Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

STRUKTUR PASAR DALAM ISLAM


EKONOMI SYARIAH
Dosen Pengampu: Noni Roziani, M.Si

DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 3
Anjel ezania sihombing (7213240012)
Ilman ashari (7213540009)
Monalisa Lumbantobing (7213540001)
Tri Kurnia (7211240014)

PROGRAM STUDI ILMU


EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayahNya kami mampu mengerjakan dan menyelesaikan Makalah mengenai Struktur
Pasara Dalam Islam . dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Ekonomi Syariah. Dan tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tulisan ini, terutama kepada Ibu Dosen Pengampu
Noni Roziani, M.Si yang telah memberikan arahan dalam mengerjakan makalah. Kami
memohon maaf apabila dalam kepenulisan tugas ini masih banyak terdapat kesalahan,
juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan tugas ini
karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan manfaat serta wawasan bagi pembaca dan tentunya bagi kami sebagai
penulis.

Senin, 13 Maret 2023

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………...............…………………. ………...........…………2

DAFTAR ISI…………………………………………………… ………..........…………3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang …………………………….………… ………………............…….5

1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………….……………….... 5

1.4 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN

Islam dan Pasar …………………………………………………………….................…6

Struktur Pasar ……………………………………………….................................…….8

Harga dan Persaingan Sempurna dalam islam…………………………………........12

Mekanisme Pasar dalam Islam....................................…………………………...........17

Intervensi Pemerintah .......................................…………….…………………….....…25

Hisbah dan pengawasan pasar ....................................…………………………...........26

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan..................................................................................................................35

B.Saran………………………………………………………………………………....35

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perkembangan dunia ekonomi dalam era modern ini sangatlah pesat, dilain
hal memberikan dampak yang baik untuk umat manusia di belahan dunia, namun di sisi lain
terkadang memberikan dampak yang buruk bagi umat yang lain. Semua itu dikarenakan
karena kurangnya ilmu pengetahuan tentang ekonomi islam yang seharusnya baik diterapkan
dalam kehidupan kita, karena di dalamnya terkandung nilai yang bukan hanya duniawi saja,
melainkan nilai-nilai untuk bekal akhirat juga diperhitungkan dalam ekonomi islam ini. Di
dalam ekonomi Islam pula diajarkan untuk berbisnis yang baik, yang tidak merugikan antara
pihak yag satu dan yang lainnya yang terlibat dalam akad jual beli atau proses ekonomi
tersebut. Sebenarnya bukan karena keinginan masyarakat sendiri yang tidak mau
mempelajari ilmu ekonomi Islam, namun memang di Indonesia sendiri sebagian besar
menerapkan sistem ekonomi konvensional. Sehingga ekonomi Islam seringnya dinemor
diakan.

Mengapa kita perlu mempelajari ilmu ekonomi islam? Karena kita hidup di antara kaum
yang tidak hanya beragama islam, dan kita patut menjunjung tinggi keberadapan islam dari
segi apapun, termasuk ekonomi. Islam mengajarkan tentang berbagi, tentang zakat, tentang
perhitungan warisan, semua lengkap dan sudah diterangkan melalui firman-firman Allah di
daam Al-Qur'an. Hal itu sudah Allah perhitungan sejak beribu tahun lamanya dan sampai
sekarangpun masih dan akan terus berlaku dalam kehidupan kita. Subhanallah, begitu tepat
segala perhitungan Allah SWT.
Pembahasan makalah ini tidak akan menyinggung ekonomi islam secara terperinci,
melainkan akan membahas tentang struktur pasar di dalam islam, bagaimana sebenamya
struktur pasar yang baik menurut islam, dan hal-hal yang terkait dengannya. Tidak hanya
itu, dalam makalah ini pula akan dijelaskan struktur ekonomi dalam konvensional dan
pandangan islam akan hal itu. Kehidupan kita tidak terlepas dan perilaku ekonomi, hampir
setiap han kita melakukan proses ekonomi, seperti contohnya berbelanja, berarti kita sudah
menerapkan ilmu ekonomi yaitu jual beli, atau kita memproduksi sesuatu untuk dijual agar
mendapatkan keuntungan juga termasuk proses atau perilaku ekonomi. Ekonomi Islam
membahas tentang bagaimana menjalankan perilaku ekonomi dengan baik dan
memperhatikan faktor akhirat, tentang bagaimana membuat kesepakatan antara penjual dan
4
pembeli tumpa adanya ketidakadilan serta kecurangan di antara keduanya. Di dalam
ekonomi Islam juga menekankan tentang dilarangnya riba.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang tersebut maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud Islam dan Pasar ?
2. Apa itu Harga dan pasar persaingan sempurna dalam Islam
3. Jelaskan Mekanisme pasar dalam islam , Intervensi pemerintah dan Hisbah ,Pengawasan
Psar?

1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari kepenulisan makalah ini,sebagai berikut ;
1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi syariah
2.Untuk mengetahui Islam dan pasar
3.Untuk Harga dan pasar persaingan sempurna dalam islam
4.Untuk mengetahui Mekanisme pasar dalam Islam
5.Untuk intervensi pemerintah dalam pasar
6.Untuk mengetahui Hisbah dan Pengawasan pasar

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Islam Dalam Pasar


Masyarakat saat ini seakan merindukan sebuah sistem pasar yang tepat sebagai bagian
darI penolakan pada sistem Kapitalis dan Sosialis yang mengalami kegagalan dalam
menciptakan kesejahteraan. Secara umum, kedua sistem ekonomi tersebut diatas tidak
sepenuhnya bertentangan dengan nilai-nilai Islam, namun Islam hendak menempatkan
segala sesuatu sesuai pada porsinya, tidak ada yang dirugikan, dan dapat mencerminkan
sebagai bagian dari kehidupan holistik dunia dan akhirat manusia. Berdagang adalah
aktivitas yang paling umum dilakukan di pasar. Untuk itu teks-teks Al Quran selain
memberikan stimulan agar at Islam menjadi seorang pedagang, dilain pihak juga
menjalankan umat Is aktivitas tersebut dengan sejumlah rambu atau aturan main yang
bisa diterapkan di pasar dalam upaya menegakkan kepentingan semua pihak, baik
individu maupun kelompok.

Konsep Islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip persaingan
sempurna (perfect competition). Namun demikian bukan berarti kebebasan tersebut
berlaku mutlak, akan tetapi kebebasan yang dibungkus oleh syari'ah. Dalam Islam,
Transaksi terjadi secara sarela (antaradim minkum) sebagaimana disebutkan dalam
Quran Surat An Nisa ayat 29.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesukamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka
diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu".

A. Pengertian Pasar
Pasar secara sederhana merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk
melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Adapun pasar menurut kajian Ilmu
Ekonomi memiliki pengertian, pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara
permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga
akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang
diperdagangkan

6
Jadi setiap proses yang mempertemukan antara pembeli dan penjual, maka akan
membentuk harga yang disepakati antara pembeli dan penjual.
Syarat pasar
a.Ada penjual
b. Ada pembeli
c. Ada Uang
d. Ada barang
e.Ada Tempat

B. Fungsi Pasar
Keberadaan yang penting. Bagi konsumen, adanya pasar akan mempermudah
memperoleh barang dan jasa kebutuhan sehari-hari. Adapun bagi produsen pasar menjadi
tempat untuk mempermudah proses penyaluran barang hasil produksi. Secara umum, pasar
mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai sarana distribusi, pembentukan harga, dan
sebagai tempat promosi.

1.Pasar sebagai Sarana Distribusi


Pasar sebagai sarana distribusi, berfungsi memperlancar proses penyaluran barang atau jasa
dan produsen ke konsumen. Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya kepada konsumen.
Pasar dikatakan berfungsi baik jika kegiatan distribusi barang dan jasa dari produsen ke
konsumen berjalan lancar. Sebaliknya, pasar dikatakan tidak berfungsi baik jika kegiatan
distribusi seringkali macet.

2.Pasar sebagai Pembentuk Harga


Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Di pasar tersebut penjual
menawarkan harang-barang atau jasa kepada pembeli. Pembeli yang membutuhkan barang
atau jasa akan berusaha menawar harga dari barang atau jasa tersebut, sehingga terjadilah
tawar-menawar antara kedua belah pihak. Setelah terjadi kesepakatan, terbentuklah harga.
Dengan demikian, pasar berfungsi sebagai pembentuk harga. Harga yang telah menjadi
kesepakatan tersebut, tentunya telah diperhitungkan oleh penjual dan pembeli, Penjual dan
pembeli. Penjual tentu telah memperhitungkan laba yang diinginkannya, sedangkan
pembeli telah memperhitungkan manfaat barang atau jasa serta keadaan keuangannya,
sebagai Pasar sebagai sarana promosi artinya pasar menjadi tempat pilihan konsumen.

7
3. Pasar sebagai Sarana Promosi
memperkenalkan dan menginformasikan suatu barang/jasa tentang nsanfaat, keunggulan dan
keklasannya pada konsumen. Promosi dilakukan untuk menarik minat pembeli terhadap
barang atau jasa yang diperkenalkan. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara
lain, memasang spanduk menyebarkan brosur, pameran dan sebagainya Banyaknya cara
promosi yang dilakukan oleh produsen, membuat konsumen lebih selektif dalam memilih
barang yang akan dibeli. Biasanya produsen yang menawarkan barang dengan harga murah
dan kualitasnya bagus akan menjadi

2.2 Struktur Pasar


Struktur adalah pengelompokan variabel-variabel yang bernaung dalam satu nama yang
sama. Struktur bisa dipakai untuk mengelompokkan beberapa informasi yang berkaitan
menjadi sebuah struktur pasar yang menggambarkan jumlah pelaku dalam suatu pasar.
Sekaligus menggam barkan tingkat kompetisi yang terjadi dalam suatu pasar tersebut.
Struktur Pasar memiliki pengertian penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar
berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam
industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam
kegiatan industri. Berikut karakteristik struktur pasar dalam Islam.

