EKONOMI KEYNESIAN: adalah nama suatu teori ekonomi yang diambil dari John
Maynard Keynes, seorang ekonom Inggris yang hidup antara tahun 1883 sampai 1946. Beliau
dikenal sebagai orang pertama yang mampu menjelaskan secara sederhana penyebab dari Great
Depression. Teori ekonominya berdasarkan atas hipotesis siklus arus uang, yang mengacu pada
ide bahwa peningkatan belanja (konsumsi) dalam suatu perekonomian, akan meningkatkan
pendapatan yang kemudian akan mendorong lebih meningkatnya lagi belanja dan pendapatan.
Teori Keynes ini menelurkan banyak intervensi kebijakan ekonomi pada era terjadinya Great
Depression. http://www.wisegeek.org/what-is-keynesian-economics.htm
Pada Teori Keynes, konsumsi yang dilakukan oleh satu orang dalam perekonomian akan
menjadi pendapatan untuk orang lain pada perekonomian yang sama. Sehingga apabila seorang
membelanjakan uangnya, ia membantu meningkatkan pendapatan orang lain. Siklus ini terus
berlanjut dan membuat perekonomian dapat berjalan secara normal. Ketika Great Depression
melanda, masyarakat secara alami bereaksi dengan menahan belanja dan cenderung menimbun
uangnya. Hal ini berdasarkan Teori Keynes akan mengakibatkan berhentinya siklus perputaran
uang dan selanjutnya membuat perekonomian lumpuh.
Solusi Keynes untuk menerobos hambatan pereknomian ini adalah dengan campur tangan
dari sektor publik dan pemerintah. Ia berpendapat bahwa pemerintah harus campur tangan dalam
peningkatan belanja masyarakat, baik dengan cara meningkatkan suplai uang atau dengan
melakukan pembelian barang dan jasa oleh pemerintah sendiri. Selama terjadi Great Depression,
hal ini bagaimanapun merupakan solusi yang tidak populer. Namun demikian, belanja
pertahanan pemerintah yang dicanangkan oleh Presiden Franklin Delano Roosevelt membantu
pulihnya perekonomian Amerika Serikat.
Aliran Ekonomi Keynesian, menganjurkan supaya sektor publik ikut campur tangan
dalam meningkatkan perekonomian secara umum, dimana pendapat ini bertentangan dengan
pemikiran ekonomi yang populer saat itu laizes-faire capitalism (teori kapitalisme).
Kapitalisme murni merupakan teori yang menentang campur tangan sektor publik dan
pemerintah dalam perekonomian. Teori ini percaya bahwa pasar yang bebas campur tangan akan
mencapai keseimbangannya sendiri. Keynes berpendapat bahwa dalam perekonomian, fihak
swasta tidak sepenuhnya diberikan kekuasaan untuk mengelola perekonomian, karena pada
umumnya seperti yang dikatakan oleh pemikir beraliran sosialis, pihak swasta bertujuan utama
untuk mencari keuntungan untuk dirinya sendiri dan apabila hal itu dibiarkan maka
perekonomian akan menjadi tidak kondusif secara keseluruhan. Oleh karena itu, agar kegiatan
swasta dapat terjamin berada pada jalur yang tepat, maka harus ada satu otoritas yang
mengendalikan dan mengatur perekonomian tersebut. Otoritas tersebut tentu saja adalah
pemerintah.
Teori Keynes mengecam kebijakan pemerintah yang terlalu mendorong tabungan dan
tidak mendorong konsumsi. Keynes juga mendukung pendistribusian kekayaan secara terkendali
ketika diperlukan. Teori Keynes kemudian menyimpulkan bahwa ada alasan pragmatis untuk
pendistribusian kemakmuran: jika segment masyarakat yang lebih miskin diberikan sejumlah
uang, mereka akan cenderung membelanjakannya daripada menyimpannya; yang kemudian
mendorong pertumbuhan ekonomi. Ide pokok dari teori Keynes ini adalah PERANAN
PEMERINTAH yang tadinya diharamkan dalam Teori Ekonomi Klasik. John Meynard
Keynes menjelaskan teori ekonominya dalam buku karangannya berjudul THE GENERAL
THEORY OF EMPLOYMENT, INTEREST AND MONEY
Pergerakan aktifitas perkonomian dari tahun ke tahun ditentukan oleh 3 hal yang dalam
perekonomian makro saling berkaitan satu dengan lainnya; yaitu: Produksi, Pendapatan dan
Permintaan. Interaksi ketiganya dapat dinyatakan sebagai berikut:
PRODUK DOMESTIK BRUTO (Y) adalah jumlah nilai seluruh produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan pendapatan nasional
dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan
pendapatan dan pendekatan pengeluaran. Dari segi pendekatan pengeluaran, Pendapatan
Nasional adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh sektor di dalam suatu negara.
Sektor-sektor tersebut adalah sektor rumah tangga, sektor badan usaha, sektor pemerintahan dan
sektor perdagangan internasional. Pengeluaran sektor rumah tangga dicerminkan oleh konsumsi
masyarakat (C), pengeluaran sektor badan usaha dicerminkan oleh investasi yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan (I), pengeluaran sektor pemerintah dicerminkan oleh pengeluaran
pemerintahan (G), sedangkan pengeluaran perdagangan dengan luar negeri tercermin dari selisih
antara ekspor dan impor Negara yang bersangkutan (X-M).
