Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

DASAR DASAR ILMU PENDIDIKAN

“UPAYA PEMBAHARUAN MASALAH PENDIDIKAN”

Dosen Pengampu:

Drs. Azman. M.Si

OLEH: KELOMPOK 12

Azhiva Utari 20075121

Mia Audina 20003126

Muhammad Ilham Efian 20075144

Nabila Amelia Putri 20003129

Nadya Nurhasanah 20003130

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dari
bapak Drs. Azman. M.Si. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Upaya Pembaharuan Masalah Pendidikan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Penulisan makalah telah penulis lakukan sebaik mungkin, namun karena


keterbatasan ilmu dan penulisan, maka masih banyak kekurangan dan kekeliruan
dalam makalah.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan serta saran bagi
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya pihak-pihak
yang membatu serta mendukung dalam menyusunnya,untuk itu kami ucapkan
terima kasih kepada:

1. Orang tua, atas dukungan dan doa-doa yang selalu mengalir dan
memberikan kehangatan dalam setiap langkahnya
2. Keluarga , atas segala doanya yang selalu membuat kami semangat dalam
mengerjakan tugas
3. Dosen Pengampu, atas segala dukungan dan saran yang diberikan selama
pembuatan tugas-tugas
4. Teman-teman, yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Payakumbuh, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. ................................................................................... i

DAFTAR ISI.. ................................................................................................ ii

BAB I.. ............................................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG.. .....................................................................1

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT.. ............................................................ 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.. ................................................................. 3

2.1 PERUBAHAN KURIKULUM.......................................................... 3

2.2 PENGELOLAAN PENDIDIKAN INOVATIF ............................... 10

2.3 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH................. 21

BAB III. PENUTUP.. ..................................................................................... 24

3.1 KESIMPULAN.................................................................................. 24

3.2 SARAN.. ............................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA.. ................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan adalah permasalahan besar yang menyangkut nasib
dan masa depan bangsa dan negara. Karena itu, tuntutan reformasi
politik, ekonomi, sosial, hak asasi manusia, sistem pemerintahan dan
agraria tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa reformasi sistem
pendidikan. Ketidakpuasan akan proses dan hasil pengajaran di sekolah
merupakan masalah klasik yang sampai sekarang belum tuntas
terselesaikan. Masalah-masalah pendidikan tersebut berkisar dari kualitas
lulusan, proses pengajaran, metode, guru, sarana, sampai pada kebijakan
penyelenggaraan pengajaran. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ada
sesuatu yang salah dalam sistem pendidikan di Indonesia sehingga perlu
ada upaya memperbaikinya.
Pembaharuan dalam dunia pendidikan harus terus dan selalu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
Pembaharuan yang dilakukan tentunya harus tetap mengacu pada tujuan
pendidikan nasional. Adapun tujuan pendidikan nasional berdasarkan
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Peningkatan mutu dan kualitas
pendidikan guna pencapaian tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan
dari proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas.

1
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT

A. TUJUAN

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi


salah satu tugas mata kuliah Dasar Dasar Ilmu Pendidikan yang
memiliki tema yaitu Upaya Pembaharuan Masalah Pendidikan
yang selanjutnya dapat diuraikan dalam makalah ini.

B. MANFAAT

Terlepas dari tujuan itu sendiri makalah ini dibuat dengan manfaat
agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca pada
umumnya. Khususnya untuk kami sebagai calon pendidik yang
akan terjun kelapangan dikemudian hari dalam dunia pendidikan
dapat bertambah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERUBAHAN KURIKULUM


Berdasarkan UU nomor 20 tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua faktor pengendali yang
menentukan arah pembaharuan kurikulum, yaitu yang sifatnya
mempertahankan dan yang bersifat mengubah. Termasuk yang
mempertahankan ialah landasan filosofis, yaitu falsafah bangsa Indonesia
yaitu Pancasila, UUD 1945 dan landasan historis (mencakup unsur-unsur yang
dari dulu hingga sekarang menguasai hajat hidup orang banyak). Sedangkan
faktor pengendali yang bersifat mengubah ialah landasan sosial (berupa
kekuatan-kekuatan sosial di masyarakat) dan landasan psikologis (cara peserta
di dalam belajar mengenai hal ini banyak penemuan-penemuan baru yang
menopangnya). Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
1) Peningkatan iman dan tagwa
2) Peningkatan akhlak mulia
3) Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik
4) Keragaman potensi daerah dan lingkungan
5) Tuntutan pembangunan daerah dan nacional
6) Tuntutan dunia kerja
7) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
8) Agama
9) Dinamika perkembangan global
10) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama,
yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaannya pada penekanan pokok dari
tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Adapun
perkembangan kurikulum pendidikan Indonesia, adalah sebagai berikut:

3
A. Kurikulum 1968 dan sebelumnya
Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana
Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga
hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Setelah Rentjana
Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran
Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem
pendidikan nasional dan ciri dari kurikulum 1952 bahwa setiap rencana
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari.
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama
Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964,
yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa
pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

B. Kurikulum 1975

4
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan
pendekatan-pendekatan di antaranya sebagai berikut:
 Berorientasi pada tujuan
 Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap
pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada
tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integrative
 Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan
waktu.
 Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang
senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik,
dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
 Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada
stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah
tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang
produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratkan keputusan politik
yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke
kurikulum 1984. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan
pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.

C. Kurikulum 1984
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984
di antaranya adalah sebagai berikut:
 Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum
tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
 Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang
studi dengan kemampuan anak didik.
 Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan
pelaksanaannya di sekolah.

5
 Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di
setiap jenjang.
 Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat
kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk
Pendidikan Luar Sekolah.
 Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara
kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan teknologi
terhadap pendidikan dalam kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi,
oleh karena itu diperlukan perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 tampil
sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum 1975. Kurikulum 1984
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan
bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu
belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar
fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau
menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah
tujuan apa yang harus dicapai siswa.
 Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat
secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan
siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik
dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
 Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral.
Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan
bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas
materi pelajaran yang diberikan.

6
 Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada
pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti.
Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan
untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
 Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan
siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan
mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus
melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak
dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke
kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana
menuju ke kompleks.
 Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan
proses adalah pendekatan belajat mengajar yang memberi tekanan
kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan
keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan
efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.

D. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984
dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian
waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu
tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi
siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Terdapat ciri-
ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya
sebagai berikut:
 Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan
 Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang
cukup padat (berorientasi kepada materi pelajarann atau isi).

7
 Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu
sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus
dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
 Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar,
baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa
guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada
jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari
satu jawaban), dan penyelidikan.
 Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan
dengan kekhasan konsep atau pokok bahasan dan perkembangan
berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian
antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal
dan pemecahan masalah.
 Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu
dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.
 Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang
mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang
komplek.

E. Kurikulum 2004 (KBK)


Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau
dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus
menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan
berkelanjutan untuk menjadi kompeten. Suatu program pendidikan
berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
 Pengembangan sistem pembelajaran

8
 Spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi
 Pemilihan kompetensi yang sesuai
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
 Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
 Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
 Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.

F. Kurikulum 2006 (KTSP)


Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan
antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan
tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional
pendidikan, yaitu:
1) Standar isi
2) Standar proses
3) Standar kompetensi lulusan
4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5) Standar sarana dan prasarana
6) Standar pengelolaan, standar pembiayaan
7) Standar penilaian pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada,
yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan
pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi
yaitu:

9
 Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.Berorientasi pada hasil belajar
(learning outcomes) dan keberagaman.
 Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
 Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
 Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Terdapat perbedaan mendasar KTSP dibandingkan dengan KBK,
bahwa sekolah diberi kewenangan penuh menyusun rencana
pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar yang telah
ditetapkan, mulai dari tujuan, visi dan misi, struktur dan muatan
kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga pengembangan
silabusnya.