1. Pentingnya Struktur Pasar


Struktur pasar sangatlah penting, karena terkait dengan harga yang akan diterima oleh
konsumen. Struktur pasar juga akan mem pengaruhi tingkat efisiensi, jadi semakin tinggi
jumlah pelaku dalam pasar, maka tingkat persaingan akan semakin tinggi sehingga menuntut
untuk lebih efisien.

2. Struktur Pasar Yang Islami


Struktur Pasar yang Islami adalah Pasar yang menciptakan tingkat harga yang adil. Adil
dalam hal ini adalah tidak merugikan konsumen maupun produsen, terkait dengan surplus
produsen dan surplus konsumen. Struktur Pasar dalam Islam didasarkan atas prinsip
kebebasan, termasuk dalam melakukan kegiatan ekonomi. Dan hal ini didukung oleh QS Al-
Baqarah: 198

8
‫َّللا ِع ْندَ ْال َم ْشعَ ِر ْال َح َر ِام ۖ َواذْكُ ُروهُ َك َما‬
َ ‫ت فَاذْكُ ُروا ه‬ ْ َ‫مِن َربِكُ ْم ۚ فَإِذَا أَف‬
َ ‫ضت ُ ْم م ِْن‬
ٍ ‫ع َرفَا‬ ْ ‫ح أ َ ْن ت َ ْبتَغُوا فَض اًْل‬
ٌ ‫علَ ْيكُ ْم ُجنَا‬ َ ‫لَي‬
َ ‫ْس‬
َ‫َهدَاكُ ْم َو ِإ ْن كُ ْنت ُ ْم م ِْن قَ ْب ِل ِه لَمِنَ الضهالِين‬

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.
Maka apabila kamu telah bertolak dari ´Arafat, berdzikirlah kepada Allah di
Masy´arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang
ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk
orang-orang yang sesat.”

3.kebebasan ekonomi
Kebebasan ekonomi adalah pilar pertama dalam struktur pasar Islami. Kebebasan ini
berdasarkan pada ajaran Islam, yang meliputi : pertanggungjawaban dan kebebasan, sejarah
kebebasan ekonomi dalam masyarakat Islam, dengan uraian sebagai berikut:
Pertanggungjawaban dan kebebasan. Prinsip pertanggungjawaban individu merupakan hal
yang mendasar dalam ajaran Islam, yang ditekankan oleh Al-Quran dalam berbagai ayat dan
perbuatan dan perkataan Nabi SAW. Tanggung jawab penuh dari perbuatan seorang Muslim
adalah kebutuhan yang di dasarkan pada jenjang kebebasan yang luas, dimulai dengan
kebebasan untuk memilih kepercayaan seseorang dan berakhir dengan keputusan yang
paling sederhana yang dibuat oleh seseorang. Oleh karena in kebebasan adalah saudara
kembar pertanggungjawaban.

4. Sejarah Kebebasan Ekonomi Dalam Masyarakat islam


Disepanjang sejarah masyarakat Islam, kebebasan ekonomi di jamin oleh tradisi masyarakat
sebagai sistem hukumnya. Nahi SAW menolak penetapan harga, bahkan walaupun harga
sangat tinggi Perle kannya didasarkan pada prinsip keterbukaan dalam bisnis, dimanatutak
memperbolehkan produsen dalam menjual barangnya pada tingkattyang lebih rendah dari
harga pasar, sepanjang perubahan harga itu disebabkan oleh kondisi atau faktor rill dari
penawaran dan permintaan tanpa ada nya kekuatan monopoli. Secara praktik:

a) Nabi Muhammad SAW menolak penetapan harga walaupun ketika itu harga-nya sangat
tinggi.
b) Nabi Muhammad SAW menolak menerima produksi pertanian sebelum produksi itu
sampai di pasar (talaqqi rukban)
c) Secara Teori Struktur Pasar menurut Ibnu Taimiyyah (1263-4326 NO d) Secara teknis-

9
operasional menjamin terjadinya persaingan yang sempurna.
d) Secara teknis-operasional menjamin terjadinya persaingan yang sem- purna.
e)Persaingan yang sempurna tersebut terjadi dalam bingkai nilai dan moralitas Islam.
f) Untuk mengawal kebebasan ekonomi agar berjalan di koridor yang berlaku, pemerintah
bertugas menjadi regulator pasar (al muhtasib).

5. Kerja sama (Cooperation)


Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang mengedepankan pada kebebasan, tetapi
kebebasan tersebut diungkapkan lebih pada bentuk kerja sama dibandingkan dalam bentuk
persaingan. Tentu saja kerja sama merupakan tema umum dari organisasi sosial Islam.
Individu dan kesadaran sosial tidak lepas dari jalinan yang bekerja bagi terwujudnya
kesejahteraan yang lainnya. Inilah ajaran Islam kepada umatnya yang dituangkan dalam Al-
Quran, yang diekspresikan oleh Nabi SAW. Prinsip persaudaraan sangat ditegaskan dalam
Al-Quran dan sunah, utamanya dalam hal pembagian kepemilikan pribadi kepada saudara.

6. Keterlibatan Pemerintah Dalam Pasar


Keterlibatan pemerintah dalam pasar bukanlah hal yang bersifat sementara atau sesaat.
Ekonomi Islam memandang pemerintah dalam pasar merupakan satu kesatuan (co-existing)
dengan unit ekonomi lain nya dengan pasar yang permanen dan stabil. Dalam hal ini,
pemerintah bertindak sebagai perencana, supervisor, produsen juga sebagai seorang
konsumen

7. Aturan Main Dalam Ekonomi Islam


Dalam kaitan ini, mengartikan seperangkat prinsip sosial, politik, agama, moral dan hukum
dan aturan yang diberikan untuk ditaati masyarakat. Institusi sosial dirancang dengan maksud
untuk mengarah kan masyarakat dapat berperilaku benar sesuai dengan aturan, dan sekaligus
aturan tersebut untuk mengontrol dan mensupervisi perilaku tersebut. Pelaksanaan aturan ini
berlaku pula di lingkungan aktivitas ekonomi masyarakat itu sendiri. Peraturan tersebut
diturunkan dari kerangka konseptual masyarakat dalam hubungannya dengan Allah SWT,
kehidupan, dunia, mahluk lain, dan takdir akhir kehidupan manusia.

Pada analisa ekonomi Struktur Pasar dibedakan menjadi pasar pasar persaingan tidak
sempurna (yang meliputi monopoli, oligopoli, dan monopolistik)dan pasar persaingan
sempurna.

10
A. Pasar persaingan sempurna merupakan sebuah jenis pasar dengan jumlah penjual dan
pembeli yang sangat banyak serta produk yang dijual bersifat homogen. Harga terbentuk
melalui mekanisme pasar dan hasil interaksi antara penawaran dan permintaan sehingga
penjual dan pembeli di pasar ini tidak dapat memengaruhi harga dan hanya berperan sebagai
penerima harga (price-taker).

B. Pasar Persaingan tidak sempurna


1. Pasar Monopoli
Pasar monopoli merupakan pasar yang berstruktur dimana hanya terdapat satu penjual yang
berhadapan dengan banyak pembeli tanpa pesaing langsung atau tidak langsung, baik nyata
maupun potensial. Output yang dihasilkan tidak mempunyai substitusi terdekat (no close
substitute). Pesaing tidak memiliki pesaing karena adanya hambatan (barrier to entry) bagi
perusahaan lain untuk memasuki industri bersangkutan, baik hambatan yang bersifat teknis
maupun hambatan legalitas.
Struktur pasar monopoli merupakan kondisi yang merugikan karena mengakibatkan beban
bagi masyarakat melalui alokasi sumber daya yang tidak efisien dan merugikan secara sosial
karena tidak terpenuhinya permintaan, pilihan, dan kebutuhan. Selain itu, karena tidak
menghadapi kompetisi maka penggunaan sumber daya dan biaya menjadi tidak terkontrol
serta adanya keengganan untuk melakukan inovasi. Indikasi terjadinya monopoli adalah
didapat melalui paten, sehingga dikategorikan sebagai monopoli yang legal, adanya
pengontrolan terhadap bahan mentah dari suatu produk dengan seizin pemerintah atau
melalui waralaba.

2.pasar oligopoli
Struktur pasar terakhir disebut dengan pasar oligopoli, yaitu bentuk pasar menunjukkan
bahwa terdapat hanya beberapa penjual. Karakter umum oligopoli adalah di antara produsen
terdapat independensi-nya nyata maupun tidak langsung. Setiap produsen dalam pasar
oligopoli selalu memantau gerakan pesaingnya karena setiap perubahan sekecil apa pun
dalam output dan harga akan mengakibatkan perubahan dalam strategi pesaing. Di samping
itu, karena hanya terdapat beberapa pesaing, maka mudah untuk memonitoring perubahan.
Pasar oligopoli juga dipengaruhi oleh faktor, yaitu: pada beberapa industri, biaya produksi
yang rendah tidak dapat dicapai kecuali produsen memproduksi output yang sama dengan
bagian penting dari keseluruhan pasar, konsekuensinya adalah jumlah produsen harus
sedikit. Kemudian terdapat kemungkinan terjadi economic of scale dalam promosi penjualan

11
serta terjadi kemungkinan hambatan masuk dalam suatu industri oleh karena produsen harus
membangun pabrik besar, rumit dan berbiaya tinggi, atau menghadapi masalah dengan
adanya paten atau penyediaan bahan mentah.
3. Pasar persaingan monopolistik
salah satu bentuk pasar dengan banyak produsen yang menghasilkan barang serupa, tetapi
memiliki perbedaan dalam beberapa aspek. Penjual pada pasar monopolistik tidak terbatas,
tetapi setiap produk yang dihasilkan pasti memiliki karakter tersendiri yang membedakannya
dengan produk lainnya. Contohnya adalah sampo, pasta gigi, dan sebagainya. Meskipun
fungsi semua sampo sama, yakni untuk membersihkan rambut, setiap produk yang
dihasilkan produsen yang berbeda memiliki ciri khusus, misalnya perbedaan aroma,
perbedaan warna, dan kemasan. Pada pasar monopolistik, produsen memiliki kemampuan
untuk memengaruhi harga walaupun pengaruhnya tidak sebesar produsen dari pasar
monopoli atau oligopoli. Kemampuan ini berasal dari sifat barang yang dihasilkan. Karena
perbedaan dan ciri khas dari suatu barang, konsumen tidak akan mudah berpindah ke merek
lain dan tetap memilih merek tersebut meskipun produsen menaikkan harga. Misalnya, pasar
sepeda motor di Indonesia. Produk sepeda motor memang cenderung bersifat homogen,
tetapi masing-masing memiliki ciri khusus. Sebut saja sepeda motor Honda yang ciri
khususnya adalah irit bahan bakar. Sementara itu, Yamaha memiliki keunggulan pada mesin
yang stabil dan jarang rusak. Akibatnya, tiap-tiap merek mempunyai pelanggan setia
masing-masing. Pada pasar persaingan monopolistik, harga bukanlah faktor yang bisa
mendongkrak penjualan. Bagaimanapun kemampuan perusahaan menciptakan citra yang
baik dalam benak masyarakat dan menawarkan produk yang memberikan keuntungan
(kualitas) lebih sehingga mereka mau membeli produk tersebut, meskipun dengan harga
mahal, akan sangat berpengaruh terhadap penjualan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
yang berada dalam pasar monopolistik harus aktif mempromosikan produk sekaligus
menjaga citra perusahaannya.

