Kelompok 7:
Uswatun Khasanah ( 20170730007 )
Irfan Aji Pangestu ( 20170730027 )
Eka Safitri ( 20170730050 )
Willy Luthfi Rachmadi ( 20170730058 )
Firstia Dama Aldiyanti ( 20170730071 )
2018
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam muncul sebagai sumber kekuatan yang baru pada Abad ke-7
Masehi, menyusul runtuhnya kekaisaran Romawi. Kemunculan itu ditandai
dengan berkembangnya peradaban baru yang sangat mengagumkan.
Kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta kehidupan sosial lainnya
termasuk ekonomi yang berkembang secara menakjubkan.
“Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu. Maka berjalanlah
di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezekiNya dan hanya kepada-
Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk: 15)
1
menganyam, ataupun berdagang. Makin tekun ia bekerja, makin taqwa ia kepada
Allah, bertambah rapi pekerjaannya, bertambah dekat ia kepada Allah SWT.
Karena itu tidak salah kalau kemudian dikatakan bahwa Islam adalah
agama yang universal, mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang
bersifat ibadah maupun muamalah. Begitu pula ekonomi, dalam Islam diatur
bagaimana perilaku konsumen dan produsen dalam menjalankan aktivitas
ekonomi mereka. Interaksi- interaksi mereka dalam pasar diatur agar tidak
terjadi market power yang menguntungkan satu pihak. Dalam struktur pasar
Islami, memang ada kebebasan dalam berekonomi, namun masih dibatasi
dengan aturan-aturan tanpa mengabaikan prinsip tanggung jawab dan keadilan.
Teori ini akan berhasil ketika dalam sebuah pasar tersebut tidak adanya
kuasa pasar (market power/monopolistc) yaitu kemampuan satu pelaku (atau
sekelompok kecil pelaku) ekonomi untuk mempengaruhi harga-harga yang
berlaku di pasar. Hal ini menunjukkan pentingnya tercipta sebuah pasar
persaingan yang sempurna, dimana baik produsen maupun konsumen berlaku
sebagai price taker. Jauh sebelum itu, Islam telah memiliki prototipe bagaimana
pasar yang ideal, dimana tidak ada kezhaliman, tidak adanya penguasaan oleh
satu pelaku ekonomi dan sebagainya.
2
B. Rumusan masalah
C. Tujuan makalah
3
BAB II
ISI
4
atau pengambil harga. Demikian pula dengan pembeli, kuantitas yang dibelinya
merupakan kuantitas yang sangat sedikit apabila dibandingkan dengan kuantitas
pembelian seluruhnya di pasar. Jadi jika pembeli mengurangi pembeliannya
dengan maksud agar harga di pasar turun, maka tindakan tersebut tidak akan
mempengaruhi kondisi pasar, karena banyak calon pembeli lain yang
menggantikannya.
b. Barang yang dihasilkan bersifat homogen
Artinya barang yang diproduksi oleh seorang produsen merupakan
barang subsitusi dari barang yang sama yang diproduksi oleh produsen lain.
Oleh karena itu, konsumen bersifat indifferent terhadap kelompok penjual,
karena bagi konsumen semua penjual adalah sama saja sebab barang yang
dibutuhkan praktis tidak ada bedanya.
c. Adanya kebebasan keluar masuk industri (free entry dan free exit)
Hal ini berarti, jika menguntungkan maka produsen bebas membuka
pabrik dan bila merugikan tidak ada larangan untuk menutup pabriknya.
5
1. Homogenitas Produk (Homogeneous Product)
Yang dimaksud dengan produk yang homogen adalah produk yang
mampu memberikan kepuasaan (utilitas) kepada konsumen tanpa perlu
mengetahui siapa produsennya. Konsumen tidak membeli merek barang tetapi
kegunaan barang. Karena itu semua perusahaan dianggap mampu memproduksi
barang dan jasa dengan kualitas dan karakteristik yang sama.
