Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Landasan Pengembangan Kurikulum

Mata Kuliah

“ Pengembangan Kurikulum ”

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Nirbayunda Aulia Nayarana 2214010230

Uncu Setiawan 2214010245

Khaidatul Rahimah 2214010258

Dosen Pembimbing :

Rilci Kurnia Illahi, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1445 H / 2024 M
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun
tidak akan menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah
SWT. Selain itu, penulis juga merasa sangatbersyukur karena telah
mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam.
Shalawat serta salam senantiasa dicurahkan kepada Rasulullah SAW,
Nabi dan Rasul terakhir yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar
dan sekaligus menyempurnakan akhlak melalui petunjuk wahyu illahi. Dengan
nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
yang merupakan tugas mata kuliah “ Pengembangan Kurikulum.” Penulis
sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu Bapak Rilci
Kurnia Illahi, S.Pd., M.Pd dan semua pihak yang turut membantu proses
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan
dan kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan
dikemudian hari. Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat
umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin.

Padang, 04 Maret 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................1

C. Tujuan Masalah...........................................................................................2

BAB II..................................................................................................................3

PEMBAHASAN..................................................................................................3

A. Hakikat Landasan Pengembangan Kurikulum..............................................3

B. Landasan Pengembangan Kurikulum............................................................5

BAB III...............................................................................................................12

PENUTUP..........................................................................................................12

A. Kesimpulan..................................................................................................12

B. Saran............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses menyusun
rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana
cara mempelajarinya. Namun demikian, persoalan mengembangkan isi dan
bahan pelajran serta bagaimana cara belajar siswa bukanlah suatu proses yang
sederhana, sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari
visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai, sedangkan menentukan tujuan, erat
kaitannya dengan persoalan sistem nilai dan kebutuhan masyarakat. Persoalan
inilah yang kemudian membawa kita pada persoalan menentukan hal-hal yang
mendasar dalam proses pengembangan kurikulum yang kemudian kita
namakan asas-asas atau landasan pengembangan kurikulum.
Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para
penyusun kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai
kurikulum ideal, akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar
pertimbangan oleh para pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan
dan para guru serta pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas
pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam
melakukan pembinaan terhadap implementasi kurikulum di setiap jenjang
pendidikan. Penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan
secara sembarangan. Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu
dijadikan dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan,
sehingga dapat memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan
pembelajaran secara lebih efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakikat dari Landasan Pengembangan Kurikulum?
2. Apa saja Landasan Pengembangan Kurikulum?

1
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Hakikat Landasan Pengembangan Kurikulum.
2. Mengetahui Landasan yang Digunakan dalam Pengembangan
Kurikulum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Landasan Pengembangan Kurikulum

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh


terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam
pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat
dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-
landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian
yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang
kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan
sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.

Kaber. A dalam buku yang berjudul “Pengembangan Kurikulum”(2007:11)


Mengemukakan ada beberapa faktor yang melandaskan kurikulum, yaitu :

1. Filsafat dan Tujuan pendidikan nasional

Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita


masyarakat. Berdasarkan cita-cita tersebut terdapat landasan, mau
dibawa kemana pendidikan anak. Dengan kata lain, filsafat
pendidikan merupakan pandangan hidup masyarakat. Filsafat
pendidikan menjadi landasan untuk merancang tujuan pendidikan,
prinsip-prinsip pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar
yang bersifat mendidik.

2. Sosial budaya dan agama

Keadaan sosial budaya dan agama tidaklah terlepas dari


kehidupan kita. Keadaan sosial budayalah yang sangat berpengaruh
pada diri manusia, khususnya sebagai peserta didik. Sikap atau
tingkah laku seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh interaksi
sosial yang membuat seseorang untuk bertingkah laku yang sesuai
dengan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar. Agama yang
3
membatasi tingkah laku kita juga sangat besar pengaruhnya dalam
membuat suatu kurikulum.

3. Perkembangan peserta didik

Setiap peserta didik pasti mempunyai karateristik yang


berbeda. Dengan keadaan peserta didik yang memiliki perbedaan
dalam hal kemampuan beradaptasi atau dalan hal perkembangan,
tentunya juga ikut ambil bagian dalam melandasi terwujudnya
kurikulum yang sesuai dengan harapan. Kurikulum akan dibuat
sedemikian rupa untuk mengimbangi perkembangan peserta
didiknya.

4. Keadaan lingkungan

Meliputi lingkungan manusiawi (interpersonal), lingkungan


kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan lingkungan hidup
(bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).

