Anda di halaman 1dari 13

TEORI EKONOMI KEYNES

EKONOMI KEYNESIAN: adalah nama suatu teori ekonomi yang diambil dari
John Maynard Keynes, seorang ekonom Inggris yang hidup antara tahun 1883
sampai 1946. Beliau dikenal sebagai orang pertama yang mampu menjelaskan
secara sederhana penyebab dari Great Depression. Teori ekonominya berdasarkan
atas hipotesis siklus arus uang, yang mengacu pada ide bahwa peningkatan belanja
(konsumsi) dalam suatu perekonomian, akan meningkatkan pendapatan yang
kemudian akan mendorong lebih meningkatnya lagi belanja dan pendapatan. Teori
Keynes ini menelurkan banyak intervensi kebijakan ekonomi pada era terjadinya
Great Depression.

Pada Teori Keynes, konsumsi yang dilakukan oleh satu orang dalam perekonomian
akan menjadi pendapatan untuk orang lain pada perekonomian yang sama.
Sehingga apabila seorang membelanjakan uangnya, ia membantu meningkatkan
pendapatan orang lain. Siklus ini terus berlanjut dan membuat perekonomian dapat
berjalan secara normal. Ketika Great Depression melanda, masyarakat secara alami
bereaksi dengan menahan belanja dan cenderung menimbun uangnya. Hal ini
berdasarkan Teori Keynes akan mengakibatkan berhentinya siklus perputaran uang
dan selanjutnya membuat perekonomian lumpuh.

Solusi Keynes untuk menerobos hambatan pereknomian ini adalah dengan campur
tangan dari sektor publik dan pemerintah. Ia berpendapat bahwa pemerintah harus
campur tangan dalam peningkatan belanja masyarakat, baik dengan cara
meningkatkan suplai uang atau dengan melakukan pembelian barang dan jasa oleh
pemerintah sendiri. Selama terjadi Great Depression, hal ini bagaimanapun
merupakan solusi yang tidak populer. Namun demikian, belanja pertahanan
pemerintah yang dicanangkan oleh Presiden Franklin Delano Roosevelt membantu
pulihnya perekonomian Amerika Serikat.

Aliran Ekonomi Keynesian, menganjurkan supaya sektor publik ikut campur


tangan dalam meningkatkan perekonomian secara umum, dimana pendapat ini
bertentangan dengan pemikiran ekonomi yang populer saat itu – laizes-faire
capitalism (teori kapitalisme). Kapitalisme murni merupakan teori yang
menentang campur tangan sektor publik dan pemerintah dalam perekonomian.
Teori ini percaya bahwa pasar yang bebas campur tangan akan mencapai
keseimbangannya sendiri. Keynes berpendapat bahwa dalam perekonomian, fihak
swasta tidak sepenuhnya diberikan kekuasaan untuk mengelola perekonomian,
karena pada umumnya seperti yang dikatakan oleh pemikir beraliran sosialis, pihak
swasta bertujuan utama untuk mencari keuntungan untuk dirinya sendiri dan
apabila hal itu dibiarkan maka perekonomian akan menjadi tidak kondusif secara
keseluruhan. Oleh karena itu, agar kegiatan swasta dapat terjamin berada pada jalur
yang tepat, maka harus ada satu otoritas yang mengendalikan dan mengatur
perekonomian tersebut. Otoritas tersebut tentu saja adalah pemerintah.
Teori Keynes mengecam kebijakan pemerintah yang terlalu mendorong tabungan
dan tidak mendorong konsumsi. Keynes juga mendukung pendistribusian kekayaan
secara terkendali ketika diperlukan. Teori Keynes kemudian menyimpulkan bahwa
ada alasan pragmatis untuk pendistribusian kemakmuran: jika segment masyarakat
yang lebih miskin diberikan sejumlah uang, mereka akan cenderung
membelanjakannya daripada menyimpannya; yang kemudian mendorong
pertumbuhan ekonomi. Ide pokok dari teori Keynes ini adalah “PERANAN
PEMERINTAH”  yang tadinya diharamkan dalam Teori Ekonomi Klasik.  John
Meynard Keynes menjelaskan teori ekonominya dalam buku karangannya berjudul
“THE GENERAL THEORY OF EMPLOYMENT, INTEREST AND MONEY”

