Anda di halaman 1dari 35

STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN HARGA

DI SUSUN OLEH :
Rahmad Bika Maulana

Dosen pengampuh :

CITRA PERTIWI S.E.I M.E

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nyalah hingga makalah yang berjudul “STRUKTUR PASAR DAN
PERSAINGAN HARGA” ini dapat saya selesaikan dengan cukup mudah dan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin saya tidak akan
mampu menyelesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Mikro Ekonomi Islam
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu CITRA PERTIWI S.E.I M.E selaku
Dosen mata kuliah Mikro ekonomi islam program studi Ekonomi Syariah. Yang telah
memberikan arahan dalam menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Saya menyadari bahwa makalah ini masih
kurang sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca. Terima Kasih.
Wassalamu’alakum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Palembang, 15 Juli 2023

PENULIS

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Struktur pasar dalam Islam adalah menggambarkan jumlah pelaku dalam
pasar, sekaligus menggambarkan tingkat kompetensi yang terjadi dalam suatu
pasar. Struktur pasar dibedakan berdasarkan banyaknya penjual dan pembeli.
Secara mudah dikatakan pasar yang terdiri dari banyaknya penjual dengan
barang yang relatif homogen disebut pasar persaingan sempurna (perfect
competition) sedangkan pasar yang terdiri dari banyak penjual dan barangnya
berbeda satu sama lain (terdiferensiasi) disebut pasar bersaing mono-polistik
(monopolistic competition) pasar yang hanya ada satu penjual disebut pasar
monopoli, pasar yang ada beberapa penjual disebut oligopoli
Dalam penerapannya seringkali timbul pertanyaan seberapa banyak
pejual sehingga suatu pasar disebut pasar yang bersaing sempurna. Seberapa
terdiferensi barang yang dijual sehingga disebut pasar bersaing monopolistik.
Apa batasan beberapa penjual dalam defenisi pasar oligopoli. Secara teknis alat
ukur yang dipakai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah rasio
penguasaan pangsa pasar atau sering juga disebut contentration ratio (cr).1
Ekonomi Islam adalah ekonomi yang mengedepankan pada kebebasan,
tetapi kebebasan tersebut diungkapkan lebih pada bentuk kerja sama
dibandingkan dalam bentuk persaingan. Tentu saja kerja sama merupakan tema
umum dari organisasi sosial Islam. Individu dan kesadaran sosial tidak lepas
dari jalinan yang bekerja bagi terwujudnya kesejahteraan lainnya. Inilah ajaran

1Ismail Nawawi. Ekonomi Manajerial Teori dan Aplikasi dalam Bisnis. (Sidoarjo: CV. Dwi Putra Pustaka Jaya, 2014),
hal. 285

3
Islam kepada umatnya yang dituangkan dalam Al-Qur’an, yang diekspresikan
oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Prinsip persaudaraan sangat ditegaskan
dalam Al-Qur’an dan sunah. Utamanya dalam hal pembagian kepemilikan
pribadi kepada saudara, guna memperkuat orientasi sosial dikalangan muslim
dengan memperkenalkan konsep atas kewajiban bersama, dimana tanggung
jawab individu dapat dilakukan oleh individu yang lain konsep ini menekankan
pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan dorongan individu untuk berusaha
memenuhinya.
Keterlibatan pemerintah dalam pasar bukanlah hal yang bersifat
sementara atau sesaat. Ekonomi Islam memandang pemerintah dalam pasar
merupakan satu kesatuan (co-existing) dengan unit ekonomi lainnya dengan
pasar yang permanen dan stabil. Dalam hal ini pemerintah bertindak sebagai
perencana, supervisor, produsen juga konsumen.2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian struktur pasar ?
2. Jelaskan arti pentingnya struktur pasar ?
3. Sebut dan jelaskan ciri dari pasar persaingan sempurna dalam perspektif
konvensional ?
4. Sebut dan jelaskan ciri dari pasar persaingan tidak sempurna dalam
perspektif konvensional ?
5. struktur pasar dan aturan main dalam ekonomi Islam
6. Peran pemerintah dalam pasar menurut perspektif Islam

2 Adiwarman A, Karim. Ekonomi Mikro Islam. (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2012), hal. 178

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Struktur Pasar


Pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan
(pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga
akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang
diperdagangkan.
Jadi setiap proses yang mempertemukan antara pembeli dan penjual,
maka akan membentuk harga yang disepakati antara pembeli dan penjual.
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat pasar dalam bentuk fisik
seperti pasar barang (barang konsumsi). Secara sederhana pasar dapat
dikelompokkan menjadi:3
a. Menurut segi fisiknya, pasar dapat dibedakan menjadi beberapa macam, di
antaranya:
1) pasar tradisional
2) pasar raya
3) pasar abstrak
4) pasar konkrit
5) toko swalayan
6) toko serba ada
b. Sedangkan berdasarkan jenis barang yang dijual, pasar dibedakan menjadi
beberapa macam di antaranya:
1) pasar ikan
2) pasar sayuran

3 Pratama Rahardja. Pengantar Ekonomi Mikro. (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010), hal. 276

5
3) pasar buah-buahan
4) pasar barang elektronik
5) pasar barang perhiasan
6) pasar bahan bangunan
7) bursa efek dan saham.
Aktivitas usaha yang dilakukan di pasar pada dasarnya akan melibatkan
dua subyek pokok, yaitu produsen dan konsumen. Kedua subyek tersebut
masing-masing mempunyai peranan yang sangat besar terhadap pembentukan
harga barang di pasar.
Struktur Pasar memiliki pengertian penggolongan produsen kepada
beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang
dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau
masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan industri. Analisa
ekonomi membedakan struktur pasar menjadi 4 jenis yaitu : Pasar Persaingan
Sempurna, Pasar Monopoli, Persaingan Monopolistis, dan Pasar Oligopoli
Dalam ilmu ekonomi, pasar, negara, individu dan masyarakat selalu
menjadi perbincangan. Oleh karenanya sebelum kita membahas tentang
struktur pasar dalam ekonomi Islam, akan lebih baik jika kita mengetahui
sistem-sistem pasar. Ada beberapa pandangan ekonom mengenai sistem pasar,
diantaranya adalah pasar menurut kapitalisme dan sosialisme yang biasa kita
sebut dengan ekonomi konvensional, dan pasar menurut pandangan ekonomi
Islam.4
Dalam kapitalisme pasar memainkan peranan yang sangat penting dalam
sistem perekonomian. Ekonomi kapitalis menghendaki pasar bebas untuk
menyelesaikan permasalahan ekonomi, mulai dari produksi, konsumsi sampai
distribusi. Dalam konsep dasarnya adalah lassez faire (biarkan kami bebas).
Maksudnya, pasar tidak boleh diganggu atau diintervensi oleh siapapun,
termasuk oleh pemerintah. Dengan kekuatan invisible hand-nya, pasar secara
otomatis akan menjawab dan mengatur semua persoalan ekonomi dengan
harmonis (Anto, 2003:314).

4 Anita Rahmawati. Ekonomi Mikro Islam. (Kudus : Nora Media Enterprise, 2011), hal. 283

6
Sementara itu, sistem ekonomi sosialisme berpandangan sebaliknya,
yaitu peranan pasar harus ditiadakan. Negara harus menguasai segala sektor
ekonomi untuk memastikan keadilan kepada rakyat mulai dari means of
production sampai mendistribusikannya kembali kepada buruh, sehingga
mereka juga menikmati hasil usaha.
Dan terakhir pasar dalam pandangan ekonomi Islam secara umum dapat
disampaikan bahwa kemunculan pesan moral Islam dalam pencerahan teori
pasar, dapat dikaitkan sebagai bagian dari reaksi penolakan sosialisme dan
sekularisme, ataupun secara khusus ideologi-ideologi yang sudah banyak
diasumsikan banyak orang sebagai system yang merusak dan memposisikan
diri sebagai oposisi dari paham dan pasar bebas di dunia barat. Ajaran Islam
dengan tegas menolak sejumlah ideologi ekonomi yang terkait dengan
kepentingan investor, menghindari kehidupan duniawi, economic
egalitarianism maupun authoritarianism (ekonomi terpimpin atau paham
mematuhi seseorang atau badan secara mutlak) (Nasution,2006:158). 5
Dalam pengertian yang sangat sederhana, pasar adalah sebagai
tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Mereka saling berinteraksi
melakukan transaksi jual dan beli barang bahkan jasa pun ada. Oleh karena itu
dalam makalah ini penulis akan mencoba membahas tentang bagaimana
struktur pasar dalam ekonomi konvensional dan struktur pasar Islami?. Penulis
akan mengkomparasikan kedua pandangan tersebut sehingga kita dapat
mengetahui perbedaan antara keduanya. Sehingga kita memahami konsep
dasar pasar dan struktur pasar yang seharusnya diterapkan sesuai dengan tujuan
ekonomi yaitu kemakmuran dan falah.

