KURIKULUM
Makalah
Fitri Amaliah
80400222018
Nasrah
80400222019
Assalaamu’alaikumWarahmatullaahiWabarakaatuhu
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang insya Allah sesuai
terang benderang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan............................................................................................ 35
B. Saran.......................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................36
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam proses pengembangan kurikulum, terdapat hal lain yang tidak dapat
diabaikan adalah pentingnya memahami prinsip-prinsip dan pendekatan yang
digunakan. Sebagai calon pendidik, penulis menyadari pentingnya mengetahui
landasan dan prinsip dalam pengembangan kurikulum. Hal-hal inilah yang
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum ?
2. Bagaimana prinsip dalam pengembangan kurikulum ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui landasan-landasan dalam pengembangan
kurikulum
2. Untuk memahami prinsip dalam pengembangan kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
yang ditentukan oleh sistem nilai yang dianut. Tujuan pendidikan adalah membina
warga Negara yang baik, dan norma-norma yang baik tersebut tercantum dalam
falsafah bangsa yang dimana bagi Indonesia adalah falsafah Pancasila.
a. Falsafah Bangsa
Sisdiknas No. 20, Tahun 2003: Bab II pasal 3). Kedua UU Sisdiknas itu
merumuskan manusia yang didambakan dan ingin dibentuk oleh dan melalui
pendidikan.
Pancasila merupakan falsafah nasional yang tegas dan telah diterima oleh
segenap bangsa Indonesia. Dalam konteks pendidikan, Pancasila dijadikan
pedoman bagi lembaga pendidikan untuk mengembangkan falsafah atau
pandangan masing-masing sesuai dengan misi dan tujuan nasional serta nilai-nilai
masyarakat yang dilayaninya. Tiap lembaga pendidikan, sebagai contoh
UIN/IAIN, mempunyai misi yang merupakan bagian dari sistem pendidikan
nasional, namun tiap UIN/IAIN bisa jadi mempunyai sesuatu yang khas yang
berbeda dengan UIN/IAIN/STAIN di daerah lain.
2. Asas Sosiologi
Namun ada juga kondisi alternative dalam sosiologi yang sedikit banyak
berpengaruh, yakni alternatif yang bisa dihubungkan dengan pertanyaan beberapa
Marxist (pengikut aliran Marxisme). Merekan menekankan pada sentralits
(centrality) masyarakat dan cenderung mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan:
“why is that human beings who begin by being naturally cooperate and up by
making each other suffer and exploiting each other?” pendapat masyarakat
manusia secara alamiah ingin menekankan konflik, dan berkesimpulan bahwa ada
sesuatu yang salah dalam masyarakat (ketimbang individu-individu dalam
masyarakat). Bagi Marx, apa yang salah dalam masyarakat adalah capitalism, dan
ia merasakan perlunya tindakan nyata, yaitu mengubah masyarakat tersebut.
umumnya dapat dikatakan, bahwa tiap teori itu mengandung kebenaran, akan
tetapi tidak memberikan gambaran tentang keseluruhan poses belajar ini.
Belajar adalah proses yang pelik dan kompleks, maka timbullah berbagai
teori yang menunjukkan ketidak sesuaian satu sama lain. Penelitian dilakukan
untuk lebih mendalam memahami proses belajar ini, banyak diantaranya dengan
melakukan eksperimen.
Definisi kurikulum menurut Kerr (1968) adalah as all the learning which
is planned and guided by the school. Karenanya, sejak awal definisi kurikulum
sudah bersifat luas, yang mencakup individu anak didik, antarindividu, dan
kelompok. Kerr juga membagikan kurikulum ke dalam empat bagian, yaitu tujuan
kurikulum (curriculum objective), pengetahuan (knowledge), pengalaman belajar
(learning experience), dan evaluasi kurikulum (curriculum evaluation).
