Anda di halaman 1dari 14

DOSEN PENGAMPU

Muhniansyah Arasid Mahani, S. Pd, M. Pd

“KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH DALAM PEMBINAAN PERGURUAN

AGAMA ISLAM”

Disusun Oleh:

Ahmad Supiani : 180101011011

Muhammad Nafis : 180101011010

Rina Riana : 180101011067

Nellawati Za’rah : 180101010909

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAH KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

BANJARMASIN

2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................

A. Kebijakan pemerintah terhadap pembinaan PAI pada PTKI .............................

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................

A. Simpulan ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................


KATA PENGANTAR

Rasa syukur kepada Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan taufik
dan hidayah-Nya serta kesehatan badan agar khususnya kami penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada
junjungan Nabi Muhammad Saw yang telah diutus oleh Allah SWT menjadi
rasul bagi umat Islam.

Makalah ini sengaja disusun untuk mempelajari dan memahami


“KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH DALAM PEMBINAAN
PERGURUAN AGAMA ISLAM ”. Demikianlah penulis menyusun makalah
ini semoga dapat membawa manfaat bagi para pembaca dan khususnya kami
para penulis sangat mengharapkan kritik dan saran karena makalah ini jauh dari
kata sempurna

Banjarmasin, Oktober, 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak awal berdirinya, Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) yang


kemudian berubah istilah menjadi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam disingkat
PTKI (Menyesuaikan dengan pasal 30 UU nomor 12 tahun 2012) telah
mengalami dinamika yang sangat kompleks.

Perguruan Tinggi Agama Islam terpolarisasi dalam dua kelompok, yaitu:


PTKIN yaitu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri dan PTKIS yaitu
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta. Problem yang dihadapi oleh
Perguruan Tinggi. Keagamaan Islam (PTKI) harus segera diatasi, yang mana
pihak terkait yang bertanggung jawab atas Perguruan Tinggi itu sendiri. Para
akademika harus kompak mendukung pimpinan dalam mengadakan pembenahan.

Pendirian PTKI bisa juga menjadi mercusuar syiar Islam di Indonesia,


karena PTKI sangat berbeda dengan Sekolah. Sekolah adalah untuk mendidik
generasi muda, namun PTKI adalah tempat untuk mendidik guru sekolah bahkan
untuk mendidik intelektual-intelektual di bidang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan pemerintah terhadap pembinaan PAI pada PTKI?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui kebijakan pemerintah terhadap pembinaan PAI pada
PTKI.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebijakan Pemerintah terhadap Pembinaan PAI pada PTKI

Perkembangan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) secara kuantitatif


dewasa ini mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan data yang
dipublikasikan Direktorat Kelembagaan Agama Islam yang kini menjadi
Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS), jumlah Perguruan Tinggi Agama
Islam Negeri (PTAIN) yang semula hanya satu kini sudah mencapai 50 Institusi.
PTAIN saat ini terdiri dari 6 Universitas Islam Negeri (UIN), 12 Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) dan 32 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN).
Adapun Perguruan Tinggi Agama Islam yang berstatus swasta (PTAIS), tercatat
sebanyak 461 Institusi yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.

Keberadaan Perguruan Tinggi termasuk Perguruan Tinggi Agama Islam


(PTAI) mempunyai kedudukan dan fungsi penting dalam perkembangan suatu
masyarakat. Proses perubahan sosial (social change) di masyarakat yang begitu
cepat, menuntut agar kedudukan dan fungsi perguruan tinggi itu benar-benar
terwujud dalam peran yang nyata.

1. Kurikulum PTKI

Sejak ditetapkan keputusan menteri pendidikan nasional nomor


232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum dan penilaian hasil
belajar mahasiswa, yang kemudian disusul dengan keputusan menteri
pendidikan nasional nomor 045/U/2002 tentang kurikulum inti pendidikan
tinggi, dikalangan PTKI timbul perbincangan tentang model pengembangan
kurikulum untuk merespon keputusan tersebut.

Perbincangan tersebut tidak bisa lepas dari komitmen mereka untuk


lebih meningkatkan mutu PTKI, yang menurut direktur pertais, mutu
lulusannya diangggap masih kurang memenuhi harapan masyarakat, dan
sumbangannya pada pengembangan ilmu agama Islam masih dianggap
kurang signifikan.