2.2 Arti Pentingnya Struktur Pasar


A. Struktur Pasar
Struktur adalah pengelompokan variabel-variabel yang bernaung
dalam satu nama yang sama. Struktur biasa dipakai untuk
mengelompokkan beberapa informasi yang berkaitan menjadi sebuah.
Struktur pasar menggambarkan jumlah pelaku dalam suatu pasar.

5 Anita Rahmawati. Ekonomi Mikro Islam. (Kudus : Nora Media Enterprise, 2011), hal. 285

7
Sekaligus menggambarkan tingkat kompetisi yang terjadi dalam suatu
pasar tersebut. Struktur Pasar memiliki pengertian penggolongan produsen
kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis
produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah
tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam
kegiatan industri. Pada analisa ekonomi dibedakan menjadi pasar
persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna (yang meliputi
monopoli, oligopoli, dan monopolistik).6
Struktur pasar sangatlah penting, karena terkait dengan harga yang
akan diterima oleh konsumen. Struktur pasar juga akan mempengaruhi
tingkat efisiensi, semakin tinggi jumlah pelaku dalam pasar maka tingkat
persaingan akan semakin tinggi sehingga menuntut untuk lebih efisien

B. Pentingnya Struktur Pasar


Struktur pasar sangatlah penting, karena terkait dengan harga yang
akan diterima oleh konsumen. Struktur pasar juga akan mempengaruhi
tingkat efisiensi, jadi semakin tinggi jumlah pelaku dalam pasar, maka
tingkat persaingan akan semakin tinggi sehingga menuntut untuk lebih
efisien.

2.3 Ciri Pasar Persaingan Sempurna Dalam Perspektif Konvensional


A. Pasar Persaingan Sempurna (Perfect Competitive Market)
Pasar persaingan sempurna adalah suatu industri dimana terdapat
banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual maupun pembeli tidak
dapat mempengaruhi keadaan di pasar (Sukirno, 1997:229) Secara
sederhana, pasar persaingan sempurna adalah pasar yang terdiri dari
banyak penjual dengan barang relatif homogen (Karim, 2007:167).
Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal,
karena dianggap sistem pasar ini adalah struktur pasar yang akan
menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi barang atau jasa yang
sangat tinggi efisiensinya. Akan tetapi dalam prakteknya tidaklah mudah

6 Sadono Sukirno. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 293

8
untuk menentukan jenis industri yang struktur organisasinya dapat
digolongkan kepada persaingan sempurna murni (Sukirno, 1997:229).
Dalam pasar persaingan sempurna,secara teoritis penjual tidak dapat
menentukan harga (price taker), dimana penjual akan menjual barangnya
sesuai harga yang berlaku di pasar (Karim, 2007:169).
Menurut Sadono Sukirno (1997), pasar persaingan sempurna
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Perusahaan adalah pengambil
harga: Pengambil harga atau price taker berarti suatu perusahan yang ada
di dalam pasar tidak dapat menentukan atau mengubah harga pasar. Apa
pun tindakan perusahaan dalam pasar, ia tidak akan menimbulkan
perubahan ke atas harga pasar yang berlaku. Harga barang di pasar
ditentukan oleh interaksi diantara keseluruhan produsen dan keseluruhan
pembeli, b. Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk: Sekiranya
perusahaan mengalami kerugian, dan ingin meninggalkan industri
tersebut, langkah ini dapat dengan mudah dilakukan. Sebaliknya apabila
ada produsen yang ingin melakukan kegiatan di industri tersebut, produsen
tersebut dapat dengan mudah melakukan kegiatan yang diinginkannya
tersebut, c. Menghasilkan barang serupa: Barang yang dihasilkan berbagai
perusahaan tidak mudah untuk dibeda-bedakan. Barang yang dihasilkan
sangat sama atau serupa. Barang seperti itu dinamakan dengan istilah
barang identical atau homogenous, d. Terdapat banyak perusahaan di
pasar: Sifat inilah yang menyebabkan perusahaan tidak mempunyai
kekuasaan untuk mengubah harga, e. Pembeli mempunyai pengetahuan
yang sempurna mengenai pasar (perfect knowledge).7
Pasar persaingan sempurna memiliki beberapa kebaikan
dibandingkan pasar-pasar yang lainnya: a. Persaingan sempurna
memaksimumkan efisiensi, b. Kebebasan bertindak dan memilih.
Disamping memiliki kebaikan-kebaikan ahli ekonom berpendapat bahwa
pasar persaingan sempurna juga memiliki kelemahan dan keburukan
antara lain: a. Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi, b.
Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya social, c. Membatasi

7 Sadono Sukirno. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 297

9
pilihan konsumen, d. Biaya dalam pasar persaingan sempurna mungkin
lebih tinggi, e. Distribusi pendapatan tidak selalu rata.
Pasar persaingan sempurna atau pasar bebas secara teori penjual
tidak dapat menentukan harga atau disebut price taker. Dimana penjual
akan menjualbarangnya sesuai dengan barang yang berlaku dipasar.
Dalam kenyataannya pasar persaingan sempurna memiliki derajat yang
berbeda-beda
a. Model pasar persaingan sempurna didasarkan pada asumsi :8
1. Semua pengusaha adalah pengusaha lemah, yang sama kuatnya
dengan pengusaha lain, dengan demikian tidak ada yang menguasai
modal, pasar karena semuanya sama
2. Para pengusaha bersaing hanya dengan kelihaian berusaha dan
berprestasi lebih baik dari orang lain
3. Tidak ada yang menghalangi persaingan
4. Karena pengusaha yang tidak efisien akan mati dengan sendirinya,
maka hanya pengusaha yang kreatif, efisien itulah yang terus hidup.
5. Orang yang berselisih pada waktunya akan bangkit kembali belajar
dari kesalahan dan belajar dari keberhasilan orang lain
Antara pasar persaingan sempurna (perfect competition) dan pasar
persaingan murni (pure competition) ada sebagian orang membedakannya.
Pasar persaingan sempurna menghendaki persyaratan lebih sedikit dari
pasar persaingan murni. Apabila persaingan murni hanya mencakup satu
derajat kesempurnaan yaitu situasi tanpa adanya monopoli sama sekali.
Sedangkan persaingan sempurna pada umumnya mengandung arti
terdapatnya mobilitas sempurna dari sumber daya serta adanya
pengetahuan yang sempurna baik pembeli maupun penjual.

b. Tambahan Persyaratan Dalam Persaingan Murni 9

8 Ismail Namawi. Ekonomi Manajerial Teori dan Aplikasi dalam Bisnis. (Sidoarjo : CV. Dwi Putra Pustaka Jaya, 2014)
hal. 292
9 Lincoln Arsyad. Ekonomi Manajerial Ekonomi Mikro Terapan untuk Manajemen Bisnis. (BE-Yogyakarta, 2015), hal.

340-341

10
1. Dalam persaingan murni harus terdapat banyak penjual dan pembeli.
Jumlahnya harus banyak, sehingga masing-masing penjual hanya
merupakan bagian kecil dari pasar secara keseluruhan. Seorang
penjual tidak dapat mempengaruhi harga pasar, satu-satunya unsur
yang dikuasai hanyalah kuantitas barang yang ditawarkan. Harga
dipasar dianggap sebagai datum yang tidak dipengaruhi oleh
penjual.
2. Barang yang dihasilkan bersifat homogen, artinya barang yang
diproduksi oleh seorang produsen merupakan barang subtitusinya
sempurna dari barang yang sama yang diproduksi oleh produsen
lain.
3. Adanya kebebasan keluar masuk industri (free entry dan free exit)
baik bagi konsumen maupun bagi produsen.

