Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI OPTIMASI MARKETING MIX

DOSEN PEMBIMBING :

DISUSUN OLEH :

Muhammad Wahyu (1902124190)

M.Setia Ramadhan (1802124199)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas karunia-Nya lah kami
diberi kesempatan menyelesaikan tugas makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Leadership
Global. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui dan memperluas ilmu tentang
“STUDI KELAYAKAN BISNIS” yang disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita sekalian.Amin.

Pekanbaru, 29/03/2023

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Setelah dapat diketahui posisi potensial yang tersedia dan penentuan market share dari produk yang
dihasilkan, pertanyaan berikutnya yang perlu mendapat jawaban adalah dengan cara apa dan bagaimana
market share tersebut dapat dicapai. Pertanyaan ini mungkin dapat disederhanakan dengan marketing mix
atau kombinasi sales tools bagaimana produk tersebut dipasarkan. Pada masa lalu penggunaan salah satu
dari marketing mix, misalnya harga telah dipandang cukup untuk mencapai sasaran penjualan yang telah
ditetapkan. Namun pada masa sekarang, di mana persaingan antara perusa- haan sudah demikian
tajamnya nampak penggunaan satu macam alat penjualan tidak dapat diharapkan untuk dapat mencapai
sasaran penjualan. Lebih dari itu analisa yang demikian tidak mencerminkan keadaan pasar yang
senyatanya, karenanya analisa demikian telah dipandang sebagai model analisa yang klasik. Pada tahun
sebelum 1933 harga merupakan variabel terpenting yang dipandang oleh para ahli ekonomi dalam
mempengaruhi penjualan. Akibat dari sudut pandang pemikiran ini: Pertama, variabel harga ditempatkan
sebagai variabel utama yang berpengaruh terhadap keseimbangan pena- waran dan permintaan. Kedua,
variabel harga dipandang lebih penting daripada marketing mix yang lain, dan ketiga, harga merupakan
suatu variabel yang telah memiliki alat ukur dan alat analisa komunikatif yang memadai dibanding
variabel yang lain. Dampak lebih jauh dari akibat ketiga tersebut di atas adalah pembahasan variabel
harga menempati posisi yang lebih banyak dan lebih jelas dalam analisa marketing mix pada hampir
keseluruhan buku teks tentang marketing.

1.2 RUMUSAN MASALAH

A. Apa itu marketing mix?


BAB 3

1.1.MARKETING MIX
Pengertian marketing mix mencakup sejumlah variabel pemasaran yang terkontrol oleh perusahaan dan
digunakan oleh perusahaan untuk mencapai target pasar yang telah ditetapkan dan memberikan kepuasan
pada konsumen. Banyak istilah digunakan untuk mengganti istilah marketing mix, antara lain marketing
policy instruments, parameter of marketing action, sales tools, factors of marketing. Di samping itu juga
banyak perbedaan pendapat tentang jenis dan jumlah variabel dalam marketing mix tersebut, walaupun
secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang diametral. Di antara beberapa pendapat tersebut antara
lain:

1. Membedakan marketing mix dalam dua komponen variabel utama yaitu:


a) Apa yang akan diserahkan pada konsumen dalam hal ini meliputi kualitas produk,
pembungkus, merek, harga, dan pelayanan.
b) Alat-alat dan metode yang meliputi saluran distribusi, personal selling, advertensi, sales
promotion, dan publikasi
2. Membedakan dalam 3 komponen utama yakni:
a) Good and service mix;
b) Distribution mix;
c) Communication mix.
3. 3. Membedakan dalam 4 komponen utama yang lazim disebut dengan "Ap yakni:
a. Produk (product);
b. Saluran distribusi (place);
c. Promosi (promotion);
d. Harga (price).
1.2 EFEKTIFITAS MARKETING MIX DALAM MASA KEHIDUPAN PRODUK
Masyarakat tidak begitu saja mengetahui dan mengenal setiap produk yang dicoba ditawarkan oleh
produsen, baru lambat laun kemudian sesuai dengan berjalannya waktu produk tersebut dikenal oleh
mereka. Pada permulaan produk itu ditawarkan, baru sedikit konsumen potensial yang mengenalinya, dan
karenanya penjualan yang terjadi pada masa awal pengenalan ini juga masih rendah dan jika tahapan ini
dapat dilalui barulah penjualan dapat meningkat sampai dalam batas tertentu untuk kemudian mengalami
ke- mandeg-an dan kemudian mengalami penurunan.

Proses yang digambarkan seperti tersebut di atas, sejak dari pengenalan produk, perkembangan
volume penjualan yang pesat, ke-mandeg-an dan kemudian penurunan sering disebut sebagai masa
kehidupan produk (product life cycle). Yang perlu mendapat pemahaman lebih jauh dari konsep "product
life cycle" ini adalah pada setiap masa-masa tersebut memerlukan perhatian yang khusus dari strategi
marketing mix yang digunakan. Juga perlu dipahami, bahwa tidak setiap produk akan mengalami ke
seluruhan proses tersebut. Dapat terjadi bahwa suatu produk hanya mengalami masa pengenalan saja

1.3 MODEL LINEAR EFEK MARKETING MIX

Model ini mencoba menguraikan pengaruh dari kombinasi marketing mix yang dijalankan oleh
perusahaan terhadap penjualan yang diakibatkan olehnya dan pengaruh yang terjadi diasumsikan
menunjuk pada hubungan linear. Asumsi-asumsi lain yang digunakan dalam metode ini adalah:

A. Marketing mix mempunyai konstanta pengaruh terhadap penjualan, artinya tanpa ada usaha apa
pun akan tetap terjadi penjualan.
B. Masing-masing marketing mix tersebut berpengaruh secara independen, dengan tidak
diperhitungkan adanya multikoloniaritas dan atokcrelasi.
C. Biaya per unit untuk masing-masing marketing mix adalah tetap.

