Dosen Pengampuh :
Renol Sumantri M.E.I
Disusun Oleh
Kelompok 1 :
Ananda Tiara Puspita ( 2130604146)
Tri Divia Kasi ( 2130604182)
Bayu Saputra (2130604189)
Sindi Febrianti (2130604191)
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Pasar dan Harga
Dalam Ekonomi Islam”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ekonomi Mikro Islam.
Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Renol Sumantri M.E.I selaku dosen yang telah membimbing penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan baik itu pengetahuan,
pengalaman maupun kemampuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran
maupun kritik membangun yang bertujuan agar hasil makalah ini dapat diterima
dan bermanfaat bagi khalayak semua.
Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat dan bermanfaat bagi para pembaca.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kepada kita semua Rahmat, Hidayah
dan Taufiq-Nya.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan..................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1 Pasar Dalam Ekonomi Islam....................................................................5
A. Pengertian Pasar Dalam Islam......................................................................5
B. Mekanisme Pasar Dalam Ekonomi Islam.....................................................6
2.2 Harga Dalam Ekonomi Islam..................................................................8
A. Pengertian Harga Dalam Islam.....................................................................8
B. Penetapan Harga Dalam Islam......................................................................9
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
3
Al-ashfahani, Al-mufradat fi Gharib Al-Qur’an (Beirut: Dar at-Ma’arif tt) h.9
Islam bukanlah kebebasan mutlak seperti yang ada dalam ekonomi kapitalis.
Dalam Ekonomi Islam kebebasan itu juga dibatasi oleh aturan-aturan, aturan-
aturan tersebut diantaranya adalah tidak merugikan pihak lain dalam
bertransaksi, dan mengutamakan kemaslahatan bersama dalam kegiatan
ekonomi.
Mekanisme pasar dalam Islam sudah menjadi perhatian para ulama klasik. Al-
Ghazali menjelaskan proses evolusi pasar. Secara alami, manusia selalu
membutuhkan orang lain. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia juga
memerlukan tempat penyimpanan dan pendistribusian semua kebutuhan
mereka, kemudian dari sinilah terbentuk pasar.Menurut Abu Yusuf, tidak ada
batasan tentang ketentuan mahal dan murah nya suatu harga pasar. Murah
Mekanisme Pasar Dalam Islam dan mahal nya harga pasar merupakan
ketentuan Allah. Harga juga ditentukan oleh permintaan ( supply ) dan
penawaran ( demand ). Menurut Ibn Taimiyah, mekanisme pasar dalam Islam
adalah pasar bebas, harga ditentukan oleh kekuatan penawaran dan
permintaan. Kenaikan harga tidak selalu disebabkan oleh ketidakadilan dari
para pedagang, harga merupakan hasil interaksi antara permintaan dan
penawaran yang terbentuk karena faktor yang kompleks. Sistem ekonomi
Islam menganut prinsip pasar bebas dan pasar persaingan sempurna. Dalam
sistem ekonomi Islam, negara tidak ikut campur dalam kegiatan ekonomi.
Namun, negara berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap
mekanisme pasar, mencegah dan manindaklanjuti perilaku kecurangan, dan
spekulasi. Dalam sejarah ekonomi Islam ketika terjadi kenaikan harga barang
pada masa Rasulullah saw, para sahabat datang kepada beliau dan meminta
untuk menetapkan harga-harga pasar. Namun, beliau menolak dan menjawab
bahwa Allah adalah penetap harga dan pemberi rezeki. Dengan mengacu pada
kehidupan pasar pada masa Rasulullah saw., dan sikap yang diambil
Rasulullah saw. dalam menghadapi kenaikan harga-harga pasar merupakan
bentuk dari mekanisme pasar Islami. Dan mekanisme pasar Islami ini
merupakan mekanisme pasar yang mengutamakan kemaslahatan bersama
dengan mengutamakan keadilan dan tidak merugikan salah satu pihak. Selain
itu mekanisme pasar Islami juga memiliki berbagai ciri-ciri. Diantara ciri khas
mekanisme pasar Islami adalah:
a. Kebebasan orang untuk keluar masuk pasar
b. Adanya informasi yang cukup tentang kekuatan-kekuatan pasar dan barang
dagangan.
c. Dilenyapkannya monopolistik dan dihapuskannya kolusi diantara penjual
dan pembeli.
d. Kenaikan dan penurunan harga disebabkan oleh permintaan dan
penawaran.
e. Adanya homogenitas dan standardisasi produk agar terhindar dari
pemalsuan dan penipuan produk.
f. Terhindar dari penyimpangan kebebasan ekonomi yang jujur seperti
sumpah palsu, kecurangan dalam takaran, timbangan maupun ukuran.
