Anda di halaman 1dari 19

HISTORIS DAN EKSISTENSI PENDIDIKAN TINGGI

AGAMA ISLAM DI INDONESIA

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
LIZA WARDANI (1901020089)
AYU ZUSANDI (1901020024)

SEMESTER : VII (TUJUH)


PRODI : PAI-REG
DOSEN PEMBIMBING : ASWAN, S.Ag,. MM

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL-ULUUM
ASAHAN KISARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala
Rahmat dan Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “HISTORIS DAN EKSISTENSI PENDIDIKAN TINGGI AGAMA
ISLAM DI INDONESIA”.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kami sampaikan kepada semua pihak


terutama teman-teman yang telah membantu baik secara moril maupun spritual
sehingga penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan lancar dan baik.

Dengan segala kerendahan hati, kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dalam upaya meningkatkan presentasi.Akhir kata, semoga makalah ini
dapat menjadi amal ibadah kami dalam mengemban amanah Allah AWT.Amin.

Wa’alaikumsalamWr.Wb

Kisaran, Desember

2022 Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…..................................................................................1
A. Latar Belakang….............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan Makalah................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN…...................................................................................2
A. Transformasi PTAI dari IAIN menjadi UIN…...........................................2
B. Perkembangan nama-nama Perguruan Tinggi Islam di Indonesia..............5
C. Peranan Perguruan Tinggi Islam...............................................................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................15

A. Kesimpulan...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA….......................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian sejarah merupakan masas lalu dengan apa-apa saja yang
dikatakan, dipikirkan, dirasakan, dikerjakan dan dialami oleh semua orang.Perlu
dijelaskan bahwa memulaikembali masa lalu bukan untuk kepentingan masa lalu
itu sendiri tetapi sejarah pun mempunyai kepentingan masa kini bahkan untuk
masa mendatang.
Lahirnya Institut Agama Islam Negeri yang berpusat di Jakarta dan
fakultas Tarbiyah bertempat di Jakarta belum memenuhi seluruh kebutuhan akan
pendidikan Islam bagi masyarakat nusantara yang notabennya muslim. Hingga
dibukalah cabang-cabang keilmuan Islam di daerah-daerah luar Yogyakarta dan
Jakarta. Namun, semakin besar tuntuta pemenuhan umat islam, ternyata tidak
cuku dengan membuka cabang. Perlunya ada IAIN yang berdiri sendiri didaerah.
Sebagai upaya merespon kebutuhan umat islam akan pendirian IAIN di daerah
lahirlah peraturan pemerintah No. 27 tahun 1963 yang memberi kesempatan untuk
mendirikan IAIN dan terpisah dari pusat. Jakarta mendapat kesempatan pertama
untuk mendirikan IAIN.Sehingga IAIN Jakarta adalah yang kedua setelah IAIN
Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah daalma makalah ini adalah
1. Bagaimana Transformasi PTAI dari IAIN menjadi UIN.?
2. BagaimanaPerkembangan nama-nama Perguruan Tinggi Islam di
Indonesia ?
3. BagaimanaPeranan Perguruan Tinggi Islam ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui Transformasi PTAI dari IAIN menjadi UIN
2. Untuk mengetahui Perkembangan nama-nama Perguruan Tinggi Islam di
Indonesia
3. Untuk mengetahui Peranan Perguruan Tinggi Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Transformasi Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) Dari IAIN


Menjadi UIN
Transformasi merupakan perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi,)
perubahan struktur gramatikal menjadi struktur gramatikal lain dengan
menambah, mengurangi, atau menata kembali unsur-unsurnya. Kata
transformasi merupakan proses perubahan yang terjadi berangsur-angsur,
perubahan dilakukan dengan cara memberi respon terhadap pengaruh unsur
eksternal dan internal yangmengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah
dikenal sebelumnya. 1
Sejarah panjang perguruan tinggi Islam di Indonesia, dari masa awal
pendirian Sekolah Tinggi Islam, Universitas Islam Indonesia, kemudian yang
tadinya fakultas agama di UII dinaikkan statusnya menjadi Perguruan Tinggi
Agama Islam, diikuti pendirian Akademi Dinas Ilmu Agama sampai pada
penyatuan PTAIN dan ADIA menjadi IAIN.
Munculnya gagasan transformasi IAIN menjadi UIN adalah berangkat
dari beberapa alasan sebagai berikut:
1. Dengan bentuk institute, ruang lingkup hanya sebatas keilmuan dan
pengkajian ke-Islaman saja.
2. Wawasan mahasiswa dan dosen IAIN terbatas, berbeda halnya dengan
universitas umum, pengkajian Islam seolah terputus dari persoalan
kontemporer yang aktual.
Transformasi lembaga tersebut menjadi harapan yang harus
diwujudkan, agar kedua alasan tersebut dapat diselesaikan. Gagasan tersebut
bukan berarti langsung terwujud, karena tetap saja harus melalui berbagai
persyaratan, kesiapan pemenuhan kebutuha IAIN menjadi UIN dalam
berbagai aspek, misalnya kegiatan akademis akan lebih besar pengelolaannya,

