Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASAS-ASAS DAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN


KURIKULUM
Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Pengembangan Kurikulum PAI
Dosen Pengampu : Dr. H., Abdul Majid., M.Pd.

Kelompok 4
Disusun oleh :
1. Vena Yeni Oktavia (2020010038)
2. Ainda Kharisma Devi (2020010064)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN JAWA TENGAH
WONOSOBO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini merupakan tugas kelompok dan disusun untuk memenuhi mata kuliah
Pengembangan Kurikulum PAI mahasiswa program S1 Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Sains Al- Qur’an (UNSIQ) Jawa
Tengah Tahun 2022.
Makalah ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan perhatian dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Dr. H., Abdul Majid., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Kurikulum PAI.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan, semangat serta doa yang selalu
dipanjatkan pada-Nya.
3. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu kami dalam
penulisan makalah ini.

Semoga apa yang telah diberikan kami untuk pembaca dapat menjadi amal yang
bermanfaat serta mendapat imbalan yang lebih banyak dari Allah Swt. Penulis
menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami nantikan demi
peningkatan kualitas mutu kami pada masa yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan dan semua pihak yang membacanya.

Wonosobo, 22 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Pengertian Pengembangan Kurikulum..............................................................3
B. Asas-Asas Pengembangan Kurikulum...............................................................4
C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum......................................................10
BAB III PENUTUP...................................................................................................19
A. Kesimpulan......................................................Error! Bookmark not defined.
B. Kritik dan Saran...............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kurikulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang dinamis.
Hal ini berarti bahwa kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan
disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pengembangan kurikulum harus didasarkan pada asas-asas dan
prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar
pengembangan kurikulum yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi
tujuan dari pendidikan nasional. Oleh sebab itu ada beberapa asas-asas dan
prinsip-prinsip yang harus menjadi pedoman dalam pengembangan
kurikulum.

Beberapa ahli kurikulum mengemukakan berbagai pendapat tentang


langkah pengembangan kurikulum. Sepintas langkah-langkah pengembangan
kurikulum yang mereka kemukakan tampak seperti berbeda-beda, namun
secara umum langkah yang mereka lakukan mengacu kepada empat
pertanyaan pokok. (1). Tujuan apa yang ingin dicapai di sekolah? (2).
Pengalaman apa saja yang ingin diberikan agar tujuan tersebut dapat tercapai?
(3). Bagaimanakah bahan-bahan harus diorganisasikan agar dapat mencapai
tujuan secara efektif? (4). Bagaimanakah cara menentukan tujuan tersebut
tercapai atau tidak?

Maka dari itu pengembangan kurikulum pun menjadi sesuatu yang tidak
dapat dihindarkan dalam dunia pendidikan. Dalam pengembangan kurikulum
terdapat istilah yang dinamakan asas-asas pengembangan kurikulum, lalu apa
yang dimaksud dengan asas-asas pengembangan itu sendiri?

Makalah ini mencoba untuk memaparkan apa yang menjadi asas-asas


dan prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses pengembangan kurikulum.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat memunculkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian pengembangan kurikulum ?
2. Apa yang menjadi asas- asas pengembangan kurikulum ?
3. Apa saja yang mencakup prinsip pengembangan kurikulum ?

C. Tujuan

1
1. Untuk mengetahui pengertian pengembangan kurikulum.
2. Untuk mengetahui asas- asas pengembangan kurikulum.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan hal penting untuk menciptakan guru
professional. Oleh karena itu, guru harus memiliki pengetahuan tentang
kurikulum dan memahami proses yang dapat dikembangkan. Kurikulum
merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Di
antara komponen tersebut adalah ; komponen tujuan, isi kurikulum, metode
atau strategi pencapai tujuan dan komponen evaluasi. Kurikulum dalam hal
ini didefinisikan sebagai niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk
rencana atau program pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru. Kurikulum
merupakan rencana atau bahasan pengajaran sehingga arah kegiatan
pendidikan menjadi jelas dan terang. Pengertian ini terkait dengan hal yang
paling menonjol dari sisi kurikulum, yaitu susunan bahan atau sejumlah mata
pelajaran yang digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pendidikan.1
Pengembangan kurikulum didefinisikan sebagai suatu perencanaan
kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa kea rah
perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan
itu telah terjadi pada diri siswa. Merencanakan sebuah kurikulum dari titik
tolak tertentu sampai kepada bidang studi-bidang studi, niscaya melewati
suatu kerangka yang lazim disebut desain kurikulum. Desain kurikulum
terkait dengan penyusunan elemen atau komponen kurikulum dalam
perencanaan untuk memfasilitasi pengembangan potensi siswa agar mencapai
tujuan pendidikan.2
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan pengembangan
komponen-komponen kurikulum yang membentuk sistem kurikulum itu
sendiri, yaitu komponen: tujuan, bahan, metode, peserta didik, media,
lingkungan, sumber belajar, dan lain sebagainya. Komponen-komponen
kurikulum tersebut harus dikembangkan, agar tujuan pendidikan dapat
dicapai sebagaimana mestinya.3