4
Jabirah bin Ahmad Al Hatitsi, Fikih Ekonomi Umar bin Al Khathab,2010, Terj. Al Fiqh Al Iqtishadi Li
Amiril Mukminin Umar Ibnu Al Khaththab, (Jakarta Pustaka al Kautsar), hal 613.
B. Penetapan Harga Dalam Islam
Ketika harga-harga melonjak pada masa Rasulullah saw., para sahabat
berkata, yang artinya:
“Wahai Rasulullah, tentukanlah harga untuk kami”. Rasulullah saw.
Menjawab: Sesungguhnya Allah lah yang menentukan harga, yang
mencabut, yang membentangkan, dan yang memberi rezeki. Saya
sungguh berharap dapat bertemu Allah dalam keadaan tidak seorang pun
dari kalian yang menuntut kepadaku karena kezaliman dalam darah dan
harta.5
Inilah teori ekonomi Islam berdasarkan Hadis mengenai harga bahwa
penetapan harga dalam Islam berjalan secara alami sesuai kondisi pasar tanpa
penentuan dari kekuasaan manusia. Jika demikian adanya, maka penentuan
harga yang menimbulkan ketidaksetaraan pada pasar berarti akan
menimbulkan kerugian bagi pembeli atau penjual, ini adalah suatu kezaliman.
Menurut pakar ekonomi Islam kontemporer, teori inilah yang diadopsi oleh
Bapak Ekonomi Barat, Adam Smith dengan nama teori invisible hands.
Menurut teori ini, Pasar akan diatur oleh tangan-tangan tidak
kelihatan(Invisble hands) atau bisa dikatakan lebih tepatnya sebagai God
Hands (tangan-tangan Allah).6
Oleh karena itu, Dalam teori ekonomi Islam harga ditentukan oleh
keseimbangan permintaan dan penawaran. Harga terjadi apabila ada kerelaan
antara penjual dan pembeli. Kerelaan tersebut ditentukan oleh penjual dan
pembeli dalam mempertahankan kepentingannya tas barang tersebut.jadi,
harga ditentukan oleh kemampuan penjual untuk menyediakan barang yang
ditawarkan kepada pembeli dan kemampuan pembeli untuk mendapatkan
barang tersebut dari penjual.
Namun demikian, Islam masih memberikan peluang pada kondisi tertentu
untuk melakukan intervensi harga bila para produsen/ penjual melakukan
kecurangan yang menekan dan merugikan konsumen. Di masa Khulafaur
5
Teks arab Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tirmidz, Ibnu Majah, Darami, dan Abu Yakla ini, nomor urut
4 pada Sub-Bab Teks Arab dan Terjemahan Ayat alQur’an dan Hadits pada bagian akhir Bab ini (Bab VI).
6
Adiwarman Karim, Kajian Ekonomi Islam Kontemporer, (Cet.III; Jakarta: 2003), h. 76
Rasyidin, para khalifah pernah melakukan intervensi pasar, baik pada sisi
supply maupun demand. Intervensi pasar yang dilakukan Khulafaur Rasyidin
sisi supply, yaitu mengatur jumlah barang yang ditawarkan seperti yang
dilakukan Umar bin Khattab ketika mengimpor gandum dari Mesir untuk
mengendalikan harga gandum di Madinah. Sedangkan intervensi pasar dari
sisi demand dilakukan dengan menanamkan sikap sederhana dan menjauhkan
diri dari sifat konsumerisme.
Menurut Ibnu Taimiyah, ada dua terminologi yang seringkali ditemukan
tentang masalah harga tersebut menurut Ibnu Taimiyah, yakni kompensasi
yang setara atau adil (‘Iwad al-itsl) dan harga yang setara atau adil (Tsaman
al-Mitsl). Kompensasi yang setara diukur dan ditaksir dengan hal-hal yang
setara, dan itulah esensi dari keadilan (Nafs al-’Adl).7
Konsep harga adil Ibnu Taimiyah ini hanya terjadi pada pasar kompetitif,
tidak ada pengaturan yang mengganggu keseimbangan harga kecuali jika
terjadi suatu usaha yang mengganggu terjadinya keseimbangan, yaitu kondisi
dimana semua faktor produksi digunakan secara optimal dan tidak ada yang
menganggur, sebab harga pasar kompetitif merupakan kecenderungan yang
wajar. Karena itu, Ibnu Taimiyah menentang adanya praktik monopoli
terhadap kebutuhan-kebutuhan manusia. Jika ada sekelompok manusia yang
melakukan monopoli maka wajib bagi pemerintah untuk melakukan regulasi
atau pengaturan terhadap harga.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perilaku muslim dalam menetapkan harga adalah perilaku pasar, yakni
berdasarkan pada permintaan dan penawaran selama tidak terjadi kecurangan
dan dalam rangka untuk mewujudkan maslahah. Pada kondisi seperti ini,
seorang muslim tidak dapat memengaruhi harga karena harga yang terbentuk
di pasar benar-bena merupakan hasil tarik menarik antara permintaan dan
penawarn Harga yang terbentuk melalui pertemuan atau persetujuan antara
permintaan dan penawaran, yakni jumlah yang diminta sama dengan jumlah
7
Abdul Azim Islahi, “Ibn Taimiyyah’s Concept of Market Mechanism” dalam Readings in Microeconomics:
an Islamic Perspective (Malaysia: Longman Malaysia, Sdh. Bhd, 1992), h. 157-160.