Y = C + I
2. Perekonomian 3 sektor (Rumah Tangga, Badan Usaha, Pemerintah)
Y = C + I + G
Jumlah dari C, I dan G mencerminkan pembelian barang dan jasa oleh konsumsi
rumah tangga, badan usaha dan pemerintah. Untuk menentukan pembelian barang dan
jasa domestik, harus diketahui expor bersih atau net export yaitu dengan mengurangkan
Impor dan menambahkan Expor. Impor merupakan pembelian barang dan jasa dari luar
negeri oleh konsumen dan perusahaan domestik, dan pemerintah. Ekspor merupakan
pembelian barang dan jasa domestik oleh pihak asing.
Pendapatan Disposabel (Yd) adalah pendapatan nasional yang secara nyata dapat dibelanjakan
oleh masyarakat, tidak termasuk didalamnya pendapatan pemerintah seperti pajak, cukai dan
sebagainya.
http://www.docstoc.com/docs/78472550/Contoh-Makalah-Matematika-Ekonomi
1. Pajak (T)
merupakan variabel yang memperkecil pendapatan disposabel.
Berdasarkan ada tidaknya pajak (T) dan pembayaran alihan (R) di dalam perekonomian suatu
negara, besarnya pendapatan disposabel agregat dapat ditulis dalam kalimat matematis sebagai
berikut:
Yd = Y T
Yd = Y + R
Yd = Y T + R
Pendapatan disposabel merupakan variabel bebas dalam persamaan fungsi konsumsi dan
tabungan bukanlah pendapatan nasional.
Yd = C + S
C = Konsumsi Agregat
S = Tabungan Agregat
Yd= Pendapatan disposabel
Berdasarkan keterangan diatas, maka komposisi Produk Domestik Bruto suatu negara terdiri dari
Konsumsi, Investasi, Pengeluaran Pemerintah,
Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi
rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam perekonomian.
Teori Konsumsi Keynes terkenal dengan teori konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Absolut
(Absolute Income Hypothesis) yang pada intinya menjelaskan bahwa konsumsi seseorang dan
atau masyarakat secara absolut ditentukan oleh tingkat pendapatan, kalau ada faktor lain yang
juga menentukan, maka menurut Keynes semuanya tidak terlalu berpengaruh.
3. Bahwa pendapatan adalah merupakan determinan (faktor penentu utama) dari konsumsi.
Faktor lain dianggap tidak berarti.
Keynes menjelaskan bahwa konsumsi agregat sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel.
Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung dari tingkat pendapatan.
Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan
nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus. Jika pendapatan disposabel meningkat,
maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja tidak sebesar peningkatan pendapatan
disposabel.
C = a + MPC (Yd)
dimana:
C = Konsumsi agregat
a = autonomous consumption (tingkat konsumsi minimal untuk bertahan hidup walaupun
pendapatan=0)
Yd = Disposable Income; atau pendapatan yang siap dibelanjakan
Pendapatan disposable menyesuaikan dengan keadaan perekonomian yang dianalisa.
Apabila kondisi
perekonomian tidak terdapat pajak dan transfer pemerintah maka Yd = Y. Namun Yd
menjadi Y T ketika dalam
perekonomian terdapat pajak, dan menjadi Y T + R ketika terdapat pajak dan transfer
pemerintah.
MPC = Marginal Prospensity to Consume = angka yang menunjukkan besaran perubahan
konsumsi sebagai respon terhadap
kenaikan disposable income. Angka yang dihasilkan
dari perubahan konsumsi
dibagi perubahan disposable income karena perubahan
konsumsi
Tingkat konsumsi masyarakat dalam suatu perekonomian berbeda-beda pada tingkat pendapatan
nasional yang berbeda. Misalnya, suatu negara pada suatu waktu memiliki tingkat pendapatan
nasional sebesar 200, dengan tingkat konsumsi sebesar 150. Ketika perekonomian negara
tersebut tumbuh dan pendapatan nasionalnya menjadi 250, tingkat konsumsi menjadi 230.
Untuk dapat menentukan fungsi konsumsi pada dua tingkat pendapatan nasional yang berbeda
dibutuhkan variabel APC (Average Prospensity to Consume). Yang dimaksud dengan average
propensity to consume ialah perbandingan antara besarnya konsumsi pada suatu tingkat
pendapatan nasional dengan besarnya tingkat pendapatan nasional dalam perekonomian itu
CONTOH PERHITUNGAN:
Suatu negara memiliki data-data sebagai berikut:
1. Pada tingkat pendapatan nasional per tahunnya sebesar Rp. 40 milyar, besarnya konsumsi
sebesar Rp. 36 milyar per tahun.
2. Pada tingkat pendapatan nasional sebesar Rp. 120 milyar per tahun, besarnya konsumsi
per tahunnya Rp. 100 milyar.
Y1 = 40 MPC = 60/80 = 0,75
Y2 = 120 APC1 = 36/40 = 0,9
C1 = 36 APC2 = 96/120 = 0,8
C2 = 96
Ada beberapa cara untuk menentukan fungsi konsumsi dalam persoalan diatas. Salah satunya
dengan menggunakan rumus persamaan garis yang melalui dua titik. Dimana apabila
digambarkan dalam diagram, kondisi perekonomian negara tersebut diatas adalah seperti
dibawah ini:
PERHITUNGA
N:
C = a + MPC(Y)
36 = a + 0,75 x 40
a = 36 30
a= 6
Fungsi konsumsi negara tersebut : C = 6 + 0,75Y
3. HARGA BARANG DAN JASA; hal ini sangat erat berkaitan dengan elastisitas setiap
barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Seberapa besar perubahan harga akan
mempengaruhi tingkat permintaan terhadap barang dan jasa tersebut berbeda-beda antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.
5. JUMLAH PENDUDUK; semakin besar jumlah penduduk suatu negara, semakin besar
jumlah konsumsi dan produksi negara tersebut.
