Anda di halaman 1dari 11

NOTULEN PRESENTASI KELOMPOK 1 MATERI KONSUMSI

ANGGOTA KELOMPOK 1 :
1. ANNISAH SAAJIDAH (7223240028)
2. ERA WIDYA BR SINAGA (7223240017)
3. JULIO RIKKY PASARIBU (7223240018)
4. MELANI MANGINAR SIRAIT (7223240019)
5. NOVITA HOTMA ULI SITANGGANG (7223240026)
6. PUTRI ANDINI NASUTION (7221240006)
7. RACHEL MEYLANI SITUMORANG (7223240005)
8. RELLI ANISMA HUTABALIAN (7223240020)

PERTANYAAN dan JAWABAN


1. Penanya : M. Raihan Noer
Konsumsi secara umum dalam ekonomi adalah bagaimana masyarakat memenuhi
kebutuhan dan keinginan mereka dengan cara menghabiskan ataupun
memguranhi, sementara alat ataupun bahan dan modal untuk memenuhi
kebutuhan mereka beberapa itu terbatas. Pertanyaan saya adalah, ketika terjadi
kejadian seperti pandemi, itu kan pendapatan masyarakat berkurang, tetapi
beberapa bahan pokok itu harganya tetap tinggi. Meskipun pekerintah sudah
menetapkan HET namun masih ada yang melewati HET tersebut. apakah tindakan
tersebut merugikan konsumen? Tapi disisi lain hal itu kan harusnya
menguntungkan produsen, mengambil keuntungan dalam kondisi apapun. Dalam
hal ini apakah diperlukan adanya keseimbangan harga? Atau ada metode lain
untuk menyelesaikan permasalahn ini?
 Dijawab oleh Julio Pasaribu :
Ya tindakan tersebut dapat merugikan konsumen karena mereka harus
membayar harga yang lebih tinggi dari yang seharusnya, bahkan jika
pemerintah telah menetapkan HET Ini dapat menyebabkan kesulitan bagi
konsumen yang mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi untuk
membeli barang kebutuhan sehari-hari dengan harga yang wajar. Selain itu,
jika produsen mengambil keuntungan yang berlebihan pada saat-saat sulit
seperti ini, itu bisa menciptakan ketidakadilan sosial dan merusak kepercayaan
publik terhadap industri tertentu. Oleh karena itu, pemerintah perlu
memastikan bahwa HET ditegakkan dan menindak tegas pelanggaran yang
dilakukan oleh produsen atau pedagang yang tidak bertanggung jawab.
Memang benar bahwa produsen harus mengambil keuntungan dalam kondisi
apapun termasuk dalam masa pandemi Namun, di sisi lain, terlalu tingginya
harga dapat mengakibatkan konsumen tidak mampu membeli produk tersebut,
sehingga meningkatkan risiko penurunan penjualan dan keuntungan jangka
panjang.
Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan harga yang adil bagi produsen dan
konsumen. Produsen harus mengambil keuntungan yang wajar, sementara
konsumen harus dapat membeli produk dengan harga yang terjangkau. Salah
satu cara untuk mencapai keseimbangan ini adalah dengan melakukan
penelitian pasar dan memahami kebutuhan dan kemampuan pembeli.
Selain itu, pemerintah juga dapat memainkan peran penting dalam
menyelesaikan permasalahan ini dengan mengatur harga dan memberikan
insentif untuk produsen yang memproduksi barang-barang yang dibutuhkan
dalam masa pandemi. Pemerintah juga dapat memberikan bantuan finansial
kepada konsumen yang membutuhkannya.

Tambahan Jawaban oleh Melani :


Ya, tindakan produsen yang melewati HET yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah dapat merugikan konsumen karena harga produk tersebut menjadi
lebih mahal dan sulit dijangkau oleh masyarakat dengan pendapatan yang
rendah. Hal ini dapat memperburuk kondisi ekonomi masyarakat yang sudah
terdampak pandemi, terutama bagi mereka yang kehilangan pekerjaan atau
pendapatan.

Dalam hal ini, perlu dilakukan keseimbangan harga yang adil bagi produsen
dan konsumen. Pemerintah dapat mengambil langkah-langkah seperti
menegakkan hukum dan memberikan sanksi kepada produsen yang melewati
HET, mengawasi pasar agar tidak terjadi monopoli dan penimbunan barang,
serta melakukan intervensi harga untuk menjaga harga produk yang dijual di
pasar agar tetap wajar dan terjangkau oleh masyarakat.
Selain itu, pemerintah juga dapat memberikan subsidi atau bantuan kepada
masyarakat yang terdampak pandemi untuk memenuhi kebutuhan pokok
mereka, seperti bahan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Dalam jangka
panjang, pemerintah juga dapat melakukan reformasi ekonomi dan kebijakan
yang berpihak kepada masyarakat dengan memperkuat sektor ekonomi lokal
dan memberikan akses yang lebih luas terhadap pendidikan dan pelatihan bagi
masyarakat agar dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam
menghasilkan pendapatan.