Bentuk filosofis dan sosiologis lebih mengarah pada tujuan akhir yang
diharapkan bagi anak didik dalam kurikulum itu Pengetahuan psikologi akan
membantu para pengembang kurikulum untuk lebih realistis dalam memilih
tujuan, tetapi tidak akan menentukan tujuan apa yang seharusnya.
a. Behaviorisme
membantu kita mengetahui mengapa anak didik tidak menyukai aritmetika, dan
jika kita tidak melakukan itu, bagaimana dia akan mengerti?.
dan butir-butir informasi tersebut harus diurutkan dengan tepat, mulai dari yang
paling sederhana, kemudian berangsur-angsur meningkat menjadi butir yang lebih
kompleks. Bahan pelajaran yang telah dipecahkan menjadi serangkaian langkah
yang berurutan kemudian disajikan satu demi satu kepada anak didik, dan anak
didik mesti lebih dulu menguasai satu langkah sebelum maju ke langkah
berikutnya yang lebih sulit dan kompleks.
Tokoh utama yang menganut teori behaviorisme adalah B.F. Skinner, Ivan
Pavlov, Edward L. Thorndike, Clark Hull, dan Herbert Spencer. Percobaan
Pavlov terhadap kelakuan binatang (dalam hal ini anjing) telah memotivasi para
ahli psikologi untuk memformulasikan Stimulus-Respons tersebut, yang berbunyi:
"Tiap kelakuan spesifik (R) dapat dibangkitkan bila diberikan stimulus yang
sepadan (S)".
urutan tertentu dengan teknik reinforcement hingga akhirnya seluruh tugas yang
kompleks tersebut dapat diatasi atau dipecahkan.
b. Teori Gestalt
Kata Gestalt tidak sama dengan yang ada dalam istilah bahasa Inggris.
Gestalt memiliki arti pattern atau configuration. Awalnya, teori persepsi
dikembangkan untuk pembelajaran, khususnya untuk memecahkan masalah.
Gambaran umumnya adalah bahwa bentuk itu menggambarkan perhatian pada
pembawaan lahir, dan mempelajari pengaturan proses yang kita miliki, ketimbang
kondisi-kondisi respons yang bersifat eksternal.
Pengembangan suatu teori dalam skala besar, bukanlah hal yang mudah
bagi para psikolog, meskipun hampir semua pekerjaan ada dalam kerangka kerja
yang bebas dari asumsi-asumsi serta menggunakan metodologi behaviorisme
secara luas. Usaha memenjarakan semua pembelajaran manusia dalam suatu
seleksi yang sangat ketat terhadap hukum hampir semuanya ditinggalkan.
Pengganti tradisi behavioris (associationsts) dan Gestalt (cognitive) masih dapat
dilihat, namun masih banyak psikologi pendidikan kontemporer, misalnya
Harlow, Berline, Ausubel, Bandura, Branner, dan Gagne, yang menggambarkan
kedua sumber tersebut.
Anak dilihat sebagai miniatur orang dewasa yang belajar dengan dasar
yang sama. Kendati masih terdapat sekolah-sekolah (baik dasar dan menengah)
yang menggunakan ilmu jiwa daya dan sudah termodifikasi sebagai dasar proses
belajar mengajar, aliran psikologi ini sudah jarang digunakan dalam
mengorganisasikan atau merencanakan kurikulum. Namun, untuk melatih daya-
daya mental anak didik (mahasiswa), masih ada perguruan tinggi yang
menggunakan hasil karya pemikir terkemuka yang memiliki nilai intelektual
tinggi.
21
Menurut teori ini, kematangan mental tumbuh secara bertahap pada anak
didik sebagai follow up (tindak lanjut) dari interaksinya dengan lingkungan. Anak
didik harus dibimbing dengan teliti, bahan pelajarannya harus seimbang dengan
tingkat perkembangan kognitifnya, dan perlu diperhatikan agar mereka maju ke
tingkat selanjutnya.