2. Pengetahuan Sempurna (Perfect Knowledge)
Para pelaku ekonomi (konsumen dan produsen) memiliki pengetahuan
sempurna tentang harga produk dan input yang dijual. Dengan dernikian
konsumen tidak akan mengalami perlakuan harga jual yang berbeda antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya.
3. Output Perusahaan Relatif Kecil (Small Relatively Output )
Semua perusahaan dalam industri (pasar) dianggap berproduksi efisien
(biaya rata-rata terendah), baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Kendatipun demikian jumlah output setiap perusahaan secara individu dianggap
relatif kecil dibanding jumlah output seluruh perusahaan dalam industri.
4. Perusahaan Menerima Harga Yang Ditentukan Pasar (Price Taker)
Konsekuensi dari asumsi ketiga adalah bahwa perusahaan menjual
produknya dengan berpatokan pada harga yang ditetapkan pasar (price taker).
Karena secara individu perusahaan tidak mampu mempengaruhi harga pasar.
Yang dapat dilakukan perusahaan adalah menyesuaikan jumlah output untuk
mencapai laba maksimum.
5. Keleluasaan Masuk-Keluar Pasar (Free Entry and Exit)
Bebas masuk atau keluar berarti tidak ada biaya khusus yang
menyulitkan perusahaan untuk masuk maupun keluar dari suatu pasar.
6
2. Struktur Pasar dalam Islam
7
melakukan kegiatan ekonomi, semua boleh dilakukan asalkan tidak melanggar
aturan-aturan tersebut. Salah satu aktivitas ekonomi dapat terlihat dalam pasar,
dimana bertemunya antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi atas
barang atau jasa, baik dalam bentuk produksi maupun penentuan harga.
Transaksi jual beli dibolehkan dalam Islam selama tidak mengandung riba dan
hal-hal yang dapat merugikan salah satu pihak, sebagaimana Allah SWT
berfiman dalam QS. Al-Baqarah ayat 275:20 yang artinya:
“Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan
riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
Mekanisme pasar yang dibangun dalam Islam berdasarkan norma ajaran
Islam yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi. Mekanisme pasar bukanlah
suatu hal yang sempurna atau baku sehingga dimungkinkan gagal dalam
mencapai tujuan ekonomi. Disinilah dibutuhkan intervensi agar mekanisme
pasar berjalan sesuai dengan kepentingan perekonomian yang Islami.
Dalam ajaran Islam, pasar ditempatkan pada posisi yang proporsional
berbeda dengan pandangan kapitalisme maupun sosialisme yang ekstrim. Pasar
bukan satu-satunya mekanisme distribusi yang utama dalam perekonomian
tetapi hanya merupakan salah satu dari berbagai mekanisme yang diajarkan
syariat Islam.
1. Orang-orang harus bebas untuk masuk dan keluar pasar. Memaksa penduduk
menjual barang tanpa ada kewajiban untuk menjualnya adalah tindakan yang tidak
adil dan ketidakadilan itu dilarang.
8
2. Tingkat informasi yang cukup mengenai kekuatan-kekuatan pasar
dan barang-barang dagangan adalah perlu.
3. Unsur-unsur monopolistik harus dilenyapkan dari pasar sehingga
segala bentuk kolusi antara kelompok para penjual dan pembeli tidak
diperbolehkan.
4. Homogenitas dan standardisasi produk sangat dianjurkan ketika terjadi
pemalsuan produk, penipuan dan kecurangan-kecurangan dalam
mempresentasikan barang-barang tersebut.
5. Setiap penyimpangan dari kebebasan ekonomi yang jujur, seperti sumpah
palsu, penimbangan yang tidak tepat, dikecam oleh ajaran Islam.