1
Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Pedoman Implementasi Integrasi
Ilmu di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, (Jakarta: DIKTIS, 2019), 17

2
lahan yang harus diperluas, kebutuhan tenaga dosen dan pegawai
administrasi dan berbagai persiapan lainnya. Sampai awal 1998, terdapat tiga
IAIN yang mengajukan proposal yakni IAIN Yogyakarta, Jakarta dan
Bandung.Ada beberapa hal yang melatarbelakangi perlunya peralihan IAIN
menjadi UIN:2
1. Perubahan pada jenis pendidikan Madrasah Aliyah. Dulunya Madrasah
adalah sekolah agama, kini madrasah sudah menjadi bagian dari
sekolah umum atau yang berciri khas Ilam. Di madrasah sudah terdapat
mata pelajaranumum yang dimuat dalam kurikulumnya. Misalnya
eksakta, sosial, bahasa dan fisika. Di samping itu konversi ini juga
untuk menyambut tamatan menengah sekolah umum dapat masuk IAIN
apabila telah menjadi UIN, karena dapat menyediakan jurusan dan
fakultas umum. Perubahan ini juga meruoakan misi untuk
pemberdayaan masyarakat/umat di masa depan.
2. Adanya dikotomi ilmu-ilmi agama dan ilmu-ilmu umum. Masalah
dikotomi ini adalahprogram integrasi ilmu pengetahuan antara ilmu
agama dan ilmu umum.dengan anggapan bahwa kalau IAIN hanya
menyelenggarakan ilmu-ilmu agama, ini akan melestarikan dikotomi
tersebut. Maka dengan ini IAIN harus menjadi UIN untuk dapat
mendirikan fakultas-fakultas umum.
3. Perubahan IAIN menjadi UIN merupakan peluang bagi para lulusan
untuk memasuki peluang yang lebih luas. Selama ini arah lulusan IAIN
adalah kembaga pendidikan Islam, kegiatan-kegiatan keagamaan,
dakwah dan pada tataran departemen agama. Maka dengan perubahan
menjadi UIN akan lebih meluas lingkup kerja dan eksistensi lulusan
IAIN. Dengan perubahan menjadi UIN juga sebagai upaya konvergensi
ilmu umum dan agama, seperti yang diungkapkan oleh Harun Nasution
bahwa perubahan IAIN menjadi universitas dirancang untuk
menghilangkan dikotomi ilmu pengetahuan.

2
Aswan, Diktat Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional, ( Asahan :
Institut Daar Al-Uluum Asahan Kisaran, 2016/2017), h. 54

