DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM
ASAHAN-KISARAN
2022
KATA PENGANTAR
Kelompok 11
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. Sejarah Munculnya Dikotomi Antara Ilmu Dan Agama Islam.................2
B. Pengertian Integritas dan Ilmu...................................................................3
C. Sumber Ilmu..............................................................................................5
D. Integrasi Ilmu Pengetahuan Dalam Islam..................................................6
E. Sumber Pengetahuan Menurut Islam.........................................................7
F. Ruang Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam............................9
G. Membangun Ilmu Pengetahuan Yang Berwawasan Islam........................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Bagaimana Sejarah Munculnya Dikotomi Antara Ilmu Dan Agama Islam?
2. Bagaimana Pengertian Integritas dan Ilmu?
3. Bagaimana Sumber Ilmu dalam integrasi?
4. Bagaimana Integrasi Ilmu Pengetahuan Dalam Islam?
5. Bagaimana Ruang Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam?
6. Bagaimana Membangun Ilmu Pengetahuan Yang Berwawasan Islam?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
ke Era Modern, juga dikenang sebagai masa ketika peradaban, seni, dan
sastra mengalami kebangkitan. Integrasi seni visual, komposisi musik,
analisis sastra, wacana filosofis, penyelidikan ilmiah, dan inovasi teknologi
menerima studi ekstensif.
Jelas bahwa penanda zaman ini adalah terwujudnya dominasi manusia
atas kosmos dan kesadaran bahwa perkembangan dunia sangat bergantung
pada tindakan dan hasil individu manusia. Dengan demikian, komunitas
ilmiah pada periode waktu tersebut memunculkan nama, konsep, dan
penemuan baru. Francis Bacon percaya bahwa pengalaman langsung adalah
dasar dan tujuan akhir dari penyelidikan ilmiah. Matematika adalah mesin
yang menggerakkan segala ilmu pengetahuan. Beberapa menganggapnya
sebagai nenek moyang filsafat ilmiah.
2
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, (Bandung:
Alumni, 2002), h. 133
3
1. Kata kerja To Integrat, yang berarti menggabungkan, mengintegrasikan,
dan menyatukan.
2. Sebagai kata benda, seperti Integrity, yang menunjukkan ketulusan,
kejujuran, dan kelengkapan, atau Integration, yang menunjukkan
integrasi.
3. Istilah ini berkaitan dengan kata sifat integrai, yang menunjukkan
keseluruhan, hitungan integral. 3
Istilah ilmu sering dihubungkan dengan kata Arab Ma'rifah
(pengetahuan), Fiqh, yang menunjukkan pengetahuan dan merupakan
antitesis dari Jahal, yang berarti kebodohan atau ketidaktahuan (pemahaman).
Hikmah (Hikmah) dan Syu'ur (perasaan). Berakar pada kerinduan dunia Islam
untuk memahami wahyu-wahyu yang tercakup dalam Al-Qur'an dan ajaran
Nabi Muhammad tentang wahyu-wahyu tersebut. Al-'ilm dianggap sebagai
kualitas utama Allah SWT. Allah juga dikenal sebagai al-'ilm dan a'lim, yang
masing-masing diterjemahkan menjadi "Yang Maha Mengetahui dan Maha
Mengetahui". Jujun, bagaimanapun, menegaskan bahwa pengetahuan adalah
informasi yang berusaha mengungkap misteri alam untuk membuat kejadian
alam kurang misterius.
Sudut pandang tertentu atau metode pendekatan penelitian yang
menyatukan dikenal sebagai "integrasi ilmu". Tidak hanya itu, upaya
dilakukan untuk mempertemukan Sunnatullah (hukum alam) dan Al-Qur'an
karena keduanya merupakan manifestasi Tuhan. Selain itu, integrasi
dimaksudkan untuk menyatukan pandangan Barat dan Islam, serta cara
berpikir dan berbuat masing-masing (Ontologis, Epistemologis dan
Aksiologis).
Muh. Hatta berpendapat ilmu pengetahuan adalah yang didapat lewat
keterangan. Ada juga yang membedakan antara ilmu dengan pengetahuan,
kalau ilmu diperoleh lewat hipotetis deduktif-verifikatif, sedangkan
pengetahuan tidak diperoleh dengan cara demikian.