2.2 PENGELOLAAN PENDIDIKAN INOVATIF (SD KECIL, SD


PAMONG, SMP T, SMA T, UT)
Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-
hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem
dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain,
maupun sistem dalam arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasional.
Inovasi pendidikan menurut asrori (2011) adalah inovasi dalam bidang
pendidikan untuk memecahkan masalah dalam pendidikan. Inovasi pendidikan
mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan,
baik dalam arti sempit tingkat lembaga pendidikan maupun arti luas di sistem
pendidikan nasional. Sehingga dapat dikatakan inovasi kurikulum merupakan
suatu hal yang dapat terjadi dalam ruang lingkup pendidikan itu sendiri.
Jadi, inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan
atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan

10
sehingga efisiensi, relevansi, berkualitas dan efektivitas. Ciri-ciri inovasi
pendidikan dapat dikenal dengan beberapa identifikasi, menurut ashby 1967
(dalam anneahira, 2011) ada empat hal ciri-ciri inovasi pendidikan, yaitu:
 Ketika masyarakat/orang tua mulai sibuk dengan peran keluar
sehingga tugas pendidikan anak sebagian digeser dari orang tua pindah
ke guru atau dari rumah ke sekolah.
 Terjadi adopsi kata yang ditulis ke instruksi lisan
 Adanya penemuan alat untuk keperluan percetakan yang
mengakibatkan ketersediaan buku lebih luas.
 Adanya alat elektronika yang bermacam-macam radio, telepon, TV,
computer, LCD proyektor, perekan internet, LAN, dsb ).
Inovasi pendidikan sangat penting untuk dilakukan sebagaimana
diungkapkan antara lain oleh Johnson dan Jacobson (dalam sisten inovasi,
2009), karna mempunyai fungsi utama sebagai berikut :
 Menciptakan pengetahuan baru.
 Memandu arah proses pencarian penyedia dan pengguna teknologi,
yaitu mempengaruhi arah agar para pelaku mengelola dan
memanfaatkan sumber dayanya.
 Memasok/menyediakan sumber daya, yaitu modal, kompetensi dan
sumber daya lainnya.
 Memfasilitasi penciptaan ekonomi eksternal yang positif (dalam
bentuk pertukaran informasi, pengetahuan dan visi).
 Memfasilitasi formasi pasar.

1. SD KECIL
Ciri-ciri SD kecil:
 Kelas yang ada lebih sedikit dari SD biasa
 Jumlah murid lebih kecil (20/30 orang)
 Jumlah guru lebih sedikit
 Pendekatan belajar meliputi, belajar sendiri melalui modul,
belajar kelompok, klasikal.
 Kurikulum sama dengan SD biasa

11
 Murid yang pandai dijadikan tutor untuk mengajar murid-
murid lin.

2. SD PAMONG
Proyek ini merupakan program pendidikan bersama antara
pemerintah Indonesia dan Innotech; lembaga yang didirikan oleh
badan kerjasama Menteri-menteri pendidikan se-Asia Tenggara. Di
kalangan organisasi menteri pendidikan Negara-negara Asia Tenggara
(South East Asian Ministers Education Organization atau Seameo)
proyek ini dikenal dengan istilah Impact (Instruction of Management
by Parent Community and Teachers). Pamong singkatan dari
Pembelajaran, dan Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua, dan
Guru.
Tujuan Proyek Pamong, yaitu :
 Membantu anak-anak yang tidak sepenuhnya dapat mengikuti
pendidikan sekolah, atau membantu siswa yang drop out.
 Membantu anak-anak yang tidak mau terikat oleh tempat dan
waktu dalam belajar, oleh karena dapat belajar sambil
menggembalakan ternak, waktu istirahat.
 Mengurangi penggunaan tenaga guru.
 Dengan meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, dengan
pembiayaan yang sedikit dapat ditampung sebanyak mungkin
siswa.
Dengan kata lain, tujuan proyek pamong untuk menemukan
alternative system penyampaian pendidikan dasar yang bersifat efektif,
ekonomis dan merata, yang sesuai dengan kondisi kebanyakan daerah
di Indonesia. Proyek eksperimentasi ini berakhir pada tahun 1976.
Sistem penyampaian yang digunakan dengan pemakaian modul.Setiap
anak dapat mengambil modul di Pusat Pendidikan Masyarakat
(Pusdikmas). Di Pusdikmas ini ada guru professional yang mengelola
pendidikan anak/siswa.Anak dapat belajar sendiri dengan orang tua,
atau tutor (seorang siswa yang lebih tinggi tingkat belajarnya) atau

12
anggota masyarakat yang mempunyai kecakapan khusus. Jadi, dengan
system Pamong ini anak-anak/siswa dapat belajar sendiri dengan
bimbingan tutor, atau anggota masyarakat, serta bimbingan orang tua.
Pengajaran yang diberikan memperhatikan kesanggupan anak.