Tindakan produsen yang menaikkan harga di atas Harga Eceran Tertinggi


(HET) yang ditetapkan pemerintah saat terjadi pandemi dapat merugikan
konsumen. Kenaikan harga di atas HET dapat membuat produk menjadi lebih
mahal dan sulit dijangkau oleh masyarakat yang pendapatannya sudah
berkurang akibat pandemi. Hal ini dapat memperburuk kondisi ekonomi
masyarakat dan berdampak pada tingkat kesejahteraan yang lebih rendah.

Namun, di sisi lain, produsen mungkin mengambil keuntungan dari situasi


pandemi karena biaya produksi mereka mungkin turun dan permintaan
masyarakat terhadap barang-barang tertentu mungkin meningkat. Dalam
kondisi seperti ini, perlu ada keseimbangan harga yang baik untuk
menyelesaikan masalah ini. Pemerintah dapat memastikan bahwa HET yang
ditetapkan adalah harga yang adil bagi produsen dan konsumen, sehingga
menghindari keuntungan yang tidak wajar bagi produsen. Selain itu,
pemerintah juga dapat menempuh tindakan-tindakan lain seperti memberikan
subsidi atau bantuan kepada produsen dan konsumen yang terdampak
pandemi, sehingga dapat membantu mempertahankan kestabilan ekonomi dan
meminimalkan dampak negatif dari pandemi.

Selain itu, ada juga metode lain yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
masalah ini. Salah satunya adalah dengan mendorong produksi barang-barang
yang dibutuhkan oleh masyarakat selama pandemi, sehingga permintaan
terhadap barang-barang tersebut dapat terpenuhi dan harga dapat stabil. Selain
itu, pemerintah juga dapat mendorong masyarakat untuk menggunakan
produk-produk lokal, yang dapat mengurangi ketergantungan pada produk
impor yang harganya lebih tinggi. Dengan cara ini, harga barang-barang dapat
lebih terkendali dan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan
lebih baik.

2. Penanya : Naila Ananda Runi


Tahun 2020 kan terjadi pandemi covid-19 terus terjadi panic buying terhadap
beberapa produk, pertanyaan saya bagaimana cara mengatasi panik buying
tersebut? dan apakah panik buying juga terjadi di kehidupan sehari hari (dalam
kondisi tidak terjadi pandemi)?
 Dijawab oleh Annisah Saajidah :
Panic buying yang terjadi selama pandemi COVID-19 merupakan bentuk
perilaku konsumtif yang ekstrem dan terkadang dapat menyebabkan
kekurangan pasokan bagi orang lain. Untuk mengatasi panic buying, beberapa
langkah yang dapat dilakukan adalah:

1. Edukasi publik: Memberikan edukasi yang tepat mengenai ketersediaan


persediaan barang, jangka waktu produksi dan distribusi barang, dan informasi
tentang risiko penularan COVID-19 selama berbelanja. Hal ini akan
membantu masyarakat untuk memahami situasi dan menghindari perilaku
panik buying yang tidak perlu.

2. Pembatasan pembelian: Menetapkan pembatasan pembelian untuk produk


tertentu, misalnya hanya satu atau dua produk per orang untuk memastikan
persediaan yang lebih adil bagi seluruh masyarakat.

3. Perluasan pilihan: Meningkatkan pilihan produk yang tersedia di pasar


untuk menurunkan permintaan pada produk tertentu yang dianggap kritis
selama situasi pandemi.

4. Memperkuat rantai pasokan: Membangun rantai pasokan yang kuat dan


memperkuat kapasitas produksi serta distribusi produk yang sangat
dibutuhkan, sehingga meminimalkan kekurangan pasokan yang menyebabkan
panic buying.
Panik buying bukan hanya terjadi selama pandemi COVID-19, tetapi juga
dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saat terjadi bencana alam
atau situasi krisis lainnya. Terkadang, panik buying disebabkan oleh
kekhawatiran akan kekurangan persediaan barang atau kebutuhan dalam
jangka waktu tertentu. Untuk mengatasi hal ini, penting untuk memiliki
persiapan dan perencanaan yang matang dalam hal persediaan barang dan
kebutuhan harian, serta untuk tidak membiarkan kekhawatiran mengendalikan
perilaku konsumtif yang tidak rasional.

