ekonomi saat itu dan salah satu tokoh yang paling berpengaruh, beliau lahir di Bermondsey,
wilayah sub urban kelas pekerja London tahun 26 July 1842. Ayahnya adalah juru tulis di
Bank Inggris, ibunya adalah anak seorang penjual daging. Meskipun keluarga ini tidak kaya,
mereka sangat menghargai pendidikan dan mengirimkan Marshall ke sekolah yang baik. Dan
ia menjalani pendidikan di Sekolah Merchant Taylor, Northwood dan St John's College,
Cambridge, di mana ia menunjukkan sebuah bakat dalam matematika, meskipun ayahnya
menekankan pada sastra klasik dan bahas, tetapi Marshall lebih tertarik kepada matematika
dibanding ilmu-ilmu kemanusiaan.
Setelah menerima gelar dalam ilmu moral (saat itu tidak ada gelar ekonomi di
Camridge). Dia menjadi profesor di 1868 yang dalam politik ekonomi.. Pada awal karirnya,
Alfred Marshall adalah ilmuwan dan pengajar di bidang falsafah (khususnya mengenai segi
logika dan etika) dan matematika. Dalam perkembangan selanjutnya ia tertarik pada ilmu
ekonomi dan kemudian seluruh perhatiannya dipusatkan pada perkembangan teori ekonomi.
Sementara itu, ia selalu menempatkan pemikiran ekonomi dalam kaitannya dengan relevansi
masalah ekonomi yang dipantaunya dalam kehidupan masyarakat. Pengaruhnya tidak terbatas
pada kalangan sesama rekan ahli dari zamannya, melainkan berlangsung terus sampai selama
tiga dasawarsa yang pertama dalam abad XX Dia ingin meningkatkan kekakuan matematika
ekonomi dan mentransformasi menjadi lebih ilmiah, sehingga Marshall mengajar selama
sembilan tahun di St John’s College di Cambridge.
Marshal menikahi Maria Palley pada tahun 1877, Maria Palley tersebut adalah
muridnya. Pada 1879 ia menulis tentang perdagangan internasional dan masalah
protektionisme., banyak sistem tersebut telah bekerja bersama dalam judul The Pure Theory
of Foreign Trade: The Pure Theory of Domestic Values. Tetapi setelah itu, dia dipaksa
mengundurkan diri dari St John’s tersebut untuk mematuhi peraturan bujangan di universitas
karena ia diketahui menikahi muridnya, Mary Palley Marshall yang kelak ikut membantu
menulis The Economics of Industry 1879.
Ia kemudian mengajar sebentar di Bristol dan di Balliol College, Oxford. Marshall
mencapai ukuran popularitas dari pekerjaan ini, dan setelah kematian William Jevons pada
1881. Ketika Marshall kembali ke Universitas Cambridge tahun 1885 untuk menjadi
professor ekonomi politik, ekonomi masih menjadi bagian dari kurikulum ilmu-ilmu moral
dan sejarah. Ekonomi hanya merupakan mata kuliah yang harus diambil oleh sejarawan dan
ahli filsafat untuk mendapat gelar kesarjanaan mereka. Marshall mulai membuat ilmu
ekonomi sebagi bidang studi yang mandiri dan terpisah, yanh memiliki standar ilmiah yang
sama tingginya dengan ilmu-ilmu fisika dan biologi. Tapi Marshall ingin ilmu ekonomi
menjadi ilmu praktis, membantu pejabat pemerintah dan pemimpin bisnis dalam pembuatan
keputusan penting.