3. SMP T
Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) adalah Sekolah
Menengah Umum Tingkat Pertama, yang kegiatan belajarnya sebagian
besar diselenggarakan di luar gedung sekolah dengan cara
penyampaian pelajaran melalui berbagai media dan interaksi yang
terbatas antara guru dan murid.
a) Latar Belakang
Latar belakang pendirian SMPT, yaitu :
Kekurangan fasilitas pendidikan dan tempat belajar.
Tenaga pendidikan yang tidak cukup.
Memperluas kesempatan belajar dalam rangka pemerataan
pendidikan.
Menanggulangi anak terlantar yang tidak diterima di SMP
Negeri.
Dalam penyelenggaraan SMPT ditunjuk beberapa SMP Negeri
atau Swasta sebagai SMP Induk.

b) Ciri-ciri
Ciri-ciri SMPT sebagai berikut :
Terbuka bagi siswa tanpa pembatasan umur dan tanpa syarat-
syarat akademis yang ketat.
Terbuka dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah
formal, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jangka pendek
yang bersifat praktis, insidential dan perorangan.
Terbuka dalam proses belajar mengajar tidak selalu
diselenggarakan di ruang kelas secara tatap muka, melainkan

13
dapat juga melalui media, seperti radio, media cetak, kaset,
slide, model dan gambar-gambar.
Terbuka dalam keluar masuk sekolah sesuai dengan waktu
yang tersedia oleh siswa.
Terbuka dalam mengelola sekolah.

c) Tujuan
Tujuan SMPT sama dengan tujuan pendidikan umum SMP
yaitu agar lulusan:
1) Menjadi warga Negara yang baik sebagai menusia yang
utuh, sehat dan kuat, lahir dan batin.
2) Menguasai hasil pendidikan umum yang merupakan
kelanjutan dari pendidikan di Sekolah Dasar.
3) Memiliki bekal untuk melanjutkan pelajarannya ke
sekolah lanjutan atas dan untuk terjun ke masyarakat.
4) Meningkatkan disiplin siswa.
5) Menilai kemajuan siswa dan memantapkan hasil
pelajaran dengan media.
6) Kurikulum SMPT merupakan kurikulum SMP
1975.Bidang studinya Bahasa Indonesia, Pendidikan
Moral Pencasila, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam,
Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Inggris, Agama,
Keterampilan, Olah Raga dan Kesehatan.
7) Kewajiban siswa adalah mengikuti belajar perorangan,
kelompok, tatap muka, dan belajar melalui pengalaman
langsung, serta mengikuti Evaluasi Belajar Tahap Akhir
(EBTA).
8) Tenaga pengajar terdiri dari guru Pembina dan guru
pembimbing yang diambil dari masyarakat setempat.
a) Tugas guru Pembina, antara lain :
 Merencanakan kegiatan belajar, baik
yang bersifat tatap muka, maupun

14
kegiatan belajar dalam pusat kegiatan
belajar kelompok.
 Memberikan petunjuk, bimbingan, dan
supervise kepada guru pembimbing.
 Memberikan bimbingan kepada murid
 Mengatur penyampaian bahan-bahan
pelajaran.
 Mengatur penggunaan fasilitas pelajaran
yang diperlukan.
 Melaksanakan kegiatan belajar tatap
muka.
b) Tugas guru pembimbing, antara lain :
 Membantu memecahkan dan
menampung, menyalurkan persoalan
yang dihadapi murid secara perorangan
maupun kelompok, baik bersifat edukatif
maupun administrative.
 Membagikan bahan-bahan pelajaran
pada siswa.
 Membimbing murid agar belajar dengan
teratur menurut jadwal yang ditetapkan.
 Mencatat dan melaporkan hasil kegiatan
belajar siswa kepada guru pembina.
 Mengatur dan mengawasi pelaksanaan
belajar murid.
 Menjadi penghubung antara SMP
terbuka dan masyarakat.
 Mengatur penggunaan fasilitas desa
untuk kepentingan kegiatan belajar.
 Merencanakan kegiatan bersama dengan
guru pembina.