Menurut Koento Wibisono, pengetahuan dibagi kepada tiga macam:
3
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung : Citapusta, 2016), h. 89
4
1. Pengetahuan non ilmiah
2. Pengetahuan pra-ilmiah
3. Pengetahuan ilmiah
C. Sumber Ilmu
1. Rasionalisme, yakni aliran ini berpendapat bahwa akallah yang paling
utama memperoleh ilmu pengetahuan. Penggagasnya ialah Rene
Descartes (1596- 1650)
2. Empirisme, yakni menurut aliran ini, nalar hanya bertugas memproses
informasi yang dipelajari melalui pengalaman daripada berfungsi
sebagai sumber utama untuk mengetahui. John Locke adalah
pelopornya.
3. Kritisisme, yakni aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan bukanlah
sumber dari akal dan empirisme semata-mata. Penggagasnya ialah
Immanuel Kant (1724- 1804)
4. Positivisme, yakni: aliran ini menggabungkan antara rasionalisme dan
empirisme. Penggagasnya ialah August Comte (1798-1857).
5. Fenomenologis, khususnya gelombang yang melepaskan diri dari ide-
ide tetap dan bias pribadi. Husserl adalah pelopor dalam hal ini (1859-
1938).
6. Intuisi dan wahyu, intuisi adalah Semacam informasi yang Allah
kirimkan kepada para Rasul dan disampaikan para Rasul kepada
umatnya adalah ilmu yang diperoleh tanpa melalui pengolahan dan
wahyu tertentu. 4
D. Integrasi Ilmu Pengetahuan Dalam Islam
Sains adalah kumpulan informasi yang dikategorikan, disistematisasi,
dapat diukur, dan dapat diverifikasi dengan cara empiris. Al-Qur'an
mendefinisikan ilmu sebagai kumpulan informasi yang berasal dari Allah dan
diberikan kepada manusia secara pribadi atau melalui Rasul-Nya tentang
4
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat (Jakarta: Raja Grafindo
Persada: 2012) h. 96
5
kosmos sebagai ciptaan Allah yang bergantung pada persediaan dan
kepastian-Nya.
Ilmu pengetahuan merupakan satu kesatuan yang logis dengan tiga
bagian yang saling berkaitan yang harus ada dan berurutan.
1. Mengidentifikasi pokok bahasan yang akan menjadi fokus kajian dalam
ilmu-ilmu yang dikandungnya disebut integrasi ontologis.
2. Penggabungan kategorisasi dari ilmu pengetahuan. Al-Farabi dan filosof
Muslim lainnya memberikan kategorisasi pengetahuan berdasarkan tiga
kelompok utama, yaitu: (a) Metafisika, yang berkaitan dengan wujud dan
sifat-sifatnya, wujud wujud, dan wujud bukan benda. (b) Mata pelajaran
matematika seperti aljabar, geometri, astronomi, musik, optik, fisika, dan
alat-alat mekanik. (c) Ilmu alam diklasifikasikan menjadi mineral, botani,
dan zologi. Bidang-bidang ini mempelajari benda-benda alam dan
kecelakaan di dalamnya.
3. Integrasi metode. Teknik ilmiah yang diciptakan oleh para intelektual
Muslim sangat berbeda dengan yang diciptakan oleh para pemikir Barat
yang hanya menggunakan observasi sebagai pendekatan ilmiah. Menurut
hirarki atau tingkatannya, para filosof Muslim menggunakan tiga
metodologi yang berbeda: teknik pengamatan (tajrîbi), pendekatan logis
atau demonstratif (burhani), dan metode intuitif (irfâni), yang masing-
masing menekankan pada indera, akal. , dan hati. 5
Pengetahuan, baik metafisik maupun fisik, semuanya adalah
pengetahuan yang tidak teratur. Dimungkinkan juga untuk mendefinisikan
pengetahuan sebagai informasi akal sehat, namun pengetahuan sudah
merupakan bagian yang lebih besar dari akal sehat karena teknik dan
prosedurnya yang spesifik. Islam adalah agama yang mempromosikan
koeksistensi dan saling melengkapi antara sains dan agama. Ilmu adalah alat
untuk menerapkan ajaran agama secara utuh, dan agama adalah sumber ilmu.
Ada lebih dari 750 ayat dalam Al-Qur'an yang terkait secara ilmiah, yang
5
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Etika,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 49-50
6
menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mengutamakan kemajuan ilmu
pengetahuan.
7
Qalb bertindak sebagai penggerak dan pengontrol bagian tubuh
lainnya, itu adalah berkah dari Allah SWT. diberikan kepada orang-orang
dengan tempat dan peran utama dan penting.
7. Wahyu
Kata bahasa Arab untuk wahyu adalah al-wahy, yang juga berarti
suara, api, dan kecepatan. Makna bisikan, gerak tubuh, tulisan, dan kitab
juga terkandung dalam wahyu.