Tabungan merupakan sisa pendapatan yang tidak dibelanjakan oleh konsumen. Menurut Keynes,
besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung kepada tinggi rendahnya
suku bunga. Ia terutama tergantung kepada besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga
itu. Makin besar jumlah pendapatannya yang diterima oleh suatu rumah tangga, makin besar
pula jumlah tabungan yang akan dilakukan olehnya. Apabila jumlah pendapatan rumah tangga
itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang cukup besar dalam suku bunga
tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti keatas jumlah tabungan yang akan dilakukan
oleh rumah tangga itu. Ini berarti, menurut pendapat Keynes, jumlah pendapatan yang diterima
rumah tangga-dan bukan suku bunga yang menjadi penentu utama dari jumlah tabungan yang
akan dilakukan oleh rumah tangga.
Hal ini berbeda dengan pandangan klasik yang menyatakan bahwa tabungan ditentukan oleh
besarnya bunga dalam perekonomian. Keynes berpendapat bahwa Tabungan merupakan salah
satu sebab seseorang menahan uangnya dan tidak membelanjakan untuk konsumsi.
Pada fungsi tabungan (saving) dikenal istilah MPS = Marginal Prospensity to Saving yaitu
perbandingan antara perubahan pendapatan disposabel dengan perubahan jumlah tabungan.
Sedangkan Avarage Prospensity to Consume APS adalah perbandingan antara tingkat tabungan
dengan tingkat pendapatan.
Fungsi Tabungan adalah semua pendapatan setelah dikurangi dengan konsumsi. Pada
perekonomian yang lebih luas pengurang pendapatan lebih banyak, seperti pajak dan lain-lain.
Fungsi tabungan secara matematis dapat di rumuskan sebagai berikut:
S = Yd C dimana
S = Y (a + MPC(Yd)
S = Y a MPC(Yd)
pada perekonomian 2 sektor dimana Yd = Y maka,
S = a + Y MPC(Y)
S = a + (1 MPC)Yd
S = Tabungan agregat
a = autonomous Income
MPC = Marginal Propensity to Consume
1MPC = MPS (Marginal Prospensity to Saving)
Yd = Pendapatan disposable
CONTOH PERHITUNGAN:
3. Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena
tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam
jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal
serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Menurut Greene dan
Pillanueva, tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan
roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan
kebijakan ekonomi makro. Dengan demikian tingkat inflasi domestik juga berpengaruh
pada investasi secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada tingkat bunga domestik.
4. Infrastruktur
Banyak negara di dunia, mengundang investor guna berpartisipasi menanamkan
modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan tol, sumber energi listrik, sumber
daya air, pelabuhan, dan lain-lain. Partisipasi tersebut dapat berupa pembiayaan dalam
mata uang rupiah atau mata uang asing. Pembangunan kembali infrastruktur tampaknya
menjadi satu alternatif pilihan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka
menanggulangi krisis, Dengan infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh
dunia usaha akan makin besar dan investasi yang didapat semakin meningkat.
5. Pemerintah
Pengeluaran pemerintah disini adalah meliputi semua pembelian barang dan jasa yang
dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi yang
memiliki tujuan untuk mendukung kegiatan roda perekonomian agar berjalan lebih baik
dan bersemangat. Peran pemerintah seperti dikemukakan oleh Keynes sering kali
diperlukan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian.
Permintaan akan investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Jika investasi dilambangkan
dengan huruf I dan tingkat bunga dilambangkan dengan huruf i, maka secara umum fungsi
Permintaan akan investasi berbanding terbalik dengan tingkat bunga. Dengan logika ekonomi hal
ini sangat mudah dipahami. Apabila tingkat bunga tinggi, orang akan lebih senang menyimpan
uangnya di bank daripada menginvestasikannya, sebab hasil harapan (expected return) yang akan
diperoleh dari bunga bank lebih besar daripada hasil harapan yang akan diterima dari penanaman
modal, akibatnya permintaan akan investasi berkurang. Tingginya bunga mencerminkan pula
mahalnya kredit, sehingga mengurangi gairah investasi dikalangan pengusaha. Hal sebaliknya
terjadi jika tingkat bunga rendah.
Impor suatu negara merupakan fungsi dari pendapatan nasionalnya, dan cenderung berkorelasi
positif. Semakin besar pendapatan nasional suatu negara, semakin besar pula kebutuhan atau
hasratnya akan barang-barang dari luar negeri, sehingga nilai impornya semakin besar. Faktor-
faktor yang mempengaruhi impor antara lain:
1. Kekurangan produksi; suatu negara yang memiliki kebutuhan akan suatu barang dan jasa
melebihi kemampuan produksi agregatnya akan melakukan impor barang.
2. Stabilitas harga; suatu perekonomian yang sudah mampu memenuhi kebutuhan sendiri
dengan produksi agregatnya, membutuhkan impor ketika terjadi fluktuasi harga pada
barang dan jasa tertentu, terutama produk pertanian yang suplainya tergantung pada
musim panen.
3. Ongkos produksi; suatu perekonomian yang belum memiliki teknologi dan faktor
produksinya terbatas akan mengimpor barang dan jasa karena ongkos produksi apabila
diproduksi didalam negeri akan jauh lebih tinggi dari pada impor.
4. Komponen Barang dan Jasa; Suatu perekonomian yang sedang berkembang, memiliki
kebutuhan akan impor barang untuk memproduksi suatu barang yang belum semua
komponennya dapat dibuat sendiri, sementara barang tersebut sudah menjadi kebutuhan
dalam masyarakat perekonomian tersebut.