TEORI KONSUMSI, TABUNGAN, DAN INVESTASI


PRODUKSI, PENDAPATAN DAN PERMINTAAN ——–> GDP

Pergerakan aktifitas perkonomian dari tahun ke tahun ditentukan oleh 3 hal yang
dalam perekonomian makro saling berkaitan satu dengan lainnya; yaitu: Produksi,
Pendapatan dan Permintaan. Interaksi ketiganya dapat dinyatakan sebagai berikut:

 Perubahan permintaan untuk barang menyebabkan perubahan produksi


 Perubahan produksi menyebabkan perubahan pendapatan
 Perubahan pendapatan menyebabkan perubahan permintaan barang

PRODUK DOMESTIK BRUTO (Y) adalah jumlah nilai seluruh produksi barang


dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam jangka waktu tertentu.
Perhitungan pendapatan nasional dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan
yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran.
Dari segi pendekatan pengeluaran, Pendapatan Nasional adalah jumlah
pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh sektor di dalam suatu negara. Sektor-
sektor tersebut adalah sektor rumah tangga, sektor badan usaha, sektor
pemerintahan dan sektor perdagangan internasional. Pengeluaran sektor rumah
tangga dicerminkan oleh konsumsi masyarakat (C), pengeluaran sektor badan
usaha dicerminkan oleh investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan (I),
pengeluaran sektor pemerintah dicerminkan oleh pengeluaran pemerintahan (G),
sedangkan pengeluaran perdagangan dengan luar negeri tercermin dari selisih
antara ekspor dan impor Negara yang bersangkutan (X-M).

Analisa Pendapatan Nasional mempunyai 3 pendekatan model perekonomian


yaitu:

1. Perekonomian 2 sektor  (Rumah Tangga dan Badan Usaha)

Y  =  C  +  I
2. Perekonomian 3 sektor (Rumah Tangga, Badan Usaha, Pemerintah)

Y  =  C  +  I  +  G
Jumlah dari C, I dan G mencerminkan pembelian barang dan jasa oleh
konsumsi rumah tangga, badan usaha dan pemerintah. Untuk menentukan
pembelian barang dan jasa domestik, harus diketahui expor bersih atau net
export yaitu dengan mengurangkan Impor dan menambahkan Expor. Impor
merupakan pembelian barang dan jasa dari luar negeri oleh konsumen dan
perusahaan domestik, dan pemerintah. Ekspor merupakan pembelian barang
dan jasa domestik oleh pihak asing.

3. Perekonomian 4 sektor (Rumah Tangga, Badan Usaha, Pemerintah,


Perdagangan Internasional)

Pendapatan Disposabel (Yd) adalah pendapatan nasional yang secara nyata dapat
dibelanjakan oleh masyarakat, tidak termasuk didalamnya pendapatan pemerintah
seperti pajak, cukai dan sebagainya.

Variabel yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan disposabel:

1. Pajak (T)
merupakan variabel yang memperkecil pendapatan disposabel.
2. Pembayaran Alihan/Transfer Payment (R)
Pembayaran alihan merupakan pembayaran-pembayaran khusus pemerintah
kepada masyarakat yang sifatnya merupakan pembayaran ekstra atau
tunjangan, misalnya tunjangan pensiun, tunjangan hari raya, gaji ke-13, dll.

Berdasarkan ada tidaknya pajak (T) dan pembayaran alihan (R) di dalam
perekonomian suatu negara, besarnya pendapatan disposabel agregat dapat ditulis
dalam kalimat matematis sebagai berikut:

 Kondisi tidak terdapat pajak dan pembayaran alihan

Yd = Y
 Kondisi terdapat Pajak (T)
Yd = Y – T
 Kondisi hanya ada pembayaran alihan (Transfer)

Yd = Y + R
 Kondisi terdapat pajak dan pembayaran alihan (Transfer)

Yd = Y – T + R
Pendapatan disposabel merupakan variabel bebas dalam persamaan fungsi
konsumsi dan tabungan bukanlah pendapatan nasional.