Pada tahun 1903 upaya ini berhasil, sebuah jurusan dan gelar dibidang ekonomi
dibuka di Universitas Cambridge. Institusi akademik lainnya segera mengikuti jejak
Cambridge, dan ilmu ekonomi menjadi disiplin yang diakui di seluruh dunia. Manusia di
dunia bisa menekuni ilmu ekonomi dan belajar gagasan-gagasan yang diperkenalkan oleh
Alfred Marshall. Karena alasan inilah Marshall menjadi ahli ekonomi yang paling terkemuka
dewasa ini. Namun karirnya ini hanya sampai pada tahun 1908, karena ia mengundurkan diri
pada tahun tersebut yang diakibatkan oleh permasalahan kondisi kesehatannya.
Mahasiswanya di Cambridge menjadi tokoh ekonomi, termasuk John Maynard Keynes dan
Arthur Cecil Pigou.
The Pure Theory of Foreign Trade, London, London School of Economics and
Political Science, 1930.
The Early Writings of Alfred Marshall, 1867-1890, 2 vol., ed. John K, Whitaker, New
York, Free Press, 1975.
" Review of FY Edgeworth's Mathematical Psychics ", 1881, Academy ( PDF version )
"On the Graphical Method in Statistics", 1885, Jubilee Volume of Royal Statistical
Society
"National Taxation After the War", 1917, in Dawson, editor, After-War Problems .
Kontribusi Marshall dalam teori perilaku konsumen juga adalah teori kepuasan
marginal (marginal utility), yaitu bahwa konsumen akan meneruskan pembelian terhadap
suatu produk untuk jangka waktu yang lama karena telah mendapatkan kepuasan dari produk
yang sama yang telah dikonsumsinya. Teori ini dapat disimpulkan bahwa konsumen memiliki
loyalitas tinggi terhadap merek suatu produk yang mampu memberikan kepuasan, nilai
tersendiri bagi pemakainya dan adanya bukti nyata akan kualitas dan kehandalan yang
ditawarkannya.
Perilaku semacam ini bukan berarti menjadikan merek tertentu sebagai market
leader dan tidak perlu lagi untuk melakukan komunikasi pemasaran secara
terpadu. Berdasarkan teori kepuasan marginal di atas, terdapat asumsi-asumsi yang biasanya
dipakai yaitu bahwa:
Pengorbanan pihak tenaga kerja itu disebut sebagai disutility of labour, sedangkan
pengorbanan pihak pemilik modal disebut sebagai waiting (pemiliknya harus menunggu
selama beberapa waktu sebelum jasa modal membuahkan imbalan jasanya berupa bunga bagi
pemilik yang bersangkutan).
Selain itu, Alfred Marshall juga mengemukakan tentang paradoks nilai suatu barang
yang diterapkan pada kasus intan dan air yang menyempurnakan paradoks nilai suatu barang
yang dikemukakan oleh kaum klasik seperti Adam Smith dan David Ricardo. Dalam
kehidupan sehari-hari sering ditemukan keadaan yang berlawanan dengan pendapat umum
(paradoks). Menurut Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) nilai sebuah
barang merupakan nilai dalam penggunaan, sementara harga mewakili nilai dalam pertukaran
sehingga bila manfaat suatu barang sangat besar maka semakin tinggi nilainya.
Tetapi hal itu berlawanan jika digunakan dalam kasus air dan berlian. Kaum klasik
Adam Smith dan David Ricardo menjelaskan bahwa air sangat bermanfaat tetapi mempunyai
harga yang rendah karena biaya yang diperlukan untuk memperoleh air kecil atau tidak ada
sama sekali. Sebaliknya intan yang kurang bermanfaat bagi manusia nilainya sangat tinggi
karna dibutuhkan biaya yang besar untuk memperoleh intan tesebut, inti dari teori kaum
klasik faktor penentu adalah biaya.
Menurut kaum neoklasik nilai atau harga intan lebih tinggi dari nilai air bukan
karena biaya untuk mendapatkan intan lebih besar daripada untuk mendapakan air, melainkan
karena utilitas marginal (utilitas dari pengkonsumsian satu unit intan terakhir) yang besar.
Karena itu, orang mau menghargai intan lebih tinggi daripada air. Inti pandangan neoklasik
mengenai harga suatu barang yaitu ditentukan oleh marginal utility.