Agar menjadi persaingan sempurna maka harus ditambah


persyaratan yaitu : 1. Informasi mengenai pasar (perubahan harga dan
permintaan). 2. Tidak adanya hambatan dalam mobilitas sumber-sumber
ekonomi dari satu usaha ke usaha yang lain atau dair satu lokasi ke lokasi
yang lain.10

2.4 Ciri Pasar Persaingan Tidak Sempurna dalam Perspektif Konvensional


A. Pasar Monopoli
Struktur pasar yang bertentangan dengan pasar persaingan sempurna
adalah monopoli. Monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya
terdapat satu perusahaan saja; dan perusahaan ini menghasilkan barang
yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat dekat (close
substitute) (Sukirno, 1997:261). Frank Fisher menjelaskan kekuatan
monopoli sebagai “the ability to act in unconstrained way” (kemampuan
bertindak [dalam menentukan harga] dengan caranya sendiri) sedangkan
Besanko dkk menjelaskan monopoli sebagai penjual yang menghadapi

10 Sadono, Sukirno. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 297

11
“little or no competition” (kecil atau tidak ada persaingan) di pasar (Karim,
2007:169).11
Ciri-ciri pasar monopoli sangat berbeda dengan pasar persaingan
sempurna, Sadono Sukirno (1997) menerangkan ciri-cirinya sebagai
berikut:12
a. Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan. Para pembeli tidak
punya pilihan lain, kalau mereka menginginkan barang tersebut maka
mereka harus membeli dari perusahaan tersebut, syarat-syarat
penjualan sepenuhnya ditentukan oleh monopoli itu.
b. Tidak mempunyai barang pengganti (subtitusi) yang mirip. aliran
listrik adalah contoh dari barang yang tidak mempunyai subtitusi yg
mirip.
c. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk kedalam industri/pasar.
Ada beberapa bentuk hambatan kemasukan ke dalam pasar monopoli,
hambatan ini dapat berbentuk Undang-undang, memerlukan teknologi
yang canggih dan memerlukan modal yang sangat besar.
d. Dapat menguasai harga. Perusahaan monopoli dipandang sebagai
penentu harga (price setter).
e. Promosi iklan kurang diperlukan.
Sedangkan factor-faktor yang menimbulkan pasar monopoli: (1)
perusahaan monopoli mempunyai sumberdaya tertentu yang unik dan
tidak dimiliki perusahaan lain, (2) Perusahaan monopoli dapat menikmati
skala ekonomis dalam kegiatan yang dilakukannya, (3) Pemerintah
melalui undang-undang memberikan hak monopoli kepada perusahaan
tertentu (Sukirno, 1997:263).
Pasar monopoli memiliki beberapa aspek positif, sebagai mana
dikemukakan oleh Suprayitno (2008:212) diantaranya adalah: (1) efisiensi
dan pertumbuhan ekonomi: karena laba maksimal; (2) efisiensi pengadaan
barang publik: karena skala usaha yang besar; dan (3) peningkatan
kesejahteraan masyarakat.

11 Ibid hal 298


12 Ibid hal 300

12
B. Pasar Persaingan Monopolistis
Pasar persaingan monopilistis pada dasarnya adalah pasar yang
berada di antara dua jenis pasar ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan
monopoli. Oleh sebab itu sifat-sifatnya mengandungi unsur sifat-sifat
pasar monopoli, dan unsur-unsur sifat pasar persaingan sempurna. Pasar
persaingan monopolistis dapat didefinisikan sebagai suatu pasar di mana
terdapat banyak produsen yang banyak menghasilkan barang berbeda
corak (differentiated product) (Sukirno, 1997:294). Terdeferensiasinya
produk yang dijual memberikan peluang bagi penjual lain untuk menjual
barangnya dengan harga yang berbeda (price maker) dengan barang lain
yang ada di pasar (Karim, 2007:170). 13
Secara formal, Edward Chamberlin dalam Karim (2007:170)
memperkenalkan monopolistic Competition pada tahun 1933. Adapun ciri-
ciri pasar persaingan monopolistis seperti yang dikemukakan Sadono
Sukirno (1997:294) adalah sebagai berikut:14
a. Terdapat banyak penjual: terdapat panyak penjual namun tidak
sebanyak seperti dalam pasar persaingan sempurna. Perusahaan dalam
pasaran monopolistis mempunyai ukuran yang relatif sama besarnya,
keadaan ini menyebabkan produksi sesuatu perusaan adalah sedikit
kalau dibandingkan dengan keseluruhan produksi dalam keseluruhan
pasar.
b. Barangnya bersifat berbeda corak: ciri ini merupakan sifat yang
penting di dalam membedakan di antara pasar persaingan
monopolistis dan persaingan sempurna. Produksi dalam persaingan
pasar ini berbeda corak dan secara fisik mudah dibedakan.
c. Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga:
namun demikian pengaruhnya relatif kecil bila dibandingkan dengan
pasar oligopoly atau monopoli. Kekuatan mempengaharui harga oleh
perusahaan monopolistis bersumber dari sifat barang yang dihasilkan

13 Sadono, Sukirno. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 302
14 Ibid hal 305

13
yaitu bersifat berbeda corak. Perbedaan ini membuat pembeli bersifat
memilih, yaitu lebih menyukai barang sesuatu perusahaan dan kurang
menyukai barang yang dihasilkan perusahaan lainnya. Maka jika
suatu perusahaan menaikkan harga barangnya, ia masih dapat menarik
pembeli walaupun jumlah pembelinya tidak sebanyak seperti sebelum
menaikkan harga. Sebaliknya, apabila perusahaan menurunkan harga,
tidaklah mudah menjual semua barang yang diproduksinya.
d. Masuk ke dalam industri/pasar relatif mudah: masuk kedalam pasar
persaingan monopolistis tidak seberat masuk ke pasar monopoli dan
oligopoly tetapi tidak semudah masuk pasar persaingan sempurna. Hal
ini disebabkan (1) modal yang diperlukan relatif besar dibandingkan
dengan perusahaan pada pasar persaingan sempurna; dan (2) harus
menghasilkan produk yang berbeda dengan produk yang sudah ada di
pasar.
e. Persaingan promosi penjualan sangat aktif: harga bukan penentu
besarnya pasar, suatu perusahaan mungkin mejual suatu produknya
dengan harga cukup tinggi tetapi masih dapat menarik banyak
pelanggan. Sebaliknya, suatu perusahaan mungkin menjual
pruduknya dengan harga cukup murah tetapi tidak dapat menarik
pelanggan. Oleh karena itu untuk menarik pelanggan, perusahaan
harus aktif melakukan promosi, memperbaiki pelayanan,
mengembangkan desain produk dan mutu produk.

C. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah pasar yang hanya terdiri atas beberapa
perusahaan atau penjual yang menjual produk homogen (sejenis). Pasar
Oligopoli yang terjadi atas dua perusahaan atau dua penjual saja disebut
pasar duopoli (Sukirno,1997:263).
Secara sederhana, Nainggolan (2005:110) mendefinisikan pasar
oligopoli sebagai pasar yang terdapat beberapa produsen/perusahaan (2-10
produsen) yang menguasai pasar sehingga tindakan produsen yang satu
akan mempengarui kebijakan produsen yang lain, baik dalam menentukan