Persamaan Fungsi Pendapatan adalah:

Yd = C + S
C  =  Konsumsi Agregat
S  =  Tabungan Agregat
Yd=  Pendapatan disposabel

Berdasarkan keterangan diatas, maka komposisi Produk Domestik Bruto suatu negara terdiri
dari Konsumsi, Investasi, Pengeluaran Pemerintah,

FUNGSI KONSUMSI (C)


Teori Konsumsi Keynes baru muncul pada saat masa Great Depression tahun
1929-1930. Seperti yang telah dijelaskan diatas, teori ini menentang teori lama,
yaitu teori ekonomi klasik. Teori ekonomi klasik menganut paham yang dicetuskan
oleh J.B. Say, “Supply creates its own demand”, Penawaran menciptakan
permintaannya sendiri. Keynes menolak pendapat yang membuat pemerintah yang
sebenarnya bisa membenahi dan menghentikan depresi, tidak berbuat apa-apa
karena teori ini.

Teori Konsumsi Keynes menyatakan bahwa

Pengeluaran seseorang untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh


pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak
tingkat konsumsinya pula, dan tingkat tabungannya pun akan semakin bertambah.
dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka seluruh
pendapatannya digunakan untuk konsumsi sehingga tingkat tabungannya nol.
Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara
tingkat konsumsi rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam perekonomian.

Teori Konsumsi Keynes terkenal dengan teori konsumsi dengan Hipotesis


Pendapatan Absolut (Absolute Income Hypothesis) yang pada intinya menjelaskan
bahwa konsumsi seseorang dan atau masyarakat secara absolut ditentukan oleh
tingkat pendapatan, kalau ada faktor lain yang juga menentukan, maka menurut
Keynes semuanya tidak terlalu berpengaruh.

Teori Konsumsi Keynes didasarkan pada 3 postulat, yaitu:

1. Konsumsi meningkat apabila pendapatan meningkat, akan tetapi besarnya


peningkatan konsumsi tidak akan sebesar peningkatan pendapatan, oleh
karenanya adanya batasan dari Keynes sendiri yaitu bahwa kecenderungan
mengkonsumsi marginal = MPC (Marginal Propensity to Consume) adalah
antara nol dan satu, dan pula besarnya perubahan konsumsi selalu diatas
50% dari besarnya perubahan pendapatan (0,5<MPC<1)
2. Rata-rata kecenderungan mengkonsumsi = APC (Avarage Propensity to
Consume). akan turun apabila pendapatan naik, karena peningkatan
pendapatan selalu lebih besar daripada peningkatan konsumsi, sehingga
sehingga pada setiap naiknya pendapatan pastilah akan memperbesar
tabungan. Dengan demikian dapat dibuatkan satu pernyataan lagi bahwa
setiap terjadi peningkatan pendapatan maka pastilah rata-rata kecenderungan
menabung akan semakin tinggi.
3. Bahwa pendapatan adalah merupakan determinan (faktor penentu utama)
dari konsumsi. Faktor lain dianggap tidak berarti.

Keynes menjelaskan bahwa konsumsi agregat sangat dipengaruhi oleh pendapatan


disposabel. Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung
dari tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi,
walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan
konsumsi otonomus. Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga
akan meningkat. Hanya saja tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.

Fungsi konsumsi Keynes dapat dijabarkan dengan rumus :

C = a + MPC (Yd)
dimana:

C      = Konsumsi agregat


a      = autonomous consumption (tingkat konsumsi minimal untuk bertahan hidup
walaupun pendapatan=0)
Yd    = Disposable Income; atau pendapatan yang siap dibelanjakan
              Pendapatan disposable menyesuaikan dengan keadaan perekonomian yang
dianalisa. Apabila kondisi
perekonomian tidak terdapat pajak dan transfer pemerintah maka Yd = Y. Namun
Yd menjadi Y – T ketika dalam
perekonomian terdapat pajak, dan menjadi Y – T + R ketika terdapat pajak dan
transfer pemerintah.
MPC =  Marginal Prospensity to Consume  = angka yang menunjukkan besaran
perubahan konsumsi sebagai respon terhadap
kenaikan disposable income. Angka yang dihasilkan dari perubahan konsumsi
dibagi perubahan disposable income karena perubahan konsumsi

 Tingkat konsumsi masyarakat dalam suatu perekonomian berbeda-beda pada


tingkat pendapatan nasional yang berbeda. Misalnya, suatu negara pada suatu
waktu memiliki tingkat pendapatan nasional sebesar 200, dengan tingkat konsumsi
sebesar 150. Ketika perekonomian negara tersebut tumbuh dan pendapatan
nasionalnya menjadi 250,  tingkat konsumsi menjadi 230. Untuk dapat menentukan
fungsi konsumsi pada dua tingkat pendapatan nasional yang berbeda dibutuhkan
variabel APC (Average Prospensity to Consume). Yang dimaksud dengan
average propensity to consume ialah perbandingan antara besarnya konsumsi pada
suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya tingkat pendapatan nasional

dalam perekonomian itu sendiri di waktu yang berbeda.