3
4. Perubahan IAIN menjadi UIN adalah dalam rangka memberikan
peluang bagi lulusan IAIN untuk melakukan pergerakan ke arah yang
luas. Yakni kesempatan gerak dan peran serta memasuki medan yang
lebih luas. Lulusan IAIN akan memasuki wilayah dan lingkungan yang
lebih luas, bervariasi dan bergengsi. Perubahan ini juga ingin kembali
menaruh harapan umat Islam menjadi pelopor peradaban manusia yang
dlu pernah dicapai Islam zaman klasik.
5. Perubahan IAIN menjadi UIN juga merupakan tuntutan akan
penyelenggaraan pendidikan yang professional, berkualitas tinggi dan
menawarkan banyak pilihan. Apalagi dengan arus globalisasi yang
melahirkan lingkungan persaingan dan kompetisi. Sehingga IAIN
menjadi UIN merupakan bagian dari upaya menghadapi tantangan dan
menangkap peluang.3
Pengembangan IAIN menjadi UIN akan menambah empat wilayah
yang harus dijawab yaitu: Pertama, bidang keilmuan yang menuntut upaya
serius para sarjana di lingkungan IAIN untuk menghilangkan dikotomi ilmu
agama dan ilmu umum. Kedua, bidang kelembagaan yang mengharuskan
IAIN untuk memikirkan kembali, apakah lembaga ini menjadi otonom atau
harus tetap mengekor pada Kementrian Agama.Ketiga, persoalan anggaran
keuangan.Sejauh ini, IAIN masih bertahan dengan biaya dari Kementrian
Agama dan SPP mahasiswa.Tentu saja, biaaya ini masih kurang jika nantinya
berubah menjadi UIN.Keempat, masalah lapangan pekerjaan.Lulusan IAIN
memang sudah diperhitungkan.Namun demikian, hal tersebut dipicu oleh
maraknya lulusan IAIN yang berani loncat pagar dari keilmuan mereka.
Dari keempat tantangan di atas, tentu saja menuntut keseriusan semua
pihak untuk memikirkan nasib UIN.Karena itu, mitra sejajar antara pimpinan,
dosen, dan mahasiswa harus dibangun mulai sekarang.Dengan begitu, ketika
ada tantangan-tantangan di atas, bukan lagi persoalan masing-masing pihak,

3
Ibid,. h. 55

4
namun persoalan semua pihak.Jadi, siapapun civitas akademika boleh
memberikan idenya untuk memikirkan nasib IAIN menuju UIN.4
Pengembangan dan Konversi IAIN ke UIN adalah proyek
keilmuan.Proyek pengembangan wawasan keilmuan dan perubahan tata piker
keilmuan yang bernafaskan keagamaan transformatif.Konversi dari IAIN ke
UIN adalah momentum untuk membenahi dan menyembuhkan luka-luka
dikotomi keilmuan umum dan agama yang makin hari makin menyakitkan.
Kajian transformasi IAIN menjadi UIN sudah lama menjadi keinginan
beberapa pihak.Kondisi ini yang menyebabkan kemudian ada beberapa IAIN
mentransformasikan diri menjadi UIN. Alasannya bukan hanya sekedar
perubahan status lembaga, melainkan karena memiliki orientasi untuk dapat
memiliki mandat yang lebih luas, wider mandate, untuk mengembangkan
fakultas dan program studi yang relevan dengan kebutuhan zaman. Selain itu
juga agar ada keunikan tersendiri bagi masing-masing UIN ketika melihat di
dalamnya terdapat pola-pola yang berbeda dalam merekonstruksi keilmuan.5
Transformasi IAIN ke UIN merupakan siklus dan bentuk dinamika
yang terjadi secara dinamis. Sejak didirikannya, PTKI yang struktur
organisasinya berada di Kementerian Agama, memang cukup dinamis
dalammerespon perkembangan zaman dengan melakukan proses transformasi
lembaga.

B. Perkembangan Nama-Nama Perguruan Tinggi Islam di Indonesia


Tercatat dalam sejarah bahwa nama Perguruan Tinngi Islam di
Indonesia terus mengalami perubahan sebagai upaya dalam merespon
perkembangan masyarakat. Perubahan nama-nama Perguruan Tinggi itru
merupakan sebuah upaya konkrit untuk merubah sistem yang ada dalam
tubuh dalam tubuh lembaga tersebut.
Perubahan nama itu secara tehnis biasanya karena penggabungan dari
beberapa perguruan tinggi islam, atau bahkan karean perpecahan dari

Ibid,. h. 56
4
5
Azyumardi Azra, Studi-studi Agama di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri,
dalam Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1999), 169.