1. Motif transaksi (transaction motive), motif ini timbul karena uang digunakan untuk
melakukan pembayaran secara reguler terhadap transaksi yang dilakukan. Besarnya
permintaan uang untuk tujuan transaksi ini ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan
(MDt = f(Y), artinya semakin besar tingkat pendapatan yang dihasilkan, maka jumlah
uang diminta untuk transaksi juga mengalami peningkatan demikian sebaliknya.
2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive), selain untuk membiayai transaksi, maka uang
diminta pula oleh masyarakat untuk keperluan di masa mendatang yang sifatnya berjaga-
jaga. Besarnya permintaan uang untuk berjaga-jaga ditentukan oleh besarnya tingkat
pendapatan pula. Semakin besar tingkat pendapatan permintaan uang untuk berjaga-jaga
pun semakin besar. MDp = f(Y).
3. Motif spekulasi (speculation motive), pada suatu sistem ekonomi modern diman lembaga
keuangan masyarakat sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat mendorong
masyarakatnya untuk menggunakan uangnya bagi kegiatan spekulasi, yaitu disimpan atau
digunakan untuk membeli surat-surat berharga, seperti obligasi pemerintah, saham, atau
instrumen lainnya. Faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan uang dengan motif
ini adalah besarnya suku bunga, dividen surat-surat berharga, ataupun capital gain, fungsi
permintaannya adalah MDs = f(i).
ANALISIS ISLM
Kurva IS adalah kurva yang menunjukkan keseimbangan antara pendapatan nasional dan
tingkat bunga di pasar barang. Untuk model perekonomian sederhana (dua sektor), persamaan
kurva IS dapat dibentuk dengan menyamakan persamaan investasi (I) terhadap persamaan
tabungan (S).
CONTOH
Suatu perekonomian memiliki fungsi konsumsi C = 500 + 0,8Y dan fungsi investasi I = 2000
5000i
fungsi tabungan dengan C = 500 + 0,8Y adalah S = -500 + 0,2Y dan fungsi I = 2000 5000i
I = S
2000 5000i = 500 + 0,20Y
2500 5000i = 0,20Y
Y = 12.500 25.000i
Pendahuluan
Inti teori Keynes pada pendapatnya terhadap ketiga pasar ini (plus pasar luar negeri pada
perekonomian terbuka) adalah masing-masing pasar saling kait mengait .
Mengetahui proses keseimbangan di suatu pasar atau di masing-masing pasar tidak cukup
mengetahui proses makro secara lengkap.
Setiap perubahan situasi makro harus dikaji dalam kerangka proses keseimbangan umum
tersebut.
Pasar Uang
Di pasar uang, penawaran akan uang bertemu dengan permintaan akan uang, dan
pertemuan tersebut merupakan penentu "harga/nilai" dari uang.
Menurut Keynes, harga uang adalah harga yang harus dibayar untuk penggunaan uang,
yang tidak lain adalah tingkat bunga.
Penawaran akan uang ditentukan oleh penguasa moneter, sehingga identik dengan jumlah
uang yang beredar.
Permintaan akan uang merupakan fokus/inti dari teori Keynes. Yaitu Keynes mengatakan
seseorang memegang uang (atau meminta uang tunai)karena ia mempunyai tujuan-tujuan
atau motif tertentu dalam menggunakan uang tersebut.
Ada tiga motif memegang atau menggunakan uang. Yaitu: 1) Motif transaksi, 2) Motif
berjaga-jaga, dan 3) Motif spekulasi.
Motif transaksi timbul karena dalam perekonomian penggunaan uang untuk alat tukar
menukar. Yaitu terdapat kebutuhan menyelesaikan transaksi-transaksi dengan
menggunakan uang. Pada saat transaksi masih dilakukan dengan barter barang atau jasa
maka tidak dibutuhkan alat likuid berupa uang. Uang tunai yang digunakan masyarakat
tergantung pada (a) volume transaksi, dan (b) tingkat harga umum.
Keynes berpendapat sama dengan teori klasik yaitu volume transaksi erat kaitannya
dengan jumlah barang/jasa yang diproduksi, sehingga Md = kPQ dimana k = konstanta, P
= harga, Q = Volume transaksi
Motif Berjaga-jaga, hal ini Keynes membedakan permintaan akan uang untuk tujuan
melakukan pembayaran-pembayaran yang tidak reguler atau yang diluar rencana dari
transaksi normal atau rutin. Misal untuk pembayaran keadaan darurat seperti kecelakaan,
sakit, dan pembayaran tidak terduga lainnya. Orang akan mendapat manfaat dengan
memegang uang untuk menghadapi keadaan-keadaan yang tidak terduga tersebut. Karena
sifat uang yang liquid atau mudah untuk ditukar dengan barang atau sebagai alat
pembayaran lainnya.
Permintaan akan uang untuk motif transaksi dan berjaga-jaga tidak menyimpang dari
teori klasik, yaitu memandang kebutuhan akan uang berdasarkan fungsi sebagai alat
tukar.
Pembaharuan teori Keynes adalah pada permintaan uang untuk spekulasi atau motif
spekulasi. Motif ini bertujuan untuk memperoleh keuntungan seandainya pemegang uang
tersebut dapat meramal apa yang terjadi di masa depan dengan tepat.
K = rP, maka P = K/r dimana K=hasil pertahun yang diterima, P=harga pasar atau nilai
sekarang, dan r=tingkat bunga. Bila tingkat bunga turun maka harga pasar obligasi akan
naik.
Md = [kQ + (r)]P atau Md/P =kQ + r, dimana Md/P =permintaan akan uang secara
riil, kQ=permintaan akan uang untuk berjaga-jaga (dinyatakan suatu proporsi k dari
pendapatan nasional riil atau tingkat output Q), r=permintaan akan uang untuk motif
spekulasi (dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat bunga r).
