-tiba, spontan, bukan aktivitas
rutinitas, dan cenderung tidak sesuai norma (non-normatif) (Oliver, 2013). Pada ilmu
perilaku, khususnya psikiatri, panik erat dijelaskan sebagai gangguan panik atau serangan
panik. Karakteristik panik ditandai dengan serangan panik secara berulang-ulang, tiba-tiba,
dan tidak terduga (Parks, 2013). Baik dari pandangan sosiologi maupun psikiatri, panik sama-
sama ditandai dengan ciri perilaku yang muncul secara tiba-tiba.
Jika dikaitkan lebih jauh dengan panic buying pada isu COVID-19, fenomena ini
mempunyai benang merah yang sama, yaitu terjadi secara tiba-tiba dan tidak terkontrol.
Kepanikan berbelanja atau yang umumnya diistilahkan sebagai “panic buying” dapat
dijelaskan sebagai perilaku konsumen berupa tindakan orang membeli produk dalam jumlah
besar untuk menghindari kekurangan di masa depan (Shou dkk., 2011). Perilaku ini juga
disebut sebagai perilaku penimbunan barang yang dilakukan oleh konsumen.
Hal yang perlu digaris bawahi dalam definisi ini adalah konsumen membeli barang
dalam jumlah banyak bukan bertujuan untuk mencari selisih harga yang akan timbul antara
masa sekarang dan masa yang akan datang, tetapi bertujuan untuk menghindari kekurangan
pasokan yang mungkin akan terjadi di masa depan.
Adapun beberapa penyebab masyarakat melakukan tindakan Panic Buying ditengah Pandemi
Corona, antara lain:
1. Tindakan Panic Buying bisa dipengaruhi orang lain karena adanya transfer dan perilaku
meniru dan mengamati orang lain untuk melakukan hal yang sama.
2. Tindakan Panic Buying untuk menghindari resiko, baik dari sisi ketersediaan, keamanan,
dan sisi finansial. Karena sebagian besar masyarakat beranggapan untuk dapat menekan
resiko jika sudah mendapatkan barang dalam jumlah banyak.
3. Tindakan Panic Buying dilakukan untuk memberikan rasa ketenangan pada diri pelakunya
akibat kecemasan karena keadaan yang tidak menentu.
4. Tindakan Panic Buying bisa dipengaruhi karena didasari oleh ketidakpastian keadaan yang
dihadapi.
Walaupun di masa pandemi, masyarakat diperbolehkan untuk melakukan persiapan
dalam keadaan genting. Secara bijak, pemerintah menyarankan bagi masyarakat untuk lebih
bijak dalam melakukan belanja untuk ketersediaan barang tetap stabil dan dinikmati oleh
orang banyak. Untuk itu, masyrakat dihimbau untuk tetap tenang dalam menghadapi panic
buying, dengan cara:
1. Membatasi penjualan barang, missal setiap orag hanya diperbolehkan membeli dalam
jumlah tertentu dalam waktu tertentu (perhari atau perminggu)
2. Membuat aturan prioritas bagi orang-orang yang membutuhkan misalkan APD dan masker
untuk tenaga medis.
3. Pemerintah bekerjasama dengan masyarakat dalam mengendalikan dan mengontrol
distribusi barang secara merata dan tepat sasaran
4. Menyediakan pembelian daring dengan menerapkan jumlah barang dan prioritas
kebutuhan
5. Menekan penyebaran informasi yang menyesatkan (Hoaks)
6. Serta ikut berperan aktif dalam kegiatan sosial dan penggalangan dana bagi masyarakat
yang terdampak pandemi.
Selain itu diperlukan juga informasi yang jelas dan sumber dari pihak-pihak yang
berwenang. Hal ini diupayakan untuk meredam tekanan psikologis masyarakat agar tidak
bertindak gegabah dan di luar perencanaan. Pemerintah juga setidaknya memberikan donasi
dan pembagian masker gratis bagi masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan analisis dan pengkajian terhadap beberapa jurnal yang membahas
tentang panic buying dan pandemic marketing ada beberapa hal yang ditemukan seperti
kemajuan dalam teknik marketing menggunakan media social dan kecemasan masyarakat
akan ketidak cukupan ketersediaan produk dimasa depan mempengaruhi terjadinya perilaku
panic buying.