B. Asas-Asas Pengembangan Kurikulum

1
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Media Group, 2010), hlm 121
2
Mohamad Ansyar, Kurikulum : Hakikat, Fondasi, Desain, dan Pengembangan, (Jakarta : Kencana,
2015), hlm 262
3
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik, (Jakarta : Rajawali Grafindo Persada,
2014), hlm 148

3
Menurut Al-Rasyidin dalam Neliwati secara etimologis, asas bermakna
hukum dasar, dasar sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir, atau dasar cita-
cita. Karena yang dimaksud dengan asas adalah landasan yang menjadi dasar
dalam pembentukan kurikulum pendidikan islami. Dalam konteks ini,
bangunan dan semua unsur yang membentuk bangunan kurikulum pendidikan
islami tersebut harus tersusun dan mengacu kepada satu sumber kekuatan
yang menjadi landasan dalam pembentukannnya. Sumber kekuatan itulah
yang disebut dengan asas-asas pembentukan kurikulum pendidikan islam.

Secara teoretis setiap kegiatan yang dilakukan seharusnya ada sesuatu


asas atau dasar yang melandasi dilakukannya kegiatan tersebut, atau dengan
kata lain adanya asas yang dijadikan pertimbangan kegiatan. Demikian pula
halnya dengan penyusunan kurikulum, S. Nasution dalam karyanya Asas-
Asas Pengembangan Kurikulum, menyebutkan ada 4 asas yang harus
dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum yaitu dasar filosofis,
psikologis, sosiologis dan organisatoris.4

Asas pengembangan kurikulum merupakan landasan dasar yang


menjadi tumpuan dalam mengembangkan kurikulum dalam pendidikan islam.
asas-asas yang mendasari pengembangan kurikulum meliputi:

1. Asas Filosofis

Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti bahwa dalam penyusunan


kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut.
Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat
pendidikan pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan arah, sedangkan
pelaksanaannya melalui pendidikan.

Asas filosofis, berkaitan dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan,
siapa pendidik dan terdidiknya, apa isi pendidikan dan bagaimana proses
interaksinya.Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan
penting dalam proses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat
dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat menentukan
arah dan tujuan pendidikan. Dengan filsafat sebagai pandangan hidup atau
value system, maka dapat ditentukan mau dibawa ke mana siswa yang kita
didik itu. Kedua, filsafat dapat menentukan atau materi pelajaran yang harus

4
S. Nasution, Asas-Asas Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Jemmars, 1978), hlm. 10

4
diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat
menentukan strategi atau cara penyampaian tujuan. Filsafat sebagai sistem
nilai dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran.
Keempat, melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolak ukur
keberhasilan proses pendidikan.

Dasar filsafat mencakup dua masalah, yaitu filsafat negara dan tujuan
pendidikan. Filsafat suatu negara atau pandangan hidup suatu bangsa berisi
ide-ide, cita-cita, sistem nilai yang harus dipertahankan demi kelangsungan
suatu bangsa. Tentu saja setiap negara mempunyai dasar filsafat yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lain.5 Dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan tentu realisasinya melalui penghayatan filsafat negara. Tujuan
tersebut pada intinya mencakup isi kandungan falsafah negara masing-
masing. Di negara Indonesia misalnya berdasarkan Pancasila (lima dasar)
yang menjadi falsafah bangsa, yang sasarannya adalah: ketundukan kepada
Sang Pencipta (Tuhan YME), mengandalkan kemanusiaan, persatuan, kerja
sama dan permusyawaratan serta aplikasi keadilan sosial bagi masyarakat.
Beranjak dari kelima tujuan tersebut yang notabene adalah kandungan filsafat
negara itu sendiri, maka kaitannya dengan kurikulum pendidikan di Indonesia
selalu saling mempengaruhi dan tidak bisa lepas antara satu dengan yang lain.
Kurikulum pendidikan tersebut, selanjutnya diharapkan dapat diterima dan
teraplikasi melalui sejumlah keterampilan dan proses belajar mengajar yang
terencana secara efektif.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, landasan filosofis dalam


pengembangan kurikulum berfungsi untuk:
1. Menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat sebagai pandangan hidup
atau value system, dapat menentukan mau dibawa kemana peserta didik,
2. Menentukan isi atau materi ajar yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai,
3. Menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam merancang kegiatan-kegiatan
pembelajaran.
4. Menentukan tolak ukur keberhasilan pengajaran.

