KURIKULUM
Dosen Pengampu
Oleh :
Mutmainnah : 1747042098
Kelas M.6.6
ii
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara berkembang (developing countries), negara terbelakang
(underdeveloping), dan negara maju (developed countries) memiki asas-
asas yang berbeda namun tetap ada kesamaannya. Kata “asas” atau “dasar”
memiliki arti sebagai pondasi atau acuan atau sandaran yang digunakan
untuk melakukan suatu kegiatan. Kurikulum merupakan bagian daripada
pendidikan, dan pendidikan tentunya harus dibangun di atas dasar atau
pondasi atau asas yang kuat. Seperti halnya negara lainnya, maka
pendidikan di Indonesia berdasarkan asas falsafah bangsa Indonesia. Asas-
asas inilah yang nantinya akan dijadikan dasar pelaksanaan setiap
kurikulum yang ada.
Pendidik atau guru tidak cukup hanya melihat asas-asas atau dasar
di dalam pengembangan kurikulum, yang tidak kalah pentingnya ialah
jenis-jenis kurikulum. Jenis-jenis kurikulum ini dianggap penting untuk
diketahui oleh pendidik atau guru karena untuk memudahkan dalam proses
pembelajaran di kelas maupun di luar kela. Sang guru akan
mempertimbangkan secara logis, sistematis, dan efisien jenis kurikulum
manakah yang tetap diterapkan untuk anak didiknya.
Berdasarkan dasar pemikiran tersebut kami ingin mengangkat
judul makalah “Asas-asas dan Jenis-jenis Pengembangan Kurikulum”,
guna memberikan wawasan lebih kepada kami sebagai mahasiswa yang
memilih program studi PGSD yang prospek kerjanya ke depan
insyaaAllaah akan menjadi seorang guru atau pendidik, selanjutkan
kepada pembaca, baik itu mahasiswa, masyarakat, dan orang tua (peserta
didik).
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi asas atau dasar di dalam pengembangan
kurikulum?
ii
2. Apa saja jenis-jenis kurikulum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui, memahami, dan memberikan informasi mengenai
asas atau dasar di dalam pengembangan kurikulum.
2. Untuk mengetahui, memahami, dan memberikan informasi mengenai
jenis-jenis kurikulum
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asas-asas Pengembangan Kurikulum
1. Asas Filosofis
Asas filosofis ini berkaitan dengan tujuan dari pendidikan itu
sendiri yang ingin dicapai atau diwujudkan. Mengingat bahwa setiap
negara memiliki pondasi atau dasarnya masing-masing dalam menetapkan
tujuan pendidikan di negaranya. Maka Indonesia memiliki tujuan
pendidikan sendiri yang tercermin di dalam falsafah bangsa yakni
Pancasila dan UUD Tahun 1945 yang keduanya telah diterima secara
resmi dan menjadi dasar pendidikan nasional.
Keselarasan antara filsafat pendidikan nasional dan filsafat
pendidikan Islam terlihat pada UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN No. 2 Tahun 1989, Bab II Pasal 4) dan UU
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3. Dalam
batasan yang modern filsafat berarti ilmu yang berusaha memahami semua
hal yang muncul di dalam keseluruhan ruang lingkup dari pengalaman
manusia, sedangkan dalam arti yang sebenarnya filsafat bermakna cinta
akan kebenaran yang berasal dari dua kata yakni “Philein” (cinta) dan
“Sophia” (kebajikan) dengan harapan agar manusia-manusia dapat
mengerti dan mempunyai pandangan yang menyeluruh dan sistematis di
dalam mengenal alam semesta dan tempat manusia di dalamnya, sehingga
mampu mengetahui intinya bahwa manusia merupana bagian dari dunia
(Barnadib, 1994: 11).
Manusia atau individu tidak harus mempelajari ataupun mendalami
semua aspek atau bidang filsafat untu mengembangkan sebuah kurikulum.