Tahun Sampel Variable Desain


Penelitian Penelitian
Jumlah Karekteristik Bebas Terikat
Pristiana 75 Konsumen Service Keputusan Analisis
Widyastuti, Grocery Store Convenience Pembelian Persamaan
(2020) dan Panic Struktural
Buyin (SEM)
Rosmadi, (2021) 1 Makanan Masa Strategi Kualitatif
Ringan Pendemi Bisnis
(Waroenk
Ngemil)
Atmaja & 3 Pemasaran Covid-19 Peluang
Verawati, (2020) Online Dan Era bisnis Study
Digital Dokumen
Branding

Patianugra & 428 Pengguna Citra Merek Keputusan Deskriptif


Suyanto, (2021) Hand Pembelian
Sanitizer
Merek Detol
Selama
Pandemic.
Caroline, Etty, 100 Tempat- Marketing Keputusan Deskriptif
Imam, & Panji Tempat Pembelian Analitik
(2021) Kebugaran
Seperti
Tempat
Senam
Ira Nandra, 100 Pengusaha Strategi Peningkatan Asosiatif
(2020) Bengkel jl. Pemasaran Kinerja Dan
Mahkamah Kuantitatif
Medan
James & Dave, 2 Kolaborasi Pandemic Marketing Literature
(2020) Strategi Crisis Strategies Review

Vapiwala, (2020) 3 Digital A Saviour Digital Sumber


Marketing For Marketing Data
Businesses Sekunder
In Times Of
A Pandemic
Yulia & 30 Umkm Covid-19 Marketing Deskriptif
Novitaningtyas, Kuliner di Pandemic Strategy Kualitatif
(2021) Magelang
Herizatintriyunita, Bisnis Pandemic Marketing Analisis
(2020) Anggrek Covid 19 Strategy SWOT
Wang & Na, 540 Online Food Panic Probit
(2020) consumers in Hoarding Buying Multivariat
Beijing,
Shanghai,
Guangzhou
Shadiqi & Dkk 124 Telaah Panic Pandemi Panic Literatur
(2020) Buying Covid-19: Buying (Literature
Review)
Nur, (2019) Panic Buying Masa Panic Kualitatif
Dan Pandemi Buying
Relevansinya
Dengan
Ikhtikar
Dalam
Padangan
Islam

Persaingan usaha yang semakin ketat di era globalisasi harus disikapi oleh para pelaku
bisnis/usaha dengan menerapkan langkah-langkah strategis bagi kelangsungan usahanya.
perlu mendefinisikan tujuan realistis untuk organisasi mereka, selama dan setelah krisis.
Faktanya, sejumlah perusahaan (misalnya, Coca-Cola, Chevron, dan Ford) telah mengubah
model bisnis mereka, melalui aspek produksi alat pelindung diri (berlawanan dengan produk
normal mereka) untuk berkontribusi pada upaya global memerangi COVID -19.
Pemasaran secara online melalui media merupakan langkah tepat yang harus
dilakukan oleh para pelaku usaha Oleh karena itu strategi yang diterapkan oleh para pelaku
usaha ini harus dilakukan secara optimal agar produk yang dihasilkan dapat diterima oleh
masyarakat dengan memberikan keterangan yang jelas dan dapat dipercaya konsumen.
Perilaku panic buying ditunjukkan ketika konsumen membeli produk dalam jumlah
besar untuk mengantisipasi, selama atau setelah bencana dirasakan, atau untuk
mengantisipasi kenaikan harga atau kelangkaan barang. panic buying disebabkan karena
adanya ketakutan, kecemasan, perasaan tidak aman, konflik psikologis, stres, persepsi
ketidakpastian, dan paparan media. Kecemasan konsumen di masa pandemi menunjukkan
bahwa terdapat intensi masyarakat untuk mencukupi persediaan produk akibat adanya
ketakutan dan ketidakpastian.
Hasil di atas menunjukkan bahwa pengaruh media social dan teknik marketing
mempengaruhi perilaku panic buying dimasa pandemic. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Widyastuti pada tahun 2020 yang menemukan keputusan konsumen
dalam membeli produk secara signifikan dipengaruhi oleh kecemasan antisipatif kenaikan
harga barang, kawanan atau kelompok dan terhasutnya paparan media atau rumor akan
kelangkaan barang (Widyastuti, 2020).
Pengaruh Marketing Terhadap Fenomena Panic Buying
Salah satu dampak dari pandemi COVID-19 adalah pelaku bisnis yang kesulitan
untuk memasarkan produk, terlebih lagi merek yang telah dibangun sebelumnya menjadi
tidak dikenal. Oleh karenanya, kita harus mampu mengendus setiap peluang yang muncul ke
permukaan pasar tanpa terikat dengan momentum tertentu.
Salah satu kunci kesuksesan sebuah sebuah perusahaan adalah kemampuan dalam
marketing seperti melakukan promosi yang efektif sperti salah satunya menggunakan media
social. Pemasaran secara online melalui media merupakan langkah tepat yang harus
dilakukan oleh para pelaku usaha. Dunia bisnis di era globalisasi, pemasaran produk baik
barang maupun jasa dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Media sosial
merupakan produk dari teknologi informasi memberikan manfaat optimal bagi pelaku usaha.
Kegencaran para konsumen di media social yang kurang diimbangi keterampilan
masyarakat dalam memilih berita dan ketakutan akan kekukrangan pasokan memungkinkan
terjadinya panic buying. Hal ini sejalan dengan penilitan yang dilakukan oleh Shadiqi dkk,
yang myatakan bahwa kecemasan di masa pandemic menunjukan bahwa terdapat intensi
masyarakat untuk mencukupu persediaan produk akibat adanya ketekutan dan ketidak pastian
dan konsumen membeli produk dala, jumlah besar bertujuan menghindari lelurangan pasokan
yang mukin terjadi di masa depan dalam (Widyastuti, 2020). Penelitian yang dilakukan oleh
Nicola dkk, (2020), menyatakan bahwa sektor makanan termasuk distributor makanan dan
ritel berada dalam tekanan terjadinya panic buying.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil analisis temuan di atas maka dapat di simpulkan bahwa panic
buying dan pandemic marketing saling mempengaruhi satu sama lain. Pemasaran produk
baik barang maupun jasa dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi seperti media
sosial yang memberikan manfaat optimal bagi pelaku usaha serta dapat memaparkan
spesifikasi produk, kualitas, manfaat dan harga. Pandemic Marketing Strategy merupakan
suatu tindakan yang tepat untuk diambil oleh suatu produsen sehingga dapat meningkatkan
penjualan produk mereka akan tetapi hal tersebut dapat menghasilkan dampak kurang baik
juga dalam masyarakat yaitu dengan terjadinya panic buying yang pada akhirnya
menguntungkan bagi produsen akan tetapi menyebabkan kepanikan pada masyarakat.
Sebagai masyarakat, kita juga seharusnya belajar menjadi smart buyer alias konsumen
yang cerdas dalam memili dan mempertimbangkank produk yang akan dibeli, tidak perlu
melakukan panic buying dan hanya membeli suatu produk sesuai kebutuhan saja. Untuk
produsen atau perusahaan, sebaiknya tempat pemasarannya tidak hanya disatu atau dua
platform saja, tetapi juga dipasarkan ke platform – platform lainnya, agar produknya dikenal
diberbagai kalangan.

DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, & Verawati. (2020). PELUANG BISNIS DI ERA COVID-19. Universitas Tidar.
Caroline, Santoso1, & Deoranto1. (2021). PENGARUH MARKETING MIX (7P) DAN
PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK
HEALTHY FOOD BAR DI MALANG. Jurnal Manajemen Pemasaran.
Herizatintriyunita. (2020). Orchid Marketing Strategy During Pandemic Covid 19.
ICoMS2020.
James , & Dave . (2020). Coopetition and COVID-19: Collaborative business-to-business
marketing. strategies in a pandemic crisis.
Nandra. (2020). ANALISA PENGARUH STRATEGI PEMASARAN DIMASA
PANDEMI . universitas muhammadiyah sumatra utara .
Nur. (2019). PANIC BUYING DI MASA PANDEMI DAN RELEVANSINYA DENGAN
IKHTIKAR DALAM PADANGAN ISLAM. Universitas Muhammadiyah Jember.
Patianugra, & Suyanto. (2021). PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN PRODUK HAND SANITIZER MEREK DETTOL SELAMA
PANDEMI CORONA. e-Proceeding of Management.
Rosmadi. (2021). Penerapan Strategi Bisnis di Masa Pandemi Covid-19. IKRA-ITH
Ekonomika.
Shadiqi, & dkk. (2020). Panic buying pada pandemi COVID-19: Telaah literatur dari
perspektif . Jurnal Psikologi Sosia.
Vapiwala. (2020). Digital Marketing - A Saviour for Businesses inTimes of a Pandemic.
International Journal of Research in Engineering.
WANG, & Na. (2020). Panic buying? Food hoarding during the pandemic period with city
lockdown. Elsevier.
Widyastuti. (2020). ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN: FENOMENA PANIC
BUYING DAN . Proceeding SENDIU.
Widyastuti. (2020). ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN: FENOMENA PANIC
BUYING DAN SERVICE CONVENIENCE . Proceeding SENDIU.
Yulia, & Novitaningtyas2 . (2021). Strategi Pemasaran UMKM Kuliner di Kota Magelang
Selama Pandemi Covid-19 . Kompetitif.
Shadiqi MA, Rima H, Khaerullah FAH, Noor I’anah1, dan Wita AI. 2020. “Panic Buying
Pada Pandemi COVID-19: Telaah Literatur Dari Perspektif Psikologi”. Jurnal
Psikologi Sosial. Vol. 18, Halaman 1-12.

Anda mungkin juga menyukai