14
harga, kapasitas produksi dan kualitas produk. Dengan kata lain oligopoly
merupakan pertengan dari monopoli dan monopolistis. Apa bila produk
yang dihasilkan oleh produsen oligopoly itu homogen, maka pasar
dinamakan oligopoli murni (pure oligopoly) dan apabila produk yang
dihasilkan itu tidak homogeny, maka dinamakan oligopoli dengan
deferensiasi produk (differentiated oligopoly).15
Ciri-ciri pasar oligopoli, sebagaimana dikemukakan Suprayitno
(2008:219-220) sebagai berikut: a. Terdapat beberapa orang produsen
dengan konsumen yang relatif banyak sehingga tiap produsen memiliki
pengaruh atas harga, b. Terdapat barriers to entry bagi produsen lain
sehingga jumlah perusahaan akan cenderung konstan, c. Penguasaan
pangsa pasar di tunjukkan dengan nisbah konsentrasi penjualan yang
dihitung berdasarkan jumlah atau prosentase aktiva perusahaan terhadap
total aktiva, d. Perang harga merupakan suatu hal yang sangat dihindari
karena akan menimbulkan kerusakan secara massal dalam pasar oligopoli.
Untuk menghindarinya, maka dilakukan kolusi antar perusahaan sehingga
cenderung akan menciptakn kartel, e. Salah satu diantara produsen adalah
merupakan price leader, f. perusahaan yang tidak mampu bersaing
cenderung akan melakukan merger dengan perusahaan yang kuat, g.
Inovasi dan penguasaan terhadap teknologi merupakan unsur penting
dalam kemajuan perusahaan, h. Perbaikan kualitas produk akan
memperluas pangsa pasar dan menurunkan biaya produksi yang tidak akan
ditiru dengan cepat oleh pesaing, i. Banyaknya pesaing yang kuat akan
memaksa perusahaan melakukan efisiensi dalam biaya secara maksimum.
Kalau dalam monopoli, penjual dapat menentukan harga tanpa
khawatir reaksi penjual lain, sedang dalam monopolistis, penjual hanya
dapat menentukan harga pada kisaran tertentu karena jika ia menjual di
luar kisaran tersebut, maka penjual lain yang menjual barang yang mirip
akan merebut pelanggannya.
Sementara dalam pasar oligopoli, dimana ada sedikit penjual yang
menjual barang yang sama, maka aksi penjual harus memperhatikan reaksi

15 Pratama Rahadja. Pengantar Ekonomi Mikro. (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hal. 280

15
penjual lain. Ada dua aksi yang dapat diambil penjual yaitu: a. menentukan
berapa kuantitas yang akan diproduksinya. Model yang menjelaskan hal
ini adalah Cournot Quantity Competition. b. Menentukan berapa harga
yang akan ditawarkan. Model yang menjelaskan hal ini adalah Bertrand
Price Competition (Karim, 175-176).

2.5 Struktur Pasar dan Aturan main dalam Ekonomi Islam


Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam
perekonomian, karakter pasar yang benar-benar bersaing secara sempurna,
tetapi berlandaskan kepada nilai-nilai Islam sangat jarang ditemui tetapi bukan
berarti tidak ada. Dalam ekonomi konvensional struktur pasar terdiri atas pasar
persaingan sempurna, Monopoli, pasar persaingan monopolistis dan oligopoly,
sedangkan dalam Islam struktur pasarnya pun tidak jauh berbeda dengan
konvensional, akan tetapi ada beberapa penekanan dalam pasar Islami yaitu
harga yang adil serta prinsip kebebasan. Dengan kata lain pasar dalam
pandangan Islam bukanlah pasar bebas dalam arti sebebas-bebasnya
sebagaimana kapitalisme. Dalam perilaku konsumen dan produsen ajaran
Islam menganggap bahwa tidak semua barang dan jasa dapat dikonsumsi dan
diproduksi. Seorang muslim hanya diperkenankan mengkonsumsi dan
memproduksi barang yang halalan toyyiban.16
A. Struktur Pasar Yang Islami
Struktur Pasar yang Islami adalah Pasar yang menciptakan tingkat
harga yang adil. Adil dalam hal ini adalah tidak merugikan konsumen
maupun produsen, terkait dengan surplus produsen dan surplus konsumen.
Struktur Pasar dalam Islam didasarkan atas prinsip kebebasan, termasuk
dalam melakukan kegiatan ekonomi. 17

B. Kebebasan Ekonomi
Kebebasan ekonomi adalah pilar pertama dalam struktur pasar Islami.
Kebebasan ini berdasarkan pada ajaran Islam, yang meliputi :

16 Anita Rahmawati. Ekonomi Mikro Islam. (Kudus : Nora Media Enterprise, 2011), hal. 287
17 Ibid hal 288

16
pertanggungjawaban dan kebebasan, sejarah kebebasan ekonomi dalam
masyarakat Islam , dengan uraian sebagai berikut:
Pertanggungjawaban dan kebebasan
Prinsip pertanggungjawaban individu merupakan hal yang mendasar
dalam ajaran Islam, yang ditekankan oleh Al-Quran dalam berbagai ayat
dan perbuatan dan perkataan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Prinsip dari
pertanggungjawaban individual ini disebutkan dalam berbagai konteks dan
kesempatan secara berbeda sebagai berikut :
1. Setiap orang akan dihisab secara individu, dan ini diterapkan pada Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam. Tidak ada cara bagi seseorang untuk
menebus perbuatan jahatnya, kecuali dengan mencari keridhoan Allah
dan melakukan amal baik.
2. Tidak ada konsep dosa turunan dan mempertanggungjawabkan
kesalahan orang lain.
3. Tidak ada perantaraan dalam hubungan langsung dengan Allah , Nabi
sendiri adalah seorang utusan atau perantaraan tuntutan Allah untuk
disampaikan pada manusia. Permintaan maaf harus disampaikan
langsung kepada Allah.
4. Setiap individu mempunyai hak penuh untuk berpedoman langsung
dengan sumber-sumber hukum Islam (Al-Quran dan hadits).
5. Islam sudah sempurna , tidak seorang pun bisa menambah, menghapus,
atau bahkan mengubah satu ayat pun. Setiap pengambilan kesimpulan
dari penafsiran ayat adalah pemahaman personal, di mana setap orang
dapat berbeda-beda, dan tidak ada seorangpun dapat menyampaikan
pemahamannya kepada orang lain.

C. Sejarah Kebebasan Ekonomi dalam Masyarakat Islam


Disepanjang sejarah masyarakat Islam, kebebasan ekonomi dijamin
oleh tradisi masyarakat sebagai sistem hukumnya. Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam menolak penetapan harga, bahkan walaupun harga sangat tinggi.
Penolakannya didasarkan pada prinsip keterbukaan dalam bisnis, dimana
tidak memperbolehkan produsen dalam menjual barangnya pada tingkat

17
yang lebih rendah dari harga pasar, sepanjang perubahan harga itu
disebabkan oleh kondisi atau faktor rill dari penawaran dan permintaan
tanpa adanya kekuatan monopoli.
1. Penimbunan (ikhtikar).
Mengumpulkan sesuatu dan menahannya dengan menunggu
naiknya harga, lalu menjualnya dengan harga yang tinggi.
2. Pematokan Harga.
“Sesungguhnya jual-beli itu (sah karena) sama-sama suka”. (HR
Ibnu Majah).

2.6 Peran Pemerintah dalam Pasar menurut Perspektif Islam


A. Persaingan Sempurna Plus
Bagaimana gambaran pasar yang diidealkan oleh ajaran Islam? Jika
dilihat pada masa kelahirannya (abad 6 M), ternyata ajaran Islam memiliki
pandangan yang sangat futuristik. Amat jauh mendahului pemikiran
ekonom-ekonom Barat. Demikian pula pemikiran para sarjana muslim
pada periode-periode pasca Rasulullah. Pada dasarnya konsep pasar yang
Islami adalah seperti apa yang ada dalam ekonomi konvensional disebut
dengan pasar persaingan sempurna (perfect competition market) plus,
yaitu persaingan dalam bingkai nilai dan moralitas Islam. Dengan kata lain
pasar ini bukan pasar bebas dalam arti sebebas-bebasnya sebagaimana
kapitalisme. Dalam perilaku konsumen dan produsen ajaran Islam
menganggap bahwa tidak semua barang dan jasa dapat dikonsumsi dan
diproduksi. Seorang muslim hanya diperkenankan mengkonsumsi dan
memproduksi barang yang halalan toyyiban (Anto, 2003:318).18

B. Persaingan Tidak Sempurna, Oligopoli dan Monopoli


Meskipun ajaran Islam menghendaki sebuah struktur pasar yang
bersaing sempurna, tetapi Islam tidak melarang adanya oligopoli atau
monopoli. Pandangan Islam terfokus pada masalah mekanisme penentuan
harga didalam monopoli yang cenderung berpotensi menghasilkan