2. Teori Harga
Sumbangan yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai
merupakan sitetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik.
Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya
dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung sisi
penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan. Untuk
memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi ceteris paribus,
sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar
diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam
membahas kepuasan marjinal terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.
Seperti telah di jelaskan diatas, Menurut kaum klasik harga barang di tentukan oleh
besarnya pengorbanan untuk menghasilkan barang tersebut. Jadi yang menentukan harga
adalah sisi penawaran (produsen). Namun pendapat klasik teersebut di tentang oleh Jevons,
Menger dan Walras (tokoh-tokoh neoklasik). Mereka sepakat bahwa yang menentukan harga
adalah kondisi permintaan, atau kaum marginalis melihatnya dari sisi konsumen, yaitu dari
kepuasan marginal (marginal utility) pengkonsumsian satu unit barang terakhir.
“Harga terbentuk sebagai integrasi dua kekuatan pasar: penawaran dari pihak produsen dan
permintaan dari pihak konsumen”.
Selain itu ada juga kontribusi pemikiran Marshall tentang persamaan kuantitas
uang: Kebutuhan uang untuk transaksi ini berkembang secara proporsiaonal dengan tingkat
pendapatan nasional, seperti terlihat dalam model persamaan berikut :
Mt = k.Y
Y = Pendapatan nasional
Ciri lain dalam kerangka pemikiran Marshall ialah apa yang disebut sebagai
consumers’ surplus. Pengertian kata ini mencerminkan kelebihan kepuasan yang dinikmati
konsumen dalam arti : konsumen itu membeli barang dengan harga yang tingkatannya lebi
rendah, padahal konsumen itu sebenarnya bersedia untuk membayarnya dengan harga yang
lebih tinggi. Misalnya konsumen sedianya rela untuk membeli barang tertentu dengan harga
100 Rupiah. Dalam transaksi jual beli, ia harus membayar hanta Rp 75. Jumlah Rp 25 yang
ternyata tidak perlu dibayar merupakan semacam premi ataupun kelebihan kepuasan bagi
konsumen, yaitu consumers’ surplus yang dimaksud tadi. Sebaliknya juga bisa terjadi bahwa
dalam keadaan tertentu seorang produsen menikmati kelebihan kepuasan berupa producers’
surplus. Dalam perkembangan kemudian, oleh para pemikir ekonomi lazim digunakan
istilah-istilah consumers rent dan producers rent sebagai pengganti consumers surplus yang
semula digunakan oleh Alfred Marshall. Hal itu satu sama lain kiranya agar lebih sering
dengan land rent sebagai imbalan jasa bagi tanah dengan mutu lahan yang lebih tinggi
dibanding dengan tanah di batas yang masih dimanfaatkan dalam proses produksi.
Selain sintesis dan peranan yang berimbang antara biaya marginal dan paedah
marginal, serta consumers surplus dan producers surplus, sebagaimana diulas diatas, kini
harus disebut tentang konsep elastisitas yang berkaitan dengan sisi permintaan maupun
dengan sisi penawaran : elasticity of demand and elasticity of supply. Sehubungan dengan itu
juga tentang konsep substitusi (elasticity of subtitusion).
Mengenai sifat elastisistas pada permintaan, yang palin sering dihadapi sebagai
permasalahan ekonomi adalah elastisitas permintan (reaksinya) terhadap perubahan pada
pendapatan (income elasticity of demand). Perubahan perubahan itu dinyatakan dalam
persentase.