2.3 Harga Dan Persaingan Sempurna dalam islam

Harga merupakan nilai uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu
barang maupun jasa. Menurut Philip Kotler harga adalah sejumlah nilai atau uang yang
dibebankan atas suatu produk atau jasa untuk jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas
manfaat-manfaat harga yang telah menjadi faktor penting yang memengaruhi pilihan
pembeli. Menurut Rachmat Syafei harga hanya terjadi pada akad, yakni sesuatu yang

12
direlakan dalam akad baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang. Biasanya
harga dijadikan penukaran barang yang diridai oleh kedua pihak yang melakukan akad.
Sebagaimana mana sudah dijelaskan sebelumnya, pasar tidak mengharapkan adanya
intervensi dari pihak mana pun tak terkecuali negara dengan otoritas penentuan harga. Hal
tersebut dikarenakan pada dasarnya pasar tidak membutuhkan kekuasaan yang bebas untuk
menentukan apa yang harus dikonsumsi dan diproduksi. Setiap individu dibebaskan untuk
memilih sendiri apa yang dibutuhkan dan bagaimana memenuhinya. Inilah pola normal dari
pasar atau ‘keteraturan alam’ dalam istilah al- Gazālī berkaitan dengan evolusi pasar.
Selanjutnya Adam Smith menyatakan untuk menyerahkan saja pada invisible hand, dan
“dunia akan teratur dengan sendirinya”. Dasar keputusan para pelaku ekonomi adalah
sukarela (voluntary) sehingga otoritas dan komando tidak diperlukan.
Dalam pemahaman itu, harga sebuah komoditi (barang dan jasa) ditentukan oleh penawaran
dan permintaan, perubahan yang terjadi pada harga berlaku juga ditentukan oleh terjadinya
perubahan permintaan dan penawaran. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan dari
Anas bahwasanya suatu hari terjadi kenaikan harga yang luar biasa di masa Rasulullah SAW,
maka sahabat meminta Nabi untuk menurunkan harga pada saat itu, lalu Nabi bersabda yang
artinya, “Bahwa Allah SWT adalah Zat yang mencabut dan memberi sesuatu, Zat yang
memberi rezeki dan penentu harga”.
Terkait penentuan harga barang ini, pada zaman Rasulullah SAW telah menjadi isu
perdagangan karena terdapatnya kondisi mahalnya harga barang-barang yang dibutuhkan
masyarakat. Abū Dāwud meriwayatkan hadis dari Abū Hurairah (Nomor hadis 3.450) dan
Anas (Nomor hadis 3451), yang artinya menyebutkan;
Dari Abū Hurairah bahwasanya seseorang datang lalu berkata, “Wahai Rasulullah,
tetapkanlah harga”. Rasulullah SAW, “Aku hanya berdoa (agar harga menjadi baik)”.
Kemudian datang lagi seseorang yang lain kepada Rasulullah lalu berkata, “Wahai
Rasulullah, tetapkanlah harga”. Rasulullah SAW bersabda, “Allah-lah yang menurunkan
dan menaikkan (harga). Dan sesungguhnya aku berharap bertemu Allah dalam keadaan
bahwa (sedangkan) aku tidak menzalimi seseorang”.
Orang-orang berkata, “Wahai Rasulullah, harga (barang) telah naik (sehingga membuat
hidup kami susah), maka tetapkanlah harga barang untuk kami”.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah yang menetapkan harga, yang
mempersempit dan meluaskannya, dan Maha Pemberi Rezeki; dan aku berharap berjumpa
dengan Allah tanpa tuntutan salah seorang dari kalian karena kezaliman terkait darah dan
harta”.

13
Berdasarkan hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa pada waktu terjadi kenaikan harga,
Rasulullah meyakini adanya penyebab tertentu yang sifatnya darurat sehingga tidak
diperlukan adanya intervensi. Sesuatu yang bersifat darurat akan hilang seiring dengan
hilangnya penyebab dari keadaan itu sehingga Rasulullah SAW juga meyakini bahwa harga
akan kembali normal dalam waktu yang tidak terlalu lama. Penetapan harga menurut
Rasulullah SAW merupakan suatu tindakan yang menzalimi kepentingan para pedagang
karena para pedagang di pasar akan merasa terpaksa untuk menjual barangnya sesuai dengan
harga patokan, yang tentunya tidak sesuai dengan keridaannya. Dengan demikian,
pemerintah tidak memiliki wewenang untuk melakukan intervensi terhadap harga pasar
dalam kondisi normal.
Terkait dengan penentuan harga pasar yang sesuai dengan syariah, ‘Athiyah ‘Adlan ‘Athiyah
Ramadhan memperkenalkan kaidah yang relatif baru, yaitu bahwa prinsip pokok dalam
menentukan keuntungan adalah bebas melalui mekanisme pasar dan oleh negara. Beranjak
dari kaidah tersebut dijelaskan sebagai berikut;
1. Prinsip (hukum asal) dalam bermuamalah adalah boleh sepanjang tidak dilarang.
rinsip (hukum asal) dalam bermuamalah adalah ibahah (boleh) selama transaksi yang
dilakukan atas dasar saling rela ('an tarāḍin), kecuali ada dalil yang menunjukkan keharaman
seperti dalam transaksi tidak ada taghrir (ketidakpastian), tadlis (ketidakjujuran), dan khida’
(penipuan). Tidak ada dalil spesifik membatasi jumlah keuntungan bagi pelaku usaha
sehingga seberapa pun keuntungan yang diterima oleh pebisnis adalah halal.
2. Adanya kebolehan untuk memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. Dalam hadis
riwayat Imām Bukhārī dan Imām lainnya mengenai jual-beli yang menggambarkan bolehnya
keuntungan berlipat ganda, yang artinya: artinya:
“ʾAlī Ibn ʾAbdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syabib
Ibn Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata: saya mendengar penduduk bercerita
tentang ʿUrwah bahwa Nabi SAW memberikan satu dinar agar dibelikan seekor kambing
untuk beliau, lalu dengan uang tersebut ia memperoleh dua ekor kambing, kemudian ia jual
satu ekor dengan harga satu dinar. Ia pulang membawa satu dinar dan satu ekor kambing.
Nabi SAW mendoakannya agar memperoleh berkah dalam jual-belinya. Seandainya ‘Urwah
membeli debu pun, ia pasti beruntung”.

Konsep islam memahami bahwa pasar dapat berperan aktif dalam kehidupan ekonomi
apabila prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara efektif. Pasar tidak mengharapkan
adanya intervensi dari pihak manapun termasuk Negara, dalam hal intervensi harga atau

14
private sector dengan kegiatan monopolistic dan lainnya. Karena pada dasarnya pasar tidak
membutuhkan kekuasaan yang besar untuk menentukan apa yang harus dikonsumsi dan
diproduksi. Sebaliknya, biarkan tiap individu dibebaskan untuk memilih sendiri apa yang
dibutuhkan dan bagaimana memenuhinya. Pasar yang efidien akan tercapai apabila termasuk
investor dan seluruh pelaku pasar lainnyamemperoleh akses dan kecepatan yang sama atas
keseluruhan informasi yang tersedia. Islam adalah agama yang universal, mengatur seluruh
aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat ibadah maupun muamalah. Begitu pula
ekonomi. Dalam Islam diatur bagaimana perilaku konsumen dan produsen dalam
menjalankan aktivitas ekonomi mereka. Interaksi- interaksi mereka dalam pasar diatur agar
tidak terjadi market power yang menguntungkan satu pihak. Dalam struktur pasar Islami,
memang ada kebebasan dalam berekonomi, namun masih dibatasi dengan aturan- aturan
tanpa mengabaikan prinsip tanggung jawab dan keadilan.
1. Market inperfection
Efisiensi pasar dapat tidak tercapai jika pasar adalah tidak sempurna yang disebabkan
oleh;
a. Kekuatan pasar; yang memiliki kekuatan pasar dapat menentukan harga dan
kuantitas keseimbangan.
b. Eksternalitas; aktivitas konsumsi/produksi yang mempengaruhi pihak lain, tidak
tercermin dipasar.
c. Barang public; non-exclusive and non rival good in consumption.
d. Informasih tidak sempurna menyebabkan inefisiensi dalam permintaan dan
penawaran.