2. Asas Psikologis
5
Tajab, Perbandingan Pendidikan, (Surabaya: Karta Aditama, 1994), hlm. 60

5
Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat
psikologi. Sebab pendidikan adalah menyangkut perilaku manusia itu sendiri,
mendidik berarti merubah tingkah laku anak menuju dewasa.

Asas psikologi, berkaitan dengan bahwa pengembangan kurikulum perlu


mempertimbangkan kondisi psikologis peserta didik. kondisi psikologis
merupakan karekteristik psiko-fisik sebagai individu, yang dinyatakan dalam
berbagai bentuk perilaku dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku
tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak
maupun yang tidak tampak, perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik.
Secara psikologis, anak didik memiliki keunikan dan perbedaan-perbedaan
baik perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan
tahapan perkembangannya. Oleh karena itu dalam proses belajar-mengajar
selalu dikaitkan dengan teori-teori perubahan tingkah laku anak.

Dasar psikologis juga merupakan asas yang penting yang harus


diperhitungkan dalam kegiatan penyusunan kurikulum. Dalam hal ini
terutama menyangkut ilmu jiwa belajar dan ilmu jiwa anak atau ilmu jiwa
perkembangan.

a. Ilmu Jiwa Belajar

Yaitu ilmu pengetahuan tentang bagaimana proses belajar itu berlangsung


dalam diri seseorang. Teori tentang proses belajar akan mempengaruhi
penyusunan dan penyajian kurikulum secara efektif.

b. Ilmu Jiwa Anak

Anak menduduki peranan sentral dalam penyusunan kurikulum, sebab


pada dasarnya sekolah dan kurikulum memang dipersiapkan untuk
kepentingan anak dalam proses menuju kedewasaan dan kematangannya.
Pengetahuan tentang anak mutlak diperlukan karena di situlah akan
diketahui minat dan kebutuhannya sesuai dengan tingkat perkembangan
jiwanya. Kurikulum yang disusun harus didasarkan pada tingkat
perkembangan minat demi kebutuhan anak tersebut.

Dalam mengambil keputusan tentang kurikulum pengetahuan tentang


psikologi anak dan bagaimana anak belajar sangat diperlukan, antara lain:

6
1) Seleksi dan organisasi bahan pelajaran,
2) Menentukan kegiatan belajar yang paling serasi,
3) Merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar tercapai.

3. Asas Sosiologis

Landasan sosiologis atau sosial-budaya dalam pengembangan kurikulum


berkenaan dengan adat istiadat, keyakinan, nilai, bahasa, agama, dan
lembaga-lembaga sosial yang turut berpengaruh terhadap pengembangan
kurikulum.

Anak dipersiapkan untuk terjun di masyarakat dengan dibekali kemampuan


dan keterampilan yang dibutuhkan masyarakat. Anak perlu dibekali dengan
norma-norma nilai, kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan keadaan dan
pandangan masyarakat. Masyarakat biasanya menginginkan agar pandangan
hidup, nilai-nilai yang diyakini tetap terpelihara dengan aman. Oleh karena
itu kebutuhan masyarakat dalam hal ini harus pula diperhitungkan.

Anak didik sebagai subjek pendidikan, diharapkan mampu mencerna,


menghayati sekaligus mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh di sekolah.
Selanjutnya diaplikasikan kepada masyarakat di mana ia berada. Berdirinya
sebuah sekolah di suatu tempat, tentunya para siswa sekolah tersebut tidak
jauh dari lingkungan berdirinya sekolah, oleh sebab itu sekolah diharapkan
mampu menampung aspirasi masyarakat di sekitarnya dalam menjalankan
misi, kegiatan, bahkan kepentingan atau maslahat umum yang berguna demi
kepentingan sekolah, anak didik dan masyarakat. Hal ini bisa ditempuh
dengan menampung aspirasi masyarakat dan memasukkannya ke dalam
muatan-muatan lokal, yang kelak setelah para siswa tamat dari sekolah
tersebut, mereka dapat mengabdikan diri sesuai dengan kapasitas ilmu yang
diperoleh.

Asas sosiologis merupakan keadaan masyarakat, perkembangan dan


perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan,
dan lain-lain. Berbagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses
menyusun dan mengembangkan suatu kurikulum sesuai dengan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat.

a. Kekuatan sosial yang dapat mempengaruhi kurikulum

7
Dalam kehidupan sosial yang semakin kompleks maka muncul pula berbagai
kekuatan kelompok yang dapat memberikan tekanan terhadap
penyelenggaraan dan praktik pendidikan termasuk di dalamnya tekanan-
tekanan dalam proses pengembangan isi kurikulum sebagai alat dan pedoman
penyelenggaraan pendidikan. Kesulitan yang dihadapi oleh para pengembang
kurikulum adalah manakala setiap kelompok sosial itu memberikan masukan
dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan kepentingan kelompoknya, seperti
misalnya tuntutan golongan agama, politik, militer, industri, dan lain
sebagainya. Bukan hanya itu, pertentangan-pertentangan pun sering terjadi
sehubungan dengan cara pandang yang berbeda tentang makna pendidikan
setiap kelompok tersebut. Misalkan, cara pandang kelompok agamawan atau
kelompok budayawan yang lebih menekankan pendidikan di sekolah sebagai
proses penanaman budi pekerti berbeda dengan cara pandang kelompok
industriawan yang lebih menekankan pendidikan di sekolah sebagai wadah
untuk membentuk generasi manusia yang siap pakai dengan sejumlah
keterampilan teknis sesuai dengan tuntutan industri.