Fungsi permintaan akan uang tersebut disebut Liquidity Preference, yaitu Md=f(Q,r)
Penentuan tingkat bunga dipasar uang digambarkan oleh perpotongan kurva Liquidity
Preference dengan kurva uang beredar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teori Keynes di pasar uang yaitu: 1) Teori
tersebut lebih sesuai untuk Negara yang mempunyai lembaga pasar uang yang telah
berkembang atau negara maju, 2) Kekuasaan pemerintah mengendalikan Ms atau uang
beredar tidaklah selangsung atau semudah yang digambarkan dalam teori diatas.
Pemerintah hanya bias mengendalikan uang kartal, sedangkan uang giral diciptakan oleh
sektor perbankan. Uang giral dipengaruhi oleh pemerintah melalui kebijakan kredit,
tingkat bunga, kebijakan perbankan.
Kaum klasik mengenal tiga macam pengangguran: 1) Pengangguran yang timbul karena
adanya pergeseran tingkat output dan bersifat sementara (frictional unemploement), 2)
Pengangguran musiman (seasonal unemployment), 3) pengangguran yang dibuat orang
misal karena peraturan pemerintah tetang upah minimum.
Menurut klasik semua harga termasuk upah tenaga kerja bergerak secara fleksibel ke atas
maupun ke bawah dan bereaksi secara cepat dan rasional terhadap perubahan upah secara
automatis akan kembali full employment. Namun pada kenyataan full employment secara
automatis tidak akan berjalan.
Cara lain adalah meningkatkan unsur lain dari Z, yaitu C dan I. namun untuk
meningkatkan C dan I pemerintah melakukan dengan cara tidak langsung. Misal melalui
penurunan pajak atau penurunan tingkat bunga. Cara tersebut kurang bisa diandalkan
karena masih banyak tergantung banyak factor-faktor lain di luar kekuasaan pemerintah.
Bila Z naik terlalu cepat dan terjadi inflasi maka pemerintah dapat mengatasi dengan cara
mengurangi pengeluaran pemerintah. Atau dapat diatasi dengan menaikkan pajak dan
tingkat bunga serta pengendalian moneter.
Konsepsi aliran kegiatan suatu perekonomian menurut teori Keynes yaitu kegiatan
produksi (Q) menciptakan penghasilan (Y), kemudian dibelanjakan sebesar Z untuk
membeli barang dan jasa. Pengeluaran Domestik Bruto (Gross Domestic
Expenditure/GDE) bagi Z, Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/GDP)
bagiQ, dan Pendapatan Domestik Bruto (Gross Domestic Income/GDI) bagi Y.
Pendekatan IS-LM
Ada cara lain untuk menjelaskan proses keseimbangan pasar dalam teori Keynes yaitu
berdasarkan pendekatan IS-LM.
Pendekatan IS-LM diperkenalkan pertama kali oleh ekonom Inggris bernama John Hicks
pada tahun 1937.
I dalam teori Keynes ditentukan oleh kurva MEC dan tingkat bunga (r), berbagai
keseimbangan terjadi dari r dan Q.
Kurve yang menunjukkan berbagai tingkat r dan Q yang memenuhi syarat keseimbangan
di pasar barang, kurva ini disebut dengan kurva IS. Kurva ini menjamin bahwa
pengeluaran investasi yang diinginkan investor persis sama dengan tabungan (S) yang
disisihkan oleh Rumah Tangga. Keseimbangan antara menabung (Saving) dan Investasi
tidak lain adalah keseimbangan antara permintaan agregat atau pengeluaran agregat (Z)
dengan pendapatan agregat (Y). Yaitu Y=C+S, Z=C+I, sehingga S=I karena Y=Z.
Kurva IS berslope negatif, karena bila r tinggi maka I rendah sehingga Z rendah. Hal ini
mengakibatkan P* dan Q* yang rendah.
Sebaliknya bila r rendah maka I tinggi sehingga Z tinggi. Hal ini mengakibatkan p* dan
Q* yang tinggi. Jadi nilai r berkaitan dengan Q* dan hubungan r dengan Q* adalah
negatif atau dengan arah berlawanan.
Di pasar uang, kurva permintaan akan uang (liquidity preference) bertemu dengan
penawaran akan uang dan menentukan tingkat bunga (r). Permintaan uang dipengaruhi
oleh nilai P dan Q yaitu permintaan uang untuk tujuan transaksi.
Keseimbangan umum perekonomian bisa diperoleh dengan cara mencari titik temu antara
kuva IS dengan LM. Sebab pada titik tersebut terjadi keseimbangan antara pasar barang
dan pasar uang secara bersama-sama (simultan).
PERPOTONGAN KEYNESIAN
Dalam The General Theory,Keynesian menyatakan bahwa
pendapatan totalperekonomian, dalam jangka pendek, sangat ditentukan
oleh keinginan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah untuk
membelanjakan penda[patannya. Semakin banyak orang yang
mengeluarkan pendapatannya, semakin banyak barang dan jasa yang bisa
dijual perusahaan. Semakin banyak perusahaan menjual, semakin banyak
output yang akan mereka produksi dan semakin banyak pekerja yang akan
dikaryakan. Jadi, masalah selama masa resesi dan depresi. Menurut Keyne,
adalah pengeluaran yang tidak cukup. Perpotongan Keynesian adalah
sebuah upaya untuk membuat sebuah model dari pandangan ini
Dalam M. Gregory Mankiw (274); Model Keynesian adalah
interpretasi paling mudah dari teori pendapatan nasional Keynes dan
merupakan kerangka untuk model IS-LM yang lebiih kompleks dan
realistis..