(Δq/q)/(Δp/p)
(Δq/q)/(Δy/y)
Dimana:
P (price) = harga
Y (income) = pendapatan
Mengenai sifat elastisitas pada sisi penawaran (elasticity of supply) terutama yang
menyangkut hubungan antara tingkat harga dan tingkat penawaran (jumlah yang ditawarkan)
dan pencerminan perubahan presentase pada tingkat penawaran (jumlah yang di tawarkan)
dibagi oleh perubahan presentase pada tingkat harga sehingga koefisien elastisitas (E) yang
bersangkutan dapat dirumuskan sebagai:
Tingkat perubahan pada jumlah itu dipengaruhi oleh dua faktor : dampak
pendapatan (income effect yang berkaitan dengan income elasticity of demand diatas) dan
dampak substitusi. Dampak substitusi ini bersangkut paut dengan hasrat perilaku konsumen
yang cenderung untuk membeli lebih banyak jenis barang yang harganya lebih murah,
dibandingkan dengan jumlah (yang lebih sedikit) dari jenis barang yang lebih mahal.
Senantiasa ada saat atau tahap ketika si pembeli memutuskan untuk mengganti (substitusi)
pembelian jenis barang mahal dengan pembelian jenis barang murah.
Alfred Mashall mengadakan perpaduan antara nilai subjektif pada faedah marginal
dengan unsure objektif yang melekat pada biaya marginal sekitar permasalahan mengenai
nilai dan harga serta distribusi pendapatan. Hal itu satu sama lain disimak dalam rangka
berlakunya hokum penawaran dan permintaan. Dalam kajiannya, dikembangkan konsep
elastisitas dan substitusi dan berdasarkan pola pendekatannya telah disusun suatu teori
ekulibrium yang bersifat parsial atau khusus (partial or particular equilibrium) tentang
penawaran dan permintaan serta perilaku konsumen.
Lazimnya dalam kalangan ilmuan dibidang ekonomi, kerangka dan pola pemikiran
Marshall dianggap bersifat teori tentang statistika ekonomi. Secara umum pengamatan
tersebut mungkin benar, begitu masalah-masalah ekonomi dalam jangka pendek. Namun
analisis Marshall dan spectrum tinjauannya mengandung cakrawala pandangan yang lebih
luas dari suatu kerangka lingkungan statistika semata-mata. Dalam gagasan Marshall, sudah
mulai ditujukan beberapa unsur dinamika, yang kelak oleh sejumlah pengarang yang
menyusul diandalkan (secara sadar atau tidak) sebagai benih-benih berharga dan bahan
ramuan dalam pengembangan berbagai teori tentang teori ekonomi.
Dalam kerangka analisis Marshall telah ikut dipertimbangkan arti dan peranan
faktor waktu dalam proses penyesuaian antara penawaran dan permintaan. Segi ini sangat
penting sebab seperti telah disinggung diatas dalam bagian mengenai elastisitas penawaran,
kemampuan dunia usaha dan caranya untuk menyesuaikan kegiatannya dengan perubahan
ekonomi sangat dipengaruhi oleh pendek tau panjangnya masa waktu yang tersedia untuk
melakukan penyesuaian yang diperlukan. Sehubungan dengan itu, oleh Marshall diadakan
pembedaan antara ekuilibrium sementara (temporary equilibrium), ekulibrium jangka
panjang (long run equilibrium)
Periode waktu paling pendek mnurut Marshall disebut dari “periode pasar.“ Segala
sesuatu yang dibawa kepasar harus dijual habis atau jika tidak, barang akan rusak dan
produksi tidak akan merespon perubahan harga. Dalam hal ini kurva penawaran akan menjadi
vertikal atau mendekati vertikal dan permintaan akan menentukan harga.
Dalam jangka pendek untuk merespon harga-harga yang lebih tinggi, perusahaan
dapat menambah jam kerja buruh dan peralatan yang tersedia. Namun peralatan dalam jangka
pendek tidak dapat dikembangkan, sehingga ada keterbatasan dari jumlah barang yang
ditawarkan. Setiap kenaikan permintaan akan mengakibatkan kenaikan dalam produksi, tetapi
sebagian dampaknya akan jatuh pada harga.