3. Penanya : Nadya Nafisha


Bedasarkan materi yang udh kalian sampaikan mengenai konsumsi disini saya ijin
bertanya Apakah konsumsi ini dpt menjadi sumber ketidaksetaraan sosial dan
ekonomi, ataukah justru dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan?
 Dijawab oleh Putri Andini :
Konsumsi dapat memengaruhi ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dalam
masyarakat. Di satu sisi, konsumsi yang berlebihan oleh kelompok kaya atau
elit sosial dapat memperburuk ketidaksetaraan dengan meningkatkan
kesenjangan antara kelas sosial yang berbeda. Selain itu, konsumsi yang
berorientasi pada merek atau produk tertentu juga dapat meningkatkan
kesenjangan sosial, karena orang yang mampu membeli produk-produk mahal
atau merek terkenal cenderung lebih dihormati atau dianggap lebih penting
dibandingkan dengan orang yang tidak mampu membeli produk serupa.

Namun, di sisi lain, konsumsi juga dapat meningkatkan kesejahteraan


masyarakat secara keseluruhan. Konsumsi yang sehat dan bertanggung jawab
dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental individu, serta membantu
meningkatkan kualitas hidup. Konsumsi juga dapat memicu pertumbuhan
ekonomi melalui pembelian produk dan jasa, sehingga dapat memberikan
kesempatan kerja dan kemakmuran ekonomi bagi masyarakat. Selain itu,
konsumsi yang ramah lingkungan dapat membantu mengurangi dampak
negatif pada lingkungan dan bumi kita.
Oleh karena itu, meskipun konsumsi dapat memengaruhi ketidaksetaraan
sosial dan ekonomi dalam masyarakat, konsumsi yang sehat dan bertanggung
jawab dapat memberikan manfaat positif bagi kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan.

4. Penanya : Rolil Rambe


Di makalah terdapat 6 masalah dan tantangan yang ada di dalam di dalam
konsumsi. Jadi pertanyaan ny coba anda jelaskan cara atau solusi dalam mengatasi
ke enam masalah tersebut
 Dijawab oleh Relli Anisma :
Konsumsi adalah suatu proses penting dalam kehidupan sehari-hari, namun
ada beberapa masalah dan tantangan yang terkait dengan konsumsi yang bisa
dihadapi. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi enam masalah dan
tantangan yang terkait dengan konsumsi:

1. Masalah utang: Masalah utang bisa diatasi dengan membuat anggaran dan
memprioritaskan pembayaran utang. Pastikan untuk membayar utang yang
memiliki bunga tertinggi terlebih dahulu dan mencari cara untuk mengurangi
pengeluaran.

2. Konsumsi berlebihan: Konsumsi berlebihan bisa diatasi dengan


mengidentifikasi kebutuhan dan membatasi pembelian barang yang tidak
diperlukan. Coba lakukan praktik hidup minimalis dengan mengurangi
kebutuhan yang tidak penting.

3. Kesulitan menabung: Kesulitan menabung bisa diatasi dengan membuat


rencana keuangan dan memprioritaskan tabungan sebagai pengeluaran tetap
setiap bulannya. Anda juga bisa menggunakan aplikasi pengatur keuangan
untuk membantu mengontrol pengeluaran dan menabung.

4. Konsumsi tidak ramah lingkungan: Konsumsi tidak ramah lingkungan bisa


diatasi dengan membeli produk yang ramah lingkungan atau mengurangi
konsumsi produk yang memiliki dampak besar pada lingkungan. Selain itu,
coba praktek gaya hidup berkelanjutan dengan mengurangi konsumsi plastik
dan bahan-bahan sekali pakai.

5. Tantangan keuangan dalam kehidupan sehari-hari: Tantangan keuangan


dalam kehidupan sehari-hari bisa diatasi dengan membuat anggaran yang
realistis dan memprioritaskan pengeluaran. Anda juga bisa mencari cara untuk
meningkatkan pendapatan atau menurunkan biaya hidup.

6. Kesulitan memilih produk yang tepat: Kesulitan memilih produk yang tepat
bisa diatasi dengan melakukan riset dan membandingkan produk sebelum
membeli. Coba gunakan internet untuk mencari informasi terkait produk yang
akan dibeli, termasuk review dari konsumen lainnya. Anda juga bisa bertanya
pada teman atau keluarga untuk rekomendasi produk yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan Anda.