Oleh karena itu dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi


ini perlu pendekatan teknologis, sehingga dalam menyusun kurikulum atau
program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas tertentu, dengan karakteristik tertentu yang
meliputi, Pertama, penekankan pada pencarian, penguasaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan atas dasar ibadah kepada Allah. Kedua,
Pencarian, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
merupakan proses yang berkesinambungan, yaitu ilmu pengetahuan yang
dicari tiada henti-hentinya. Ketiga, Dalam pencarian, penguasaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan sangat menekankan pada nilai-nilai
akhlak.Keempat, Pengakuan akan potensi dan kemampuan individu untuk
berkembang dalam suatu kepribadian.1

Hal ini selaras dengan aspirasi umat Islam pada umumnya dalam
pengembangan Perguruan Tinggi Agama Islam yang didorong oleh beberapa
tujuan, yaitu:

a) Melaksanakan pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu agama Islam


pada tingkat yang lebih tinggi secara lebih sistematis dan terarah.
b) Melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah Islam dalam arti
luas.
c) Melakukan reproduksi dan kaderisasi ulama dan fungsionaris
keagamaan.2

Hanya saja dalam kurikulum PTKI ini terdapat beberapa kelemahan yang
dirasa perlu mendapat perhatian khusus, yaitu:

1
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2012), h. 54.
2
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Di Tangah Tantgan Milenium III,
(Jakarta: Kencana, 2012), h. 205.
a. Kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat, banyak program studi
yang kurang diminati masyarakat tetap dipertahankan.
b. Kurang efektif, yakni tidak menjamin dihasilkannya lulusan yang sesuai
dengan harapan.
c. Kurang efisien, yakni banyaknya mata kuliah dan SKS tidak menjamin
menghasilkannya lulusan sesuai harapan.
d. Kurang fleksibel, yaitu PTKI kurang berani secara keatif dan
bertanggung jawab mengubah kurikulum guna menyesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat (setempat, nasional atau global).
e. Readibility rendah, tidak komunikatif (bisa menimbulkan banyak tafsir).
f. Hanya berupa deretan mata kuliah.
g. Berbasis (terfokus) pada mata kuliah, penyampaian materi, bukan pada
tujuan burikuler, tujuan belajar, mutu lulusan dan
h. Hubungan fungsional antar mata kuliah yang mengacu pada tujuan
kurikuler yang kurang jelas.3

Untuk mengatasi berbagai kelemahan ini, maka direktur pertais mengambil


kebijakan tentang pengembangan kurikulum yaitu:

a) Kurikulum berbasis hasil belajar.


b) Kurikulum terdiri atas kurikulum inti dan kurikulum institusional.
c) Kurikulum inti (40%) ditetapkan oleh pemerintah dan berlaku secara
nasional, sedangkan kurikulum institusional (60%) ditetapkan oleh
PTKI dan berlaku hanya di PTKI tersebut.
d) Kurikulum secara keseluruhan (inti dan institusional) ditetapkan oleh
PTKI
e) Kualitas kurikulum menjadi tanggung jawab PTKI.

3
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 221
Kebijakan tersebut mengandung makna bahwa:

a. Kurikulum perlu dikembangkan dengan lebih menitik beratkan pada


pencapaian target kompetensi daripada penguasaan materi.
b. Lebih mengkomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia.
c. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan
di PTKI untuk mengembangkan dan melaksanakan program
pendidikan sesuai dengan kebutuhan.
d. Menggunakan prinsip kesatuan dalam kebijakan dan keragaman
dalam pelaksanaan dan
e. Pengembangan kurikulum memuat sekelompok mata kuliah
pengembangan kepribadian (MPB) pada semua program studi.4

Menurut kemendiknas 045/U/2002, bahwa kompetensi yang diharapkan dari


lulusan sarjana S1 adalah sebagai berikut:

a. Kompetensi utama,yaitu merupakan core compeencies yang


diharapkan di kuasai oleh lulusan dari bidang studi tersbu yang
kemudian disebut kurikulum inti.
b. Kompetensi pendukung, yaitu merupakan kompetensi-kompetensi
yang dibutuhkan untuk mennjang core competencies yang diharapkan.
c. Kompetensi lain, yaitu kompetensi yang dianggap perlu untuk
melengapi kedua kompetensi diatas.

2. PTKI dalam Membentuk Kompetensi Lulusan

PTKI didirikan dalam rangka untuk menjawab tantangan ke depan,


yaitu mencetak sarjana yang memilki kualifikasi dalam bidang agama Islam.
Sesuai dengan pembidangan di atas, alumni PTKI adalah sarjana yang
tergolong ke dalam tataran keilmuan yang teoriritis dan implementatif.

4
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum . . . . , h. 223
Sebagai ciri keilmuan yang teoritis dan implementatif adalah keahlian
yang tidak semata-mata implementatif, tetapi juga memilki keahlian
konseptual, yang berciri khas analitik.