Jangka panjang adalah periode waktu yang membuat perusahaan dapat menambah
bangunan dan peralatan mereka. Dalam jangka panjang perusahaan dapat keluar masuk
industri. Karena itu, output dapat dengan mudah ditingkatkan dengan biaya yang kurang lebih
konstan, dan membuat kurva penawaran jangka panjang mendatar. Marshall menyimpulkan
bahwa dalam jangka pendek permintaan adalah determinan yang lebih penting dari harga
tetapi jika ada cukup waktu, maka penwaran atau biaya produksi yang akan menentukan
harga.
Akhirnya oleh Alfred Marshall telah juga diungkapkan bahwa persaingan sempurna
(perfect competition) dipasaran tidak selalu membawa hasil produksi yang maksimal. Dalam
hal adanya industri yang produksinya membawa faedah hasil yang semakin berkurang
(decreasing returns), bisa saja dengan pembatasan skala produksi akan diperoleh hasil yang
lebih besar, dibanding dengan tingkat produksi maksimal berdasarkan persaingan. Sebaliknya
dikala produksi dibeberapa jenis industri lain membawa faedah hasil yang semakin
bertambah (increasing returns) sudah masuk akal untuk terus meningkatkan produksinya.
Dalam hubungannya dengan semua ini ditunjukkan arti dan peranan elastisitas permintaan.
Banyak gagasan dan model analisis yang diperkenalkan oleh Marshall masih
menjadi basis bagi pendidikan sarjana di bidang mikroekonomi, khususnya dalam kuliah
pengantar ekonomi mikro. Marshall mempelajari pasar individu dalam isolasi, mengabaikan
dampak dari suatu pasar terhadap pasar lain, dan pada gilirannya dampak dari pasar lain ini
pada semua pasar. Hal ini membuat Marshall merupakan penemu analisis keseimbangan
parsial. Berlawanan dengan analisis ini adalah Leon Walras, yang mempelajari berbagai
hubungan timbal balik antar pasar dalam ekonomi, atau analisis keseimbangan umum.
Meskipun tidak selengkap dan menyeluruh sebagaimana analisis keseimbangan umum,
analisis keseimbangan parsial memiliki keuntungan karena lebih fokus pda masalah praktis
yang dihadapi oleh perusahaan dan industri tertentu
a. Sewa Tanah
Teori Sewa Tanah dari Marshall pada dasarnya sama dengan teori yang
dikemukakan oleh David Ricardo, dimana disebutkan bahwa “tinggi rendahnya sewa
tanah ditentukan oleh kesuburan tanah tersebut”. Selain itu tingkat pertumbuhan
penduduk dan kebutuhan akan pangan meningkat, untuk itu diperlukan tanah yang
subur untuk memproduksi tanaman yang bisa dijadikan bahan makanan, hal ini untuk
menambah cadangan pangan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, tanah yang subur sangat
dibutuhkan dan apabila tanhnya berkurang maka harganya akan meningkat.
b. Bunga Modal
Teori bunga modal dari Marshall berbunyi “bunga modal merupakan balas jasa,
karena si penabung terpaksa tidak dapat mengkonsumsi pada waktu sekarang. Jadi
bunga modal timbul karena pengorbanan menunggu selama beberapa waktu sebelum
jasa modal membuahkan imbalan jasanya berupa bunga.”
c. Upah Buruh
d. Laba Pengusaha
Net Interest
Gross Interest
Disamping Net Interset juga mencakup premi resiko dan ganti rugi untuk
kapasitas organisatorik. Laba merupakan ganti kerugian bagi faktor uncertainty
yang dihadapi pengusaha, hal ini berarti laba merupakan sesuatu yang diharapkan
bisa menjadi pengganti ketidakpastian yang dialami oleh pengusaha selama ia
menginvestasikan modalnya, karena untuk menutupi kerugian yang terjadi.