Dalam islam, ketidaksempurnaan diatas diakui dan ditambahkan dengan beberapa


factor lain penyebab distorsi pasar atau disebut dengan Islamic markert
imperfection.
2. Islamic market imperfection
Islamic market imperfection terdiri dari beberapa perbuatan yang merusak pasar
sebagaimana berikut;
a. Rekayasa supply dan demand, ada dua hal yang masuk dalam kategori ini, yaitu;
Ba’I najasy; produsen menyuruh pihak lain memuji produknya atau
menawar harga dengan harga tinggi, sehingga orang akan terpengaruh.
Dalam istilah orang jawa “combe”

15
Ikhtiar; mengambil keuntungan diatas keuntungan normal dengan cara
menahan barang untuk tidak beredar dipasar supaya harg naik.
b. Tadlis (penipuan)
Tadlis kuantitas; produsen menipu dengan mengurangi timbangan dari
yang sebenarnya.
Tadlis kualitas; produsen mengatakan bahwa kualitas yang didapat sesuai
dengan harga, padahal kualitas yang diberikan dibawah harga yang telah
dibayar.
Tradis harga; produsen memberikan harga yang sesuai dengan harga yng
dibayar, padahal harga sebenarnya jauh dibawah harga yang dibayar.
Ghaban faa – hisy; manjual diatas harga pasar, Karena keterbatasan
informasi yang didapat penjual.
Talaqqi-rukban; pedagang membeli barang penjual sebelum mereka
masuk kekota, Karena keterbatasan informasi atau paksaan terhadap
penjual.
Tadlis waktu penyerahan; produsen menyerahkan barang yang dibeli
konsumen tidak sesuai dengan jadwal pengiriman barang yang telah
ditentukan saat jual beli.
c. Taghrir (ketidakpastian)
Taghrir kuantitas; produsen menipu dengan tidak memberkan jumlah
pasti dari kuantitas barang yang akan menyebabkan kerugian dari pihak
pembeli.
Taghrir kualitas; produsen menipu dengan tidak memerikan kualitas
barang yang sebenarmya, sehingga akan menyebabkan kerugian dari
pihak pembeli.
Taghrir harga; produsen memberikan ketidakpastian harga yang
menyebabkan pembeli merasa rugi.
Taghrir waktu penyerahan; ketidakpastian penyerahan berang
menyebabkan pembeli dirugikan ole hulas produsen.
Predatory pricing; yaitu menjual dengan menjual dibawah harga pasar.
Hal ini memastikan pesaing dan menyebabkan persaingan tidak sehat.

Dalam hal ini pasar tidak sempurna dan atau terjadinya kondisi yang tidak normal, maka
intervensi pasar oleh pemerintah menjadi diperbolehkan, untuk menjaga pasar tetap berjalan

16
sesuai dengan semestinya. Jika pasar sudah kembali normal, maka pemerintah harus
mencabut intervensi yang dilakukan.

2.4 Mekanisme pasar dalam islam


konsep pasar merupakan sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang terjadi secara
alamiah dan bahkan telah berlangsung sejak awal peradaban manusia. Oleh karena itu, Islam
menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian. Perhatian Islam
terhadap mekanisme pasar berdasarkan ketentuan Allah bahwa perniagaan harus dilakukan
secara baik dengan asas saling menghargai, menghormati, dan keridhoan. Dalam Alquran,
dinyatakan, “Hai, orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan cara batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang
kepadamu” (An-Nisa: 29). Kegiatan ekonomi pada masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin
membuktikan adanya peranan pasar yang besar terhadap ekonomi pada saat itu. Rasulullah
sangat menghormati harga yang dibentuk oleh pasar secara alami sebagai harga yang adil.
Beliau menolak adanya suatu intervensi dan bahkan manipulasi harga, kecuali seandainya
perubahan harga terjadi karena mekanisme pasar yang wajar. Agar mekanisme pasar dapat
berjalan dengan baik dan dapat memberikan kesepahaman, saling memberikan manfaat bagi
para pelakunya, maka nilai-nilai moralitas mutlak harus ditegakkan. Secara khusus, yang
dimaksud dengan nilai moralitas yang mendapat perhatian penting dalam pasar adalah
persaingan yang sehat (fair play), kejujuran (honesty), keterbukaan (transparancy), saling
percaya, dan keadilan (justice). Jika nilainilai ini telah ditegakkan, tidak ada alasan untuk
menolak harga pasar.
Konsep-konsep yang diajukan oleh para pemikir Islam klasik tersebut tidak saja mampu
menganalisis secara tajam dan tepat keadaan pada waktu itu, tetapi relevan dengan ekonomi
modern. Pada intinya, mereka memahami bahwa harga pasar dibentuk oleh berbagai faktor
yang kemudian membentuk permintaan dan penawaran barang atau jasa. Berikut akan
dipaparkan mekanisme pasar sebagaimana dikonsepkan para pemikir Islam klasik.

1. Permintaan
Permintaan merupakan salah satu elemen yang menggerakkan pasar. Istilah yang digunakan
oleh Ibnu Taimiyah untuk menunjukkan permintaan ini adalah keinginan. Faktor-faktor
penentu permintaan sebagai berikut.
a. Harga barang yang bersangkutan Harga barang yang bersangkutan merupakan

17
determinan penting dalam permintaan. Pada umumnya, hubungan antara tingkat harga dan
jumlah permintaan adalah negatif. Semakin tinggi tingkat harga, semakin rendah jumlah
permintaan. Demikian pula sebaliknya.
b. Pendapatan konsumen Pendapatan merupakan faktor penentu, selain harga barang.
Semakin tinggi pendapatan seorang konsumen, semakin tinggi daya belinya sehingga
permintaannya terhadap barang akan meningkat pula. Sebaliknya, jika semakin rendah
pendapatan konsumen, semakin rendah pula daya belinya sehingga rendah pula
permintaannya terhadap barang tersebut.
c. Harga barang lain yang terkait Harga barang lain yang terkait juga menentukan
permintaan suatu barang. Yang dimaksud dengan barang lain yang terkait adalah substitusi
dan komplementer dari barang tersebut. Jika harga barang naik, permintaan terhadap barang
tersebut turun sebab konsumen mengalihkan permintaannya pada barang substitusi.
Sebaliknya, jika harga barang turun, permintaan terhadap barang tersebut juga naik,
sedangkan permintaan barang substitusi menurun. Sementara itu, jika harga barang
komplementernya naik, permintaan terhadap barang tersebut akan turun. Sebaliknya, jika
harga barang komplementernya turun, permintaan terhadap barang tersebut akan naik.
d. Selera konsumen Selera konsumen juga menempati posisi yang penting dalam
menentukan permintaan terhadap suatu barang. Jika selera konsumen tinggi, permintaannya
terhadap barang tersebut juga tinggi meskipun harganya tinggi. Sebaliknya, meskipun harga
barang tersebut rendah, konsumen tetap tidak tertarik untuk membeli seandainya tidak
memiliki selera terhadap barang tersebut.
e. Ekspektasi (pengharapan) Meskipun tidak secara eksplisit, pemikir ekonomi Islam telah
menduga peran ekspektasi dalam menentukan permintaan. Dalam ekspektasi positif,
konsumen akan lebih terdorong untuk membeli suatu barang, sedangkan ekspektasi negatif
akan menimbulkan akibat yang sebaliknya.
f. Mashlahah Mashlahah merupakan tujuan utama dalam mengonsumsi barang sebab
maksimalisasi mashlahah merupakan cara untuk mencapai falah. Mashlahah merupakan
kombinasi dari manfaat dan berkah. Ini juga membedakan sudut pandang Islam dari sudut
pandang ekonomi konvensional terhadap permintaan barang.

2. Penawaran
Dalam khazanah pemikiran ekonomi Islam klasik, pasokan (penawaran) telah dikenali
sebagai kekuatan penting dalam pasar. Ibnu Taimiyah, misalnya, mengistilahkan penawaran
ini sebagai ketersediaan barang di pasar. Dalam pandangannya, penawaran dapat berasal dari

18
impor dan produksi lokal sehingga kegiatan ini dilakukan oleh produsen ataupun penjual.
a. Mashlahah
Selain di sisi permintaan, pengaruh mashlahah terhadap penawaran pada dasarnya akan
tergantung pada tingkat keimanan dari produsen. Jika jumlah mashlahah yang terkandung
dalam barang yang diproduksi semakin meningkat, maka produsen muslim akan
memperbanyak jumlah produksinya, ceteris paribus. Maslahah juga memiliki dimensi
akhirat, yaitu kemaslahatan akhirat apabila pelaku ekonomi menjalankan transaksi sesuai
aturan syariat.
b. Keuntungan
Keuntungan merupakan bagian dari mashlahah karena ia dapat mengakumulasi modal yang
pada akhirnya dapat digunakan untuk berbagai aktivitas lainnya. Faktorfaktor yang
memengaruhi keuntungan adalah sebagai berikut.
1) Harga barang Faktor pertama yang menentukan keuntungan adalah harga barang itu.
Peran harga barang dalam menentukan penawaran telah lama dikenal oleh para pemikir
ekonomi klasik. Jika harga barang naik ceteris paribus, maka jumlah keuntungan per unit
yang akan diperoleh akan naik. Demikian pula sebaliknya.
2) Biaya produksi Biaya produksi jelas menentukan tingkat keuntungan sebab keuntungan
adalah selisih antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Jika biaya turun, ceteris paribus,
maka keuntungan produsen/penjual akan meningkat yang seterusnya akan mendorong
peningkatan jumlah pasokan ke pasar. Sebaliknya, jika biaya naik, ceteris paribus,
keuntungan produsen/penjual juga akan menurunkan jumlah pasokan ke pasar. Untuk
menjaga tingkat keuntungannya, produsen akan meningkatkan harga jika biayanya memang
naik.

3. Keseimbangan Pasar
a. Pengertian keseimbangan Keseimbangan atau equilibrium menggambarkan suatu situasi
saat semua kekuatan yang ada dalam pasar, yaitu permintaan dan penawaran, berada dalam
keadaan seimbang sehingga setiap variabel yang terbentuk di pasar, harga dan kuantitas,
sudah tidak lagi berubah. Dalam keadaan ini harga dan kuantitas yang diminta akan sama
dengan yang ditawarkan sehingga terjadilah transaksi.
b. Proses terjadinya keseimbangan dalam pasar dapat berawal dari mana saja, baik dari sisi
permintaan maupun penawaran. Misalnya, kita anggap proses awal berasal dari sisi
permintaan. Permintaan tinggi yang tidak bisa dipenuhi oleh pasokan akan menyebabkan
kelangkaan. Padahal, menurut hukum kelangkaan, suatu barang yang langka akan

19
menyebabkan harga barang tersebut naik.