Cara pandang yang berbeda semacam ini tentu saja memunculkan kriteria
keberhasilan yang berbeda pula, yang pada gilirannya tolak ukur keberhasilan
itu tidak pernah memuaskan semua golongan sosial. Oleh sebab itu, menyerap
berbagai informasi yang dibutuhkan masyarakat merupakan salah satu
langkah penting dalam proses penyusunan suatu kurikulum. Dalam konteks
inilah pengembangan kurikulum perlu menjalankan peran evaluatif dan peran
kritisnya dalam menentukan muatan kurikulum. Melaksanakan peran
evaluatif dan peran kritis adalah proses pengkajian secara kritis tentang apa
saja muatan kurikulum yang dianggap layak untuk dipelajari oleh anak didik.

4. Asas Organisatoris

Asas organisatoris adalah asas yang mempertimbangkan bentuk dan


organisasi bahan pelajaran yang disajikan. Asas ini berkenaan dengan
masalah, dalam bentuk yang bagaimana pelajaran akan disajikan. Apakah
dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya
hubungan antara pelajaran yang diberikan.

Sesuai dengan perubahan zaman, tugas-tugas yang dahulu bukan menjadi


tugas sekolah, kini diserahkan kepada sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas

8
menanamkan dan mewarisi ilmu pengetahuan, akan tetapi juga harus
memberi keterampilan tertentu serta menanamkan budi pekerti dan nilai-nilai.

Sesuai dengan perubahan yang sangat cepat itu, maka kurikulum yang
berfungsi sebagai alat pendidikan, harus terus-menerus diperbaharui
menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi baik isi maupun prosesnya.
Para pengembang kurikulum tentunya termasuk guru harus memahami
perubahan itu, agar isi dan strategi yang dikembangkan dalam kurikulum
sebagai alat pendidikan tidak menjadi usang.

Hal penting yang perlu diperhatikan dan diantisipasi oleh para pengembang
kurikulum sehubungan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat adalah
mengenai perubahan pola hidup dan perubahan sosial politik.

1) Perubahan pola hidup

Perubahan pola hidup itu dikatakan banyak orang sebagai perubahan poal
hidup yang bersifat agraris tradisional menuju pola kehidupan industri
modern. Pertama, dilihat dari pola kerja. Kedua, pola hidup yang sangat
tergantung kepada hasil-hasil teknologi. Ketiga, pola hidup dalam sistem
perekonomian baru.

Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut bukan hanya menuntut


perubahan terhadap kurikulum akan tetapi dapat merubah lingkungan sekolah
termasuk dengan cara merubah bahan-bahan bacaan yang dapat
memperkenalkan peserta didik dengan fenomena-fenomena baru yang terjadi.

2) Perubahan kurikulum sosial politik

Arus globalisasi yang bergerak sangat cepat membawa perubahan kehidupan


sosial politik ke seluruh penjuru dunia tak terkecuali ke dalam kehidupan
sosial politik. Dengan munculnya era reformasi, semuanya mesti berubah.
Pendidikan harus diarahkan untuk menciptakan manusia-manusia yang kritis
dan demokratis. Berdasarkan UU nomor 22 dan 25 tahun 1999 untuk
mengadakan perubahan jiwa dan strategi pendidikan di Indonesia.

Atas dasar berbagai hal tersebut, maka pengembang kurikulum dalam


melaksanakan tugasnya harus memperhatikan hal-hal berikut:

9
a. Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti yang
dirumuskan dalam undang-undang, keputusan pemerintah, peraturan-
peraturan daerah dan lain sebagainya.
b. Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada
c. Menganalisis kekuatan serta potensi-potensi daerah.
d. Menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerja
e. Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan
masyarakat.
C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip dalam pengembangan kurikulum, pada dasarnya dapat dibagi
dalam dua, yaitu prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus. Prinsip-
prinsip umum adalah perinsip-prinsip yang menjadi pertimbangan yang
harus diperhatikan pada setiap pengembangan kurikulum oleh siapapun dan
di manapun. Prinsip-prinsip umum pengembangan kurikulum tersebut
meliputi: prinsip efektivitas, efisiensi, relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, dan
sebagainya. Adapun prinsip-prinsip khusus adalah prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan terkait dengan pengembangan aspek-aspek yang terdapat dalam
anatomi kurikulum, seperti prinsip khusus dalam pengembangan tujuan
kurikulum, isi, strategi impelemntasi, dan evaluasi.
1. Prinsip-prinsip Umum
Di antara prinsip-prinsip umum yang penting untuk diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum ialah:
1) Prinsip Relevansi

Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan sistem


penyampaiannya harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan
keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa,
serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Relevansi memiliki makna sesuai atau serasi. Jika mengacu pada


prinsip relevansi, setidaknya kurikulum harus memperhatikan aspek
internal dan eksternal. Secara internal, kurikulum memiliki relevansi
antara komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi, dan
evaluasi). Sedangkan secara eksternal komponen itu memiliki
relevansi dengan tuntutan sains dan teknologi (relevansi
epistemologis), tuntutan dan potensi siswa (relevansi psikologis), serta

10
tuntutan dan kebutuhan pengembangan masyarakat (relevansi
sosiologis).6
Oleh sebab itu, dalam membuat kurikulum harus memperhatikan
kebutuhan lingkungan masyarakat dan siswa di sekitarnya, sehingga
nantinya akan bermanfaat bagi siswa untuk berkompetisi di dunia
kerja yang akan datang. Dalam realitanya prinsip di atas memang
harus betul-betul diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap mutu
pendidikan. Dan yang tidak kalah penting harus sesuai dengan
perkembangan teknologi sehingga mereka selaras dalam upaya
membangun negara.7
2) Prinsip fleksibilitas
Pengembangan kurikulum berupaya agar hasilnya fleksibel, fleksibel,
dan fleksibel dalam implementasinya, memungkinkan penyesuaian
berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu
berkembang, serta kemampuan dan latar belakang siswa, peran
kurikulum disini sangat penting terhadap perkembangan siswa untuk
itu prinsip fleksibel ini harus benar benar diperhatikan sebagai
penunjang untuk peningkatan mutu pendidikan.
Dalam prinsip fleksibilitas ini dimaksudkan bahwa, kurikulum harus
memiliki fleksibilitas. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang
berisi halhal yang solid, tetapi dalam implementasinya dimungkinkan
untuk menyesuaikan penyesuaian berdasarkan kondisi regional.
Waktu dan kemampuan serta latar belakang anak. Kurikulum ini
mempersiapkan anakanak untuk saat ini dan masa depan. Kurikulum
tetap fleksibel di mana saja, bahkan untuk anak-anak yang memiliki
latar belakang dan kemampuan yang berbeda, pengembangan
kurikulum masih bisa dilakukan.
Kurikulum harus menyediakan ruang untuk memberikan kebebasan
bagi pendidik untuk mengembangkan program pembelajaran.
Pendidik dalam hal ini memiliki kewenangan dalam mengembangkan

6
Hendyat Soetopo and Wasty Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum: Sebagai
Substansi Problem Administrasi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 1986), 49.
7
Asmariani, “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif Islam Al-Afkar : Jurnal
Keislaman & Peradaban,” accessed April 15, 2020,
http://ejournal.fiaiunisi.ac.id/index.php/alafkar/article/view/95.

11
kurikulum yang sesuai dengan minat, kebutuhan siswa dan kebutuhan
bidang lingkungan mereka8
3) Prinsip kontinuitas

Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling


keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai
jenjang dan jenis program pendidikan. Dalam penyusunan materi
pelajaran perlu dijaga agar apa yang diperlukan untuk mempelajari
suatu materi pelajaran pada jenjang yang lebih tinggi telah diberikan
dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka berada pada jenjang
sebelumnya. Prinsip ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga
agar tidak terjadi pengulangan-pengulangan materi pelajaran yang
memungkinkan program pengajaran tidak efektif dan efesien, akan
tetapi juga untuk keberhasilan siswa dalam menguasai materi
pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu.

Makna kontinuitas disini adalah berhubungan, yaitu adanya nilai


keterkaitan antara kurikulum dari berbagai tingkat pendidikan.
Sehingga tidak terjadi pengulangan atau disharmonisasi bahan
pembelajaran yang berakibat jenuh atau membosankan baik yang
mengajarkan (guru) maupun yang belajar (peserta didik). Selain
berhubungan dengan tingkat pendidikan, kurikulum juga diharuskan
berhubungan dengan berbagai studi, agar antara satu studi dapat
melengkapi studi lainnya.9 Sedangkan fleksibilitas adalah kurikulum
yang dikembangkan tidak kaku dan memberikan kebebasan kepada
guru maupun peserta didik dalam memilih program atau bahan
pembelajaran, sehingga tidak ada unsur paksaan dalam menempuh
program pembelajaran.10
Untuk menjaga agar prinsip kontinuitas itu berjalan, maka perlu ada
kerjasama antara pengembang kurikulum pada setiap jenjang
pendidikan, misalnya para pengembang pendidikan pada jenjang
sekolah dasar, jenjang SLTP, jenjang SLTA, dan bahkan dengan para
pengembang kurikulum di perguruan tinggi.
8
Rosichin Mansur, “PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MULTIKULTURAL (Suatu Prinsip-Prinsip Pengembangan),” Vicratina: Jurnal Pendidikan Islam 1,
no. 2 (November 18, 2016), http://riset.unisma.ac.id/index.php/fai/article/view/165.
9
Soetopo and Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum: Sebagai Substansi Problem
Administrasi Pendidikan, 52–53.
10
Soetopo and Soemanto, 53–54.