18 Adiwarman A. Karim. Ekonomi Mikro Islam. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 195

18
kerugian bagi konsumen, sebab harga ditentukan lebih berorientasi kepada
kepentingan produsen saja. Dalam Islam harga harus mencerminkan
keadilan (thaman al mithl/price equivalen), baik sisi produsen maupun
konsumen. Dalam situasi pasar yang bersaing sempurna harga yang adil
dapat dicapai dengan sendirinya, sehingga tidak ada intervensi harga dari
pemerintah. Tapi jika produsen monopolis dibiarkan begitu saja
menentukan harganya sendiri, besar kemungkinan harga yang terjadi
bukanlah harga yang adil sebab ia akan mencari (monopolistic rent) atau
harga diatas normal. Untuk itu pemerintah perlu, bahkan wajib, melakukan
intervensi sehingga harga yang terjadi adalah harga yang adil. Dengan
ungkapan sederhana, ajaran Islam tidak mempermasahkan apakah suatu
perusahaan merupakan oligopolis maupun monopolis sepanjang tidak
mengambil keuntungan diatas normal (Anto, 2003:310). Oleh karena itu
ajaran Islam melarang keras perbuatan yang sengaja menahan atau
menimbun (hoarding) barang, terutama saat terjadi kelangkaan, dengan
tujuan menaikkan harga di kemudian hari (ikhtikar) (P3EI, 2014:333).19
Sedangkan bentuk intervensi pemerintah yaitu kebijakan penetapan
harga (price intervention) dan pelarangan terhadap penimbunan (sehingga
terjadi kelangkaan) untuk menaikkan tingkat harga (ikhtikar). Jadi
pemerintah harus menetapkan harga pada titik yang memberi keadilan bagi
produsen dan konsumen. Konsep Islam tentang intervensi harga
berpatokan pada konsep harga yang adil. Sebagaimana diungkap oleh Ibnu
Qudamah dan Ibnu Taimiyah tentang intervensi harga (Anto, 2003:300-
301):
Intervensi harga menurut Ibnu Qudamah: a. Menyangkut
kepentingan masyarakat dalam arti luas yaitu melindungi penjual dalam
hal keuntungan (profit margin) dan konsumen dalam hal daya beli
(purchasing power). Dalam pandangan Islam penjual berhak mendapatkan
keuntungan yang wajar dan pembeli berhak membeli dengan harga yang
setara dengan manfaat yang diperoleh, b. Bila tidak dilakukan price
intervention maka diperkirakan penjual akan menaikkan harga dengan

19 Adiwarman A. Karim. Ekonomi Mikro Islam. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 201

19
cara ikhtikar atau ghaban faahisy. Dalam hal ini penjual merugikan
(menzalimi) konsumen, sebab konsumen harus membeli di atas harga
pasar, c. Pembeli biasanya merupakan kelompok masyarakat yang lebih
luas dibandingkan dengan penjual, sehingga price intervention berarti pula
melindungi kepentingan masyarakat, d. Alasan Ibnu Qudamah yang
terakhir yaitu untuk melindungi kepentingan masyarakat yang lebih luas
sebagaimana juga dianjurkan Al Ghazali. 20
Sedangkan intervensi harga menurut Ibnu Taimiyah sebagaimana
Ibnu Qudamah yaitu sangat menjunjung tinggi mekanisme pasar yang
bebas dan karenanya menentang kebijakan intervensi harga. Namun, ia
memahami bahwa dalam situasi-situasi tertentu intervensi ini justru wajib
dilakukan sebab Rasulullah pernah melakukannya. Kebijakan intervensi
harga ini terbagi menjadi dua jenis yaitu: a. Intervensi harga yang zalim
dan tidak sah, apabila menyebabkan kerugian atau penindasan kepada
pelaku pasar. Jika harga ditetapka dibawah harga pasar akan merugikan
produsen, sementara jika harga ditetapka diatas harga pasar tentu akan
merugikan komsumen, b. Intervensi harga yang adil dan sah: jika tidak
menimbulkan kerugian dan penindasan kepada pelaku pasar.
Ibnu Taimiyah menjelaskan beberapa keadaan khusus dimana
intervensi harga dapat dilakukan yaitu: a. Pada saat masyarakat betul-betul
membutuhkan barang seperti saat terjadi bencana kelaparan dan
peperangan, b. Para penjual (arba al sila’) tidak mau menjual barang
dagangannya kecuali pada harga yang lebih tinggi daripada harga normal
(al qimah al Ma’rufah) padahal konsumen sangat membutuhkannya, c.
Terjadi diskriminasi harga untuk melawan pembeli atau penjual yang tidak
mengetahui harga pasar yang sebenarnya, d. Para penjual menawarkan
harga yang terlalu tinggi sementara pembelinya menginnginkan terlalu
rendah, jika ini dibiarkan terjadi maka akan mengakibatkan kemandekan
pasar, e. Para penjual melakukan kolusi, baik dengan sesame penjual
ataupun denga kelompok atau seorang pembeli dengan tujuan untuk
mempermaikan harga pasar, f. Pemilik jasa, misalnya tenaga kerja,

20 Adiwarman A. Karim. Ekonomi Mikro Islam. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 182

20
menolak bekerja kecuali pada upah yang lebih tinggi dibandingkan tingkat
upah yang berlaku dipasar (the prevailing markrt wage), padahal
masyarakat membutuhkan jasa tersebut. 21
Dengan memperhatikan penjelasan-penjelasan diatas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa pada prinsipnya kebijakan intervensi harga ini
bertujuan untuk: pertama, menghilangkan berbagai masalah yang
menimbulkan distorsi pasar, sehingga harga dapat kembali atau setidaknya
mendekati tingkatan dalam mekanisme pasar yang kompetitif. Kedua,
melindungi masyarakat yang lebih luas.

C. Ketidaksempurnaan Bekerjanya Pasar


Ketidaksempurnaan bekerja pasar sebagaimana dikemukakan oleh
misanan, dkk (2014:329-330) dapat disebabkan oleh beberapa hal:22
1. Penyimpangan Terstruktur: struktur organisasi pasar akan mengganggu
mekanisme pasar dengan cara yang sistemetis dan terstruktur pula.
Struktur pasar tersebut adalah monopoli, oligopoly, dan persaingan
monopilistik. Dalam monopoli, misalnya terdapat halangan untuk
masuk (entry barrier) bagi perusahaan lain yang ingin memasuki pasar
sehingga tidak ada persaingan antar produsen. Produsen monopoli
dapat saja mematik harga tinggi untuk memperoleh keuntungan
berlebih. Demikian juga dengan bentuk pasar lainnya, meskipun
pengaruh distorsinya tidak sekuat monopoli. Tetapi akan mendistorsi
bekerjanya mekanisme pasar yang sempurna.
2. Penyimpangan tidak terstruktur: penyimpangan ini dapat pula
mengganggu mekanisme pasar. Contohnya adalah usaha sengaja
menimbun untuk untuk menghambat pasokan barang agar harga pasar
menjadi tinggi (ikhtikar), penciptaan permintaan semu untuk
menaikkan harga (bai an-najasy), penipuan (tadlis), baik itu penipuan
kuantitas, kualitas, harga waktu penyerahan barangnya dan taghtir
(ketidak pastian).

21 Adiwarman A. Karim. Ekonomi Mikro Islam. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 190
22 Anita Rahmawati. Ekonomi Mikro Islam. (Kudus : Nora Media Enterprise, 2011), hal. 292

21
3. Ketidaksempurnaannya informasi: disebabkan oleh ketidak-
sempurnaan informasi yang di miliki para pelaku pasar (penjual dan
pembeli). Informasi merupakan sesuatu yang penting yang akan
menjadi dasar bagi pembuat keputusan. Oleh karena itu, transaksi yang
terjadi dalam ketidaksempurnaan informasi itu dilarang dalam Islam,
seperti talaqqi rukban (menghalangi transaksi pada harga pasar) dan
ghoban fahisy (mengambil keuntungan tinggi dengan memanfaatkan
ketidaktahuan konsumen).