Penganut utama aliran ini adalah John Dewey dan Jean Piaget. Jean
Piaget melakukan penelitian terhadap anak didik dengan menggunakan observasi
dan wawancara yang cermat. Hasilnya ditemukanlah tingkat-tingkat intelektual
anak, yaitu:
1) pra-operasional
2) operasi konkret
3) operasi formal
Perkembangan normal anak didik akan terjadi bila anak didik dilepaskan
dalam hambatan otoritas. Piaget lebih lanjut mengemukakan bahwa proses belajar
terjadi bukan sebagai hasil pujian dan hukuman, melainkan sebagai hasil proses
restrukturisasi kognitif atas pengaruh lingkungan eksternal. Berkat adanya
struktur kognitif, anak didik dapat memahami lingkungan. Restrukturisasi kognitif
dilakukan apabila anak didik tidak dapat memahami struktur yang ada dalam
lingkungannya, yaitu dengan mengubah struktur tersebut agar lingkungan dapat
dikenal sehingga dapat diasimilasinya.
pun akan berkembang dan perasaan egosentris lambat laun akan beralih kepada
perhatian terhadap orang lain.
1) Tahap amoral. Tidak tahu mana yang benar dan salah, tidak
menghiraukan orang lain.
23
Menurut John Dewey ada tiga tujuan pendidikan, yaitu mengajarkan kerja
sama, mengajarkan penyesuain diri, dan mengajarkan demokrasi atau
kewarganegaraan aktif. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harus
mengetahui tahap perkembangan anak, dapat mempelajari jenis kegiatan belajar
yang sesuai, serta ganjaran dan hukuman yang tepat agar dapat menumbuhkan
motivasi anak didik.
e. Teori Kepribadian
4. Asas Organisatoris
adalah dengan membentuk tim yang diketuai ahli pengembang kurikulum yang
juga memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bidang studi tersebut.
Sebagai konklusi dari uraian atas organisasi tersebut, ada tiga hal utama
yang perlu diperhatikan:
5. Asas Teknologi
tingkat efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar yang selalu menonjolkan
peran guru, terutama dalam memilih bahan dan cara penyampaiannya. Siswa
bersifat pasif. Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar
adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri. Oleh karena itu dalam proses
belajar mengajar selanjutnya, sistem penyampaian tidak harus dengan tatap muka
antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media
maupun instruksional baik yang berupa media cetak non cetak terutama media
elektronik, misalnya: internet, aplikasi yang mendukung pembelajaran online
seperti zoom dan google meet, rekaman video dan sebagainya.
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung tujuan
tersebut, pengembangan kompetensi peserta didik yang disesuaikan
dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik serta tuntutan lingkungan.
2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan Karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa
membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial
ekonomi dan gender. Kurikulum mencakup subtansi komponen
muatan wajib kurikulum, muatan local, dan pengembangan diri secara
terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang
bermakna dan tepat antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni. Kurikulum yang dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan
oleh karena itu semangat dan isi kurikulum yang mendorong peserta
didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders)
untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan
dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,
keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik,
dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata
pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antara semua jenjang pendidikan.
34
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengembangan Kurikulum dilakukan secara bertahap dan terus
menerus. Pengembangan kurikulum yang dilakukan tidak keluar dari
arah dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, maka pengembangan
kurikulum harus berpijak pada landasan dan prinsip-prinsip dasar
pengembangan kurikulum.
Landasan-landasan pengembangan kurikulum itu dibagi menjadi 5
yaitu :
1. Asas filosofi
2. Asas sosiologi
3. Asas psikologi
4. Asas organisator.
5. Asas Teknologi
B. Saran
Dengan adanya penyusunan makalah ini, penulis berharap materi
mengenai Landasan dan Prinsip- Prinsip Kurikulum dapat bermanfaat
bagi penulis berikutnya. Selain itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar penyusunan makalah dan materi
selanjutnya dapat lebih baik lagi.
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Bee, Helen. The Developing Child. New York: Harper & row, 1985.
Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Cet. II; Jakarta:
Rajawali Pers, 2016.