5
lembaga induk perguruan tinggi. Perubahan tersebut bukan hanya berubah
“papan namanya” ataunamebourd-nya tapi juga di harapakn berubah juga
nilai-nilai yang terkandung dalannya.
Perguruan tinggi islam pada waktu itu dikelola penuh oleh dapartermen
agama bukan oleh Depdiknas yang merupakan pengelola perguruan tinggi
Nasional menyebabkan perguruan tinggi islam negri berkedudukan sama
dengan lembaga-lembaga islam lainnya seperti majelis ta’lim, haji, umrah,
masjid dan lain sebagainya. Sehingga hal ini berdampak pada sistem
penerimaan mahasiswa baru yang berbeda dengan perguruan tinggi umum.6
Dampak selanjutnya dari perlakuan yang berbeda antara Perguruan
Tinggi Islam sama dengan perguruan tinggi umum adalah tidak ada standar
yang sama antara keduanya. Sihingga kualifikasi akademik dan
profesionalisme PTAI sulit diukur.Maka oleh sebab itu lulusan PTAI
meskipun secara formal memiliki gelar sarjana, namun berdasarkan hukum
pasar tidak diakui oleh masyarakat umum. Oleh karena iru dilandasi dari
faktor-faktor di atas maka umat Islam perlu mengadakan perubahan nama
PTAI.
Perguruan tinggi Islam di Indonesia berdiri pertama sekali di Jakarta
pada bulan Juli 1945 bernama sekolah tinggi Islam (STI). Selanjutnya tahun
1946 STI dipindahkan ke Yogyakarta, tahun 1948 STI menjadi universitas
dengan nama Universitas Islam Indonesia ( UII) empat fakultasnya : Agama,
Hukum, Ekonomi, dan Pendidikan. Pada tahun 1950 Fakultas Agama
Universitas Isalam Indonesia dinegrikan menjadi perguruan Tinggi Islam
Negri (PTAIN). Selanjutnya PTAIN yang ada di Yogyakrta digabung dengan
akademik Dinas Ilmu Agama (ADAI) yang ada di Jakarta menjadi Institut
Agama Islam Negri (IAIN) pada tahun 19607. Dan pada tahun 1997 fakultas-
fakultas IAIN yang lokasinya berada di luar IAIN induknya dijadikan
sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN). Sebagian IAIN berubah
menjadi UIN dan sebagian STAIN telah berubah menjadi
6
Santoso S. Hamidjojo, Platform Reformasi Pendidikan Nasional (Jakarta: Tim Kerja
Peduli Reformasi Pendidikan Nasional, 2018), h. 69,.
7
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta : Kencana, 2019), h. 13

6
IAIN.Berikut ini adalah nama-nama perguruan Tinggi Islam yang pernah ada
dalam sejarah Indonesia:
1. Sekolah Tinggi Islam ( 1945-1950)
Organisasi-organisasi Islam yang terhimpun dalam Masyumi pada
awal tahun 1945 melahirkan beberapa keputusan yang menyangkut
bidang pendidikan yaitu mendirikan perguruan tinggi Islam dengan
nama sekolah tinggi Islam. Keputusan mendirikan STI dilator belakangi
oleh beberapa sebab di antaranya adalah:
a. Antisipasi kekosongan atau minimnya pemimpin setelah Indonesia
lepas dari penjajahan.
b. Keinganan untuk menserasikan antara ilmu Agama dengan ilmu
Umum.
c. Upaya mempersatukan umat Islam dalam satu wadah sebagai
pengimbang dari pengaruh-pengaruh pemikiran barat.

Pengaruh kebangkitan Nasional dan kebangkitan dunia Islam pada


umumnya yang melahirkan gerakan-gerakan melawan penjajah dengan sistem
modern dengan berdirinya organisasi-organisasi Islam salah satunya adalah
Nahdatu Ulama.

Gagasan mendirikan sekolah tinggi Islam terwujud pada tanggal 8 Juli


1945, ketika Sekolah Tinggi Islam (STI) berdiri di Jakarta di bawah
pimpinan Prof.Abdul Kahar Muzakir, sebagai realisasi kerja yayasan Badan
Pengurus Sekolah Tinggi Islam yang di pimpin oleh Drs. Muhammad Hatta
sebagai ketua dan M. Nasir sebagai sekretaris. Ketika masa revolusi
kemerdekaan, STI ikut Pemerintah Pusat Republik Indonesia hijrah ke
Yogyakarta pada tanggal 10 April 1946 dapat di buka kembali di kota itu.
Dalam sidang panitia perbaikan STI yang dibentuk pada bulan November
1947 memutuskan mendirikan Universitas Islam Indonesia (UII).8