Perpotongan Keynesian berguna karena menunjukkan bagaimana
rencana pengeluaran rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah
menentukan pendapatan perekonomian. Tetapi perpotongan Keynesian
membuat asumsi yang menyederhanakan bahwa tingkat investasi yang
direncakan I adalah tetap.
PENGGANDA BELANJA PEMERINTAH
Menurut N. Gregory mankiw (2006:277) belanja pemerintah
merupakan salah satu komponen pengeluaran, maka belanja pemerintah
yang lebih tinggi mengakibatkan pengeluaran yang direncanakan yang
lebih tinggi untuk semua tingkata pendapatan. Jika belaja pemerintah
naik, maka pengeluaran yang direncanakan akan bergeser. Sebab
perubahan- perubahan dalam belanja pemerintah dapat mempengaruhi
perekonomian negara.
PENGGANDA PAJAK
Menurut N. Gregory Mankiw (2006:279) Perubahan pajak dapat
mempengaruhi pendapatan ekuilibrium. Penurunan pajak sebesar secara
langsung akan menaikkan disposable income Y T sebesar dan, dengan
demikian, menaikkan konsumsi sebesar MPC x . Pada setiap tingkat
pendapatan Y, pengeluaran yang direncanakan sekarang akan lebih
tingggi.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Pas, Christopher dkk.. 1997. Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.
Mankiw, Gregory. N. 2006. Makroekonomi, Edisi Kelima : Erlangga. Jakarta.
Samuelson dan Nordhaus. 2004. Ilmu Makroekonomi. Jakarta: PT Media
Global Edukasi;.
KEBIJAKAN MONETER
PENDAHULUAN
Sebelumnya perlu diingat bahwa kebijakan moneter adalah salah satu dari
kebijakan ekonomi makro yang diambil pemerintah (dalah hal ini bank Indonesia).
Secara umum kebijakan makro pemerintah itu ada dua. Kebijakan yang pertama
adalah kebijakan stabilisasi (kebijakan jangka pendek) dan kebijakan petumbuhan
dan pembangunan ekonomi (jangka panjang). Tujuan kebijakannya sama, yakni
menyetir perekonomian suatui Negara agar terhindar dari empat penyakit ekonomi
utama yaitu inflasi (di pasar barang), ketidakstabilan suku bunga (di pasar uang),
pengangguran (di pasar tenaga kerja) dan ketimpangan neraca pembayaran (di
pasar luar negeri). Kalau kita peras lagi, ketiga penyakit ekonomi tadi dapat
diringkas hanya satu, yakni inflasi di pasar barang. Mengapa bias demikian? Karena
tiga pasar makro yang lain (pasar uang, pasar tenaga kerja, dan pasar luar negeri)
ujung-ujungnya akan berimbas ke pasar barang juga. Jadi, tujuan akhir dari sebuah
kebijakan makro pada akhirnya dapat diringkas hanya untuk mengendalikan tingkat
inflasi saja sebenarnya. Hanya saja, kebijakan stabilisasi betujuan untuk
pengendalian jangka pendek dan kebijakan pertumbuhan untuk pengendalian
jangka panjang.
Sekarang yang perlu kita tau, dimanakah posisi kebijakan moneter dalam dua
kebijakan makro tadi?jawabannya, kebijakan moneter adalah salah satu dari
kebijakan stabilisasi (jangka pendek). Dimana yang dimaksud dengan kebijakan
jangka pendek disini adalah kebijakan yang hanya berlaku untuk jangka waktu satu
tahun ketika perekonomian nasional menampakkan gejal-gejala dari empat
penyakit ekonomi diatas. Hal ini didasarkan pada teori pasar uang dari Keynes.
Memangnya bagaimana teori pasar uang dari Keynes?
Logika Keynes kita mulai dengan pengaruh suku bunga terhadap inflasi.
(ingat suku bunga adalah harga dari uang di pasar uang dan inflasi adalah harga
barang dan jasa di pasar barang). Yang menghubungkan pasar uang dan pasar
barang adalah salah satu variable sisi permintaan makro yakni investasi (ingat:
dalam ekonomi makro pendapatan=permintaan=pengeluaran yakni C + I + G + (X
M), jadi kalau salah satu dari empat variable tadi berubah, maka akan mengubah
permintaan agregat (Z) dalam proporsi tertentu, proporsinya tidak perlu dijelaskan
di sini karena akan melibatkan itung-itungan yang agak panjang, kita cukupkan
dengan pembahasan kualitatif saja). Jadi, menurut Keynes, investasi (I) adalah
vabiabel yang menghubungkan antara pasar uang dan pasar barang. Nah, sekarang
kita sudah tau jalurnya bagaimana pengaruh perubahan suku bunga terhadap
tingkat inflasi. Jadi sudah bias kita menentukan mekanismenya seperti apa.
Ketika suku bunga berubah, maka akan berbanding terbalik dengan tingkat
investasi, perubahan investasi akan berbanding lurus dengan permintaan.
Perubahan permintaan kemungkinannya hanya ada dua. Kenaikan permintaan atau
penurunan permintaan. Ketika permintaan bertambah, maka yang terjadi adalah
kelebihan permintaan sehingga harga agregat (inflasi) akan naik. Kalau permintaan
agregat (Z) turun, yang terjadi tentunya sebaliknya. Kelebihan penawaran, sehingga
yang terjadi adalah deflasi secara tiba-tiba. Dua keadaan ini kalau terjadi secara
tiba-tiba semuanya berakibat tidak baik bagi perekonomian secara makro. Akan
terjadi yang disebut dengan economic shock (perekonomian kita kaget, atau malah
bias jantungan gitu).