15
Agar penyelenggaraan SMPT ini dapat berjalan seperti
yang diharapkan maka partisipasi masyarakat sangat
diharapkan.Partisipasi ini dapat dinyatakan dengan jalan
menyekolahkan anaknya di SMPT, menyediakan tempat bagi
kegiatan-kegiatan belajar di SMPT, mengawasi siswa untuk
belajar mandiri atau kelompok, dan menyediakan peralatan
untuk praktek. Penyelenggaraan SMPT hendaknya dirasakan
sebagai tugas bersama antara orang tua, pemerintah dan
masyarakat. Sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan
SMPT diperoleh dari biaya rutin pembangunan, sumbangan
pembinaan pendidikan masyarakat dan pemerintah daerah.

4. SMA T
SMA Terbuka adalah subsistem pendidikan pada jenjang
pendidikan menengah yang mengutamakan kegiatan belajar mandiri
para peserta didiknya dengan bimbingan terbatas dari orang lain. SMA
Terbuka merupakan salah satu model layanan pendidikan alternatif
jalur sekolah tingkat menengah yang diselenggarakan oleh SMA
reguler. SMA Terbuka bukanlah lembaga atau UPT baru yang berdiri
sendiri, melainkan menginduk pada SMA reguler yang telah ada.
Dengan demikian, SMA reguler yang menjadi Sekolah Induk SMA
Terbuka menyelenggarakan pendidikan dengan dual mode system
(tugas ganda). Artinya, Sekolah Induk SMA Terbuka sekaligus
melayani dua kelompok peserta didik yang berbeda, dengan cara
belajar yang berbeda. Dalam hal ini, Sekolah Induk SMA Terbuka
diberi perluasan atau tambahan peran, yaitu berupa layanan pendidikan
dengan sistem belajar jarak jauh yang diperuntukkan bagi peserta didik
yang memiliki kendala tertentu. (Pustekkom, 2005).
Dari informasi tersebut di atas dapatlah dirumuskan bahwa
model/sistem pendidikan SMA Terbuka adalah model/sistem
pendidikan SMA yang sebagian besar kegiatan pembelajaran-nya
dilaksanakan secara mandiri dengan menggunakan bahan-bahan

16
belajar yang dapat dipelajari peserta didik secara mandiri tanpa atau
dengan seminimal mungkin bantuan orang lain. Karena itulah, para
peserta didik SMA Terbuka setiap harinya belajar mandiri di Tempat
Kegiatan Belajar (TKB) di bawah supervisi Guru Pamong, baik secara
individual maupun dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Guru
Pamong tidak bertugas mengajar karena memang mereka bukanlah
orang yang berkualifikasi mengajar di SMA.
Belajar mandiri tidak hanya terbatas di TKB yang sudah ditunjuk
tetapi peserta didik dapat saja melakukannya di tempat lain sesuai
dengan ketersediaan waktu luang mereka, seperti di rumah atau di
tempat kerja. Belajar mandiri di mana saja dimungkinkan karena
bahan-bahan belajar yang dikembangkan untuk peserta didik SMA
Terbuka adalah bahan-bahan belajar cetak (modul) yang dapat
dipelajari peserta didik secara mandiri. Pada umumnya, setiap peserta
didik mendapatkan satu modul. Apabila karena satu dan lain hal, dapat
saja terjadi bahwa satu modul dipelajari oleh dua orang peserta didik.
Dalam keadaan yang demikian ini dibutuhkan pembagian waktu antara
kedua orang peserta didik yang bersangkutan agar dapat mempelajari
modul secara bergantian.
Konsepsi dasar yang melandasi pengertian/batasan SMA Terbuka
sebagaimana yang telah dikemukakan di atas adalah bahwa:
 Belajar pada prinsipnya adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi seseorang dengan sumber-sumber belajar,
baik yang dirancang secara khusus maupun melalui
pemanfaatan sumber-sumber belajar yang tersedia.
 Kegiatan belajar dapat terjadi di mana dan kapan saja, serta
tidak sepenuhnya hanya tergantung pada guru dan gedung
sekolah.
 Kegiatan belajar-mengajar akan mencapai tujuannya apabila
berpusat pada peserta didik dan melibatkan peserta didik secara
aktif.