5. Penanya : M. Deni Damara

Izin bertanya, bagaimana menurut pandangan kalian mengenai konsumsi yang


berlebihan dalam masyarakat atau konsumen yang terjadi pada saat ini? serta
langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?

 Dijawab oleh Rachel Situmorang :


Perilaku konsumsi yang berlebihan (konsumtif) merupakan gaya hidup dimana
seseorang yang secara berlebihan membeli suatu barang atau jasa dengan
mengutamakan keinginannya daripada kebutuhannya dan secara ekonomi
akan menyebabkan pemborosan. Ini tidak baik dilakukan secara terus-menerus
karena akan menyebabkan kerugian pada diri sendiri dan org lain.

Langkah untuk mengatasinya yaitu


1. Buat Prioritas Pengeluaran
Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah mengendalikan diri. Cara
mengatasi perilaku konsumtif pun bisa dimulai dari membuat prioritas
pengeluaran. Dengan membuat prioritas dan menaati prioritas tersebut, Anda
akan berpikir dua kali ketika tergoda untuk melakukan konsumsi lain. Kamu
pun bisa mengatasi kebiasaan belanja impulsif.
2. Buat Anggaran Biaya
Setelah membuat prioritas pengeluaran, cara mengatasi perilaku konsumtif
selanjutnya adalah membuat anggaran biaya. Hal ini untuk mengecek daftar
prioritasmu dapat dipenuhi dengan pendapatanmu saat ini. Kamu harus
membuat anggaran dan menempatkan uangmu pada pos-pos penting
pengeluaran. Pengeluaran yang sudah terencana akan Anda fokuskan untuk
memenuhi kesepakatan. Kamu pun jadi tahu daya belimu sehingga
menghindari belanja berlebihan yang akan membuat keuanganmu minus.

3. Catat Setiap Pengeluaran


Cara mengatasi perilaku konsumtif selanjutnya, yaitu mencatat setiap
pengeluaran. Membuat anggaran saja tidak cukup. Lakukan pula pencatatan.
Hal ini penting agar Anda dapat memantau apakah pengeluaran Anda sudah
sesuai dengan anggaran. Mencatat pengeluaran juga bisa memberi efek
terhadap psikologis. Ketika kamu melihat catatan pengeluaranmu hari ini
sudah cukup tinggi, esok harinya kamu terdorong untuk melakukan
penghematan.

4. Beli yang Dibutuhkan Saja


Biasakan diri untuk membeli barang yang dibutuhkan saja. Rasakan kembali
kematangan mata ketika kamu tertarik untuk membeli barang yang tidak ada
dalam daftar prioritasmu. Selain menghemat uang, Anda juga melakukan hal
baik terhadap lingkungan. Konsumsi yang rendah, artinya jumlah sampah
berkurang. Terapkan pula gaya hidup minimalis dengan prinsip zero waste.
Kamu bisa menggunakan barang yang bisa berulang kali dipakai untuk
menerapkan gaya hidup ini.

6. Penanya : Salsabila Fayza


Pada bagian masalah dan tantangan dalam konsumsi ada disebutkan bahwa
salah satu masalah konsumsi yaitu perubahan tren.
Pertanyaan:
Bagaimana sih tanggapan kalian mengenai masalah perubahan tren itu sendiri
dalam mengkonsumsi sebuah barang?
Yang dimana kita ketahui bahwa di negara ini apapun produk yang sedang
hangat di kalangan masyarakat pasti rata-rata masyarakatnya memiliki barang
yang sama
 Dijawab oleh : Melani Sirait
Opsi 1
Perubahan tren dalam konsumsi dapat menjadi masalah karena dapat
mempengaruhi pola konsumsi masyarakat secara signifikan. Jika produk atau
barang yang sedang trendi berubah secara tiba-tiba, maka konsumsi
masyarakat juga dapat berubah secara drastis. Hal ini dapat menyebabkan
masalah seperti overkonsumsi atau underkonsumsi.

Selain itu, perubahan tren juga dapat membuat masyarakat merasa tertinggal
atau kurang update jika mereka tidak memiliki produk yang sedang tren. Hal
ini dapat menyebabkan tekanan sosial untuk terus mengikuti tren, yang dapat
menyebabkan konsumsi yang tidak perlu atau bahkan berlebihan.

Namun, di sisi lain, perubahan tren juga dapat menjadi peluang bagi
masyarakat untuk mengeksplorasi dan mencoba produk baru yang mungkin
lebih sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Oleh karena itu, penting
untuk memiliki kesadaran yang baik tentang pola konsumsi dan
mempertimbangkan dengan bijak sebelum membeli produk hanya karena
sedang tren.