5. Kebutuhan pembangunan

Tujuan pokok pembangunan adalah untuk menumbuhkan


sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk
mewujudkan kesejahteraan lahir batin yang lebih selaras, adil dan
merata. Keberhasilan pembangunan ditandai oleh terciptanya suatu
masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera.

6. Perkembangan IPTEK

Dukungan iptek terhadap pembangunan dimaksudkan untuk


memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat mandiri,
maju dan sejahtera. Penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi dilaksanakan oleh berbagai pihak,
yakni:

4
a. Pemerintah, yang mengembangkan dan memanfaatkan
iptek untuk menunjang pembangunan dalam segala
bidang.
b. Masyarakat, yang memanfaatkan iptek itu untuk
pengembangan masyarakat dan mengembangkannya
secara swadaya.
c. Akademisis terutama di lingkungan perguruan tinggi,
mengembangkan iptek untuk disumbangkan kepada
pembangunan.
d. Pengusaha, untuk kepentingan meningkatan produktivitas.

B. Landasan Pengembangan Kurikulum

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh


terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam
pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat
dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-
landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian
yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang
kuat dapat berakibat fatal terhadap pendidikan itu sendiri.
Ada 4 landasan yang erat kaitannya dengan pengembangan kurikulum
yaitu; (1) landasan filosofis; (2) landasan psikologis; dan (3) landasan sosiologis,
(4) landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1) Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum
Filsafat berarti "cinta akan kebijakan", untuk mengerti dan berbuat
bijak, seseorang harus memiliki pengetahuan, dan pengetahuan yang
diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berpikir secara mendalam, logis
dan sistematis. Secara harfiah, filsafat dapat diartikan sebagai cinta yang
mendalam akan kearifan. Secara populer, filsafat sering diartikan sebagai
pandangan hidup suatu masyarakat atau pendirian hidup bagi individu
(Sanjaya, 2008).
Adapun alasan filosofis dianggap sebagai landasan pengembangan
kurikulum adalah asumsi-asumsi atau rumusan yang didapatkan dari hasil
5
berfikir secara mendalam, analitis, logis dan sistematis dalam
merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum.
Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa, filsafat
merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah
pencapaian tujuan pendidikan.
Dalam Sanjaya (2008:43), ada empat fungsi filsafat dalam proses
pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat menentukan arah dan
tujuan pendidikan. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi
pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan.
Keempat, melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolak
ukur keberhasilan proses pendidikan.
Dalam kurikulum terdapat berbagai komponen yang dalam
pengembangannya harus didasari pada asumsi atau landasan pikiran yang
mendalam, logis, sistematis, dan menyeluruh atau disebut landasan
filosofis. Adapun manfaat penggunaan filsafat pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum antara lain:
a. Memberikan arah yang jelas terhadap tujuan pendidikan,
b. Dapat memberikan gambaran yang jelas dari hasil yang dicapai,
c. Memberikan arah terhadap proses yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan,
d. Memungkinkan dapat mengukur hasil yang dicapai, dan
e. Memberikan motivasi yang kuat untuk melakukan aktivitas.
Menurut Maclure dalam Wijaya, dkk. (1992) terdapat 6 acuan dimensi
pendekatan nasional dalam perkembangan kurikulum di suatu negara,
yakni:
a. Kerangka acuan yang jelas tentang tujuan nasional dihubungkan
dengan program pendidikan;
b. Hubungan yang erat antara pengembangan kurikulum nasional
dengan reformasi sosial politik negara;
c. Mekanisme pengawasan (kontrol) dari kebijakan kurikulum yang
ditempuh;
d. Mekanisme pengawasan dari pengembangan dan aplikasi kurikulum
6
di sekolah;
e. Metode ke arah pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan
kebutuhan;
f. Penelaahan derajat desentralisasi dari implementasi kurikulum di
sekolah
Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dan pemikiran-
pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan
(Susilana, dkk.: 2006). Lebih lanjut dikatakan bahwa kurikulum pada
hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan karena tujuan
pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu
bangsa maka tentu saja kurikulum yang dikembangkan juga akan
mencerminkan falsafah hidup yang dianut oleh bangsa tersebut. Oleh
karena itu, terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum
pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya.
Sebagai contoh, Indonesia pada masa penjajahan Belanda, kurikulum
yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada kepentingan politik
Belanda.

2) Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum

Kurikulum sebagai program dan alat untuk mencapai tujuan


pendidikan, senantiasa berhubungan dengan proses perubahan perilaku
peserta didik. Oleh karena itu, tentu saja dalam mengembangkan kurikulum
pendidikan harus menggunakan landasan yang bersumber studi ilmiah
bidang psikologi. Peserta didik adalah individu yang sedang berada pada
proses perkembangan, seperti pekembangan dalam segi fisik, intelektual,
sosial, emosional, moral, dan lain sebagainya. Tugas utama pendidik adalah
membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik tersebut. Melalui
penerapan landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain
agar upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikain dengan hakikat
peserta didik.

Pada dasarnya ada dua jenis psikologi yang memiliki kaitan yang
sangat erat dan harus dijadikan sumber pemikiran dalam mengembangkan
7
kurikulum, yaitu: Psikologi perkembangan, dan Psikologi belajar. Psikologi
perkembangan adalah ilmu atau studi yang mengkaji perkembangan
manusia, beserta keenderungan perilaku yang ditunjukannya. Adapun
psikologi belajar, adalah suatu pendekatan atau studi yang mengkaji
bagaimana manusia umumnya melakukan proses belajar.

Dalam psikologi perkembangan, pentingnya pemahaman tentang


masa perkembangan ini disebabkan beberapa alasan. Pertama, setiap anak
didik memiliki tahapan atau masa perkembangan tertentu. Kedua, anak
didik yang sedang pada masa perkembangan merupakan periode yang
sangat menentukan untuk keberhasilan dan kesuksesan hidup mereka.
Ketiga, pemahaman akan perkembangan anak, akan memudahkan dalam
melaksanakan tugas-tugas pendidikan, baik yang menyangkut proses
pemberian bantuan memecahkan masalah yang dihadapi, maupun dalam
mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan.

Untuk memahami perkembangan peserta didik, salah satu teori yang


banyak digunakan adalah seperti yang dikemukakan oleh Piaget yang
terkenal dengan teori perkembangan kognitif. Menurut Piaget (dalam
Sanjaya: 49), kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental
yang mengarahkan dan membimbing perilaku anak sesuai tahapannya.
Tahapan perkembangan kognitif itu terdiri dari empat fase, yaitu:

a. Sensorimotor yang berkembang dari mulai lahir sampai usia 2


tahun;
b. Praoperasional, mulai dari usia 2 sampai 7 tahun;
c. Operasional konkret, berkembang dari usia 7 sampai 11 tahun;
d. Operasional formal dimulai dari usia 11 tahun sampai 14 tahun ke
atas.

Karakteristik perilaku setiap individu pada berbagai tingkatan


perkembangan merupakan kajian dari psikologi perkembangan. Oleh
karena itu, dalam pengembangan kurikulum harus senantiasa berhubungan
dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta didik maka landasan

8
psikologi mutlak harus menjadi dasar pengembangan kurikulum.
Perkembangan-perkembangan yang dialami oleh peserta didik, pada
umumnya diperoleh melalui proses belajar. Guru/pendidik harus selalu
mencari upaya untuk dapat membelajarkan peserta didik. Cara belajar dan
mengajar yang dapat memberikan hasil optimal tentu memerlukan
pemikiran yang mendalam, yaitu dilihat dari kajian psikologi belajar
(Susilana, dkk.: 2006).

Anak adalah pribadi yang unik harus diperhatikan dalam


pengembangan kurikulum pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi
tersendiri dan memiliki perbedaan dan juga persamaan. Implikasinya
adalah:

a. Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan


bakat, minat dan kebutuhannya;
b. Disamping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program
inti) yang wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan
pula pelajaran yang sesuai dengan minat anak;
c. Kurikulum disamping menyediakan bahan ajar yang bersifat
kejuruan, juga menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik.
Bagi anak yang berbakat di bidang akademik diberi kesempatan
untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya;
d. Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung
pengetahuan, nilai/sikap, dan keterampilan yang
menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan batin.

A. Landasan Sosiologis dalam Pengembangan Kurikulum

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai


suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita
maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk
terjun kelingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan
semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai
untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

9
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal
maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan
masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan
budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.

Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa


melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam
peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. Dengan
demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbankan,
merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya dalam suatu
masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

4. Landasan ini didasari bahwa pendidikan adalah proses budaya untuk


meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan adalah proses
sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya. Dalam
konteks inilah anak didik dihadapkan dengan budaya manusia, dibina, dan
dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya serta dipupuk kemampuan
dirinya menjadi manusia (Susilana, dkk. 2006). Kurikulum dalam setiap
masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi dari cara orang berpikir, berasa,
bercita-cita atau kebiasaan-kebiasaan. Karena itu, dalam mengembangkan
suatu kurikulum perlu memahami kebudayaan. Kebudayaan adalah pola
kelakuan yang secara umum terdata dalam satu masyarakat, meliputi
keseluruhan ide, cita-cita, pengetahuan, kepercayaan, cara berpikir, dan
kesenian. Pengembangan kurikulum yang dilandasi oleh hal tersebut sifatnya
umum, artinya berlaku bagi kehidupan masyarakat.

B. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi dalam Pengembangan Kurikulum

Nasution S, (dalam Azas-azas kurikulum:2001) menjelaskan bahwa Ilmu


pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang
dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari
ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan.
Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengahan ilmu
pengetahuan telah berkembang dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan

10
pada masa kini banyak didasari oleh penemuan dan hasil pemikiran para filsuf
purba seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John Dewey, Archimides, dan lain-lain.

Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak


dihasilkan temuan-temuan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti
kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu bangsa atau
kelompok tertentu. Baik secara langsung maupun tidak langsung perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan.
Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan
pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alatalat
dan bahan yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan
dan sekaligus menuntut sumber daya manusia yang handal untuk
mengaplikasikannya.

Sumber nilai yang ada dalam masyarakat untuk dikembangkan melalui


proses pendidikan ada tiga, yaitu logika, estetika, dan etika. Ilmu pengetahuan dan
kebudayaan adalah nilai-nilai yang bersumber pada logika (pikiran). Sebagai akibat
dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada hakikatnya adalah hasil
kebudayaan manusia maka kehidupan manusia semakin luas, semakin meningkat
sehingga tuntutan hidup pun semakin tinggi. (Susilana, dkk.: 2006).

Calhoun, Light, dan Keller (Susilana, dkk.: 2006) merinci 7 fungsi sosial
pendidikan yang patut diperhatikan oleh para pendidik, yakni:

a. Mengajar keterampilan;
b. Mentransmisikan budaya;
c. Mendorong adaptasi lingkungan;
d. Membentuk kedisiplinan;
e. Mendorong bekerja berkelompok;
f. Meningkatkan perilaku etik;
g. Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar
dalam setiap pengembangan kurikulum, yaitu:

1) Landasan Filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat


manusia, hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak
dalam mengembangkan kurikulum. Asumsiasumsi filosofis tersebut
berimplikasi pada permusan tujuan pendidikan, pengembangan isi atau
materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan peserta didik dan
peranan pendidik.
2) Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi
yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua
jenis psikologi yang harus menjadi acuan yaitu psikologi perkembangan
dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan mempelajari proses dan
karaktersitik perkembangan peserta didik sebagai subjek pendidikan,
sedangkan psikologi belajar mempelajari tingkah laku peserta didik dalam
situasi belajar. Ada tiga jenis teori belajar yang mempunyai pengaru besar
dalam pengembangan kurikulum, yaitu teori belajar kognitif, behavioristik,
dan humanistic.
3) Landasan sosiologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari sosiologi
dan antrofologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum. Karakterstik sosial budaya di mana peserta didik hidup
berimplikasi pada program pendidikan yang akan dikembangkan.
4) Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari
hasil-hasil riset atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang
menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Pengembangan
12
kurikulum membutuhkan sumbangan dari berbagai kajian ilmiah dan
teknologi baik yang bersifat hardware maupun software sehingga
pendidikan yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan ilmu pngetahuan dan teknologi.

B. Saran
Tak lupa kami juga mengharapkan kritik dan saran serta solusi dari
pembaca agar kiranya makalah-makalah selanjutnya dapat lebih baik dari
sebelumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2011. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi
Aksara.Idi
Mulyasa, E. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep,
Karakteristik, dan Implementasi). Bandung: Rosdakarya.
Omstein, Allan C. 2004. Curriculum- Foundations, Principle, and Issues.
Boston: Pearson Education, Inc.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sukirman, D. Tanpa tahun. Landasan Pengembangan Kurikulum [online].
Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR.PEND.LUARBIA
SA/196209061986011-AHMAD
MULYADIPRANA/PDF/Landasan Kurikulum.pdf (diakses 29
Februari 2024)
Susilana, Rudi (Koordinator). (2006). Kurikulum dan Pembelajaran.
Bandung: FIP UPI Bandung.

14

Anda mungkin juga menyukai