17
 Penggunaan media pembelajaran yang dirancang secara benar
dan tepat akan dapat memberi hasil belajar yang maksimal
sesuai dengan karakteristik media itu sendiri.
 Peserta didik pada prinsipnya mempunyai kemungkinan yang
sama untuk berhasil dalam belajarnya apabila diberikan
kesempatan dan perlakuan yang sesuai dengan karakteristiknya
(Pustekkom-Depdiknas, 1999).

5. UT
a) Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan daya tampung perguruan
tinggi maka pemerintah (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan) mendirikan Universitas Terbuka (UT).Lembaga
ini didirikan berdasarkan Keputusan Pemerintah No. 41 tanggal
11 Juni 1984.Lalu berdasarkan PP No. 5 Tahun 1980,
dijabarkan pula struktur organisasi UT yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0389/0/1984 tanggal 27 Agustus 1984 setelah mendapat
persetujuan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dalam suratnya No. B-648/I/MENPAN/8/84 tanggal 25
Agustus 1984.

b) Fakultas, Jenjang dan Program Studi


UT memiliki empat fakultas, yaitu :
 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
 Fakultas Ekonomi
 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Pada tahun ajaran 1985/1986 UT memberikan kesempatan
lebih banyak kepada guru-guru yang telah bekerja di sekolah
untuk meningkatkan kemampuan professional maupun kualitas
formalnya. Universitas Terbuka menyelenggarakan tiga jenis

18
program pendidikan dengan system belajar jarak jauh, yaitu
program sarjana (S1), program diploma (D1, D2, D3) dan
program Akta V.
Program S1 adalah program pendidikan sarjana yang
meliputi berbagai disiplin ilmu pengetahuan, terbuka untuk
umum.Program Diploma dan Akta IV adalah program
peningkatan mutu tenaga kependidikan, terutama
diperuntukkan bagi guru di sekolah menengah dan tenaga
pengajar di perguruan tinggi.Jenjang program kependidikan
yang akan diselenggarakan pada tahun 1985/1986 adalah
Diploma 3 dengan memasukkan guru SMPT berijazah setara
dengan Diploma 2 atau sarjana muda, sedangkan program
Diploma 1 akan dikelola bersama dengan Program Pendidikan
Guru Sekolah Menengah Tingkat Pertama (PGSMTP) dari
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, kedua
program pendidikan tersebut dirintis sejak tahun
1980.Sedangkan Program Akta V diperuntukkan bagi sarjana
non-kependidikan.
Mirip dengan perguruan tinggi lain, penyelesaian program
studi di UT, adalah berdasarkan pada jumlah angka Satuan
Kredit Semester (SKS) yang harus ditempuh oleh
mahasiswa.Dalam penyelesaian Program Sarjana
dipersyaratkan 144–160 SKS, Program D1 40–50 SKS, D2 80-
90, D3 110-120 SKS, dan Program Akta V 20 SKS setelah
menyelesaikan 160 SKS.

c) Sistem Belajar
UT menyediakan pelayanan pendidikan dengan Sistem
Belajar Jarak Jauh (SBJJ).Kegiatan belajar mengajar di UT
meliputi kegiatan belajar mengajar mandiri (kegiatan belajar
utama mahasiswa), kegiatan belajar kelompok antar mahasiswa
(merupakan kegiatan belajar tambahan), dan kegiatan belajar

19
tatap muka antara mahasiswa dan tutor. Secara terinci system
belajar di Universitas Terbuka tersebut meliputi kegiatan-
kegiatan belajar sebagai berikut :
 Mempelajari bahan tertulis (modul dan bahan tercetak
lainnya) yang telah deprogram.
 Interaksi tatap muka, dengan tutor baik langsung
maupun tidak langsung melalui media komunikasi.
 Interaksi antar individu dalam kelompok belajar.
 Mendengarkan dan menyaksikan program audio visual
(kaset radio, dll).
 Praktikum dan kerja lapangan.
 Mengerjakan ujian unit.
 Mengerjakan ujian akhir semester.
 Susunan Organisasi dan Pengelolaan
 Pusat Produksi Media Pendidikan, Informasi, dan
Pengolahan Data.
 Pusat Pengolahan Pengujian
 Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) yang dibina
oleh Rektor Universitas/Institut Negeri setempat
UPBJJ yang berkedudukan di daerah-daerah terutama
bertugas untuk mengelola proses belajar mengajar di daerahnya
yang meliputi :
 Pengadaan, pengkoordinasian, dan pengembangan
tutorial.
 Pelayanan terhadap mahasiswa.
 Penyelenggaraan ujian unit dan ujian akhir semester
 Membantu kantor pusat UT dalam menyelenggarakan
administrasi umum.
Dalam melaksanakan tugas, UT membutuhkan bantuan sarana
dan fasilitas dari perguruan tinggi di wilayah UPBJJ yang
bersangkutan. Sumber dana UT diperoleh dari Pemerintah