Dari pendapat Ibnu Taimiyah di atas tentang mekanisme pasar dalam
Islam, kita dapat melihat mekanisme-mekanisme tersebut mengarah pada
karakteristik pasar persaingan sempurna. Hal itu berarti bahwa pasar dalam
Islam itulah yang dalam teori konvensional disebut dengan pasar persaingan
sempurna, dimana asumsi-asumsi yang disebutkan oleh pakar ekonomi
konvensional ada (ditemukan) dalam pasar yang Islami.
Salah satu contoh pasar persaingan sempurna dalam pasar Islam adalah
yang terjadi pada masa khalifah Umar bin Khattab RA. Pada saat itu Umar
berjalan dipasar kurma, ketika itu Umar mendapati salah seorang pedagang yang
menjual dibawah harga yang ada di pasar tersebut. Umar memberikan dua
pilihan pada penjual tersebut, yang pertama naikkan harga sampai sama dengan
harga yang ada di pasaran atau keluar dari pasar ini.
Kisah di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam sebuah pasar
persaingan sempurna harga yang ditawarkan adalah sama dengan harga yang
ditawarkan oleh seluruh pedagang dalam pasar tersebut jika barang dagangan
tidak terdeferensiasi (berbeda). Masih menurut Ibnu Taimiyah bahwa penetapan
harga menjadi penting atau diperlukan untuk mencegah manusia (produsen)
menjual makanan dan barang lain hanya kepada kelompok tertentu dengan harga
ditetapkan sesuka hati.
9
Ini merupakan kezaliman di muka bumi, demi tercapainya kemaslahatan
wajib diterapkan penetapan harga. “Sesungguhnya kemaslahatan manusia belum
sempurna kecuali dengan penetapan harga. Yang demikian itu perlu dan wajib
diterapkan secara adil dan bijaksana,” kata Ibnu Taimiyah.
10
dan pembeli mengetahui struktur dan informasi yang ada di dalam pasar
persaingan sempurna
A. Permintaan
- Tingkat harga dalam pasar persaingan sempurna ditentukan oleh permintaan da
penawaran.
- Jumlah output perusahaan relatif sangat kecil dibanding output pasar, maka
berapapun yang dijual perusahaan, harga relatif tidak berubah.
Diagram 8.1.a Tingkat harga dalam pasar persaingan sempurna ditentukan oleh
permintaan dan penawaran.
Diagram 8.1.b Jumlah output perusahaan relatif sangat kecil dibanding output pasar,
maka berapa pun yang dijual perusahaan, harga relatif tidak berubah.
B. Penawaran
- Kurva permintaan (D) sama dengan kurva penerimaan rata-rata (AR) sama
dengan kurva penerimaan marjinal (MR) dan sama dengan harga (P)
- Kurva penerimaan total berbentuk garis lurus dengan sudut kemiringan positif,
bergerak mulai dari titik (0,0)
11
Diagram 8.2.a Kurva permintaan (D) sama dengan kurva penarimaan rata – rata (AR)
sama dengan kurva penerimaan marjinal (MR) dan sama dengan harga (P)
Diagram 8.2.b Kurva penerimaaan total berbentuk garis lurus dengan sudut kemiringan
positif, bergerak mulai dari titik (0,0).
12
Harga MC
AC
P D3=AR3=MR3=P3
P D3=AR3=MR3=P3
P D3=AR3=MR3=P3
0 Q1 Q2 Q3
Kuantitas
a) Ekuilibrium
Dalam pasar persaingan sempurna, bahwa permintaan yang
dihadapi produse berbentuk garis lurus sejajar dengan sumbu horizontal,
artinya dia bisa menjual output dalam jumlah berapapun tanpa perlu
menurunkan harga. Sehingga kurva-kurva ini juga merupakan kurva
pendapatan marginal dan pendapatan rata-rata.
1. Kondisi Laba
Pada gambar diatas, jika harga jual produk setinggi OPF
maka untuk mendapatkan keuntungan maksimal masing-masing
perusahaan menghasilkan produk sebanyak OQF. Biaya produksi
13
per unit = QEF. Sehingga laba per unitnya = POPE, atau laba
total sebesar APF (keuntungan super normal). Dalam keadaan ini
perusahaan berada dalam posisi ekuilibrum, tetapi industri
seluruhnya tidak.