8
Ibid,. h. 58

7
2. Perguruan tinggi Agama Islam Negeri
Kota yogyakarta sebagai kota perjuangan dan pusat pemerintahan
Republik Indonesia, diberi penghargaan dengen menetapkan kota
Yogyakarta sebagai kota Universitas. Bekenaan dengan itu didirikanlah
di Yogyakarta Universitas Gajah Mada yang tertuang dalam peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950 yang di
tanda tangani oleh Assat selaku pemangku Jabatan Republik Indonesia.
Sehubungan dengan itu pula kepada umat Islam diberikam pemerintah
pula Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang dinegerikan
dari Fakultas Agama Universitas Islam Indonesia yang di atur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1950. Adapun peraturan
pelaksanaanya di atur diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan No.K/I/I/4641
Tahun 1951 (Agama) dan No. 28665/Kab. Tahun 1951 ( Pendidikam
tertanggal 1 Septemeber 1951). Tujuan PTAIN adalah untuk memberi
pengajaran tinggi dan menjadi pusat perkembangan dan memperdalam
ilmu pengatuhuan tentang agama Islam dan untuk tujuan tersebut
diletakkan asas untuk membentuk manusia susila dan cakap serta
mempunyai keingsafan bertanggung jawab tentang kesejahtraan
masyarakat Indonesia dan dunia umumnya atas dasar Pancasila,
Kebudayaan, Kebangsaan Indonesia dam kenyataan.
Disamping tujuan ideal diatas, dibentuknya PTAIN tidak luput
dari tujuan peraktis, yakni intuk memenuhi dan mengatasi kekurangan
tenaga ahli dalam bidang ilmu Agama Islam. Dapat dimaklumi bahwa
pada ketika itu telah banyak lulusan tingkat menengah sekolah atau
madrasah yang belum yang belum tersalurkan minat studi mereka
ketingkat perguruan tinggi disebabkan lembaganya belum berdiri
PTAIN belum ada. Selain dari itu kebutuhan tenaga ahli dalam bidang
agama yang dapat menyahuti perkembangan zaman amat diperlukan
dalam rangka membangun Indonesi yang merdeka..

8
Disisilain selama ini sebelum berdirinya PTAIN masyarakat
Indonesia yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan keagamaannya
meski berangjat keluar negeri ke Mesir atau ke Saudi Arabiayah. Selain
dari itu PTAIN juga dapat diharapkan untuk menajdi pusat
pengembangan ilmu-ilmu keislaman seperti halnya Al-Azhar di Kairo
Mesir.9
3. Akademik Dinas Ilmu Islam
Akademik ini bertujuan sebagai sekolah latihan bagi para pejabat
yang berdinas di pemerintahan khususnya dikalangan Depag dan untuk
kepentingan kualitas gruru dalam pengajaran Agama di sekolah.
Pendirian ADIA ini didasarkan pada Penetapan Menteri Agama Nomor
1 Tahun 1957 dan merupakan tugas Dapatermen Agama dalam
menyiapkan tenaga guru Agama, staf dan tenaga dibidang keagamaan,
dengann tujuan guna mendidik dan mempersiapkan pegawai negeri
yang akan mencapai ijazah pendidikan semi akademi untuk dijadikan
ahli didik agama pada sekolah-sekolah lanjutan, baik umum maupun
kejuruan dan agama. Yang mana lamanya belajar di ADIA adalah 5
tahun yang dibagi menjadi dua tingkatan .Tingkatan semi akademik
dengan masa belajar selama 3 tahun dan tingkat akademik dengan masa
belajar selama 2 tahun.Masing-masing tingkat terdir atas dua jurusan
yaitu jurusan Agama dan jurusan Sastra Arab.Akademik bertujuan
sebagi sekolah latihan bagi para pejabat yang berdinas di pemerintahan.
4. Institit Agama Islam Negeri
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) diresmikan pada tanggal 24
Agustus 1960 di Yogyakarta.Lembaga ini pada awalnay terlahir dari
dua lembag pendidikan tinggi Islam yang kemudian digabungkan
menjadi IAIN.Dua lembaga itu adalah Perguruan Tinggi Agama Islam
Negeri (PTAIN) yang berada di Yogyakarta dan Akademik Dinas Ilmu
Agama (ADIA) yang berada di Jakarta.Hingga tahun 1973 IAIN

