Anda di halaman 1dari 11

1.

Prasasti Tugu

Ditemukan di Kampung Batutumbu, Bekasi, sekarang disimpan di museum di


Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga
oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau
12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian
sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa
banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan
kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.

2. Prasasti Kebon Kopi

1
Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan
Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan
tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu
gajah tunggangan dewa Wisnu

3. Prasasti Cidanghiyang/Lebak

Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi


sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti
ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan
huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan
keberanian raja Purnawarman.

4. Prasasti Jambu

2
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit
Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti
ini juga menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa serta terdapat
gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.

5. Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai


Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan
huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam
bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan
semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.

6. Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi ( 559m dpl) di
kawasan hutan perbukitan Cipamingkis Kabupaten Bogor. Prasasti Pasir Awi
berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan
(bukan aksara) juga berpahatkan gambar sepasang telapak kaki.

3
7. Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten terletak di tepi sungai Cisadane dekat Muara Cianten
yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti Pasir Muara (Pasiran Muara)
karena memang masuk ke wilayah kampung Pasirmuara. Prasasti Muara
Cianten dipahatkan pada batu besar dan alami dengan ukuran 2.70 x 1.40 x 140
m3. Peninggalan sejarah ini disebut prasasti karena memang ada goresan tetapi
merupakan pahatan gambar sulur-suluran (pilin) atau ikal yang keluar dari umbi

1. Prasasti Ligor

4
Prasasti Ligor merupakan prasasti yang terdapat di Ligor (sekarang Nakhon Si
Thammarat, selatan Thailand). Prasasti ini merupakan pahatan ditulis pada dua
sisi, bagian pertama disebut prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama
manuskrip Viang Sa sedangkan di bagian lainnya disebut dengan prasasti Ligor
B.

Isi:

Dari manuskrip Ligor A ini berisikan berita tentang raja Sriwijaya, raja dari
segala raja yang ada di dunia, yang mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajara.
[2] Sedangkan dari manuskrip Ligor B berangka tahun 775, berisikan berita
tentang nama Visnu yang bergelar Sri Maharaja, dari keluarga ailendravama
serta dijuluki dengan esavvrimadavimathana (pembunuh musuh-musuh yang
sombong tidak bersisa).

2. Prasasti Palas Pasemah

Prasasti Palas Pasemah, prasasti pada batu, ditemukan di Palas Pasemah, di tepi
Way (Sungai) Pisang, Lampung. Ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa
Melayu Kuna sebanyak 13 baris. Meskipun tidak berangka tahun, namun dari
bentuk aksaranya diperkirakan prasasti itu berasal dari akhir abad ke-7 Masehi.

Isi:

Isinya mengenai kutukan bagi orang-orang yang tidak tunduk kepada Sriwijaya.

5
3. Prasasti Leiden

Prasasti Leiden merupakan manuskrip yang ditulis pada lempengan tembaga


berangka tahun 1005 yang terdiri dari bahasa Sanskerta dan bahasa Tamil.
Prasasti ini dinamakan sesuai dengan tempat berada sekarang yaitu pada KITLV
Leiden, Belanda.

Isi:

Prasasti ini memperlihatkan hubungan antara dinasti Sailendra dari Sriwijaya


dengan dinasti Chola dari Tamil, selatan India.

4. Prasasti Kota Kapur

Prasasti ini ditemukan di pesisir barat Pulau Bangka. Prasasti ini dinamakan
menurut tempat penemuannya yaitu sebuah dusun kecil yang bernama
Kotakapur. Tulisan pada prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan
menggunakan bahasa Melayu Kuna, serta merupakan salah satu dokumen
tertulis tertua berbahasa Melayu. Prasasti ini ditemukan oleh J.K. van der
Meulen pada bulan Desember 1892.

Isi:

6
Prasasti Kota Kapur adalah salah satu dari lima buah batu prasasti kutukan yang
dibuat oleh Dapunta Hiya, seorang penguasa dari Kadtuan rwijaya.

5. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29


November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir,
Palembang,Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai
Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 80 cm, ditulis dalam
aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna. Prasasti ini sekarang
disimpan di Museum Nasional Indonesia

Isi:

Menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengada- kan perjalanan suci (sidhayarta)


dengan perahu dan membawa 2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia
berhasil menaklukkan beberapa daerah.

6. Prasasti Hujung Langit

7
Prasasti Hujung Langit, yang dikenal juga dengan nama Prasasti Bawang,
adalah sebuah prasasti batu yang ditemukan di desa Haur Kuning, Lampung,
Indonesia. Aksara yang digunakan di prasasti ini adalah Pallawa dengan bahasa
Melayu Kuna. Tulisan pada prasasti ini sudah sangat aus, namun masih
teridentifikasi angka tahunnya 919 Saka atau 997 Masehi.

Isi:

Isi prasasti diperkirakan merupakan pemberian tanah sima.

7. Prasasti Talang Tuwo

8
Prasasti Talang Tuwo ditemukan oleh Louis Constant Westenenk (residen
Palembang kontemporer) pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit
Seguntang,

Isi:

Isi prasasti Talang Tuo adalah berupa doa-doa dedikasi, dimana hingga kini,
doa-doa demikian masih dijalankan dan diyakini. Prasasti ini memperkuat
bahwa terdapat pengaruh yang kuat dari cara pandang Mahayana pada masa
tersebut, dengan ditemukannya kata-kata seperti bodhicitta, mahasattva,
vajrasarira, danannuttarabhisamyaksamvodhi, dimana istilah-istilah bahasa
Sanskerta tersebut memang digunakan secara umum dalam ajaran Mahayana.

8. Prasasti Telaga Batu

9
Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari
Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang, Sumatera
Selatan, pada tahun 1935. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional
dengan No. D.155. Di sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan
prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan suatu vihara di sekitar
prasasti. Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti
Siddhayatra. Bersama-sama dengan Prasasti Telaga Batu, prasasti-prasasti
tersebut kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.

Isi:

Isinya tentang kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan di


kedatuan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah dtu. Casparis berpendapat
bahwa orang-orang yang disebut pada prasasti ini merupakan orang-orang yang
berkategori berbahaya dan berpotensi untuk melawan kepada kedatuan
Sriwijaya sehingga perlu disumpah.

9. Prasasti Karang Birahi

Prasasti Karang Brahi adalah sebuah prasasti dari zaman kerajaan Sriwijaya
yang ditemukan pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berkhout di tepian
Batang Merangin. Prasasti ini terletak pada Dusun Batu Bersurat, Desa Karang
Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi.

Isi:

10
Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau setia kepada raja dan
orang-orang yang berbuat jahat. Kutukan pada isi prasasti ini mirip dengan yang
terdapat pada Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu

11

Anda mungkin juga menyukai