Selanjutnya Konsep Mekanisme Pasar dalam Islam akan dibahas dengan melihat
mekanisme tersebut terjadi berdasarkan zamanya:
1. Masa Rasulullah
Dalam ekonomi islam, hal-hal yang tetap dalam harga yang sama ditentukan oleh operasi
bebas kekuatan pasar. Nabi Muhammad SAW tidak menganjurkan campur tangan apa pun
dalam proses penentuan harga oleh negara atau individual. Disamping menolak untuk
mengambil aksi langsung apa pun, beliau melarang praktek-praktek bisnis yang dapat
membawa kepada kekurangan pasar. Dengan demikian, Nabi Muhammad SAW
menghapuskan pengaruh kekuatan ekonomi atas mekanisme harga. Pada masa pemerintahan
Nabi Muhammad SAW, dalam hal penentuan harga ditentukan melalui mekanisme pasar.
Diriwayatkan dari Anas bahwa ia mengatakan harga pernah mendadak naik pada masa
Rasulullah SAW.
a. Larangan Najsy
Najsy adalah sebuah praktek dagang dimana seorang penjual menyuruh orang lain untuk
memuji barang dagangannya atau menawar dengan harga yang tinggi calon pembeli yang lain
tertarik untuk membeli barang dagangannya. Najsy dilarang karena dapat menaikkan harga
barang-barang yang dibutuhkan oleh para pembeli. Rasulullah SAW bersabda:
“ Janganlah kamu sekalian melakukan penawaran terhadap barang tanpa bermaksud untuk
membeli” (HR. Tirmidzi).
b. Larangan Bay’Ba’dh’Ala Ba’dh
Praktek bisnis ini adalah dengan melakukan lompatan atau penurunan harga oleh seorang
dimana kedua belah pihak yang terlibat tawar menawar dalam tahap negosiasi atau baru akan
menyelesaikan penetapan harga. Rasulullah SAW melarang praktek semacam ini karena
hanya akan menimbulkan kenaikan harga yang tidak diinginkan.
c. Tallaqi AL-Rukban
Praktek ini adalah dengan cara mencegat orang-orang yang membawa barang dari desa dan
membeli barang tersebut sebelum tiba di pasar. Rasulullah melarang praktek semacam ini
dengan tujuan untuk mencegah terjadihnya kenaikan harga. Beliau memerintahkan agar
barang-barang langsung dibawa kepasar, sehingga penyuplai barang dan para konsumen bias
mengambil manfaat dari harga yang sesuai dan alami.
d. Larangan Ihtinaz dan Ihtikar

20
Ihtinaz adalah praktek penimbunan harta seperti emas, perak dan lain sebagainya. Sedangkan
ihtikar adalah penimbunan barang-barang seperti makanan dan kebutuhan sehari-hari.
Penimbunan barang dan pencegahan peredangan sangat dilarang dan dicela dalam islam
seperti yang difirmankan Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 34-35. praktek penimbunan
baik yang berbentuk uang tunai maupun barang sangatlah bertentangan dengan ajaran
islam.bahaya dari praktek ihtikar dapat menyebabkan kelangkaan barang di pasar sehingga
harga barang menjadi naik. Sehingga masyarakat luas dirugikan oleh sekelompok kecil
penjual, bahkan akibat ikhtikar lebih besar daripada riba. Agar kembali pada posisi harga
pasar, maka pemerintah dapat melakukan berbagai upaya menghilangkan penimbunan ini
(misalnya, dengan penegakan hukum), bahkan juga dengan intervensi harga. Dengan harga
yang ditentukan ini, para penimbun dapat dipaksa (terpaksa) menurunkan harganya dan
melempar barangnya ke pasar.
e. Membuka akses informasi
Islam menganggap penipuan dan kecurangan terhadap takaran, timbangan, atau kualitas
barang sebagai perbuatan dosa. Berikut firman Allah mengenai hal ini.

“Celakalah orang-orang yang mengurangi takaran dengan cara apabila mereka membeli,
mereka minta dilebihkan dan apabila mereka menimbang untuk orang lain, mereka kurangi.
Tidakkah mereka menyangka bahwa mereka akan dibangkitkan (setelah mati). Pada suatu
hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?”
(Surah Al-Muthaffifin:1-6).

2. Masa Khulafaurrasyin
a. Abu bakar as siddik
Khalipa pertama yang ditunjukkan untuk memegang tampuk pemerintahan setelah rasulullah
SAW wafat adalah abu bakar as sidik. Tidak banyak diketahui kebijakan – kebijakan baru
mengenai harga yang dibuat oleh abu bakar. Namun demukian sebagai seorang fuqaha yang
berpropesi sebagai seorang pedagang, abu bakar menjalankan praktek perdagangan secara

21
syariah termasuk masalah kebijakan tentang harga yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
rasulullah SAW.
b. Umar bin khattab
Setelah abu bakae wafat , tampuk pemerintahan depegang oleh umar bin khattab. Selama 10
tahun pemeritahannya, umar bin khattab benar – benar menerapkan ekonomi syariah yang
bersumber kepada Al-Quran dan hadist.
Mengatakan bahwa umar bin khattab memiliki beberapa kebijakan tekait dengan
penimbunan barang dan cara memeranginya;
1. Umar melarang penimbunan barang, akan tetapi dia membedakan antara orang yang
membeli dari pasar untuk ditimbun dan pengimpor barang dari satu daerah kedaerah lainnya.
Dalam salah satu hadist diriwayatkan nabi Muhammad SAW bersabda;
“orang yang mengimport mendapat rezeki, dan orang yang menimbun mendapat laknat.
2. Umar membagi penimbunan barang menjadi dua bagian, menumbun menurut waktu
dan menimbun menurut tempat. Maksud menimbun menurrut waktu adalah menimbun
barang musiman, seperti tanaman, buah –buahan yang dipasar pada musim – musim tertentu
saja sepanjang tahun. Dalam menjelaskan dua hal ini umar berkata;
“ wahai para pedagang, janganlah kalian berdagang dengan kami diwaktu kami, jangan
berdagang dipasr kami, maka barang siapa dating kepada kalian ketika berjual beli dengan
umat Islam, maka dia seperti salah satu dari kalian. Akan tetapi erjalannya kedaerah lalu
ambillah barang untuk kami, kemudian jual lah sebagaimana kalian kehendaki.”
c. Usman bin affan
Halipah ketiga adalah usman bin affan. Sebagai seorang fuqaha, beliau mempunyai
kepeduluan yang tinggi terhadap penegakan hokum termasuk, hokum tentang ekonomi yang
telah diterapkan oleh rosululah SAW dan khalifah – khalifah sebelumnya. Dalam hal
kebijakan harga, beliau tidak menerahkan penetuan harga ketangan pengusaha.
d. Ali bin ali tholib
Setelah kepemimpinan usman bin affan, tamouk ke khalifaan diduduki oleh abi bin alitolib.
Pada masa pemerintahan ali bin ali tholob, kaum muslimin secara resmi mencetak
uangsendiri dengan menggunakan nama pemerintahan Islam. Ketika mata uang masih di
import, kaum muslimin hanya menontrol kualitas uang import. Namun setelah mencetak
uang sendiri, kaum muslimin secara langsung mengawasi penawaran yang ada.

3. Masa Umayyah

22
Abu Yusuf tercatat sebagai ulama yang pertama kali menyinggung mekanisme pasar.
Pemikiran Abu Yusuf tentang pasar dapat dilihat dalam bukunya yang berjudul Al-Kharaj.
Ia merumuskan hukum permintaan dan penawaran di pasar dan penentuan tingkat harga
meskipun kata permintaan dan penawaran tidak dikatakan secara eksplisit. Abu Yusuf
mengkritik fenomena ekonomi yang terjadi pada masanya. Fenomena yang terjadi pada
masa Abu Yusuf adalah ketika terjadi kelangkaan barang, harga cenderung akan tinggi.
Sementara itu, pada saat barang tersebut melimpah, harga akan cenderung turun atau lebih
rendah. Hubungan harga dan kuantitas dalam permintaan pada masa tersebut dapat
diformulasikan sebagai berikut.
D = Q = f (P)
Dari formulasi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa hukum permintaan menyatakan bahwa
apabila harga komoditas naik, hal itu akan ditanggapi oleh konsumen dengan menurunkan
jumlah komoditas yang dibeli. Apabila harga komoditas turun, hal itu akan ditanggapi oleh
konsumen dengan meningkatkan jumlah komoditas yang dibeli. Abu Yusuf membantah
pemahaman seperti ini. Karena pada kenyataannya, bahwa “apabila persediaan barang
sedikit, harga akan mahal, dan sebaliknya, apabila persediaan barang melimpah, harga akan
murah”, tidak selalu terjadi. Abu Yusuf berpendapat bahwa hal tersebut ditentukan oleh
mekanisme pasar yang adil dan tanpa moral hazard yang merugikan pihak-pihak yang
terlibat. Murah bukan karena melimpahnya makanan. Demikian juga mahal bukan semata-
mata disebabkan oleh kelangkaan suatu barang. Murah dan mahal merupakan ketentuan
Allah (sunnatullah). Kadang-kadang makanan sangat sedikit, tetapi harganya murah. Dari
sisi penawaran, hubungan harga dan kuantitas pada masa tersebut dapat diformulasikan
sebagai berikut.
S = Q = f (P)
Dari formulasi ini, dapat disimpulkan bahwa hukum penawaran mengatakan apabila harga
komoditas naik, hal itu akan ditanggapi oleh produsen dengan menambah jumlah komoditas
yang ditawarkan. Begitu juga apabila harga komoditas turun, hal itu akan ditanggapi dengan
penurunan jumlah komoditas yang ditawarkan. Hal ini dikritisi Abu Yusuf dengan
mengatakan bahwa harga bukan hanya ditentukan oleh penawaran, tetapi juga permintaan
terhadap barang tersebut. Adanya variabel-variabel lain juga turut memengaruhi harga,
misalnya jumlah uang yang beredar, penimbunan, atau penahanan suatu barang. Selain itu,
Abu Yusuf juga memperkenalkan aspek moral dalam penentuan harga di pasar. Pada
dasarnya, pemikiran Abu Yusuf ini merupakan hasil observasinya terhadap fakta empiris

23
saat itu, yaitu: sering kali melimpahnya barang diikuti dengan tingginya tingkat harga,
sedangkan kelangkaan barang diikuti dengan harga yang rendah.