8. Mimpi yang benar
Mimpi yang benar adalah yang mencerminkan kenyataan, juga disebut
sebagai kasyaf dan syuhud (menyaksikan) dalam tidur. Selain istilah
Ru'yah al-Sadiqah, istilah lain seperti Ru'yah al-Hasanah dan Ru'yah Al-
Shalihah juga digunakan dalam mimpi nyata.
9. Anugrah ilahi.
bagian dari kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. 6
8
lebih dinamis, penelitian juga berfungsi dan bertujuan untuk bersifat inventif,
yaitu terus memperbarui kesimpulan dan teori yang telah diterima
berdasarkan fakta dan kesimpulan yang telah ditemukan.
Tradisi pemikiran Islam abad pertengahan (masa klasik) menunjukkan
bahwa ilmu-ilmu agama berhasil dikembangkan oleh para ulama zaman
klasik. Pencapaian yang cukup membanggakan ini merupakan hasil penelitian
yang tak kenal lelah.
Pada tahap awal harus disadari bahwa penelitian agama sebagai ikhtiar
akademik berarti menjadikan agama sebagai sasaran penelitian. Secara
metodologis, agama harus dijadikan sebagai fenomena nyata, betapapun
abstrak rasanya. Dari sudut pandang ini, tiga kategori agama sebagai
fenomena dapat dibedakan. Yang menjadi pokok bahasan penelitian yaitu
1. Agama sebagai doktrin;
2. Dinamika dan struktur masyaraka yang dibentuk oleh agama
3. Sikap masyarakat terhadap doktrin.
Ilmu dan pengetahuan selalu berkembang dalam upaya mengikuti
perkembangan zaman. Itu masuk akal dalam terang teologi Islam. Prof. Kunto
mengatakan bahwa ada tiga cara utama untuk memperluas pengetahuan:
1. Sains diciptakan dalam lingkungan yang tertutup bagi sains atau memiliki
prinsip panduan "sains hanya untuk sains". Di lingkungan ini, para
ilmuwan tinggal di menara gading tanpa dampak pada orang atau benda di
masyarakat. Akibatnya, nilai-nilai universalis—yang tidak lebih dari
koneksi dan pengurungan abadi—berperan.
2. Sains cenderung berkembang karena bergantung pada konteks, kadang-
kadang mengambil prinsip asimilasi, kemampuan beradaptasi, dan
toleransi untuk memajukan agenda tertentu. Oleh karena itu, sains tidak
memiliki identitas yang berbeda dan memainkan fungsi berbasis identitas
semu. Dalam situasi ini, filsafat, seperti pada Abad Pertengahan,
menopang agama. Akibatnya, di bawah kendali kelompok tertentu,
kebenaran dan kenyataan.
9
3. Konteks dan pengetahuan saling berinteraksi, mendukung, dan bergantung
satu sama lain. Sains, etika, agama, seni, dan bahkan interkoneksi berbagai
disiplin ilmu semuanya memiliki tujuan dalam pengaturan ini. Lingkungan
ini melestarikan prinsip dasar "sains untuk tujuan kemajuan manusia".
Nampaknya, taktik (konteks) ketiga ini dapat mendukung tumbuhnya
pemahaman teologi Islam secara utuh dan mantap. Tiga pilar pengetahuan
(ontologi, epistemologi, dan aksiologi) adalah landasan filosofis yang harus
terus dipijak oleh pendekatan untuk kemajuan ilmu agama Islam ini.
Mengembangkan pengetahuan agama Islam membutuhkan pertimbangan baik
dari landasan filosofisnya maupun fitur operasionalnya, atau cara-cara di
mana teori-teori pengetahuan agama Islam dapat digunakan dalam dunia
nyata dan empiris.
Iman Islam melihat dirinya sebagai ilmiah. Ilmu merupakan syarat
ibadah dalam Islam. Ilmu adalah cahaya kebenaran dan jalan menuju
kemakmuran di dunia ini dan di akhirat dalam Islam, sehingga mereka yang
mencarinya dengan semangat sangat terpuji.
Menurut Kamsul Abraha, tidak ada agama lain dalam sejarah manusia
yang sebanding dengan Islam dalam hal dedikasinya terhadap penyelidikan
ilmiah. Akibatnya, pemikiran Islam pada umumnya sangat menghargai
pengetahuan, dan para penganutnya berkomitmen untuk mengoreksi
kesalahan apa pun dalam penyelidikan informasi ini. Dan pemikiran rasional
adalah saluran untuk menyelidiki kedalaman realitas. Menurut norma atau
standar pembangunan, ilmu pengetahuan terus diperbarui dan ditingkatkan.