Pada pasar persaingan sempurna, dalam jangka pendek
(short run) jarang terjadi perusahaan baru yang masuk (entry)
tetapi dalam jangka panjang (long run) akan terjadi banyak
perusahaan baru yang masuk dan hal ini akan mengakibatkan
timbulnya persaingan baik dalam mendapatkan faktor produksi
maupun dalam penjualan barang produk sehingga keuntungan
super normal akan berkurang/hilang.
2. Kondisi Impas
Dalam jangka pendek tiap perusahaan akan menghasilkan
produk dimana MC=MR, yaitu pada titik E atau produk sebanyak
QE, sebab pada saat itu perusahaan akan memperoleh keuntungan
maksimal. Akan tetapi kalau kita perhatikan titik A dimana
MC=MR perusahaan tidak berproduksi titik ini. Hal ini
disebabkan pada titik tersebut MC baru saja sama dengan MR,
sedangkansebelumnya MC>MR. Jadi dapat disimpulkan bahwa
dalam jangka pendek tiap perusahaan yang ada dalam persaingan
sempurna akan mendapat keuntungan super normal (mencapai
ekuilibrium) pada saat MC=MR dan MC memotong dari bawah.
Jika harga menjadi P2, perusahaan-perusahaan mencapai
ekuilibrum pada saat MC=MR yaitu produk sebesar Q2 sehingga
perusahaan akan mendapat keuntungan normal. Dan pada saat
harga setinggi P1 tersebut Marginal Revenue masih dapat
menutup biaya rata-rata.
3. Kondisi Rugi Minimum
Jika harga menjadi P1 maka perusahaan akan mengalami
kerugian sebesar P1GHP3 karena biaya rata-rata tidak dapat
14
ditutup oleh penerimaan marginal. Untuk jangka pendek kerugian
sebesar P2GHP3 tersebut merupakan kerugian minimum, tetapi
untuk jangka panjang banyak perusahaan yang akan
meninggalkan industri.
b) Penawaran
Penawaran dalam jangka pendek dapat dilihat dari kurva MC
yang menunjukkan tingkat harga dengan output yang terjadi setelah
berpotongan dengan AVC. Jadi sebelum terjadi perpotongan antara
kurva MC dengan AVC belum terjadi penawaran. Dalam persaingan
sempurna meskipun perusahaan menderita kerugian selama masih berada
diatas AVC perusahaan masih tetap berproduksi karena kerugian yang
diderita masih lebih kecil dari FC yang harus dikeluarkan apabila
perusahaan tidak berproduksi, berarti jika masih berproduksi FC masih
dapat ditutup. Namun jika P berada dibawah AVC, maka perusahaan
sebaiknya tidak berproduksi untuk menghindari kerugian yang lebih
besar.
6. studi kasus
15
Kasus 1
Kasus 2
16
masyarakat, agar tidak terus melonjak tinggi. Dikatakan, prediksi Bank Investasi
Goldman Sachs tanggal 10 Agustus lalu, harga komoditas kedelai masih akan
melambung tinggi. Diprediksi harga kedelai akan mencapai angka Rp 8.700 di
tingkat pengecer, dan Rp 8.400 di tingkat distributor. Harga normal di kisaran Rp
5.000 - Rp 6.000. Dari contoh kasus di atas, produsen tahu tempe termasuk dalam
ciri-ciri pasar persaingan sempurna yaitu terdiri dari banyak penjual dan banyak
pembeli, bahkan penjual tergabung dalam Gabungan Koperasi Produsen Tempe
Tahu Indonesia (Gakoptindo), setiap perusahaan mudah keluar atau masuk pasar.
Contohnya pedagang dapat memutuskan untuk berhenti berjualan sampai kondisi
pasar benar-benar stabil.
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
19