Cn    =    Tingkat konsumsi pada tingkat pendapatan nasional sebesar n


Yn    =    Tingkat disposable income pada tingkat pendapatan nasional sebesar n

CONTOH PERHITUNGAN:
Suatu negara memiliki data-data sebagai berikut:

1. Pada tingkat pendapatan nasional per tahunnya sebesar Rp. 40 milyar, besarnya
konsumsi sebesar Rp. 36 milyar per tahun.
2. Pada tingkat pendapatan nasional sebesar Rp. 120 milyar per tahun, besarnya
konsumsi per tahunnya Rp. 100 milyar.

Y1 = 40                                              MPC   =     60/80      =  0,75


Y2 = 120                                           APC1  =     36/40       =  0,9
C1 = 36                                             APC2  =     96/120     =  0,8
C2 = 96
Ada beberapa cara untuk menentukan fungsi konsumsi dalam persoalan diatas. Salah satunya
dengan menggunakan rumus persamaan garis yang melalui dua titik. Dimana apabila
digambarkan dalam diagram, kondisi perekonomian negara tersebut diatas adalah seperti
dibawah ini:

PERHITUN
GAN:

  C = a + MPC(Y)
36 = a + 0,75 x 40
a = 36 – 30
a =  6
Fungsi konsumsi negara tersebut :   C  =  6 + 0,75Y

Kondisi Breakeven dimana konsumsi sama dengan tingkat pendapatan disposabel:


C   =   Y
C   =  6 + 0,75C
0,25C  =6
C      =    24
Pada tingkat konsumsi dan pendapatan nasional sebesar 24 miliar tercapai C = Y
Faktor-Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi:

1. TINGKAT PENDAPATAN DAN KEKAYAAN MASYARAKAT; yaitu tingkat


pendapatan masyarakat yang dapat digunakan baik untuk konsumsi maupun tabungan,
dan fungsi dari ketiganya dapat terbentuk.
2. BUDAYA, GAYA HIDUP, SELERA KONSUMEN; setiap orang memiliki
keinginan yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya dan mencapai kepuasan. Hal
ini mempengaruhi tingkat dan pola konsumsi secara agregat dalam suatu
perekonomian.
3. HARGA BARANG DAN JASA; hal ini sangat erat berkaitan dengan elastisitas setiap
barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Seberapa besar perubahan harga akan
mempengaruhi tingkat permintaan terhadap barang dan jasa tersebut berbeda-beda
antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.
4. TINGKAT PENDIDIKAN; pendidikan membentuk karakter pribadi yang secara
agregat akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat dalam suatu negara.
5. JUMLAH PENDUDUK; semakin besar jumlah penduduk suatu negara, semakin
besar jumlah konsumsi dan produksi negara tersebut.
6. LINGKUNGAN DAN MEDIA; seberapa besar masyarakat suatu negara atau
perekonomian dipengaruhi oleh sikap dan perilaku masyarakat lain disekitarnya.
Bagaimana lingkungan mempengaruhi selera masyarakat merupakan satu hal yang
sangat mempengaruhi pola konsumsi.

FUNGSI TABUNGAN (S)


Tabungan nasional (national saving) dapat didefinisikan sebagai pendapatan total
dalam perekonomian yang tersisa setelah dipakai untuk pengeluaran pemerintah
dan konsumsi. Dalam suatu negara, investasi domestik dapat dibiayai oleh
tabungan nasional dan pinjaman dari luar negeri. Total dana yang tersedia untuk
membiayai investasi (I) sama dengan tabungan nasional (S+(T-G)) ditambah
dengan pinjaman dari luar negeri (X-M).

Tabungan merupakan sisa pendapatan yang tidak dibelanjakan oleh konsumen.


Menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan
tergantung kepada tinggi rendahnya suku bunga.  Ia terutama tergantung  kepada
besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga itu.  Makin besar jumlah
pendapatannya yang diterima oleh suatu rumah tangga, makin besar pula jumlah
tabungan yang akan dilakukan olehnya.  Apabila jumlah pendapatan rumah tangga
itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang cukup besar dalam
suku bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti keatas jumlah
tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga itu.  Ini berarti, menurut
pendapat Keynes, jumlah pendapatan yang diterima rumah tangga-dan bukan suku
bunga yang menjadi penentu utama dari jumlah tabungan yang akan dilakukan
oleh rumah tangga.
Hal ini berbeda dengan pandangan klasik yang menyatakan bahwa tabungan
ditentukan oleh besarnya bunga dalam perekonomian. Keynes berpendapat bahwa
Tabungan merupakan salah satu sebab seseorang menahan uangnya dan tidak
membelanjakan untuk konsumsi.

Pada fungsi tabungan (saving) dikenal istilah MPS = Marginal Prospensity to


Saving yaitu perbandingan antara perubahan pendapatan disposabel dengan
perubahan jumlah tabungan.

Sedangkan Avarage Prospensity to Consume APS adalah perbandingan antara


tingkat tabungan dengan tingkat pendapatan.

Fungsi Tabungan adalah semua pendapatan setelah dikurangi dengan konsumsi.


Pada perekonomian yang lebih luas pengurang pendapatan lebih banyak, seperti
pajak dan lain-lain. Fungsi tabungan secara matematis dapat di rumuskan sebagai
berikut:

S = Yd – C dimana

S  =  Tingkat tabungan agregat


Y  =  Tingkat pendapatan
C  =  Tingkat konsumsi

Sementara kita ketahui diatas bahwa C = a + MPC(Yd) maka:

S = Y – (a + MPC(Yd)
S = Y – a – MPC(Yd)
pada perekonomian 2 sektor dimana Yd = Y maka,
S = –a + Y – MPC(Y)

S = –a + (1 – MPC)Yd
S            = Tabungan agregat
a            = autonomous Income
MPC       = Marginal Propensity to Consume
1—MPC  = MPS (Marginal Prospensity to Saving)
Yd          = Pendapatan disposable

CONTOH PERHITUNGAN:

FUNGSI INVESTASI (I)


Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi agregat

1. Pengaruh Nilai Tukar


Perubahan nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak pasti).
Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada
investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut
akan berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran
domestik. sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik
akan mendorong ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan
tersebut.
2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan
untuk berinvestasi. Pada kegiatan produksi, pengolahan barang-barang
modal atau bahan baku produksi memerlukan modal (input) lain untuk
menghasilkan output / barang final.
3. Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan
karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek
investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi
rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi
tentang harga-harga relatif.  Menurut Greene dan Pillanueva, tingkat inflasi
yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi
makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan
kebijakan ekonomi makro. Dengan demikian tingkat inflasi domestik juga
berpengaruh pada investasi secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada
tingkat bunga domestik.
4. Infrastruktur
Banyak negara di dunia, mengundang investor guna berpartisipasi
menanamkan modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan tol,
sumber energi listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain. Partisipasi
tersebut dapat berupa pembiayaan dalam mata uang rupiah atau mata uang
asing. Pembangunan kembali infrastruktur tampaknya menjadi satu
alternatif pilihan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka
menanggulangi krisis, Dengan infrastruktur yang memadai, efisiensi yang
dicapai oleh dunia usaha akan makin besar dan investasi yang didapat
semakin meningkat.
5. Pemerintah
Pengeluaran pemerintah disini adalah meliputi semua pembelian barang dan
jasa yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah sebagai salah satu
pelaku ekonomi yang memiliki tujuan untuk mendukung kegiatan roda
perekonomian agar berjalan lebih baik dan bersemangat. Peran pemerintah
seperti dikemukakan oleh Keynes sering kali diperlukan untuk mendorong
pertumbuhan perekonomian.

Permintaan akan investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Jika investasi
dilambangkan dengan huruf I dan tingkat bunga dilambangkan dengan huruf i,
maka secara umum fungsi permintaan akan investasi dapat dituliskan :

I   = Investasi
I0  = Investasi otonom
i   = Tingkat bunga
p  = proporsi I terhadap i

Permintaan akan investasi berbanding terbalik dengan tingkat bunga. Dengan


logika ekonomi hal ini sangat mudah dipahami. Apabila tingkat bunga tinggi,
orang akan lebih senang menyimpan uangnya di bank daripada
menginvestasikannya, sebab hasil harapan (expected return) yang akan diperoleh
dari bunga bank lebih besar daripada hasil harapan yang akan diterima dari
penanaman modal, akibatnya permintaan akan investasi berkurang. Tingginya
bunga mencerminkan pula mahalnya kredit, sehingga mengurangi gairah investasi
dikalangan pengusaha. Hal sebaliknya terjadi jika tingkat bunga rendah.