Namun, pada akhirnya, keputusan tentang apa yang akan dikonsumsi adalah
sepenuhnya tergantung pada individu dan preferensi mereka. Penting untuk
mengambil keputusan yang bijak dan berkesadaran tinggi dalam konsumsi
barang dan produk.

Opsi 2

Perubahan tren dalam konsumsi dapat menjadi masalah karena bisa


mempengaruhi cara kita menghabiskan uang kita dan mempengaruhi
keputusan pembelian kita. Jika kita terus-menerus mengikuti tren baru, kita
mungkin menjadi konsumen yang tidak bijaksana karena kita tidak
mempertimbangkan nilai jangka panjang dari pembelian tersebut.

Selain itu, adopsi tren baru juga bisa menghasilkan pemborosan. Kita mungkin
membeli barang-barang yang sama dengan orang lain, hanya karena ingin
terlihat "tren". Hal ini bisa berdampak negatif pada keuangan kita dan juga
lingkungan, karena pembelian barang yang tidak diperlukan dapat
meningkatkan produksi limbah.

Namun, di sisi lain, perubahan tren juga bisa menjadi peluang untuk mencoba
hal-hal baru dan berkembang. Kita bisa memanfaatkan tren baru sebagai
kesempatan untuk meningkatkan gaya hidup kita dan mencoba hal-hal yang
belum pernah kita coba sebelumnya.

Dalam hal konsumsi, penting untuk mempertimbangkan nilai jangka panjang


dari setiap pembelian dan tidak hanya membeli barang-barang hanya karena
sedang "tren". Kita juga harus mempertimbangkan pengaruh konsumsi kita
pada lingkungan dan cara mengurangi dampak negatifnya.

Tambahan Jawaban dari Relli :


Kami dapat memberikan pandangan umum mengenai masalah ini. Perubahan
tren dalam mengkonsumsi sebuah barang merupakan hal yang wajar terjadi
karena selera dan kebutuhan konsumen terus berubah seiring dengan
perkembangan zaman. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti gaya hidup, budaya, dan teknologi. Oleh karena itu, produsen harus
selalu mengikuti tren dan berinovasi agar dapat memenuhi permintaan pasar.
Namun, perlu diingat bahwa konsumen juga memiliki kebebasan untuk
memilih dan tidak selalu mengikuti tren. Mengenai fenomena bahwa banyak
masyarakat memiliki barang yang sama, hal ini dapat disebabkan oleh
pengaruh media sosial dan budaya konsumsi yang cenderung mengikuti trend.
Namun, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki preferensi dan
kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga tidak selalu harus mengikuti tren.

7. Penanya : Salsabila
Coba jabarkan pendapat kalian tentang bagaimana kebiasaan adat sosial dan
budaya dapat mempengaruhi tingkat konsumsi yang terjadi oleh sekelompok
orang yang masih tertinggal oleh zaman??
Dimana kita ketahui bahwa di Indonesia masih banyak sekali suku suku
pedalaman yang masih belum berkembang
 Dijawab Oleh Era Widya :
Menurut pendapat kami mengenai Adat Istiadat dan Kebiasaan Konsumen,
Di Indonesia adat istiadat dijunjung setinggi mungkin demi menghormati para
pendahulunya. Karena itu juga adat istiadat maupun kebiasaan ini sangat
berpengaruh terhadap seseorang. Seperti contohnya, salah satu adat istiadat
yang biasa dilakukan seperti untuk upacara ritual yang menggunakan bahan-
bahan makanan tentu akan sangat berpengaruh terhadap konsumsi.

Lalu, kebiasaan masyarakat yang sering melakukan pesta dan berkumpul


bersama-sama tentu tingkat konsumsinya akan meningkat dibandingkan
dengan mereka yang tidak memiliki kebiasaan tersebut.

Adat istiadat dan kebiasan dapat mempengaruhi konsumsi seseorang karena


dengan ada adat istiadat pasti ada tradisi yang biasa dijalankan. Dalam tradisi
biasanya membutuhkan konsumsi yang banyak. Misalnya dalam ada istiadat
dan kebiasan atau tradisi dalam acara pernikahan, dalam satu hari
membutuhkan setidaknya 30 kg beras untuk konsumsi. Jumlah ini meningkat
dibandingkan hari biasa tanpa acara pernikahan yang hanya membutuhkan
sekitar 1 kg beras untuk konsumsi.

Anda mungkin juga menyukai