4. Dinasti Abasiyyah
1. Ahmad bin Hambal (164-241H/780-855)
Imam hambali adalah imam dari mazhab ke-4 terbesar. Beberapa hal yang dibahas secara
rinci oleh beliau adalah mengenai mashlahan, tuajan syariah dan kebebasan menerima cara-
cara untuk mencapai tujuan syariah tersebut. Salah satu pedangang imam hambali adalah
pendekatan islam untuk memelihara persaingan yang adil di pasar.
2. Imam AL-Ghazali (451-505H/1055-1111)
Al-ghazali hidup semasa khalifah al-qa’im sampai khalifah al-mustazhir .sumbangan al-
ghazali terhadap ilmu ekonomi adalah beliau berhasil menyajikan penjabaran yang rinci
tentang peranan aktivitas perdagangan dan timbulnya pasar yang harganya bergerak sesuai
dengan kekuatan permintaan dan penawaran. Al-ghazali menolak kenyataan bahwa labalah
yang menjadi motif perdangan. Pada saat lain, ia menjabarkan pentingnya peran
pemerintahan dalam menjamin keamanan jalur perdangan dan pertumbuhan ekonomi.
Kurva penawaran yang “naik dari kiri bawah ke kanan atas” dinyatakan sebagai “jika petani
tidak mendapatkan pembelian dan barangnya maka ia akan menjualkan pada harga yang
lebih murah.

5. Dinasti Abasiyyah ll
1. Ibnu Taimiyyah
Ibnu Tamiyyah hidup semasa daulah abbasiyah ll yang berkedu dukan di kairo mulai dari
khalifah al-hakim sampai khalifah al-mustakfi. Ibnu taimiyyah menyatakan bahwa naik dan
turunnnya harga tidak selalu disebabkan oleh tindakan tidak adil dari sebagaian orang yang
terlibat transaksi, tapi bias jadi penyebabnya adalah suppy yang menurun akibat produksi
yang tidak efisien, penurunan jumlah impor barang-barang yang diminta atau juga tekanan
pasar. Karena itu, jika permintaan terhadap barang meningkat, sedangkan penawaran
menurun maka harga barang terbut akan naik. Selain itu, ibnu taimiyyah menetang peraturan
yang berlebihan ketika kekuatan pasar secara bebas bekerja untuk menentukan harga yang
kompetitif. Pemerintah harus turun tangan melarang kekuatan monopoli.
2. Ibnu Khaldu
Ibnu khaldu hidup masa pemerintahan khalifahal-mustakfi sampai khalifah al-musta’in.
pada bagian lain bukunya, ibnu khaldu menjelaskan pengaruh naik dan turunnya penawaran

24
terhadap harga.ia mengatakan bahwa ketika barang-barang yang tersedia sedikit, maka
harga-harga dari barang tersebut akan naik. Namun ,bila jarak antar kota dekat dan aman
untuk melakukan perjalanan, maka akan banyak barang yang impor sehingga ketersediaan
barang akan berlimpah sehingga harga-harga pun akan turun. Demikian pula dengan sebab
yang berbeda, keuntungan yang sangat tinggi akan melesukan perdagangan karena
permintaan konsumen akan melemah.

2.5 Intervensi pemerintah dalam pasar

Mekanisme pasar, regulasi dan moral harus ada dalam satu kesatuan, satu paket pemikiran.
Dengan hanya moral dan harga saja boleh jadi boleh mampu mewujudkan tujuan-tujuan
yang diinginkan masyarakat. Maka dari itu peran efektif negara sebagai Mitra, katalisator
dan fasilitator, sangat dibutuhkan untuk mewujudkan misi Islam. Penetapan harga tanpa
disertai intervensi dari pihak manapun atau harga tertentu secara alami dimaksudkan agar
tercipta suatu harga yang adil. Tujuannya agar tidak mengeksploitasi atau menindas salah
satu pihak. Singkatnya produsen memperoleh untung yang wajar dan konsumen
mendapatkan nilai guna sesuai harga yang dibayarkan.
Intervensi pasar merupakan suatu tindakan pemerintah dalam mengatasi ketidakseimbangan
yang terjadi di pasar. Intervensi pasar atau market intervention terjadi ketika pemerintah
belum secara efisien dan maksimal dalam menggunakan sumber daya yang ada. Intervensi
pasar dalam Islam diperbolehkan jika disebabkan adanya perubahan pada genuine demand
dan genuine supply. Beberapa hadis telah menekankan perlunya peran-peran tersebut. Salah
satunya misal Barang siapa Telah mendapatkan amanah dari masyarakat tetapi tidak dapat
menjalankannya dengan keikhlasan, maka dia tidak akan pernah mencium harumnya surga
(HR.Bukhari). Dalam hadis lain beliau bersabda: Allah SWT lebih banyak mengendalikan
melalui penguasaan daripada apa yang ia kendalikan melalui Al-Quran.
Alquran hanya menyediakan norma-norma dan memerintahkan kaum muslimin untuk
menjalankan norma-norma itu, dengan harapan kaum Muslimin menaatinya khususnya
manakala moral lingkungan telah rusak. Maka dari itu negara mempunyai peranan penting
melalui pendidikan, dorongan, dan Pencegahan untuk tingkah laku yang membahayakan
masyarakat seperti kezaliman, kecurangan, penipuan dan kejelasan dengan tidak mematuhi
perjanjian dan tanggung jawab. Proses implementasi syariah tidak akan mungkin tanpa
adanya negara yang memainkan peran penting dan negara mungkin akan terpuruk dalam
pemerintahan yang tidak adil dan tiranin tanpa pengaruh Syariah. Demikian pula Baqir al-

25
sadr sebagaimana dikutip M. Umer Chapra mengatakan bahwa intervensi pemerintah dalam
ruang lingkup kehidupan perekonomian adalah penting dalam menjamin keselarasan dengan
norma-norma Islam. Seluruh usaha negara untuk menjamin kesejahteraan, keadilan, dan
aturan main yang adil dalam Seluruh aktivitas kehidupan tercermin dalam institusi hisbah.
Ini sejalan dengan sabda Rasulullah:” sejelek-jeleknya manusia adalah tidak menegakkan
keadilan, dan tidak menganjurkan kepada kebaikan untuk mencegah kemungkaran”. Institusi
hisbah tidak hanya memungkinkan pasar beroperasi dengan bebas dan membuat harga, gaji,
dan keuntungan ditentukan oleh kekuatan supply dan demand, tetapi pada saat yang sama
juga menjamin bahwa semua perantara ekonomi telah melaksanakan seluruh kewajibannya
dan telah mematuhi aturan Syariah.
Pada umumnya intervensi pemerintah berupa intervensi kebijakan dalam regulasi yang
berhubungan dengan permintaan dan penawaran dan intervensi dalam menentukan harga.
Intervensi dengan cara membuat kebijakan yang dapat mempengaruhi dari sisi permintaan
maupun sisi penawaran biasanya dikarenakan distorsi pasar karena faktor alamiah. Bila
distorsi pasar terjadi karena faktor non alamiah, maka kebijakan yang ditempuh salah
satunya dengan intervensi harga di pasar.

2.6 Hisabah dan pengawasan Pasar

Hisbah berasal dari bahasa Arab, berakar kata ‘ha-sa-ba’ yang mempunyai makna cukup
bervariasi, seperti memperhitungkan, menaksir, mengalkulasi, memikirkan, opini,
pandangan dan lain-lain. Secara harfiah (etimologis) ḥisbah berarti melakukan suatu tugas
dengan penuh perhitungan. Hisbah menurut Imam Mawardi dan Abu Ya”la merupakan
sistem untuk memerintahkan yang baik dan adil jika kebaikan dan keadilan secara nyata
dilanggar atau tidak dihormati, Selain itu Lembaga ini juga melarang kemungkaran dan
ketidakadilan ketika hal tersebut secara nyata sedang dilakukan. Isbah memulai
dilembagakan secara resmi pada masa pemerintahan Umar Bin Khattab dengan cara “
menunjuk seorang perempuan untuk mengawasi pasar dari tindakan-tindakan penipuan”.
Hisbah merupakan cara pengawasan terpenting yang terkenal oleh umat islam pada masa
permulaan islam. Para intelektual muslim membagi pengawasan pasar ini dalam dua jenjang,
yaitu internal yang berpusat dari pemahaman personal terhadap syari’at terkait dengan
transaksi, perdagangan dan segala hal berkenaab dengan mekanisme pasar yang bersumber
dari Al Quran, al hadits dan pendapat para ulama.
Sementara pengawasan secara eksternal dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga lainnya

26
di luar diri para pelaku pasar. Islam mengatur dan mengawasi pasar secara ketat. Salah satu
lembaga yang semestinya dibentuk untuk mengawasi pasar menurut Islam adalah hisbah.
Meskipun demikian sebenarnya pengawasan dapat dilakukan oleh semua orang sebagaimana
sabda Rasulullah SAW tentang pemerintah untuk menindak kemungkaran. Terkait dengan
mencegah terjadinya kemungkaran ini salah satu wewenang Lembaga hisbah adalah
pencegahan penipuan di pasar, seperti masalah kecurangan dalam timbangan, ukuran
maupun pencegahan penjualan barang yang rusak serta tindakan-tindakan yang merusak
moral.
Landasan hisbah sebagaimana diterapkan oleh Rasulullah SAW adalah hadits yang
menceritakan ketika Rasulullah SAW melakukan inspeksi pasar dan menemukan
pelanggaran di pasar karena meletakkan kurma yang basah di bawah di atas tumpukan kurma
kering, sehingga dapat menutupi informasi bagi pembeli tentang kualitas kurma. Dari itu
kemudian Rasulullah menegakkan bahwa praktik yang demikian adalah dilarang dalam
Islam. Sementara dalam Alquran dapat kita lihat pada surat Ali Imran ayat 104:
“ dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang Ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang
yang beruntung”.