D. Dasar dan Prinsip dalam Struktur Pasar Islam


Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa Islam sangat memperhatikan
konsep harga dan mekanisme pasar yang sempurna, maka struktur pasar
dalam Islam didasarkan atas prinsip kebebasan, termasuk dalam
melakukan kegiatan ekonomi. Diantaranya yaitu:23 a. Kebebasan
Ekonomi: Kebebasan ekonomi adalah pilar pertama dalam struktur pasar
Islami. Kebebasan ini berdasarkan pada ajaran Islam, yang meliputi;
pertanggungjawaban dan kebebasan. Prinsip pertanggungjawaban
individu merupakan hal yang mendasar dalam ajaran Islam, yang
ditekankan oleh Al-Quran dalam berbagai ayat dan perbuatan dan
perkataan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, (Muhammad, 2004:373-
374). b. Kerjasama (Cooperation): Kerjasama Ekonomi Islam adalah
sistem ekonomi yang mengedepankan pada kebebasan, tetapi kebebasan
tersebut diungkapkan lebih pada bentuk kerjasama dibandingkan dalam
bentuk persaingan, c. Keterlibatan Pemerintah: Ekonomi Islam
memandang pemerintah dalam pasar merupakan satu kesatuan (co-
existing) dengan unit ekonomi lainnya dengan pasar yang permanen dan
stabil. Keterlibatan pemerintah dalam pasar adalah berkaitan dengan
fungsi supervise dan pengawasan melalui dua mekanisme pasar, (Anto,
2003:322). yaitu; 1) Kesungguhan dalam mewujudkan tujuan Negara. 2)
Kontrol dilakukan oleh lembaga independent, yaitu Al Hisbah yang
berfungsi untuk menegakan aturan main mekanisme pasar, d. Aturan

23 Anita Rahmawati. Ekonomi Mikro Islam. (Kudus : Nora Media Enterprise, 2011), hal. 295

22
Main: Kahf (1992) menawarkan sejumlah aturan main yang harus
dipenuhi untuk menjalankan ekonomi Islam, yaitu; 1. Seluruh alam
semesta adalah milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang berkuasa penuh
atas semua Ciptaan-Nya. Manusia adalah mahluk yang paling tinggi
derajatnya sebagai khalifah, sehingga diberi kekuasaan untuk
melaksanakan fungsi kekhalifahan dan menggali sebanyak-banyaknya
keuntungan dan kegunaan dari semua hal selama manusia dapat
mengelolanya. 2. Allah Subhanahu Wa Ta’ala membebankan kewajiban
tertentu pada manusia, agar masyarakat mengawasi secara keseluruhan
aktivitas berdasarkan aturan Islam, yaitu hak-hak yang seseorang tunjukan
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dalam hubungannya dengan
hubungan sosial. 3. Tidak menyakiti dan tidak merugikan orang lain. 4. Di
dalam Islam, bekerja dinilai sebagai suatu kebajikan dan kemalasan dinilai
sebagai suatu sifat buruk. 5. Tingkat minimum kebaikan dibatasi secara
jelas. Perilaku tingkat ini dikontrol oleh lembaga sosial, yang pada
akhirnya juga ditentukan oleh kekuatan hukum. Inilah prinsip-prinsip yang
dapat dijadikan dasar untuk memfungsikan pasar dalam masyarakat Islam.

BAB III
PENUTUP

23
3.1 Kesimpulan
Struktur pasar dalam ekonomi terbagi menjadi dua yaitu pertama: Pasar
Persaingan Sempurna Plus: yaitu merupakan struktur pasar yang paling ideal,
karena dianggap sebagai struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya
kegiatan memproduksi barang atau jasa yang tinggi (optimal) efisiensinya. Dan
pasar persaingan sempurna ini terbagi menjadi dua unsur, yaitu; a. Struktur
Pasar Persaingan sempurna adalah struktur pasar yang lebih dekat dengan
struktur pasar Islami. Bukti kedekatannya adalah: 1) bebas keluar masuk pasar
2) harga ditentukan oleh pasar 3) perfect information, b. Kebebasan ekonomi
adalah pilar utama dalam struktur pasar Islami. Karena tidak bertentangan
dengan syariat Islam dan tidak menimbulkan kerugian, baik bagi diri sendiri
maupun bagi orang lain (fairness).
Kedua; Pasar Persaingan Tidak Sempurna, adalah pasar dengan banyak
penjual dan pembeli, sehingga harga dapat ditentukan sendiri, baik oleh penjual
maupun pembeli. Salah satu bentuk pasar persaingan tidak sempurna adalah
pasar monopoli. Pasar monopoli adalah bentuk pasar yang hanya terdapat satu
penjual saja. Dalam bentuk pasar ini hanya terdapat satu penjual sehingga
praktis tidak ada pesaing (competitor) sehingga penjual atau monopolis leluasa
menguasai pasar. Sebagai penjual tunggal, monopolis dapat meraih
keuntungan yang melebihi normal. Monopoli dibolehkan, namun membatasi
produksi/menjual lebih sedikit barang untuk dapat mengambil keuntungan
diatas keuntungan normal (monopoly’s rent/ikhtikar) adalah haram.
Monopoli adalah membatasi produksi atau menahan barang dari
perputaran di pasar, sehingga harganya naik. Sedangkan dalam Islam,
monopoli disebut sebagai ikhtikar, yaitu mengumpulkan sesuatu dan
menahannya dengan menunggu naiknya harga, lalu menjualnya dengan harga
yang tinggi. Adapun hadist yang berkaitan dengan penjelasan di atas, yaitu:
“Barangsiapa yang melakukan ikhtikar untuk merusak harga pasar sehingga
harga naik secara tajam maka ia berdosa” (HR Ibnu Majah dan Ahmad) “Setiap
barang yang penahanan-nya membahayakan orang adalah ikhtikar” (Imam
Abu Yusuf). Jadi, Ikhtikar diharamkan untuk setiap barang yang dibutuhkan
manusia, dan barang siapa yang menjalankan ikhtikar, maka mereka akan

24
berdosa. Dari indikasi ikhtikar, yaitu: a) objek penimbunan merupakan barang-
barang kebutuhan masyarakat. b) tujuan penimbunan adalah untuk meraih
keuntungan diatas keuntungan normal.
Karenanya tidak selamanya ikhtikar sama dengan Monopoli, apabila
dalam monopoli Islami, idealnya bisa berproduksi lebih banyak dan juga bisa
menjual dengan harga lebih murah. Dan tidak dilarang menyimpan stok barang
untuk keperluan persediaan, asalkan bukan untuk mempermainkan harga pasar.
Ikhtikar (Monopoly’s Rent-Seeking Behaviour)
Jadi dapat disimpulkan bahwa struktur pasar dalam Islam adalah
menggambarkan jumlah pelaku dalam suatu pasar. Sekaligus menggambarkan
tingkat kompetisi yang terjadi dalam suatu pasar tersebut. inilah prinsip-prinsip
yang dapat dijadikan dasar untuk memfungsikan pasar dalam masyarakat
Islam. Di dalam pasar Islami harus dapat tercipta mekanisme harga yang adil
atau harga yang wajar. Monopoli dibolehkan, namun membatasi
produksi/menjual lebih sedikit barang untuk dapat mengambil keuntungan
diatas keuntungan normal (monopoly’s rent/ikhtikar) adalah haram.
Lain halnya dengan pandangan ekonomi konvensional “Kapitalisme dan
Sosialisme”, dimana keduanya dibentuk diatas landasan (value) nilai yang
sama, nilai yang mendasari keduanya terutama adalah paham materialisme-
hedonisme dan sekulerisme. Kapitalisme merujuk pada suatu sistem ekonomi
yang secara jelas ditandai dengan berkuasanya kapital. Karakter umumnya
adalah: a. Mengutamakan ekpansi kekayaan, maksimasi produksi serta
pemenuhan keinginan individual, b. Pasar yang kompetitif adalah syarat utama
untuk mewujudkan efisiensi optimum dalam alokasi sumberdaya, c. tidak
mengakui pentingnya peranan pemerintah, d.Anggapan bahwa kepentingan
diri sendiri secara otomatis akan harmonis dengan kepentingan sosial. Sedang
sosialisme tidak jauh berbeda dengan komunisme dalam hal pengertian, adalah
suatu kebijakan atau teori yang bertujuan untuk memperoleh suatu distribusi
pendapatan dan kekayaan yang lebih baik dengan tindakan otoritatif
pemerintah pusat.
Dari hal-hal diatas sudah dapat kita lihat, dengan dasar pemikiran yang
berbeda atau kontra maka jelaslah jika argument-argumen atau asumsi-asumsi

25
tentang struktur terbentuknya pasar akan berbeda, dimana dimensi agama
dalam ekonomi konvensional ditiadakan maka berjalannya mekanisme pasar
akan jauh sekali dari moralitas dan nilai-nilai agama.