yang ditawarkan selama tidak terjadi kecurangan dan tentunya mengandung
maslahah, disebut dengan Harga Keseimbangan Muslim (HKM).
Keadaan ini dapat digambarkan seperti berikut ini:
Gambar 6.1. Kurva Harga Keseimbangan Muslim (HKM)
Pada gambar 6.1. di atas dapat dijelaskan bahwa ketika tingkat harga sebesar
P*, jumlah barang/jasa yang diminta dan ditawarkan adalah sama, yakni
sebesar Q*. Titik HKM adalah titik E, titik ini menunjukkan tingkat harga
(P*) dan jumlah (Q*) yang diminta dan ditawarkan adalah sama. Hal ini
terjadi pada barang/jasa yang kandungan maslahahnya tetap, yakni berapapun
yang diminta dan ditawarkan, jumlah kandungan maslahahnya tetap sama,
dan variabel lainnya juga diasumsikan tetap.8
8
Syaparuddin, Ilmu Ekonomi Mikro Islam: Peduli Maslahah Vs. Tidak Peduli Maslahah. (Yogyakarta :
TrustMedia Publishing, 2017), hlm. 208-211.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasar dan harga dalam ekonomi Islam menunjukkan bahwa ketentuan harga diserahkan
kepada mekanisme pasar impersonal alami. Mekanisme pasar yang berjalan dalam sistem ekonomi
Islam memiliki konsep penentuan harga Islami melalui kekuatan pasar, yaitu kekuatan penawaran
dan permintaan. Pertemuan penawaran dan permintaan harus bersifat sukarela, tidak ada pihak
yang merasa ditipu atau subjek perjanjian adalah kesalahan dalam pelaksanaan transaksi
komoditas tertentu pada tingkat harga tertentu. Oleh karena itu Islam menjamin pasar bebas di
mana pembeli dan penjual bersaing satu sama lain disertai dengan arus informasi yang berjalan
lancar dalam kerangka keadilan ialah dengan tidak terdapatnya pihak yang merasa di dzalimi
ataupun juga mendzalimi. Rasulullah mengatakan bahwa harga di pasar tidak boleh ditetapkan,
karena Allah-lah yang menentukannya. Dalam penetapan harga kita harus jujur , tidak
memanipulasi harga, menjebak dan menipu penjual atau pembeli. Harga hanya boleh ditetapkan
oleh pemerintah apabila ada tindakan sewenang-wenang dari penjual yang merugikan pihak
pembeli.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al Hatitsi, Jabirah bin. 2010. Fikih Ekonomi Umar bin Al Khathab Terj.
Al Fiqh Al Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar Ibnu Al Khaththab. Jakarta :
Jakarta Pustaka al Kautsar
Al-Ashfahani, Ar-Raghib. Al-Mufradāt fi Gharīb al-Qur’an. Kamus Al-Qur’an
Jilid 2 (Ahmad Zaini Dahlan, Lc.). Jawa Barat: Pustaka Khazanah Fawa’id. 2017.
Islahi, Abdul Azim. 1992. “Ibn Taimiyyah’s Concept of Market Mechanism”
dalam Readings in Microeconomics: an Islamic Perspective. Malaysia: Longman
Malaysia,Sdh. Bhd
Karim, Adiwarma. 2010. Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga. Jakarta: Raja
Grafindo.
Karim, Adiwarma. 2003. Kajian Ekonomi Islam Kontemporer. Cet.III. Jakarta
Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Yogyakarta: Ar-Rozz Media.
Nawawi, Ismail. 2013. Budaya organisasi kepemimpinan dan Kinerja. Jakarta:
PT. Fajar Iterpratama Mandiri.
Syaparuddin. 2017. Ilmu Ekonomi Mikro Islam: Peduli Maslahah Vs. Tidak
Peduli Maslahah. Yogyakarta : TrustMedia Publishing