Berikut adalah lembaga pengawasan pasar di masa kejayaan Islam.


1.Masa Rasulullah
Institusi wilayah Al hisbah sebenarnya bukanlah lembaga baru dalam tradisi negara Islam.
Tradisi hisbah diletakkan langsung pondasinya oleh Rasulullah SAW beliaulah muhtasib (
pejabat yang bertugas melaksanakan hisbah) pertama dalam Islam. Seringkali beliau masuk
ke pasar Madinah mengawasi aktivitas jual beli. Suatu ketika Rasulullah SAW mendapati
seorang penjual gandum berlaku jurang dengan menimbun gandum basah dan meletakkan
gandum yang kering di atas, beliau memarahi penjual tersebut dengan memerintahkan untuk
berlaku jujur:
“ Barang siapa yang menipu maka ia tidak termasuk golongan kami.”
Rasulullah SAW setiap hari memantau pelaksanaan syariat oleh masyarakat Madinah.
Satu hal yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Madinah setelah hijrah dari Makkah ke
Madinah adalah mempererat ikatan emosional kaum Muhajirin dengan Anshar dengan
mengeluarkan shahifah yang dikenal dengan shahifa Ar rasul yang berisi tentang:
1. Pernyataan persatuan antara Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang berhubungan
dengan berjuang bersama mereka.

27
2. Orang-orang yang berlaku zalim atau mengadakan permusuhan di antara orang mukmin,
harus sama-sama diatasi walaupun keluarga sendiri.
3. Orang Yahudi saling membantu dengan orang mukmin dalam menghadapi musuh, dan
bebas dalam menjalankan agamanya masing-masing.
4. Orang-orang yang bertetangga seperti satu jiwa dan tidak boleh untuk saling berbuat dosa.
5. Orang-orang yang bermukim di Madinah berstatus aman kecuali yang berlaku zalim dan
dosa.

2. Masa Khulafaurrasyidin
Setelah Nabi SAW wafat, kewenangan sebagai pemimpin masyarakat (negara) digantikan
oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan ali bin Abi Thalib. Secara umum
kondisi peradilan pada masa ini tidak banyak mengalami perubahan. Hanya pada masa Umar
bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib diberikan bimbingan dan petunjuk kepada Qadhi yang
diangkat. Begitu juga dengan lembaga Hisbah pada masa ini tidak mengalami perubahan,
artinya Muhtadin dipegang sendiri oleh khalifah.
Namun pada masa Umar Bin Khattab, Perhatian Kepada isbat merupakan hal yang
terpenting dalam pengawasan terhadap ekonomi. Umar Bin Khattab melaksanakan perang
sebagai mutasif dan mengawasi umat siang dan malam, membawa tongkat dan berkeliling
ke pasar-pasar untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku orang-orang dalam sebuah
riwayat yang ditulis oleh Al Qalaq syandi dikatakan bahwa Umar Bin Khattab berkeliling
pada malam hari, dan mendatangi rumah-rumah umat Islam untuk mengetahui keadaan
mereka dan mengetahui orang-orang yang membutuhkan dan teraniaya, mengetahui orang-
orang yang mempunyai masalah, mencegah kegiatan yang berbahaya dan lain sebagainya.
Umar Bin Khattab juga menugaskan orang lain untuk melakukan pengawasan terhadap
beberapa tempat atau beberapa kegiatan. Karena perhatiannya yang besar terhadap masalah
hisbah, Umar lebih terkenal dalam hal ini dibandingkan dengan khalifah lain, sehingga
sebagian orang mengira beliau adalah orang pertama yang membahas tentang hisbah.

3. Masa Daulah Umayyah


Setelah Ali Bin Abi Thalib wafat, kekhalifahan digantikan oleh Hasan Ibn Ali Ibn Thalib
melihat kepada perdebatan dan kekurangannya dukungan masyarakat kepada, akhirnya ia
serahkan kekhalifahan kepada Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan, maka di mulailah masa Imperium
Daulah Umayyah dari 661-750 M. Keberadaan peradilan pada masa ini memiliki
keistimewaan (terpisah dengan kekuasaan pemerintah) dengan adanya penentuan Qadhi

28
khalifah, dengan memiliki kewenangan memutus Qadhi yang di pilih khalifah, dengan
memiliki kewenangan memutus perkara kecuali dalam bidang hudud.
Joseph Schacht dalam an Introduction to Islamic law menjelaskan bahawa Wilayah al-
Hisbah diadopsi dari lembaga Peradilan, yaitu Spector of market.
Spector of market memiliki perbedaan yang sangat tajam. Pada Spector of market hanya
bertugas untuk mengumpulkan bayaran wajib para pedagang atau pajak jualan dan
kewenangan seperti ini tidak dapat pada wilayah al-Hisbah.
Dengan demikian,Wilayat al-Hisbah pada periode ini sudah menjadi satu lembaga khusus
dari lembaga Peradilan yang ada dengan kewenangan mengatur dan mengontrol pasar dari
perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat islam.

4. Masa Daulah Abbasiyah


Setelah Daulah umaiyyah runtuh dan digantikan dengan oleh Daulah Abbasiyah dari kurun
waktu 750 M-1225 M (123 H – 656 H), umat islam banyak mengalami kemajuan dalam
segala bidang termasuk dalam lembaga peradilan, pada periode ini telah terjadi pemisahan
kekuasaan, lembaga peradilan dikepalai oleh qadhial-qudhah yang berkedudukan di ibukota
dengan kewenangan mengawasi para Qadhi yang berkedudukan di daerah kekuasaan islam.
Hal ini dijelaskan oleh Schacht, sebagaimana dikutip oleh lin sholihin, bawah pada saat yang
sama ketika para hakim peradilan menghadapi perkara yang semakin banyak ada keharusan
yang akomodasi dan muhtasib. Artinya keberadaan Lembaga ini pada periode Abbasiyah
sudah lembaga seperti Lembaga Pemerintahan lainnya yang secara struktural berada di
bawah lembaga peradilan (qadha).

A. Dasar Hukum dan Rukun Ḥisbah


Pada dasarnya dalam ajaran Islam, setiap muslim berkewajiban untuk melaksanakan amar
ma’rūf dan nahi munkar. Namun dalam masalah-masalah tersebut ada suatu badan yang
secara khusus menanggulanginya. Dalam Islam badan tersebut dikenal dengan sebutan
wilāyah al-ḥisbah. Adapun dasar hukum dibentuknya lembaga tersebut sangat banyak sekali
dasarnya dalam al-Qur’an dan sunah, diantaranya sebagaimana firman Allah SWT dalam
Surat Āli Imrān ayat 104, yang artinya, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’rūf dan mencegah dari yang
mungkar, merekalah orang-orang yang beriman”. Dengan demikian, sebagaimana juga telah
disebutkan sebelumnya, lembaga ḥisbah berfungsi sebagai pelaksana amar ma’rūf nahi
munkar.

29
Terdapat rukun-rukun dalam ḥisbah, sebagaimana dijelaskan oleh Imām al-Gazālī, “Bahwa
rukun ḥisbah yang berkaitan dengan pelaksanaan yang ma’rūf dan mencegah yang mungkar
meliputi empat macam, yaitu, muḥtasib (orang yang mencegah perbuatan mungkar),
muḥtasib ‘alaih (orang yang melakukan kemungkaran), muḥtasib fîh (perbuatan yang
dicegah) dan nafs al-iḥtisab (cara mencegah kemungkaran)”. Berdasarkan definisi tersebut
dijelaskan bahwa rukun ḥisbah ada empat, yaitu :

1. Muḥtasib yaitu orang yang menjalankan tugas-tugas ḥisbah dalam masyarakat dan negara
Islam. Ia dilantik resmi oleh pihak imam atau pemerintah untuk memastikan bahwa
kebaikan-kebaikan dibuat dan kemungkaran-kemungkaran ditinggalkan.
2. Muḥtasib ‘Alaih yaitu orang yang melakukan kemungkaran atau perilaku yang buruk,
yang oleh Imām al-Gazālī dijelaskan bahwa pihak ini menjadi objek ḥisbah. Secara umum
yang dimaksud dengan kemungkaran ialah setiap tindakan maksiat, yaitu tindakan-tindakan
atau perbuatan-perbuatan yang menyalahi syariat Islam, baik daripada maksiat dosa besar
atau dosa kecil, baik yang berhubungan dengan hak-hak Allah atau hak manusia. Persyaratan
dari Muḥtasib ‘Alaih ini, pertama, adanya perbuatan mungkar, yaitu perbuatan yang dilarang
agama, seperti minum khamar yang dapat merusak kemuliaan agama. Kedua, adanya
perbuatan mungkar yang telah mengakibatkan semacam kecanduan sehingga memunculkan
perbuatan mungkar lainnya. Ketiga, perbuatan mungkar tersebut harus diketahui muḥtasib
dan dilarang untuk berburuk sangka, menuduh, memfitnah, kecuali ia jelas-jelas terbukti
telah melakukan kemungkaran. Keempat, perbuatan kemungkaran itu telah diakui dan
disepakati oleh jumhur ulama tanpa membutuhkan ijtihad. Apabila masih ada perdebatan,
maka tidak dilakukan upaya nahi munkar.
3. Muḥtasib Fīh yaitu perbuatan yang dicegah merupakan segala bentuk kemungkaran yang
terlarang untuk dilakukan dan wajib dicegah, baik sudah mukallaf maupun yang tidak
(segala usia). Kemungkaran yang akan menerima tindakan ḥisbah dibagi dalam dua bentuk:
bentuk positif, yaitu melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syarak dan bentuk
negatif, yaitu meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dituntut oleh syarak.
4.Nafs al-Iḥtisab yaitu cara mencegah kemungkaran. Tujuan daripada tindakan ḥisbah
adalah menghapuskan kemungkaran serta menggantikannya dengan kebaikan dan
kemaslahatan. Untuk mencapai tujuan ḥisbah tersebut, tindakan-tindakan ḥisbah hendaklah
berlandaskan fikih yang mendalam serta beberapa kaidah berikut ini: (1) Ketetapan hati
dalam menolak segala tindakan kemungkaran, agar jiwa selalu siap dalam menindak pelaku
kemungkaran. (2) Tindakah ḥisbah mestilah dilakukan untuk mengubah kemungkaran dan

30
kerusakan untuk memperoleh kemaslahatan. (3). Tindakan ḥisbah dilakukan selembut-
lembutnya, sehingga ia mendorong kepada penerimaan, kerelaan dan kegembiraan pihak-
pihak yang di-ḥisbah. Menurut Imām al-Gazālī bahwa dalam melaksanakan ḥisbah harus
mengedepankan etika dan moral. Pertama, adanya al-ta’āruf (perkenalan) yang dimaksudkan
untuk mencari pengertian sumber asal kemungkaran secara jelas, tidak dengan tajassus
(mencari kesalahan orang) atau meneliti keadaan si pelaku perbuatan. Kedua, adanya al-
taʾrīf (pemberitahuan) yaitu memberi tahu bahwa yang telah atau sedang dilakukan adalah
perbuatan mungkar. Ketiga, memberikan nasehat kepada pelaku kemungkaran dengan
mengingatkan akan balasan dan hukuman dari Allah. Keempat, dengan suara yang kasar dan
keras, artinya setelah melakukan cara yang lemah lembut di atas. Kelima, merubah dengan
tangan, maksudnya diperlakukan dengan kekerasan jika memang beberapa cara yang
dilakukan di atas tidak juga memberikan aṯār (bekas) pada pelaku kemungkaran.