12
4) Prinsip efisiensi

Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga,


waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang
diperoleh. Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi
apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang terbatas
dapat memperoleh hasil yang maksimal. Betapa bagus dan idealnya
pun suatu kurikulum, manakala menurut peralatan, sarana dan
prasarana yang sangat khusus serta mahal pula harganya, maka
kurikulum itu tidak praktis dan sukar untuk dilaksanakan. Kurikulum
harus dirancang untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan.

Efisiensi adalah salah satu prinsip yang perlu diperhatikan dalam


mengembangkan kurikulum, sehingga apa yang telah direncanakan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika sebuah program
pembelajaran dapat diadakan satu bulan pada satu waktu dan
memenuhi semua tujuan yang ditetapkan, itu bukan halangan.
Sehingga siswa dapat mengimplementasikan program pembelajaran
lain karena upaya itu diperlukan agar dalam pengembangan kurikulum
dapat memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada secara
optimal, cermat, dan tepat sehingga hasilnya memadai.11
5) Prinsip efektivitas

Mengembangkan kurikulum pendidikan perlu mempertimbangkan


prinsip efektivitas, yang dimaksud dengan efektivitas di sini adalah
sejauh mana rencana program pembelajaran dicapai atau
diimplementasikan. Dalam prinsip ini ada dua aspek yang perlu
diperhatikan, yaitu: efektivitas mengajar guru dan efektivitas belajar
siswa.12 Efektivitas mengajar guru berhubungan dengan keberhasilan
mengimplementasikan program sesuai dengan keberhasilan
mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun. Jika masih kurang efektif dalam mengajar bahan ajar atau
program, maka itu menjadi bahan dalam mengembangkan kurikulum
di masa depan, yaitu dengan mengadakan pelatihan, workshop dan
lain-lain

11
Soetopo and Soemanto, 50–51.
12
Soetopo and Soemanto, 50–51.

13
Sedangkan pada aspek efektivitas belajar siswa, perlu dikembangkan
kurikulum yang terkait dengan metodologi pembelajaran sehingga apa
yang sudah direncanakan dapat tercapai dengan metode yang relevan
dengan materi atau materi pembelajaran. Efektivitas kegiatan siswa
berhubungan dengan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang
telah ditentukan sesuai dengan jangka waktu tertentu. Sebagai contoh
apabila ditetapkan dalam satu caturwulan siswa harus dapat mencapai
sejumlah tujuan pembelajaran, ternyata hanya sebagian saja dapat
dicapai siswa, maka dapat dikatakan bahwa, proses pembelajaran
siswa tidak efektif.
2. Prinsip-Prinsip Khusus
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa prinsip khusus adalah
prinsip-prinsip yang berhubungan dengan prinsip pengembangan masing-
masing anatomi kurikulum, yaitu prinsip pengembangan tujuan, isi,
strategi implementasi (pembelajaran), dan evaluasi.
1) Prinsip Khusus dalam Pengembangan Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum adalah salah satu komponen kurikulum yang sangat
penting, karena tujuan merupakan titik sentral dari desain dan proses
serta keberhasilan sebuah kurikulum. Oleh karena itu dalam
penyusunannya harus benar-benar memperhatikan prinsip yang
terkait. Sesungguhnya dalam perumusan tujuan kurikulum tidak bisa
lepas dari prinsip-prinsip umum di atas, yakni perinsip efektivitas,
efisiensi, kontinuitas, pleksibelitas, dan relavansi. Akan tetapi dalam
perumusan tujuan kurikulum terdapat beberapa hal yang perlu
ditekankan, di antaranya:
a. Tujuan kurikulum tidak boleh bertentangan dengan filosofi,
pandangan, dan tujuan dari pemegang kebijakan pendidikan
tersebut. Oleh karena itu dalam perumusan tujuan kurikulum
harus memperhatikan kesesuaian dengan visi, misi, dan tujuan
lembaga pendidikan.
b. Karena sekolah adalah merupakan sebuah lembaga yang
dipercayai oleh masyarakat (pengguna, seperti: pemerintah,
pengguna lulusan, orang tua), maka dalam merumuskan tujuan
pendidikan harus memperhatikan relevansinyaa dengan segala
tuntutan berbagai pihak tersebut.