9
Haidar Putra Daulay, Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam, (Jakarta :
Kencana 2018), h. 130

9
diselluruh Indonesia berjumlah 14 buah.Tujuan didirikan IAIN adalah
untuk memberi pengajaran dan pendidikam universitas serta menjadi
pusat pengembangan dam mempeerdalam ilmu pengetahuan tentang
agama Islam.
Kejelasan nasib dan status hokum dari IAIN baru diperjelas oleh
menteri Agama Munawir Sjali (1983-1993). Salah satu indikasi
pengakuian IAIN dari pemerintah dan masyarakat bahwa IAIN
merupakan sebuah pergruan tinggi adalah adanya kata Negeri
dibelakang nama Lembaga. Selain itu lulusannya disebut sebagai
sarjana bukan ustadaz atau kiyai dan muridnya disebut mahasiswa
bukan santri. Dan juag memiliki gelar yang sama dengan perguruan
tinggi yang lain.Oleh Karena itu wajar jika IAIN dinilai berada diposisi
delematis, bahkan pemerintapunpada waktu itu di panang sulit untuk
menempatkan IAIN. Hingga pada tahun 1989 secara hokum lembaga
itu baru bisa diakomodasi oleh pemerintah dengan adanya Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional (USPN) yang secara eksplisit
menyebutkan pendidikan agama termasuk dalam naungan Sistem
Pendidikan Nasional.Sehingga wajar jika selanjutnya timbul wacana-
wacana berani agar IAIN berani untu tidak fokus pada bidang
keagamaan saja secara normatif namun juga memunculkan diri dalam
mendalami ilmu pengetahuan umum.10
5. Sekolah Tinggi Agama Islam
Berdasarkam keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1997, sejak
tanggal 1 Juli 1997 diresmikan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) di seluruh Indonesia. STAIN ini merupakan cabang-cabang
IAIN yang menyebar di beberapa kota dan STAIN termanifestasi dalam
bentuk fakultas-fakutas IAN induk. Latar belakang berdirinya STAIN
adalah untuk menanggapi peraturan yuridis yang bersangkutan dengan
Pendiidkn Tinggi dan juag sebagai respon atas perkembangan zaman
agar Perguruan Tinggi Islam tetap diminati masyarakat. Selain itu

10
Ibid,. h.61

1
alasan cabang-cabang lembaga IAIN diluar kota IAIN induk dirubah
menjadi STAIN yang berdiri sendiri yang mempunyai hak otonom
penuh atau terlepas total dari uruan kelembagaan dengan IAIN induk
adalah untuk memperpendek urusan birokrasi dan juga agar kinerja
kelembagaan agar bisa berjalan lebih efektif. Inilah salah satu alasan
munculnya STAIN sebagai lembaga baru.
6. UIN (2000- Sampai Sekarang)
Seiring berjlannya waktu dan berkembangnya fakultas da jurusan
yang mulai banyak membidangi diluar studi Islam secara khusus pada
IAIN.Maka status Institut diupayakan berubah menjadi universitas,
sehingga menjadi Universitas Islam Negeri.IAIN Syarif Hidatullah
Jakarta merupakan IAIN pertama yang berubah menjadi UIN, yakni
menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ide penelitian IAIN menjadi Universitas Islam Negeri sebenarnya
sudah lama di rintis para pegawai pendiri IAIN. Pemikira tentang
pentingnya lemabaga Perguruan Tinggi Islam yang berbenuk
Universitas di Indonesia permah dirintis sejak zaman Muhammad
Yunus. Menurutnya bahwa Universitas Islam Darul Hikmah
diresmikanb di Bukit Tinggi pada tahun 1957, sebelum menjadi
Universitas lembaga ini bernama Perguruan Islam Tinggi Darull
Hikmah yang berdiri pasa tahun 1953.
Saat ini beberapa lembaga Pendidikan Tinggi Islam telah
melakukan perubahan status.IAIN berubah menajdi UIN, STAIN,
berubah menjadi IAIN.Dari upaya perubahan status ini beberapa
diantaranya telah berhasil melakukan perubahan status tersebut. Ada
beberapa dasar pemikiran yang menajadi landasa perubahan status dari
IAIN dam STAIN menajdi UIN, yaitu:
a. Integrasi ilmu, menghilangkan dikotomi dualism keilmuan.
b. Berubahnya status madrasah sebagai sekolah yang berdiri khas
agama Islam yang banyak mengkaji ilmu-ilmu umum. Sehingga
MA juga disiapkan untuk memasuku Universitas.