Sebab hampir tidak pernah ditemukan pada diri seorang individu yang
menganut aliran-aliran filsafat yakni (prenialisme, idealisme, realisme,
eksistensialisme, dan pragmatisme) menerapkannya secara bersamaan,
namun menerapkannya pada kondisi dan situasi tempat yang berbeda
(Ibid: 15). Dalam konteks pendidikan falsafah nasional yakni Pancasila
ii
dijadikan pedoman bagi lembaga pendidikan di dalam mengembangkan
falsafah masing-masing yang sesuai dengan misi dan tujuan nasional serta
nilai-nilai masyarakat yang dilayani. Keberhasilan seorang anak didik di
dalam menerima ilmu pengetahuan dan mampu mewujudkan dalam
bentuk perubahan perilaku yang sesuai dengan harapan orang tua,
masyarakat, dan bangsa itu sangatlah ditentukan oleh falsafah pendidikan
terhadap profesinya.
2. Asas Psikologis
a. Psikologi anak
Yang menjadi perhatian atau fokus utama pada asas ini ialah anak.
Anak yang mulanya belajar dari lingkungan keluarga nantinya akan
belajar di lingkungan sekolah, menempati ruang-ruang kelas dan
mengikuti pembelajaran. Sehingga di dalam pengembangan kurikulum
sangat diperlukan perhatian terhadap kepentingan anak semisal
menciptakan situasi-situasi yang mampu membuat anak belajar dan
mengembangkan minat-bakatnya sesuai dengan perkembangannya.
b. Psikologi belajar
Anak di dalam proses pendidikan haruslah diperhatikan psikologi
belajarnya. Penting bagi pendidik menemukan jawaban yang tepat
mengenai pertanyaan: bagaimanakah anak itu belajar?. Kemudian
mengetahui betul seperti apa belajar yang dapat memberikan hasil-hasil
yang optimal, maka tentu kurikulum dapat direncakan seefektif-efekifnya.
Teori-teori Belajar
Pentingnya memiliki teori di dalam merencanakan suatu kurikulum
agar dapat menentukan pembelajaran dan kondisinya yang lebih efisien.
Terdapat 5 teori belajar yang dapat diterapkan oleh guru sebagai tenaga
pendidik dalam proses pembelajaran, yaitu: teori keprinadian,
behaviorisme, gestalt, psikologi daya, dan pengembangan kognitif.
3. Asas Sosiologis
Inti dari asas sosiologis ini ialah bagaimana anak dapat dididik
yang nantinya mampu mematuhi atura-aturan yang ada di masyarakat
ii
tempatnya hidup. Mengembangkan kurikulum untuk mencerminkan
keinginan, cita-cita, dan kebutuhan masyarakat. Sehingga sudah
sewajarnya pendidikan memerhatikan aspirasi masyarakat, karena pada
dasarnya di antara persoalan pendidikan dan aspek lain (misal: ekonomi,
politik, dan lain-lain) mempunyai keterkaitan.
Masyarakat yang dinamis seharusnya sudah mampu melepaskan
kenangan masa lalu (masa kolonial) dengan tidak lagi menerapkan
kurikulum yang statis, kolot, dan terkesan membatu. Salah satu
pembuktian bahwa Indonesia telah merdeka ialah Indonesia mampu
menerapkan kurikulum yang fleksibel, dapat berubah menurut kebutuhan
dan keadaan serta tetap berorientasi pada masa depan.
Sistem pendidikan serta lembaga-lembaga pendidikan dalam
pandangan sosiologi terdapat bahan yang memiliki beragam fungsi bagi
kepentingan masyarakat, yakni: (1) Mengadakan revisi dan perubahan
sosial, (2) Mempertahankan kebebasan akademis dan kebebasan
melakukan penelitian ilmiah, (3) Mendukung dan turut memberi
kontribusi kepada pembangunan, (4) Menyampaikan kebudayaan dan
nilai-nilai tradisional serta mempertahankan status quo, (5)
Mengeksploitasi orang banyak demi kesejahteraan golongan elite, (6)
Mewujudkan reolusi sosial untuk melenyapkan pengaruh-pengaruh
pemerintah terdahulu, (7) Mendukung kelompok-kelompok tertentu,
antara lain kelompok militer, industri, atau politik, (8) Menyebarluaskan
falsafah, politik, dan kepercayaan tertentu, (9) Membimbing dan
mendisiplinkan jalan pikiran generasi muda, (10) Mendorong dan
mempercepat laju kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, (11)
Mendidik generasi muda agar menjadi warga negara nasional dan warga
dunia, (12) Mengajarkan keterampilan pokok, misalnya: membaca,
menulis, dan berhitung serta, (13) Memberikan keterampilan yang
berhubungan dengan mata pencarian (Nasution, 1989: 23-24).