j) Harga produk substitusi dan kompetitif adalah tetap dan ekspektasi dan perdagangan
luar negeri tidak berubah
Robert Giffen membantu penyelesaian antara kaitan konsumsi dan pendapatan dengan
permintaannya terhadap barang-barang, sehingga ditemukan Giffen Paradox
Joan Robinson, ia mengkritik bahwa gejala rent sewa sama sekali tidak terbatas
hingga tanah apabila penwaran macam-macam faktor-faktor produksi untuk
masyarakat dipandang secara keseluruhan maka dimana-mana terdapat adanya rent
b. Teori Harga
Teori harga yang dicetuskan Marshall yaitu: Harga terbentuk sebagai integrasi dua
kekuatan pasar: penawaran dari pihak produsen dan permintaan dari pihak konsumen. Teori
ini sampai saat ini masih berlangsung. Dalam kenyataannya, harga akan terbentuk dengan
adanya penyatuan antara penawaran dari pihak konsumen dengan permintaan dari pihak
konsumen. Jika antara sisi penawaran telah bertemu dengan sisi permintaan, maka lahirlah
harga yang disepakati bersama yang disebut harga keseimbangan.
Sebaliknya juga bisa terjadi bahwa dalam keadaan tertentu seorang produsen
menikmati kelebihan kepuasan berupa producers’ surplus. Dimana produsen cenderung
menginkan cost (biaya produksi) kecil, agar mendapat laba maksimal.
Mengenai sifat elastisistas pada permintaan, yang paling sering dihadapi sebagai
permasalahan ekonomi adalah elastisitas permintan (reaksinya) terhadap perubahan pada
pendapatan (income elasticity of demand). Dari teori elastisitas permintaan diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa ketika terjadi perubahan pada pendapatan masyarakat, konsumsi
masyarakatpun cenderung meningkat. Oleh karena itu mengakibatkan harga barang
cenderung naik. Ini sebagai bukti bahwa teori elastisitas permintaan sampai saat ini masih
berlaku keabsahannya.
Mengenai sifat elastisitas pada sisi penawaran (elasticity of supply) terutama yang
menyangkut hubungan antara tingkat harga dan tingkat penawaran (jumlah yang ditawarkan).
Berbeda dengan teori elastisitas permintaan diatas, dalam teori elastisitas penawaan, jika
harga barang menurun, maka penawaran terhadap barang tersebut cenderung menurun pula.
Hal ini berhubungan dengan teori surplus konsumen. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
ketika harga barang turun, maka produsen (sebagai yang menawarkan barang) akan
mengurangi produksi sehingga jumlah barang yang ditawarkan menurun.
Sewa Tanah
Bunga Modal
Upah Buruh
Apabila harga upah dinaikkan maka biaya produksi akan meningkat, hal
ini menyebabkan harga meningkat. Teori ini sampai saat ini masih berlaku dalam
kegitan produksi. Dimana jika harga upah dinaikkan, maka biaya produksipun
meningkat. Sebagai akibat dari meningkatnya biaya produksi maka harga barang
(yang diproduksi) meningkat.
Laba Pengusaha
Laba diperoleh karena pengusaha harus menunggu sampai modal yang
diinvestasikannya telah menghasilkan keuntungan. Selain itu, Laba merupakan ganti
kerugian bagi faktor uncertainty (ketidakpastian) yang dihadapi pengusaha.
Dengan adanya teori ini, laba maksimum yang menjadi tujuan setiap
produsen dalam memproduksi suatu barang adalah hal yang lumrah dimana laba
merupakan hasil dari kelebihan penjualan dikurangi ongkos produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Joyo Hadi Kusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi .Yayasan Obor
Indonesia: Jakarta
Pressman, Steven. 2002. Lima Puluh Tokoh Pemikir Ekonomi. Murai Kencana Grafindo:
Jakarta
Skousen, Mark. 2006. Sejarah Pemikiran Ekonomi Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi
Modern. Prenada: Jakarta.