Untuk lebih jelasnya, kita coba permudah dengan contoh, misalkan suku
bunga naik, kenaikan suku bunga akan menyebabkan tingkat investasi menurun
karena orang akan lebih suka menabung uangnya dibank daripada mengajukan
kredit untuk investasi (kalau bingung bank dapat penghasilan darimana kalau yang
ada Cuma orang menabung, ga ada yang mengajukan kredit. Jawabannya begini.
Ternyata bank umum dapat menempatkan dananya di Bank Indonesia bank
sentral-. Tabungan bank umum di bank Indonesia biasanya disebut dengan BI
window. Nah, bank umum akan mendapatkan bunga dari dana yang ditempatkan di
bank Indonesia ingat dana ini diluar gwm- dalam bentuk bunga yang disebut
dengan discount rate. Kira-kira bank Indonesia dapat uang darimana untuk
membayar bunga tadi? Apakah bank Indonesia dapat mencetak uang baru?
Ternyata tidak boleh. Bank Indonesia membayar bunga dari APBN. APBN sebagian
besar dari pajak, dan pajak dipungut dari seluruh rakyat. Kesimpulannya, yang
terjadi adalah orang miskin memberikan uang kepada orang kaya. Logikanya
gimana? Berfikir sedikit dari penjelasan tadi insya Allah faham). Kita kembali ke
pembahsan tadi. Ketika investasi turun, maka permintaan agregat akan ikut turun
dengan proporsi tertentu dengan proses yang disebut dengan multiplier. Ketika
permintaan turun yang terjadi apa? Kalau permintaan turun maka yang terjadi
adalah kelebihan penawaran. Kalau terjadi kelebihan penawaran, kira-kira akibatnya
apa? Maka harga akan terjun bebas (deflasi). Akibat selanjutnya perusahaan akan
rugi dan harus mengurangi produksinya. Itu artinya dia harus mengurangi tenaga
kerja dan pengangguran akan meningkat. Inilah logika pertama dari kebijakan
makro melalui pasar uang (ingat: kebijakan moneter adalah kebijakan yang
bertujuan untuk mempengaruhi ekonomi makro melalui pasar uang. Dan pasar
uang adalah temapat bertemunya permintaan dan penawaran akan uang.
Pertemuan ini menghasilkan dua kesepakatan yakni volume uang dan harga uang.
Sama persis dengan jual beli barang).
Instrumen Moneter
Semua uang yang beredar di masyarakat ternyata berasal dari uang induk
yakni uang inti (reserve money). Uang inti (dilambangkan dengan H) merupakan inti
dari proses penciptaan uang , baik penciptaan uang kartal maupun penciptaan uang
giral. Tanpa ada uang inti, tidak akan ada uang kartal maupun uang giral. Lalu
apakah uang inti itu? Uang inti adalah saldo rekening koran (giro) milik bank-bank
umum maupun masyarakat pada bank indonesia plus uang tunai yang dipegang
oleh bank-bank umum maupun masyarakt. sehingga lebih jelasnya uang inti
sejatinya ada dua yakni uang kartal (K) dan cadangan (reserve) bank-bank umum
yang berupa uang tunai dan saldo rekening koran pada bank indonesia (R). jadi,
uang inti adalah uang kartal yang ada ditangan masyarakat, uang kartal yang
disimpan di bank sebagai cadangan likuiditas bank dan saldo rekening koran (giro)
pada bank sentral. Perlu diingat bahwa yang masuk kategori K adalah uang kartal
yang ada di tangan masyarakat. Dan yang masuk kategori R ada dua yakni uang
kartal yang disimpan di bank sebagai cadangan bank dan saldo rekening koran
bank tersebut di bank sentral. Untuk mempermudah kita kuantitatifkan sedikit
dimana H = K + R.
Bagaimana uang inti dapat berubah? Uang inti akan berubah karena
beberapa hal. Pertama, ketika terjadi surplus atau neraca pembayaran (X-M).
Kedua, ketka terjadi surplus atau defisit APBN (A). Ketiga, ada atau tidaknya
bantuan langsung bank indonesia (B1), dan yang terakhir adalah ada atau tidaknya
bantuan likuiditas bank indonesia (B2). Singkatnya, ketika terjadi surplus neraca
pembayaran, maka uang inti akan bertambah begitu juga sebaliknya. Ketika terjadi
defisit APBN, maka uang inti akan bertambah ata sebaliknya. Ketika ada tambahan
bantuan langsung (biasanya untuk membiayai pembangunan sering disebut
bantuan pembangunan), maka uang inti akan bertambah, dan ketika terjadi
tambahan bantuan likuiditas bank sentral, uang inti juga akan bertambah.
Setelah kita mamahami hakikat uang inti, sebagai sumber dari dari segala
sumber uang beredar, sekarang kita coba fahami unsur dari uang beredar itu apa
saja. Sederhananya uang beredar (Ms) sebenarnya hanya ada dua bentuk. Bentuk
yang pertama adalah uang kartal yang ada di tangan masyarakat (K) dan uang giral
yang ada ditangan masyarakat (D). Kedua bentuk uang inilah yang menjadi unsur
uang tunai yang langsung berpengaruh terhadap permintaan akan uang di pasar
uang untuk dibelanjakan di pasar barang.