Dengan mendasarkan diri pada asumsi-asumsi tersebut di atas model umum persamaannya
adalah:
Q=k-pP+ aA + dD + rR

Q =PENJUALAN
K = konstanta
p, a, d, r =Koefisien masing masing marketing mix
P, A, D, R =Marketing mix yang dalam hal ini misalnya price, advertising, service, dan kualitas
produk.
Jika asumsi tersebut dipenuhi maka penyelesaian mencari kombinasi marketing mix yang optimum
dapat diselesaikan dengan model linear programming.

2. KASUS ASPEK PASAR PADA PERLUASAN USAHA PT SBE


2.1 Sejarah perkembangan perusahaan

Perusahaan SBE berlokasi di Yogyakarta, didirikan pada bulan Januari 1976, tetapi izin tetap operasi
baru diperoleh pada bulan Oktober 1978. Selama tenggang waktu tersebut perusahaan beroperasi dengan
menggunakan izin sementara. Produksi percobaan dilakukan sejak berdiri sampai dengan bulan Mei
1977, dan kemudian dilanjutkan dengan produksi komersial sampai sekarang. Perusahaan ini berstatus
badan hukum "Perseroan Terbatas" dan merupakan proyek bisnis Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN).

Produk yang dihasilkan berupa lampu pijar dengan 4 tipe, yakni:

A. Bohlam tipe MG Frosted/Cleor berwarna putih bening, tidak begitu terang dan berbentuk bulat.
B. Bohlam tipe PX Cleor, berwarna putih bening, berbentuk bulat panjang.
C. Bohlam tipe PX Frosted, berwarna putih susu dan lebih terang.
D. Bohlam tipe G, lampu warna untuk dekorasi

Jumlah produksi lampu pijar dari PT SBE ini sejak tahun 1978 sampai dengan tahun 1982 dari
keseluruhan tipe produk yang dihasilkan secara berturut-turut adalah 0,58 juta buah; 2,84 juta buah; 4,3
juta buah; 6,38 juta buah; dan 6,96 juta buah. Kualitas produk yang dihasilkan merupakan salah satu dari
dua perusa- haan di Indonesia yang menghasilkan produk sejenis yang telah memenuhi standardisasi
industri lampu-lampu pijar sesuai dengan SII No.: 0195 - 78. Dengan kata lain kualitas produk yang
dihasilkan telah cukup memadai. Daerah pemasaran dari produk ini telah mencakup hampir seluruh
Indonesia, dan pendistribusiannya dilakukan sendiri oleh perusahaan ini dibantu oleh satu perusahaan
dagang lain yang khusus untuk menyalur- kannya, yakni Perusahaan Dagang SBE yang berlokasi di
Jakarta
2.2 PERKIRAAN KONSUMSI TENAGA LISTRIK UNTUK PENERANGAN

Berdasarkan data dari Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) perkiraan konsumsi tenaga listrik di
Indonesia yang didasarkan pada pola pengembangan sistem kelistrikan PLN menurut pan C hingga akhir
Pelita VI (tahun 1996) adalah sebagai berikut.

TABEL

Berdasarkan perkiraan Perusahaan Umum Listrik Negara" proporsi konsumsi listrik menurut golongan
konsumen ialah 60% untuk sektor industri, 25% untuk sektor rumah tangga, 14% untuk sektor komersial
dan umum, serta 13% untuk penerangan jalan. Sehingga jumlah konsumsi menurut golongan konsumen
sampai akhir Pelita V dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel

2.3 PERKIRAAN KONSUMSI TENAGA LISTRIK UNTUK LAMPU TABUNG

Konsumsi tenaga listrik untuk lampu tabung ialah besar konsumsi tenaga listrik untuk penerangan yang
diserap oleh seluruh pemakaian lampu tabung dalam suatu waktu tertentu.

Besarnya perkiraan konsumsi tenaga listrik untuk penerangan yang dibutuhkan oleh seluruh pemakaian
lampu tabung dalam suatu periode, ditentukan oleh perbandingan antara konsumsi daya listrik untuk
lampu pijar dan konsumsi daya listrik untuk lampu tabung.

Menurut hasil perhitungan Gabungan Pengusaha Industri Elektronika dan Alat-alat Listrik Rumah
Tangga Indonesia, perbandingan konsumsi daya listrik untuk lampu pijar dan lampu tabung untuk
golongan konsumen rumah tangga sama dengan 1: 0,41, untuk industri 1: 4,29 dan untuk komersial/
umum 1: 4,93.

TABEL

Berdasarkan perbandingan antara konsumsi daya listrik lampu pijar dan lampu tabung, perkiraan
seluruh tenaga listrik untuk lampu tabung dan perhitungan daya listrik rata-rata untuk satu buah lampu
pijar dan satu buah lampu tabung maka dapat diketahui kebutuhan (permintaan) lampu tabung di
Indonesia, yakni sebagai berikut:

TABEL

2.4 PRODUKSI LAMPU TABUNG DI DALAM NEGERI DAN IMPOR

Produksi didalam negeri dan impor tabung yang dilakukan sejak tahun 1977-1982 adalah sebagai
berikut.
TABEL

Anda mungkin juga menyukai