ii
Harapan yang akan muncul dari asas ini ialah pengembangan
kurikulum yang tetap merujuk pada asas kemasyarakatan sekaligus
mengutamakan kebutuhan masyarakat.
4. Asas Organisatoris
Asas ini berkaitan dengan masalah bagaimana menyajikan
program-program pembelajaran yang telah disusun sedemikian rupa dapat
disampaikan kepada anak didik (Nurgiantoro, 1988, 111). Apakah
penyajian program pembelajaran tersebut disajikan dalam bentuk yang
terpisah-pisah, ataukah mengusahakan adanya keterkaitan atau hubungan
antara pembelajaran satu dengan pembelajaran lainnya?, misalnya broad-
field, bidang studi. Sebagai konklusi dari pertanyaan-pertanyaan di atas
mengenai asas organisatoris, terdapat 3 hal utama atau pokok yang perlu
diperhatikan, yakni: (1) Tujan Bahan Ajar/Pelajaran, (2) Sasaran Bahan
Ajar/Pelajaran, dan (3) Pengorganisasian Bahan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan
mengorganisasikan bahan berdasarkan topik, tema, kronologi, konsep, isu,
logika, dan proses disiplin. Agar lebih jelas dan memudahkan dalam
memahami, perhatikan contoh berikut:
Organisasi Contoh:
Bahan Berdasarkan
Topik (biasanya digabungkan Perang Kemerdekaan
dengan salah satu pendekatan
a.
lainnya atau dibagi dalam
sejumlah sub topik)
d. Konsep “Kemerdekaan”
ii
terhadap watak bangsa Indonesia
ii
Terdiri dari berbagai mata pelajaran dan setiap mata pelajaran terdapat
bahan pelajaran yang kesemuanya harus dikuasai peserta didik secara
sistematis, logis dan mendalam (Seotopo & Soemanto, 1993:78). Contoh
perumpamaannya sebagai berikut:
ii
atau Pelajaran Al-Qur’an
Pelajaran Ilmu
Sejarah
Ekonomi Hewan
ii
b. Korelasi Etis, fokus konsentrasinya dipilih mata pelajaran pendidikan
Agama untuk membentuk budi pekerti.
c. Korelasi Sistematis, yakni korelasi yang telah diatur secara baik,
biasanya direncanakan oleh guru.
3. Kurikulum Menyatukan Mata Pelajaran (Board Fields Curriculum)
Kurikulum ini menghapuskan batasan dan menyatukan mata
pelajaran (subject matter) yang berhubungan erat. Menurut Hilda Taba
bahwa “The broads fields curriculum is essentialy an effort to
automatization of curriculum by combining several specific areas large
fields” (The board fields curriculum adalah usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kurikulum dengan mengoalisikan beberapa mata pelajaran).
Contohnya: Matematika, Biologi, Kimia, dan Fisika digabungkan menjadi
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
a. Symblies: Bahasa, Matematika, dan bentuk-bentuk Simbol non
Diskursif
b. Experics: IPA, Sains, Psikologis dan Ilmu-Ilmu Sosial
c. Esthetics: Musik, Seni Lukis, Seni Gerak, Sastra, Agama, dan lain
sebagainya.
d. Syuneetics: Filsafat, Psikologis, Sastra, Agama, dan lain sebagainya.
e. Ethics: berbagai aspek moral dan tata adab
Nfwenfwnefkwe
a. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), merupakan peleburan dari mata
pelajaran Ilmu Alam, Ilmu Kimia, Ilmu Hayat, dan Ilmu Kesehatan.
b. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan peleburan dari mata
pelajaran Ilmu Bumi, Hukum, Sejarah, Ekonomi, Civic, dan
semisalnya.