14
c. Tujuan kurikulum adalah sesuatu yang harus dicapai oleh peserta
didik dengan memperhatikan tingkat kemampuan dan keragaman
peserta didik.
d. Tujuan kurikulum pada dasarnya adalah merupakan menjabaran
atau penterjemahan lebih jauh dari tujuan suatu bangsa, negara,
atau komunitas tertentu, maka rumusan tujuan kurikulum harus
benar-benar dapat menterjemahkan tujuan di atasnya.
e. Tujuan kurikulum harus mempertimbangkan aspek-aspek
kurikulum lainnya, seperti kemungkinan tersedianya materi,
kemampuan dan kemudahan guru dan murid mewujudkannya
dengan metode dan strategi, sumber belajar dan sarana yang
tersedia, serta kemungkinan untuk dievaluasi.
2) Prinsip Khusus Pengembangan Isi (Konten)
Dalam perumusan isi (konten) kurikulum juga pada dasarnya mengacu
kepada prinsip-prinsip umum sebagaimana dikemukakan di atas,
namun tentu juga ada hal-hal khusus yang perlu diperhatikan. Di
anatara hal-hal kusus tersebut ialah:

a. Isi kurikulum harus dapat memberikan informasi dan pengalaman


belajar yang memungkinkan terwujudnya tujuan kurikulum.
b. Isi kurikulum harus meliputi segi-segi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan secara proforsional
c. Isi kurikulum harus disusun dengan sistimatika yang logis dan
sistematis.
d. Isi kurikulum harus fungsional (benar-benar dibutuhkan) sesuai
dengan tuntutan.
e. Rumusan isi kurikulum ditetapkan harus dengan
mempertimbangkan ketersedian sumbernya, baik dalam bentuk
sumber cetakan, sumber factual di alam dan masyarakat,
elektronik, dan sebagainya.
3) Prinsip Khusus Pengembangan Proses dan Strategi Implementasi
(Pembelajaran)
Pemilihan proses dan strategi pembelajaran di samping
memperhatikan prinsip-prinsip umum di atas, menurut Nana Syaodih
Sukmadinana (1988:171) juga harus memperhatikan prinsip-prinsip
khusus sebagai mana pertanyaan-pertanyaan berikut:

15
a. Apakah metode/teknik pembelajaran yang digunakan cocok untuk
mengajarkan bahan ajar?
b. Apakah metode/teknik pembelajaran tersebut memberikan
kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan
individu siswa?
c. Apakah metode/teknik pembelajaran memberikan urutan kegiatan
yang bertingkat-tingkat?
d. Apakah metode/teknik pembelajaran dapat menciptakan kegiatan
untuk mencapai tujun kognitif, afektif, dan psikomotorik?
e. Apakah metode/teknik pembelajaran tersebut lebih mengaktifkan
guru atau murid atau kedua-duanya?
f. Apakah metode/teknik pembelajaran mendorong berkembangnya
kemampuan baru?
g. Apakah metode/teknik pembelajaran tersebut menimbulkan
jalinan kegiatan pembelajaaran di sekolah dan di rumah, juga
mendorong penggunaan sumber yang ada di rumah dan
masyarakat?
h. Untuk belajar keerampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar
yang menekankan “learning by doing” di samping “learning by
seeing and knowing”.
4) Prinsip Khusus Pengembangan Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah salah satu komponen kurikulum yang
harus ditetapkan dengan memperhatikan prinsip-prinsip khusus, di
samping prinsipprinsio umum di atas. Di antara prinsip-prinsip khusus
tersebut adalah:
a. Media atau alat yang ditetapkan harus benar-benar dapat
mendukung proses penyajian materi (pembelajaran) dan mencapai
tujuan pembelajaran yang ditetapkan lebih baik lagi.
b. Media atau alat pembelajaran yang ditetapkan harus benar-benar
tersedia atau memungkinkan untuk dibuat pengadaannya.
c. Media atau alat yang ditetapkan telah memperhatikan
kemungkinannya untuk digunakan tanpa mendatangkan kesulitan
baik bagi siswa maupun guru.
d. Media atau alat yang ditetapkan sebaiknya dapat memberikan
motivasi dan antusiasme bagi siswa untuk belajar.