1
c. Mobilitas lapangan kerja yang luas bagi lulusan PTAI Bahwa
perguruan tinggi Islam membutuhkan tenaga pendididk yang
professional yang mumpuni dibidangya, maka dibutuhkam tenaga
pendidik tersebut demi tercapainya pendidikan yang berdaya dan
relevan. Tenaga pendidik tersebut dibutuhkan perguruan tinggi
Islam negeri maupun swasta baik kualitas maupun kuantitasnya.
C. Peran Perguran Tinggi Agama Islam
Perguruan Tinggi Agama Islam mempunyai peranan besar dalam
mengantarkan bangsa Indonesia sebagai warga dunia.Sedari dini generasi
muda dan mahasiswa perlu dilatih berfikir dan berkomunikasi menggunakan
dua bahasa sekaligus. Kedua bahasa yang dimaksdu adalah tat karma, sopan
santun, muna-muni, kepatutan, dan tata pergaulan yang dapat memahamkan
kalangan internal umatnyasendiri sekaligus dapat dipahami wilaya public
yang lebih baik luas dari komunitasnya.
Mendidik generasi yang baru sadar bahwa dia adalah warga dunia, tidak
berpandangan ghetto, dan berkomunikasi dua bahasa merupakan pekrjaan
pendidikan yang tidak mudah. Pengenalan pendangan dunia keislaman yang
bercorak kelasik, modern dan plasmodern merupakan prasyarat keharusan
yang tidak bisa di tawar-tawar.
Sikap dan mentalitas keberagamaan yang ada sekrang juga harus berani
diubah atau digessr sedikit. Bukan agama atau objeknya yang digeser,
melaikan sikap dam perilaku keberagamannya (subyek) dan interpretasi
keagamaannya yang perlu disegerakan kembali. Dari pola keberagaman yang
semula bercorak taqlydi( sekedar mengikuti yang dianjurkan, dinasehatkan
dianjurkan , dan diperintahkan oleh para senior , guru, muballigh, amir, kiyai,
atau ustadz) kearah corak keberagaman yang Ijtihady. Artinya, seorang
pemeluk agama maupun mengelola secara matang informasi, anjuran, dan
nasihat-nasihat keagamaan yang masuk.
Sebelum mengambil keputusan, dia menimbang-nimbang baik
buruknya secara mandiri yang berbekal ilmu pemgetahuan, Informasi dan
pengetahuan hidup yang ia miliki. Puncaknya adalah keberagaman yang

1
bercorak naqdy “kritis transformatif” yaitu sikap dan mentalitas keberagaman
atau spritualitas yang selalu menginginkan dan mengarah pad aupaya
penyempurnaan terus menerus selama hayat dikandung badan. Dengan cara
dan upaya yang berlapis-lapis dan berkesinambungan inilah pendidikan
karakter di Indonesia sedikit demi sedikit mendapat pemulihan.
Perguruan Tinggi Agama Islam sebagai lembaga pendidikan tinggi
yang diakui eksistensinya dalam Sistem Pendidikan Nasional mempunyai
tanggungjawab dalam mendukung pembangunan di Indonesia.Berdasarkan
tujuan pendidikan tinggi sebagaimana diatur dalam PP 60 Tahun 1999 dan
misi Kementerian Agama, maka secara konstitusional tujuan Pendidikan
Tinggi Islam antara lain :
1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, dan atau memperkaya khazanah ilmu, teknologi, seni
dan atau kebudayaan yang bernafaskan Islam.
2. Mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni yang bernafaskan Islam dan atau kebudayaan Islam untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat serta memperkaya
kebudayaan nasional
3. Merumuskan, menyebarluaskan dan mendidikkan filosofi dan nilai-nilai
agama Islam sehingga dapat digunakan oleh masyarakat sebagai
parameter perilaku kehidupan, menjadi inspirator dan katalisator
pembangunan, serta motivator terciptanya toleransi kehidupan
beragama, serta kehidupan yang harmonis antar umat yang berbeda
agama.11
Peran PTAI (Perguruan Tinggi Agama Islam) juga bersifat
multidimensi.PTAI dituntut untuk menjadi agen perubah dalam modus
keagamaan masyarakat.PTAI ditantang untuk dapat mengembangan teologi
“Unity in Diversity”, sebagai landasan moralitas publik dalam kerangka