Keahlian analitik diperlukan sebab mereka berhadapan dengan


perubahan sosial secara terus menerus yang tentunya juga mengharuskan
perubahan paradigma dalam berpikir. Ilmu-ilmu agama memiliki kaitan
dengan dunia sosial-antropologis, bahkan politik dan ekonomi, sehingga
pengembangan keilmuan Islam juga harus tertata dengan baik.

Peranan pendidikan tinggi dalam pengembangan sumber daya manusia


dapat dicirikan pada tiga hal.5

a. Mencetak manusia yang bertanggung jawab, bahwa ada kaitan antara


fitrah, akhirat dan tanggung jawab. Setiap perbuatan pasti ada tanggung
jawabnya yang berkonsekuensi di akhirat. Tanggung jawab tidak hanya
administratif di dunia, tetapi lebih jauh secara substantif di akhirat.
Melalui tanggung jawab akan tercipta etika sosial, karena setiap
tindakan dalam bentuk apapun akan memiliki nilai tanggung jawab.
b. Peran kebebasan berpikir. Kebebasan berpikir mengajarkan kita bahwa
ilmu pengetahuan adalah sarana untuk membebaskan, melalui
kemampuan berpikir manusia diajarkan untuk menemukan tentang
sesuatu dalam bidangnya. Kebebasan dalam konteks ini adalah
kebebasan untuk menemukan sesuatu, merevisi, atau menguatkan suatu
dalil, teori dan konsep yang telah ada untuk kemaslahatan.
c. Penguasaan terhadap kompetensi. Pendidikan harus mengarahkan
peserta didik pada keahlian tertentu sehingga menjadi sarana untuk
mengakses kehidupan. Oleh karena itu maka pendidikan tinggi harus
dirancang untuk mewujudkan sarjana yang profesional sesuai dengan
keahliannya.

5
A, Qadri Azizy, Pendidikan (agama) untuk Membangun Etika Sosial (Mendidik Anak Sukses
Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat), (Semarang: Aneka Cipta. Azizi 2001), h. 122
Sedangkan dalam kebijaksanaan strategis perguruan tinggi Islam
termasuk PTKIS, sebagai berikut.

a. Membina dan memperbarui keimanan mahasiswa sesuai dengan


ketentuan-ketentuan Islam yang bersumber kepada Al-Quran, As-Sunah,
dan ijtihad atau pemikiran skolastik yang menggambarkan cara berfikir
normatif dan berfikir deskriptif empiris.
b. Mengembangkan rasa, sikap, dan akhlak yang sesuai dengan nilai-nilai
agama yang universal.
c. Mengembangkan kemampuan intelektual sehingga mampu berpikir
ilmiah rasional dan logis
d. Mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu untuk dapat secara
nyata menyelesaikan masalah yang dihadapinya sehari-hari.6

Sementara itu, pelaksanaan pendidikan Islam di PTKI tidak lepas peran


serta masyarakat. Sebagian masyarakat di Indonesia masih memandang agama
sebagai hal yang urgen dalam kehidupan. Oleh karena itu mengetahui dan
memahami persoalan agama merupakan hal yang wajib. Maka wajar jika di
Indonesia terdapat beberapa pesantren dan lembaga pendidikan Islam dengan
jumlah santri yang relatif banyak. Kondisi seperti itu dapat menunjang
kuantitas mahasiswa PTKIS. Sehingga PTKIS tidak sampai kekurangan
mahasiswa.

Menurut keputusan Menteri Agama nomor 353 tahun 2004 tentang


pedoman penyusunan kurikulum pendidikan agama Islam pasal 9, bahwa
kompetensi lulusan dikelompokkan menjadi empat kompetensi, yaitu:

1) Kompetensi dasar adalah kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa


sebagai dasar kompetensi utama,pendukung dan kompetensi lainnya.
2) Kompetensi utama adalah kompetensi yang dimiliki oeh mahasiswa
setelah menyelesaikan pendidikannya disuatu program studi tertentu.