16
e. Media atau alat yang ditetapkan harus dipertimbangkan efek
samping dan efek pengiring (said effect and nurturant effect) yang
positif dan tidak mendatangkan efek negatif.
5) Strategi Khusus Pengembangan Evaluasi
Evaluasi atau penilaian adalah merupakan bagian integral dari sebuah
kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam penyusunannya di
samping memperhatikan prinsip-prinsip umum di atas, menurut Nana
Syaudih Sukmadinata (1988:172) ada beberapa hal khusus yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Dalam penyusunan evaluasi hendaknya memperhatikan langkah-
langkah penyusunan evaluasi sebagai berikut:
 Merumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum dalam
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
 Menguraikan ke dalam bentuk tingkah laku-tingkah laku yang
dapat diamati (rumusan operasional)
 Menghubungkan dengan bahan ajar,dan
 Menuliskan butir-butir test.
b. Dalam merencakan suatu evaluasi hendaknya memperhatikan
beberapa hal di abawah ini:
 Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok
yang akan di test.
 Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaannya.
 Pakah test tersebut berbentuk urian atau obyektif?
 Apakah test tersebut diadministrasikan oleh guru atau oleh
murid?
c. Dalam pengolahan suatu hasil hendaknya diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
 Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test?
 Apakah digunakan formula quessing?
 Skor standar apa yang digunakan?
 Untuk apakah hasil test digunakan?

Menurut M. Arifin dalam Neliwati, dalam pengembangan kurikulum


ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan agar kurikulum yang dihasilkan
sesuai dengan apa yang diharapkan dan dapat berfungsi dengan baik. Ada

17
empat prinsip yang mendasari pembentukan kurikulum pendidikan Islam,
yaitu:

1) Kurikulum harus sejalan dengan identitas alami, yaitu kurikulum yang


mengandung materi ilmu pengetahuan yang mampu berfungsi sebagai
instrumen untuk mencapai kehidupan yang islami.

2) Agar dapat berfungsi sebagai alat efektif mencapai tujuan yang islami,
kurikulum harus memuat tata nilai islami yang intrinsik dan ekstrinsik
guna mewujudkan tujuan pendidikan islam.

3) Kurikulum yang islami harus diproses / diaktualitasikan dengan metode


yang sesuai dengan nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan
islam.

4) Antara kurikulum, metode, dan tujuan pendidikan Islam harus saling


berkaitan (relevan) dengan produk (hasil) yang diinginkan tujuan
pendidikan Islam.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai
bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan
dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku dan
dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan
peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu. Kurikulum selalu berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman. Namun begitu, kurikulum tetap
mempunyai landasan/asas dan prinsip-prinsip dalam pengembangannya.
Asas-Asas dalam pengembangan kurikulum berhubungan dengan
masalah pengorganisasian kurikulum, yaitu tentang bentuk penyajian
pelajaran yang harus disampaikan kepada anak didik. Dari berbagai uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa asas filosofis berperan sebagai penentu
tujuan umum pendidikan, sedangkan asas psikologis berperan memberikan
berbagai prinsip tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya
serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai
anak didik sesuai dengan tahap perkembangannya, dan sosiologis berperan
memberikan dasar untuk menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, selanjutnya asas organisatoris berperan memberikan dasar-
dasar dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun.
Prinsip dalam pengembangan kurikulum, pada dasarnya dapat dibagi
dalam dua, yaitu prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus. Prinsip-
prinsip umum adalah perinsip-prinsip yang menjadi pertimbangan yang harus
diperhatikan pada setiap pengembangan kurikulum oleh siapapun dan di
manapun. Prinsip-prinsip umum pengembangan kurikulum tersebut meliputi:
prinsip efektivitas, efisiensi, relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, dan
sebagainya. Adapun prinsip-prinsip khusus adalah prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan terkait dengan pengembangan aspek-aspek yang terdapat dalam
anatomi kurikulum, seperti prinsip khusus dalam pengembangan tujuan
kurikulum, isi, strategi impelemntasi, dan evaluasi.

19
B. Kritik dan Saran
Demikian makalah tentang Asas-asas dan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang kami susun, sebagai manusia biasa kita
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Aminn.

20
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktik, Jakarta : Rajawali
Grafindo Persada, 2014
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana Media Group, 2010
Asmariani, “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif Islam Al-
Afkar : Jurnal Keislaman & Peradaban,” accessed April 15, 2020,
http://ejournal.fiaiunisi.ac.id/index.php/alafkar/article/view/95.
Hendyat Soetopo and Wasty Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum:
Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1986
Mohamad Ansyar, Kurikulum : Hakikat, Fondasi, Desain, dan Pengembangan,
Jakarta : Kencana, 2015
Rosichin Mansur, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Multikultural (Suatu Prinsip-Prinsip Pengembangan),” Vicratina: Jurnal Pendidikan
Islam 1, no. 2 (November 18, 2016),
https://riset.unisula.ac.id/index.php/fai/article/view/165.
S. Nasution, Asas-Asas Pengembangan Kurikulum, Bandung: Jemmars, 1978
Soetopo and Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum: Sebagai
Substansi Problem Administrasi Pendidikan,
Tajab, Perbandingan Pendidikan, Surabaya: Karta Aditama, 1994

21

Anda mungkin juga menyukai