Husni Rahim, “IAIN dan Masa Depan Islam di Indonesia”, (Jakarta: Ditbinperta
11

Depag RI, 2000), h. 221

1
Pancasila. PTAI hendaknya dapat mengambil peran penting dalam proses
obyektivikasi nilai-nilai Pancasila ke dalam paradigma keilmuannya,
terutama yang berkaitan dengan pengembangan prinsip ketuhanan dalam
teori-teori agama publik. PTAI hendaknya juga mengambil peran aktif dalam
mengembangkan riset, edukasi dan pelayanan yang berkaitan dengan
landasan spiritualitas dalam mendorong atos kerja yang positif. Lulusan PTAI
dengan wawasan agama yang lebih luas dan mendalam, hendaknya bisa
memberikan pupuk kesuburan di tengah kegersangan kehidupan etis dan
welas asih di tengah – tengah kehidupan publik

1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transformasi merupakan perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi,)
perubahan struktur gramatikal menjadi struktur gramatikal lain dengan
menambah, mengurangi, atau menata kembali unsur-unsurnya.Munculnya
gagasan transformasi IAIN menjadi UIN adalah berangkat dari beberapa
alasan sebagai berikut:
1. Dengan bentuk institute, ruang lingkup hanya sebatas keilmuan dan
pengkajian ke-Islaman saja.
2. Wawasan mahasiswa dan dosen IAIN terbatas, berbeda halnya dengan
universitas umum, pengkajian Islam seolah terputus dari persoalan
kontemporer yang actual
Perguruan tinggi Islam di Indonesia berdiri pertama sekali di Jakarta
pada bulan Juli 1945 bernama sekolah tinggi Islam (STI). Selanjutnya tahun
1946 STI dipindahkan ke Yogyakarta, tahun 1948 STI menjadi universitas
dengan nama Universitas Islam Indonesia ( UII) empat fakultasnya : Agama,
Hukum, Ekonomi, dan Pendidikan. Pada tahun 1950 Fakultas Agama
Universitas Isalam Indonesia dinegrikan menjadi perguruan Tinggi Islam
Negri (PTAIN). Selanjutnya PTAIN yang ada di Yogyakrta digabung dengan
akademik Dinas Ilmu Agama (ADAI) yang ada di Jakarta menjadi Institut
Agama Islam Negri (IAIN) pada tahun 1960. Dan pada tahun 1997 fakultas-
fakultas IAIN yang lokasinya berada di luar IAIN induknya dijadikan
sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN). Sebagian IAIN berubah
menjadi UIN dan sebagian STAIN telah berubah menjadi IAIN.
Perguruan Tinggi Agama Islam mempunyai peranan besar dalam
mengantarkan bangsa Indonesia sebagai warga dunia.Sedari dini generasi
muda dan mahasiswa perlu dilatih berfikir dan berkomunikasi menggunakan
dua bahasa sekaligus. Kedua bahasa yang dimaksdu adalah tat karma, sopan
santun, muna-muni, kepatutan, dan tata pergaulan yang dapat memahamkan
kalangan internal umatnyasendiri sekaligus dapat dipahami wilaya public
yang lebih baik luas dari komunitasnya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Aswan, Diktat Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional.Asahan :


Institut Daar Al-Uluum Asahan Kisaran, 2016/2017
Azra, Azyumardi . Studi-studi Agama di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri,
dalam Pendidikan Islam Jakarta: Logos, 1999
Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Pedoman Implementasi Integrasi
Ilmu di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, Jakarta: DIKTIS, 2019
Haidar Putra Daulay. 2019, Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana.
Haidar Putra Daulay. 2018,Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam,
Jakarta : Kencana.

Rahim, Husni. “IAIN dan Masa Depan Islam di Indonesia”, Jakarta: Ditbinperta
Depag RI, 2000

Santoso S. Hamidjojo, Platform Reformasi Pendidikan Nasional, Jakarta: Tim


Kerja Peduli Reformasi Pendidikan Nasional, 2018

Anda mungkin juga menyukai