6
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press.1995). h. 155
3) Kompetensi pendukung adalah kompetensi yang diharapkan dapat
mendukung kompetensi utama.
4) Kompetensi lain adalah kompetensi yang dianggap perlu dimiliki oleh
mahasiswa sebagai bekal mengabdi di masyarakat, baik yang terkait
langsung maupun yang tidak terkait.7

3. Pengembangan Disiplin Ilmu Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan keputusan menteri agama nomor 110 Tahun 1982 dilakukan


pembidangan Ilmu agama Islam, yang kemudian telah dikembangkan dalam
lingkungan perguruan tinggi agama Islam baik negeri maupun swasta.
Keputusan menteri yang mendapat persetujuan dari pimpinan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesi (LIPI) yang dibagi menjadi delapan bidang yang dibagi
lagi menjadi disiplin ilmu sebagaimana tabel dibawah ini:

No Bidang Ilmu Disiplin Ilmu


1 Qur’an dan Hadits a. Ulumul qur’an
b. Ulumul hadits
2 Pemikiran dalam Islam a. Ilmu kalam,
b. Falsafah,
c. Tasawuf
d. Aliran modern
3 Fiqh (hukum Islam dan pranata a. Fiqh Islam
social) b. Ushul fiqh
c. Pranata social
d. Ilmu falak
4 Sejarah dan peraaban Islam a. Sejarah Islam
b. Perdaban Islam
5 Bahasa a. Bahasa arab
b. Sastra arab
6 Tarbiyah al-islamiyah a. Pend. dan pengajaran Islam
7
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum . . . . , h. 224
b. Ilmu nafsil islamy
7 Dakwah Islamiah a. Dakwah
b. Perbandingan agama
8 Perkembangan pemikiran modern di a. Hukum
dunia Islam b. Politik
c. Social
d. Ekonomi

Sejak tahun 2001 berdasarkan undang-undang nomor 22 tahun 1999


tentang pemerintahan daerah telah diberlakukan otonomi daerah bidang
pendidikan dan kebudayaan. PTAI dalam menatap potonomi daerah
mengutamakan prospek PAI sebagai wadah pengembangan perguruan tinggi.

Menurut Prof. Muhaimin pengembangan PTKI lebih menekankan pada


pengembangan imu pengetahuan agama Islam dalam pengertian al-ulum an-
naqliyah (perennial knowladge). Pengembangan semacam ini ternyata
mendapat kritik paradigm yang mendasari PTKI kurang relevan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tntutan pembangunan nasional karena
bersifat sangat sektoral. Dengan demikian PTKI lebih mengabadikan faham
dualisme atau dikotomi dan melahirkan over specialization, bahkan terjadi
isolasi akademik.

Dengan adanya fakultas/jurusan tarbiyah diharapakan mampu


memberikan konstribusi terhadap pembangunan daerah, khususnya di bidang
pendidikan agama Islam. Sumbangsih dari lulusan tarbiyah di butuhkan
pemikran dalam mengembangkan strategi, model-model manajemen
sekaligus action plan-nya, maupun model kurikulumnya guna sebagai
pencerahan prospek pendidikan di masa depan.8

BAB III
8
Muhaimin. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. (Bandung: Nuansa Cendekia), h. 297-
300
PENUTUP

A. Simpulan

Dalam kurikulum Perguruan Tinggi Umum materi PAI adalah merupakan


salah satu bagian dari komponen Mata Kuliah Pembinaan Kepribadian (MKPK)
dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam memanglah menjadi media pendidikan
agama yang bertujuan untuk melaksanakan pengkajian, pengembangan ilmu-ilmu
agama Islam serta melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah Islam
yang memenuhi standart kompetensi pada semua bagian.

Penjabaran matakuliah di PTAI telah ditetapkan kurang lebih enam belas


sub mata kuliah. Secara optimal PTAI telah mampu memberikan matakuliah
sesuai jumlah sks yang ditawarkan, sedangkan alokasi waktu di PTU yang lebih
sedikit, mengakibatkan kurang mendapat perhatian secara utuh, bahkan bagi
mahasiswa yang cenderung kurang minat dalam PAI. Salah satu kendala ini
menyebabkan PAI masih di anggap gagal untuk menyampaikan misinya, sehingg
butuh perhatian dan kerjasama dari semua pihak untuk mengembangkan PAI
menjadi lebih baik.

B. Saran

Kami sadar dalam makalah ini banyak memiliki kekurangan. Untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari sebegnap pembaca untuk
dapat menyempurnakan makalah kami lain kali.
DAFTAR PUSTAKA

Azizy, A, Qadri. 2001. Pendidikan (agama) untuk Membangun Etika Sosial


(Mendidik Anak Sukses Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat).
Semarang: Aneka Cipta. Azizi

Azra, Azyumardi. 2012. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Di Tangah


Tantgan Milenium III. Jakarta: Kencana

Feisal, Jusuf Amir. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani
Press

Muhaimin. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,


Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers

Muhaimin. 2012. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan


Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Rosdakarya

Muhaimin. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. Bandung: Nuansa


Cendekia

Anda mungkin juga menyukai