c. Bahasa, merupakan peleburan dari mata pelajaran Menulis, Membaca,
Menyimak, Mengarang, dan Pengetahuan Bahasa.
d. Matematika, merupakan peleburan dari mata pelajaran Ruang,
Statistik, Sudut, Aljabar, Berhitung, Ilmu Ukur, dan Bidang.
ii
e. Kesenian, merupakan peleburan dan mata pelajaran Seni Suara, Tari,
Klasik, Drama, dan Seni Pahat.
ii
4. Kurikulum Terintegrasi (Integrated Curriculum)
a. The Child Centered Curriculum
Kurikulum bentuk ini menjadikan faktor anak sebagai fokus perhatian
utama.
b. The Social Function Curriculum
Kurikulum bentuk ini menjadikan mata pelajaran yang berhubungan
dengan fungsi-fungsi utama lingkungan kehidupan sosial anak sebagai
dasar pengorganisasian pengalaman belajar yang disusun sedemikian
rupa agar memberikan konsekuensi produksi, konsumsi, proteksi,
transportasi, komunikasi, rekreasi, ekspresi estetis, dan ekspresi
dorongan keagamaan.
c. The Experience Curriculum
Kurikulum ini menjadikan kebutuhan anak dalam hal pengalaman
sebagai fokus perhatian utama.
d. Development Activity Curriculum
Kurikulum jenis ini sangat memerhatikan adanya peningkatan dalam
perkembangan kegiatan anak (kebuthuan, kebiasaan dan masalah-
masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan lingkungan dan
kebudayaan)
e. Core Curriculum
Core curriculum merujuk kepada suatu rencana yang
mengorganisasikan dan mengatur (scheduling) mengenai bagian paling
krusial dari program pendidikan umum yang ada di sekolah (Sailor &
Alexander, 1956). Di dalam memberikan pelajaran yang umum pada
prinsip core curriculum Alberty (dalam Abdullah Idi 2006: 150)
mengajukan enam jenis core program, yakni:
1) Core yang terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang
diorganisasikan,
2) Core yang terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang dihubungkan
antara mata pelajaran satu dengan lainnya,
ii
3) Core yang merupakan masalah luas yang dapat memenuhi
kebutuhan fisik dan sosial, serta minat anak didik,
4) Core yang oleh anak didik dan guru direncanakan untuk memenuhi
kebutuhan kelompok.
ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara berkembang (developing countries), negara terbelakang
(underdeveloping), dan negara maju (developed countries) memiki asas-
asas yang berbeda namun tetap ada kesamaannya. Kata “asas” atau “dasar”
memiliki arti sebagai pondasi atau acuan atau sandaran yang digunakan
untuk melakukan suatu kegiatan. Indonesia memiliki asas-asas tersendiri
baik itu asas negara, asas pendidikan, dan lainnya. Di dalam
pengembangan kurikulum terdapat asas filosofi, asas psikologis, asas
sosiologis, dan asas organisatoris.
Para pengembang kurikulum, guru atau tenaga pendidik lainnnya
perlu mengetahui jenis-jenis kurikulum. Pengetahuan mengenai jenis-jenis
kurikulum tersebut dapat dijadikan bekal untuk pengembangan kurikulum
menjadi lebih baik lagi ke depannya dan memudahkan guru untuk
mengetahui prosedur dan bagaimana cara menyajikan suatu materi
pembelajaran kepada anak didik. Sehingga hasil belajar atau tujuan dari
pendidikan itu sendiri dapat tercapai atau terwujud seoptimal-optimalnya.
B. Saran
Dengan ditulisnya makalah yang berjudul “Asas-asas dan Jenis-
jenis Pengembangan Kurikulum” ini, Semoga tujuan dari makalah ini
dapat terwujud yaitu mengetahui, bukan sekadar mengetahui tetapi dapat
menjelaskan dan memahami pentingnya wawasan mengenai asas-asas dan
jenis-jenis kurikulum di dalam pengembangan kurikulum di Indonesia.
ii
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. (2014). PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori &
Praktik. Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
ii