Kedua uang ini, baik K maupun D berasal dari uang inti yang dibahas dimuka
tadi. Bagaimana jumlah uang beredar bisa lebih besar daripada uang inti. Hal ini
dikarenakan adanya penciptaan penciptaan uang oleh bank umum. Penciptaan
uang oleh bank umum, terjadi dengan sebuah mekanisme yang dikenal dengan
mekanisme money multiplier. Money multiplier sejatinya adalah untuk mengetahui
perubahan jumlah uang beredar ketika terjadi perubahan uang inti. Mau tidak mau,
kita butuh rumus kuantitatif juga sedikit. Money multiplier dirumuskan dengan 1 / u
+ v (1-u). Dimana u adalah K/Ms (Proporsi uang kartal yang diminta masyarakat
dari keseluruhan uang tunai beredar). Sedangkan v adalah R/D (proporsi cadangan
rekening koran (giro) bank umum dari uang giral yang dikeluarkan, biasanya dikenal
dengan Giro wajib minimum, atau legal lending limit). Kalau dua konsep uang ini
dihubungkan, maka akan kita temukan sebuah persamaan dimana Ms = {1 / u + 1
(1 u) } H. Dimana H adalah {(X-M)+A+B1+B2}.
Pertama, kita simpulkan bahwa jumlah uang beredar ditentukan oleh dua faktor,
yaitu:
Kedua, kita simpulkan bahwa besarnya uang inti dipengaruhi oleh empat faktor,
yaitu:
1. Melalui u; tingkat bunga untuk giro dan deposito adalah adalah instrumen
moneter. Bagaimana sistem kerjanya, pemerintah mengubah tingkat suku bunga
giro dan deposito melalui bank-bank umum milik pemerintah. Sehingga u juga akan
berubah, sehingga koefisien multiplier juga berubah, kemudian Ms akan berubah.
a. Kita ingat bahwa v=R/D yakni proporsi cadangan bank dari keseluruhan uang giral
yang beredar. Dengan demikian cash ratio/ reserve requirment/ legal lending limit/
giro wajib minimum (semua artinya sama, yang paling terkenal adalah cash ratio
dalam instrumen kebijakan moneter) adalah instrument kebijakan moneter.
Pemerintah akan menaikkan cash ratio apabila ingin mengurangi Ms atau
sebaliknya.
b. Instrumen yang kedua melalui v adalah discount rate. Discount rate adalah bungan
pinjaman bank umum terhadap bank sentral. Kalau pemerintah hendak menambah
Ms, maka pemerintah tinggal menurunkan Ms, sehingga bank umum tertarik untuk
meminjam dana ke bank indonesia untuk memnuhi likuiditasnya. Akibatnya Ms
meningkat. Demikian sebaliknya.
2. Melalui APBN, pemerintah dapat membuat APBN-nya surplus atau defisit. Surplus
atau defisit APBN akan mempengaruhi uang inti dan akan mempengaruhi Ms. Jadi,
dalam hal ini APBN adalah Instrumen moneter. (tetapi jangan lupa, APBN juga
adalah instrumen utama kebijakan fiskal).
Semua, instrumen moneter yang disebutkan disini adalah instrumen moneter yang
paling pokok. Artinya, masih ada instrumen moneter yang lain, tapi tidak akan
dibahas disini. Akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa instrumen kebijaksanaan
moneter adalah:
1. Yang mempengaruhi money multiplier terdiri dari bunga giro dan deposito, cash
ratio dan discount rate.
2. Yang mempengaruhi uang inti terdiri dari pajak ekspor, sertifikat ekspor, bea
masuk, pajak lain, pengeluaran dan penerimaan pemerintah (APBN), bunga kredit
bank dan atap kredit (credit ceiling).
Instrumen mana yang paling efektif untuk digunakan oleh pemerintah dalam
menjalankan kebijakan moneternya? Hal ini tidak kita bahas disini, disamping yang
nulis udah ga kuat, pembahasan diatas kiranya sudah cukup untuk menjawab tiga
persoalan diatas. Walau pada hakikatnya, masalah diatas sejatinya adalah masalah
pemilihan instrumen kebijakan moneter. Tetap nanti sudah bisa kita jawab. (tetapi,
tetap disarankan kepada pembaca yang ingin mendalami ekonomi makro
kapitalisme untuk mempelajari lebih mendalam lagi melalui berbagai literatur)
Kita sudah dapat menjawab bahwa besaran-besaran kebijakan moneter hanya ada
dua, yakni kebijaksanaan menambah atau mengurangi volume uang beredar
dengan menggunakan berbagai instrumen kebijakan moneter. Kebijakan ini
nantinya akan berimbas ke pasar barang melalui rantai yang agak panjang seperti
yang sudah dijelaskan dalam pembahasan. Nah sekarang mari kita selesaikan
masalahnya dengan menyajikan kembali masalahnya terlebih dahulu, yakni:
Kita sekarang ke masalah kedua, arus modal yang sangat cepat. Arus modal
sering disebut juga dengan istilah hot money (gampang datang, gampang pergi).
Ga sopan yach... hm,,,, arus modal ini sebenarnya bukan sesuatu yang dapat
dipengaruhi oleh pemerintah (sering disebut dengan faktor eksogen). Mengapa?
Seperti disebutkan dalam pembahasan diatas. Pemerintah hanya dapat
mempengaruhi sisi penawaran akan uang (Ms) di pasar uang, pemerintah tidak
dapat mempengaruhi sisi permintaan akan uang (Md/L). Sekali lagi, mengapa?
Sekali lagi mengapa tidak dapat dipengaruhi oleh pemerintah? Karena permintaan
akan uang (liquidity preference) menurut keynes adalah sesuatu yang ditentukan di
masyarkat, dimana permintaan akan uang dipengaruhi oleh tiga hal, yakni motif
untuk transaksi, motif untuk berjaga-jaga dan motif untuk spekulasi. Sedangkan
perputaran arus modal ditentukan oleh motif spekulasi dalam masyarakat. Motife
spekulasi itu sendiri akan ditentukan oleh ekspektasi masyarakat tehadap suku
bunga di pasar uang dan pasar modal. Jadi, gimana pemerintah ga bingung coba?
Orang dia ga bisa mempengaruhi... mudah juga kan?!