Mobilitas Sumber Daya Ekonomi


1. Jangka Pendek
Ada faktor produksi yang bersifat tetap, suatu perusahaan ingin
mendapatkan laba yang maksimum, untuk itu perusahaan harus
memaksimumkan perbedaan antara penerimaan total (SR) dengan biaya
total (TC).

SRMC SRAC
A
P SRAVC

D = AR = MR
B
C

0 Q1 Q2 Q

Gambar 1. Laba Pasar Persaingan Sempurna

Laba maksimum dapat dihitung dengan jalan mengurangi penerimaan


total atau total revenue dengan total biaya (TR - TC).

SRMC SRAC
SRAVC

D1 = AP1 = M

26
0 Qe1 Q

Gambar 2. Laba Normal Pasar Persaingan Sempurna

Titik A merupakan titik laba normal (point of normal profits). Jadi


biaya rata-rata (AC) sama dengan harga, sama dengan pendapatan rata-rata
dan output Qe1 adalah output yang dapat mendatangkan laba normal.
SRAC
SRMC
SRAVC
C

D2 = AR2 = Mr2
P2

0 Qe2 Q

Gambar 3. Penutupan Usaha Pasar Persaingan

Pada gambar di atas pendapat rata-rata (AR) tidak dapat menutup


Biaya rata-ratanya (AC). Pendapatan rata-rata hanya cukup untuk mem-
biayai variabel rata-rata.
2. Jangka Panjang

LRAC SRAC
D = AR = MR
P A

27
C B

LRMC SRMC

Gambar 4.

Bertambahnya jumlah perusahaan baru dalam industri atau pasar


akan menyebabkan kurva penawaran industri bergeser dari kanan dengan
kurva permintaan tertentu. Hal ini akan menyebabkan turunnya harga yang
pada akhirnya akan mengurangi pendapatan marginal (MR). Jadi laba
murni akan hilang dan keseimbangan menjadi SRMC = LRMC = MR = P
= D.

LRMC
M LRAC
Pm

d
E
Pe

Ps
B A

d1
0 Qe Qn MR1 Q3 MR

Gambar 5. Ekuilibrium dengan Masuknya Saingan Baru


Pada intinya penyesuaian dalam pasar monopolistik adalah sama
halnya dengan model pasar lainnya. Jika perusahaan ingin mendapatkan
laba maksimal maka perusahaan akan menyamakan penerimaan marjinal
dengan biaya marjinal. Biaya rata-rata jangka panjang < LRAC dan biaya
marjinal jangka pangjang dengan permintaan yang dihadapi adalah kurva

28
d. Pada titik A Pm dan kuantitas sebesar Qm. Sehingga perusahaan
memperoleh keuntungan.

3.2 Saran
Agar mekanisme pasar dapat berjalan dengan baik dan memberikan
mutual goodwill bagi para pelakunya, maka nilai-nilai moralitas mutlak harus
ditegakkan. Secara khusus nilai moralitas yang mendapat perhatian penting
dalam pasar adalah persaingan yang sehat (fair play), kejujuran (honesty),
keterbukaan (tranparancy) dan keadilan (justice). Nilai-nilai moralitas ini
memiliki akar yang kuat dalam ajaran Islam, sebagaimana dicantumkan dalam
berbagai ayat Al Qur’an. Untuk itulah Rasulullah telah menetapkan beberapa
larangan terhadap praktek praktek bisnis negatif yang dapat menganggu
mekanisme pasar yang Islami.

Hal-hal yang Dapat Mengganggu Mekanisme Pasar


Struktur pasar monopoli, duopoli, oligopoli dan kompetisi monopolistik
akan mengganggu mekanisme pasar dengan cara yang sistematis dan
terstruktur. Struktur pasar. Dalam monopoli, misalnya, terdapat halangan untuk
masuk (entry barrier) bagi perusahaan lain yang ingin memasuki pasar
sehingga tidak terdapat persaingan antar produsen. Produsen monopolis dapat
saja mematok harga tinggi untuk memperoleh keuntungan di atas normal
(monopolistic rent). Demikian pula pada bentuk pasar lainnya, meskipun
pengaruh distorsinya tidak sekuat monopoli, akan mendistorsi bekerjanya
mekanisme pasar yang sempurna.
Selain itu juga terdapat faktor faktor insidental dan temporer yang
mengganggu mekanisme pasar, antara lain:
a. Talaqqi rukban, yaitu mencegah masuknya pedagang desa ke kota (entry
barrier), karena mengakibatkan pasar tidak kompetitif. Dalam hadits
diceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

: ‫عن عبد هللا بن طاووس عن أبيه عن ابن عباس رضي هللا عنهما قال‬
...‫ وال يبع حاضر لباد‬،‫قال رسول هللا ﷺ ال تلقوا الركبان‬

29
“Janganlah kamu ‘papak’ (pergi berjumpa kafilah sebelum sampai di kota
dan sebelum mereka tahu harga pasar) barang yang dibawa (dari luar kota).
Barang siapa ‘dipapak’ lalu dibeli dari padanya (sesuatu), maka apabila
yang empunya (barang itu) datang ke pasar maka ia berhak khiyar (hak
untuk buat menjadikan atau membatalkan penjualan sebelum datang ke
pasar”. (HR Muslim dari Abu Hurairah).
b. Mengurangi timbangan, karena barang yang dijual dengan harga yang sama
untuk jumlah yang lebih sedikit. Allah berfirman dalam surat Al Muthaffifin
ayat 1-3 yang berbunyi sebagai berikut:

‫ويل للمطففين﴿﴾ الذين إذا اكتالوا على الناس يستوفون﴿﴾ وإذا كالوهم أو‬
‫وزنوهم يخسرون‬
1. “Celakalah atas orang-orang yang curang itu”. Yang dimaksud dengan
orang-orang yang curang di sini ialah orang-orang yang curang dalam
menakar dan menimbang.
2. “(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain
mereka minta dipenuhi”.
3. “dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi”.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam sampai ke Madinah, diketahui bahwa orang-
orang Madinah termasuk yang paling curang dalam takaran dan timbangan.
Maka Allah menurunkan ayat tersebut sebagai ancaman kepada orang-orang
yang curang dalam menimbang. Setelah ayat ini turun orang-orang Madinah
termasuk orang yang jujur dalam menimbang dan menakar. (Diriwayatkan
oleh an-Nasa'i dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih yang bersumber
dari Ibnu Abbas.) Dalam surat yang lain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala
menegaskan kembali larangan untuk melakukan kecurangan dalam kegiatan
perniagaan sebagai berikut:

‫والتقربوا مال اليتيم إال بالتي هي أحسن حتى يبلغ أشده ۖ وأوفوا‬
‫الكيل والميزان بالقسط ۖ النكلف نفسا إالوسعها ۖ وإذا قلتم فاعدلوا ولو‬
‫كان ذاقربى ۖ وبعهد هللا أوفوا ذلكم وصاكم به لعلكم تذكرون‬

30
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka
hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan
penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu
agar kamu ingat”. (QS. Al An’am: 152)
c. Menyembunyikan barang cacat, karena penjual mendapat harga yang baik
untuk kualitas yang buruk. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah
melalui satu timbunan (bijian-bijian) makanan, lalu Beliau masukkan
tangannya dan basah. Beliau lantas berkata, “Apa ini hai penjual makanan?”
Penjual itu menjawab, “kena hujan ya Rasulullah !”. Rasulullah kembali
bertanya, “Mengapa engkau tidak taruh ini di sebelah atas supaya orang-
orang dapat melihat? Barangsiapa menipu maka bukan dari golonganku !”
(HR Muslim dari Abu Hurairah). “Penjual dan pembeli keduanya bebas
memilih selagi keduanya belum berpisah. Jika mereka jujur dan jelas maka
diberkahilah (oleh Allah) jual belinya itu. Tetapi jika mereka
menyembunyikan cacat dan dusta maka terhapuslah keberkahan jual beli
itu” (HR Bukhari-Muslim).
d. Menukar kurma kering dengan kurma basah, karena takaran kurma basah
ketika kering tidak sama dengan kurma kering yang ditukar.
e. Menukar satu takar kurma kualitas bagus dengan dua takar kurma kualitas
sedang, karena setiap kualitas kurma memiliki harga berbeda.
f. Transaksi najasy yaitu penjual menyuruh orang lain memuji barangnya atau
menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik.