FUNGSI IMPOR (S)

Impor suatu negara merupakan fungsi dari pendapatan nasionalnya, dan cenderung
berkorelasi positif. Semakin besar pendapatan nasional suatu negara, semakin
besar pula kebutuhan atau hasratnya akan barang-barang dari luar negeri, sehingga
nilai impornya semakin besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi impor antara lain:

1. Kekurangan produksi; suatu negara yang memiliki kebutuhan akan suatu


barang dan jasa melebihi kemampuan produksi agregatnya akan melakukan
impor barang.
2. Stabilitas harga; suatu perekonomian yang sudah mampu memenuhi
kebutuhan sendiri dengan produksi agregatnya, membutuhkan impor ketika
terjadi fluktuasi harga pada barang dan jasa tertentu, terutama produk
pertanian yang suplainya tergantung pada musim panen.
3. Ongkos produksi; suatu perekonomian yang belum memiliki teknologi dan
faktor produksinya terbatas akan mengimpor barang dan jasa karena ongkos
produksi apabila diproduksi didalam negeri akan jauh lebih tinggi dari pada
impor.
4. Komponen Barang dan Jasa; Suatu perekonomian yang sedang berkembang,
memiliki kebutuhan akan impor barang untuk memproduksi suatu barang
yang belum semua komponennya dapat dibuat sendiri, sementara barang
tersebut sudah menjadi kebutuhan dalam masyarakat perekonomian
tersebut.
5. Barang modal; terutama untuk perekonomian yang sedang berkembang,
membutuhkan barang-barang modal untuk menghasilkan produk-produk
yang menjadi kebutuhan perekonomian tersebut.

Persamaan fungsi impor:

FUNGSI PERMINTAAN UANG

Sebab seseorang menahan uang menurut Keynes adalah:

1. Motif transaksi (transaction motive), motif ini timbul karena uang


digunakan untuk melakukan pembayaran secara reguler terhadap transaksi
yang dilakukan. Besarnya permintaan uang untuk tujuan transaksi ini
ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan (MDt = f(Y), artinya semakin
besar tingkat pendapatan yang dihasilkan, maka jumlah uang diminta untuk
transaksi juga mengalami peningkatan demikian sebaliknya.
2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive), selain untuk membiayai
transaksi, maka uang diminta pula oleh masyarakat untuk keperluan di masa
mendatang yang sifatnya berjaga-jaga. Besarnya permintaan uang untuk
berjaga-jaga ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan pula. Semakin
besar tingkat pendapatan permintaan uang untuk berjaga-jaga pun semakin
besar. MDp = f(Y).
3. Motif spekulasi (speculation motive), pada suatu sistem ekonomi modern
diman lembaga keuangan masyarakat sudah mengalami perkembangan yang
sangat pesat mendorong masyarakatnya untuk menggunakan uangnya bagi
kegiatan spekulasi, yaitu disimpan atau digunakan untuk membeli surat-
surat berharga, seperti obligasi pemerintah, saham, atau instrumen lainnya.
Faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan uang dengan motif ini
adalah besarnya suku bunga, dividen surat-surat berharga, ataupun capital
gain, fungsi permintaannya adalah MDs = f(i).Kurva IS adalah kurva yang
menunjukkan keseimbangan antara pendapatan nasional dan tingkat bunga
di pasar barang. Untuk model perekonomian sederhana (dua sektor),
persamaan kurva IS dapat dibentuk dengan menyamakan persamaan
investasi (I) terhadap persamaan tabungan (S).

CONTOH

Suatu perekonomian memiliki fungsi konsumsi C = 500 + 0,8Y dan fungsi


investasi I = 2000 – 5000i

fungsi tabungan dengan C = 500 + 0,8Y adalah S =  -500 + 0,2Y dan fungsi I =
2000 – 5000i

I    =    S
2000 – 5000i = –500 + 0,20Y
2500 – 5000i  = 0,20Y
Y  =  12.500 – 25.000i

Anda mungkin juga menyukai