B. Fungsi Ḥisbah
Fungsi ḥisbah pada awalnya terfokus sebagai institusi yang mengawasi pasar.Namun dalam
perkembangan, fungsi lembaga ini ternyata lebih luas dari sekedar pengawas pasar,
melainkan lebih tepat jika lembaga ini disebut lembaga otoritas pasar. Hal tersebut
dikarenakan ḥisbah bukan hanya mengawasi aktivitas pasar tapi juga berfungsi menyediakan
fasilitas, infrastruktur atau bahkan mengadili pelaku-pelaku pasar yang melanggar prinsip-
prinsip syariah.Kajian Hafas Furqani menyebutkan beberapa fungsi al-ḥisbah, yaitu: :
1. Mengawasi timbangan, ukuran dan harga.
Dalam konteks perekonomian modern, ḥisbah juga mengawasi standar-standar atau
parameter-parameter yang menentukan (yang merupakan kesepakatan umum yang
diperbolehkan pasar, baik kualitas, kuantitas maupun kehalalannya) atas barang dan jasa atau
bahkan sebuah unit usaha dalam aktivitas ekonomi Islam. Meskipun mekanisme pasar Islam
menganut pasar bebas (free market mechanism), tetap saja ḥisbah harus mengawasi fluktuasi
harga secara umum, terutama harga barang-barang atau jasa-jasa yang menjadi kebutuhan
vital masyarakat. Hal ini dilakukan agar kebutuhan dasar masyarakat tidak terganggu karena
dapat saja mengacaukan aktivitas ekonomi secara makro. Dengan kata lain lembaga ḥisbah
ini juga kemudian harus memperkukuh peran pemerintah dalam menjaga kebutuhan dasar
masyarakat, yang secara signifikan berpengaruh pada stabilitas sosial politik negara.
2. Mengawasi jual-beli terlarang, praktik riba, maisīr, gharār dan penipuan.
Harmonisasi aktivitas ekonomi dengan ketentuan syariat merupakan salah satu perhatian dan
fungsi lembaga ḥisbah. Selain memberikan tuntunan dan penjelasan tentang aktivitas

31
ekonomi, syariah Islam juga memberikan batasan- batasan pelaksanaannya. Batasan-batasan
tersebut meliputi berbagai hal seperti bagaimana berjual-beli, akad jual-beli, pembayaran
atau pelunasan, benda yang diperjualbelikan, dan informasi tentang barang. Pada hakikatnya
batasan-batasan ini dilakukan agar terjaminnya keadilan.
3. Mengawasi kehalalan, kesehatan dan kebersihan suatu komoditas.
Dalam rangka menjaga kebersihan dan kemuliaan interaksi ekonomi, lembaga ḥisbah bukan
hanya memastikan agar transaksi ekonomi berjalan sesuai dengan syariah, tapi juga
menjamin kalau barang yang diperdagangkan dalam pasar sesuai dengan pula dengan apa
yang diperbolehkan oleh syariah.
4. Pengaturan (tata letak) pasar.
Demi kelancaran berlangsungnya transaksi di pasar, dengan mempertimbangkan kebebasan
semua pihak untuk ikut serta dalam transaksi di pasar, kebersihan, kesehatan, hak, dan
kewajiban semua pihak dan lain sebagainya, lembaga ḥisbah punya wewenang untuk
mengatur tata letak pasar yang ada. Termasuk dalam hal ini lembaga ḥisbah menyediakan
segala fasilitas yang mendukung terjadinya kegiatan ekonomi di pasar, misalnya lampu
penerangan jalan, tempat pembuangan sampah, sanitasi dan irigasi, penginapan bagi pelaku
pasar yang berasal dari tempat yang jauh dan lain-lain.
5. Mengatasi persengketaan dan ketidakadilan.
Seperti menyuruh membayar hutang bagi orang yang mampu tapi enggan membayar hutang.
Sudah banyak dijelaskan bahwa negara berfungsi menjaga stabilitas sosial ekonomi dengan
menggunakan syariah sebagai rujukan. Sehingga jika terjadi kezaliman yang mengancam
kelancaran hubungan antar pelaku pasar baik secara sosial maupun ekonomi, maka lembaga
ḥisbah memiliki wewenang untuk ikut campur. Misalnya dalam kasus seorang pelaku pasar
enggan membayar hutang padahal ia mampu melakukannya. Dalam kondisi ini, lembaga
ḥisbah berhak memaksa orang tersebut, untuk membayar kewajibannya berupa sanksi jika
orang tersebut bersikeras tidak melakukan hal tersebut.
6. Melakukan intervensi pasar.
Mekanisme pasar bebas memang diakui dan cukup dijamin dengan pasar Islam, namun itu
dilakukan dengan asumsi bahwa pasar berjalan dengan adil. Namun jika dalam kondisi
keadilan tadi tetap saja terjadi peningkatan harga di atas pasar yang cukup tinggi, akibat
bencana, wabah atau apa pun di luar kendali pelaku pasar, dan peningkatan harga tersebut
mengancam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, maka negara melalui lembaga ḥisbah
boleh melakukan intervensi baik menentukan harga maupun menyediakan cadangan produk
yang cukup.

32
7. Memberikan hukuman terhadap pelanggaran.
Selain memberikan tuntutan, penjelasan dan batasan-batasan tentang aktivitas ekonomi,
syariah Islam juga memberikan penjelasan tentang sanksi sebagai konsekuensi
pelanggarannya. Dan lembaga ḥisbah ini memiliki fungsi untuk memastikan terlaksananya
sanksi tadi.
Dengan demikian ḥisbah dalam wacana ekonomi Islam ternyata bukan sekedar mengawasi
pasar tapi juga bertugas menyediakan segala sarana dan prasarana yang menyebabkan pasar
dapat semakin berkembang dan berjalan sesuai dengan syariat. Dengan adanya ḥisbah ini,
negara tidak perlu khawatir untuk selalu mengintervensi pasar melalui baitulmal atau
institusi lainnya karena ḥisbah sudah memaksimalkan perannya dalam menjaga stabilitas
pasar baik secara fisik maupun secara syariah. Namun peran ḥisbah tidak dapat semena-
mena yang malah kemudian berakibat ketidakadilan.
Selain berfungsi sebagai pengawas pasar dan memperlancar aktivitas pasar, al- ḥisbah juga
sebenarnya merupakan bagian dari lembaga peradilan. Secara struktural lembaga peradilan
dalam Islam dibagi menjadi tiga: wilayah al-maẓālim, wilayah al- qāḍāʾ dan wilayah al-
ḥisbah. Wilayah di sini adalah institusi pemerintah yang memiliki ruang lingkup kerja.
Wilayah al-ḥisbah adalah institusi peradilan yang paling bawah, yang dapat mengadili
langsung, dengan asumsi bahwa pelanggaran memang dilihat langsung oleh muḥtasib.
Sedangkan peradilan yang memerlukan pembicaraan, sumpah, saksi-saksi dan bukti-bukti,
maka itu menjadi wilayah al-qāḍāʾ. Terakhir, fungsi wilayah al-maẓālim tentu lebih tinggi
lagi, lembaga maẓālim menangani kasus-kasus yang lebih tinggi risikonya seperti mengadili
petinggi-petinggi negara yang ikut campur dalam mekanisme pasar

33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Struktur Pasar adalah penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan
pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri,
mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan
industri.
1.Struktur pasar sangatlah penting, karena terkait dengan harga yang akan diterima oleh
konsumen. Struktur pasar juga akan mempengaruhi tingkat efisiensi.
2. Struktur Pasar dalam Islam didasarkan atas prinsip kebebasan, termasuk dalam
melakukan kegiatan ekonomi.
3. Ciri pasar persaingan sempurna : homogenitas produk, pengetahuan sempurna, output
perusahaan relatif kecil, perusahaan menerima harga yang ditentukan pasar, keleluasaan
keluar-masuk pasar.
4. Macam pasar persaingan tidak sempurna : pasar monopoli, pasar monopolistik, pasar
oligopoli

3.2 Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang ikut dalam penulisan ini. Tak lupa kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun
selalu kami tunggu dan kami perhatikan.
Semoga Allah SWT membalas semua jerih payah semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.

34
DAFTAR PUSTAKA

Jain Mubarok .2021.Ekonomi Syariah bagi pergurua Tinggi.Jakarta :Bank Indonesia.


Santoso Ivan .2016. Ekonomi Islam .Gorontalo :UNG Press.
Karim Adiwarman .2022. Teori Ekonomi Islam .Jakarta : Rajawali Pres
Abu yusuf ,kitab AL-Kharaj,beirut,Dar almaarifah 1997

Pusat pengkajian dan pengembamgan ekonomi islam ( P3EI

35

Anda mungkin juga menyukai