Pengetahuan ada di ruang di mana yang tidak lengkap menjadi lengkap, yang
kabur menjadi jernih, yang terputus-putus menjadi menyatu, yang salah
menjadi lebih akurat, dan yang spekulatif menjadi lebih pasti.
Upaya umat Islam untuk memahami teks suci mengungkapkan
kekhasan ilmu yang diperoleh. Tidak ada keutamaan lain yang mengangkat
harkat dan martabat seseorang selain ilmu. Allah berfirman:
10
ج
ِ ِٰياَيُّ َه ا الَّ ِذيْ َن اٰ َمُن ْوا اِ َذا قِْي ل لَ ُك ْم َت َف َّس ُح ْوا ىِف الْ َم ٰجل
س فَافْ َس ُح ْوا َي ْف َس ِح ال ٰلّ هُ لَ ُك ْم َ
ٍ واِ َذا قِيل انْ ُشزوا فَانْ ُش زوا يرفَ ِع ال ٰلّه الَّ ِذين اٰمُن وا ِمْن ُكم والَّ ِذين اُوتُوا الْعِْلم در ٰج
ت ال
ََ َ ْ َْ َ ْ ْ َ َْ ُ َْ ْ ُ ُْ َ ْ َ
قلى َوال ٰلّهُ مِب َا َت ْع َملُ ْو َن َخبِْيٌر
Artinya: "Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu Berlapang-
lapanglah dalum lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu, dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan
Allah Maha Mengetahui ara yang kamu kerjakan" (QS. Al-Mujadilah:
11) 7
11
Landasan epistemologi yakni bahwa pencapaian dan dari mana ilmu
itu diperoleh tidak hanya berdasarkan positivistik dan rasionalistik tetapi
lebih dari itu yakti kebenaran etik dan transedental Landasan aksilogi
bahwa filsafat barat menganggap ilmu itu tidak terkait dengan nilai adapun
ilmu menurut pandangan islam tidak bisa dilepaskan diri dari
keterkaitannya dengan nilai. Oleh karena itulah dalam landasan aksiologi
iptek itu mesti berwawasan nilai-nilai
2. Landasan Metodologis
Hingga saat sekarang ini diakui bahwa masih langka sekali pemikiran
yang diungkapkan melaui landasan metodologis ini. Dalam perspektif
Islam diperlukan tiga langkah yaitu :
a. Mengkontruksi suatu bangunan ilmu tertentu berdasarkan konsep Iptek
yang valid
b. Menghimpun menyusun-menelaah ayat al-Quran dan hadis yang
relevan
c. Berupaya merekonstruksi bangunan teori iptek kembali berdasarkan
dari nash
Untuk mengkonstruksi ilmu yang berwawasan Islan diperlukan dua
landasan pokok yakni landasan filosofia des landasan metodologis. 8
8
Aswan, Ibid, h.113
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut studi sejarah, dikotomi ilmiah berkembang selama Renaisans
Barat. dimulai dengan penentangan komunitas intelektual Barat terhadap
kekuasaan gereja atas sektor sosio-religius dan sosio-intelektual Eropa. Pada
saat itu, gereja menetapkan ajaran Kristen sebagai standar kebenaran ilmiah.
Oleh karena itu, demi supremasi gerejawi, hasil-hasil ilmiah yang
bertentangan dengan ajaran tersebut harus ditolak.
Sudut pandang atau metode pendekatan penelitian tertentu yang
menyatukan dikenal sebagai "integrasi sains". Tidak hanya itu, upaya
dilakukan untuk mempertemukan Sunnatullah (hukum alam) dan Al-Qur'an
karena keduanya merupakan manifestasi Tuhan.
Rasionalisme, empirisme, kritik, positivisme, intuisi dan wahyu
fenomenologis, dan intuisi adalah sumber pengetahuan.
Integrasi ontologis, integrasi klasifikasi ilmiah, integrasi metodologis,
Pengalaman (empiris), Intuitif, Hati, Wahyu, Mimpi Sejati, dan rahmat Ilahi
adalah tiga komponen yang saling terkait yang membentuk sains. Komponen-
komponen ini adalah unit logis yang harus ada dan dalam urutan itu.
Adanya kegiatan penelitian sangat penting bagi kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan mengumpulkan informasi dan
13
menawarkan interpretasi yang akurat, operasi penelitian bertujuan untuk
mengembangkan masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini.
Membangun ilmu dengan perspektif Islam, khususnya melalui landasan
metodologis dan filosofis.
DAFTAR PUSTAKA
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, (Bandung:
Alumni, 2002
Nata, Abuddin Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: Raja Grafindo
Persada: 2012
14
15