، ‫ ابتعت زيتا في السوق‬: ‫ قال‬- ‫ رضي هللا تعالى عنهما‬- ‫وعن ابن عمر‬
‫ فأردت أن أضرب‬. ‫فلما استوجبته لقيني رجل فأعطاني به ربحا حسنا‬
‫ فإذا هو زيد بن‬، ‫ فالتفت‬، ‫ فأخذ رجل من خلفي بذراعي‬. ‫على يد الرجل‬
‫ فإن رسول هللا‬، ‫ ال تبعه حيث ابتعته حتى تحوزه إلى رحلك‬: ‫ فقال‬، ‫ثابت‬
‫ حتى يحوزها‬، ‫ أن تباع السلع حيث تبتاع‬: ‫صلى هللا عليه وسلم نهى‬

31
‫ وصححه ابن‬، ‫ واللفظ له‬، ‫ رواه أحمد وأبو داود‬. ‫التجار إلى رحالهم‬
‫ حبان والحاكم‬.
“Dari Ibn Umar radhiallahu anhu ia berkata, “saya telah beli minyak di
pasar. Takkala sudah menjadi hak saya, seorang laki-laki bertemu saya dan
ia beri kepada saya untung yang baik buat minyak itu. Ketika saya hendak
pukul tanganya (tanda jadi jual beli), seseorang dari belakang memegang
siku saya, lalu saya berpaling ternyata Zaid bin Tsabit. Ia berkata, Jangan
jual ini di mana tuan beli hingga dibawa ini ke tempat tuan, karena
Rasulullah melarang dijual barang-barang di mana dibeli hingga dibawa
pedagang-pedagang ke tempat mereka” (HR Ahmad)
g. Ikhtikar (menimbun) yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan
normal dengan menjual lebih sedikit barang. Rasulullah telah melarang
praktek ikhtikar, yaitu secara sengaja menahan atau menimbun (hoarding)
barang, terutama pada saat terjadi kelangkaan, dengan tujuan untuk
menaikkan harga di kemudian hari.

ِ َّ ‫ب ي َحدِث أ َ َّن َم ْع َم ًرا قَا َل قَا َل َرسول‬


‫صلى هللا‬- ‫ّللا‬ َ ‫س ِعيد بْن ْالم‬
ِ َّ‫سي‬ َ َ‫قَا َل َكان‬
ِ ‫ « َم ِن احْ تَك ََر فَه َو خ‬-‫» عليه وسلم‬.
‫َاطئ‬
Bersumber dari Said bin al Musyyab dan Ma’mar bin Abdullah al Adawi
bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Tidaklah orang
melakukan ikhtikar itu melainkan berdosa” (HR. Muslim, Ahmad dan Abu
Dawud). Praktek ikhtikar akan menyebabkan mekanisme pasar terganggu,
dimana produsen kemudian akan menjual dengan harga yang lebih tinggi
dari harga normal. Penjual akan mendapatkan untung besar (monopolistic
rent), sedangkan konsumen akan menderita kerugian. Jadi, akibat ikhtikar
maka masyarakat luas dirugikan oleh sekelompok kecil yang lain. Agar
harga kembali pada posisi harga pasar maka pemerintah dapat melakukan
berbagai upaya menghilangkan penimbunan ini (misalnya dengan
penegakan hukum), bahkan juga dengan intervensi harga. Dengan harga
yang ditentukan ini maka para penimbun dapat dipaksa (terpaksa)
menurunkan harganya dan melempar barangnya ke pasar. Tetapi, tidak
termasuk dalam ikhtikar adalah penumpukan yang dilakukan pada situasi

32
ketika pasokan melimpah, misalnya ketika terjadi panen besar, dan segera
menjualnya ketika pasar membutuhkannya. Dalam situasi panen besar
seperti ini maka bisa dibayangkan ketika tidak ada pihak yang bersedia
membeli atau menumpuk hasil panen tersebut maka harga yang terbentuk
di pasar akan semakin melemah. Hal ini justru merugikan petani yang dalam
hal ini merupakan kelompok besar dalam masyarakat.
h. Ghaban faa-hisy besar yaitu menjual di atas harga pasar akibat
ketidaktahuan pembeli akan harga pasar. Ibnu Umar meriwayatkan
masyarakat Arab biasa membeli bahan pangan langsung dari pemilik unta,
tetapi Nabi melarang mereka membelinya sampai bahan itu dijual di pasar
(HR Bukhari).

Islam memberi perhatian yang besar terhadap kesempurnaan mekanisme


pasar. Mekanisme pasar yang sempurna adalah resultan dari kekuatan yang
bersifat masal dan impersonal, yaitu merupakan fenomena alamiah. Pasar yang
bersaing sempurna dapat menghasilkan harga yang adil bagi penjual maupun
pembeli. Karenanya, jika mekanisme pasar terganggu maka harga yang adil
tidak akan tercapai. Demikian pula sebaliknya, harga yang adil akan
mendorong para pelaku pasar untuk bersaing dengan sempurna. Jika harga
tidak adil maka para pelaku pasar akan enggan untuk bertransaksi atau terpaksa
tetap bertransaksi dengan menderita kerugian. Oleh karena itu Islam sangat
memperhatikan konsep harga yang adil dan mekanisme pasar yang sempurna.

Penetapan Harga (Tasy’ir)


Jumhur ulama sepakat bahwa penetapan harga adalah kebijakan yang
tidak dianjurkan oleh ajaran Islam jika pasar dalam situasi normal. Satu dari
empat mazhab terkenal, yaitu Hambali, menolak keras kebijakan penetapan
harga ini. Ibnu Qudamah (1374 H) mengajukan dua argumentasi mengenai hal
ini, yaitu: Pertama, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tidak pernah
menetapkan harga walaupun penduduk menginginkannya (sebagaimana hadist
di atas). Jika penetapan harga ini dibolehkan niscaya Rasulullah Shallallahu

33
Alaihi Wasallam akan melaksanakannya; Kedua, menetapkan harga adalah
ketidakadilan (zulm) yang dilarang.
Ulama fikih sepakat menyatakan bahwa ketentuan penetapan harga ini
tidak dijumpai dalam Al-Qur’an. Adapun dalam hadits Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam dijumpai beberapa riwayat yang menurut logikanya dapat
diinduksikan bahwa penetapan harga itu dibolehkan dalam kondisi tertentu.
Faktor dominan yang menjadi landasan hukum at-tas’ir al jabari, menurut
kesepakatan ulama fikih adalah al-maslahah al-mursalah (kemaslahatan).
Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ulama mazhab Hanafi
seperti Abu Yusuf berpendapat bahwa dalam situasi lonjakan harga secara
fantastis karena ulah para spekulan dan pedagang pihak pemerintah dapat
mengambil tindakan tegas dalam rangka pengendalian harga dan mematoknya
secara adil dengan mempertimbangkan kepentingan pedagang maupun
pembeli. Alasan mereka adalah pemerintah dalam syariat Islam memiliki
fungsi, peran dan kewenangan untuk mengatur kehidupan masyarakat demi
kemaslahatan bersama mereka.
Penetapan harga yag dibolehkan dan bahkan wajib dilakukan menurut
mereka adalah ketika terjadinya lonjakan harga yang cukup tajam, signifikan,
masif dan fantastis menurut bukti akurat disebabkan oleh ulah para spekulan
dan pedagang. Akan tetapi pematokan harga tersebut juga harus dilakukan
dalam batas adil dengan memperhitungkan biaya produksi, biaya distribusi,
transportasi, modal dan margin keuntungan bagi para produsen maupun
pedagang.

34
DAFTAR PUSTAKA

A Karim Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam, jakarta : PT Raja Grafindo Persada,


2012

Arsyad Lincolin, Ekonomi Manajerial Ekonomi Mikro Terapan Untuk Manajemen


Bisnis, BPFE : Yogyakarta, 2015

Nawawi Ismail, Ekonomi Manajerial Teori Dan Aplikasi Dalam Bisnis, Sidoarjo :
Cu Dwi Putra Pustaka jaya, 2014

Rahardja Pratama, Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta Rineka Cipta, 2010

Rahmawati Anita, Ekonomi Mikro Islam, KUDUS : Nora Media Enterprise, 2011

Sukirno, Sadono, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta : Raja Grafindo


Persada, 2007

35

Anda mungkin juga menyukai