20
melalui APBN, dari mahasiswa melalui Sumbangan Pembinaan
Pendidikan (SPP), dan dari pendapatan lainnya.

2.3 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (KERJA PAKET


A, PAKET B, PAKET C, KURSUS, DIKLAT)
Kita menyadari bahwa SDM kita masih rendah, dan tentunya masih punya
satu sikap yakni optimis untuk dapat mengangkat SDM tersebut. Salah satu
pilar yang tidak mungkin terabaikan adalah melalui pendidikan non formal
atau lebih dikenal dengan pendidikan luar sekolah (PLS). Seperti kita ketahui,
bahwa rendahnya SDM kita tidak terlepas dari rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat, terutama pada usia sekolah. Rendahnya kualitas SDM tersebut
disebabkan oleh banyak hal, misalnya ketidakmampuan anak usia sekolah
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sebagai akibat
dari kemiskinan yang melilit kehidupan keluarga, atau bisa saja disebabkan
oleh oleh angka putus sekolah, hal yang sama disebabkan oleh factor
ekonomi. Oleh sebab itu, perlu menjadi perhatian pemerintah melalui
semangat otonomi daerah adalah mengerakan program pendidikan non formal
tersebut, karena UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional secara lugas dan tegas menyebutkan bahwa pendidikan non formal
akan terus ditumbuhkembangkan dalam kerangka mewujudkan pendidikan
berbasis masyarakat, dan pemerintah ikut bertanggungjawab kelangsungan
pendidikan non formal sebagai upaya untuk menuntaskan wajib belajar 9
tahun.
Dalam kerangka perluasan dan pemerataan PLS, secara bertahap dan
bergulir akan terus ditingkatkan jangkauan pelayanan serta peran serta
masyarakat dan pemerintah daerah untuk menggali dan memanfaatkan seluruh
potensi masyarakat untuk mendukung penyelenggaraan PLS, maka Rencana
Strategis baik untuk tingkat propinsi maupun kabupaten kota, adalah :
1) Perluasan pemerataan dan jangkauan pendidikan anak usia dini

21
2) Peningkatan pemerataan, jangkauan dan kualitas pelayanan Kejar
Paket A setara SD, Kejar Paket B setara SLTP dan Kejar Paket C
setara SMA.
3) Penuntasan buta aksara melalui program Keaksaraan Fungsional
4) Perluasan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan
perempuan (PKUP), Program Pendidikan Orang tua (Parenting)
5) Perluasan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan
berkelanjutan melalui program pembinaan kursus, kelompok belajar
usaha, magang, beasiswa/kursus.
6) Memperkuat dan memandirikan PKBM yang telah melembaga saat ini
di berbagai daerah.
Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan relevansi
pendidikan, maka program PLS lebih berorientasi pada kebutuhan pasar, tanpa
mengesampingkan aspek akademis. Oleh sebab itu Program PLS mampu
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, profesionalitas, produktivitas, dan
daya saing dalam merebut peluang pasar dan peluang usaha, maka yang perlu
disusun Rencana strategis adalah:
1) Meningkatkan mutu tenaga kependidikan PLS
2) Meningkatkan mutu sarana dan prasarana dapat memperluas pelayanan
PLS, dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil.
3) Meningkatkan pelaksanaan program kendali mutu melalui penetapan
standard kompetensi, standard kurikulum untuk kursus.
4) Meningkatkan kemitraan dengan pihak berkepentingan (stakholder)
seperti Dudi, asosiasi profesi, lembaga diklat.
5) Melaksanakan penelitian kesesuain program PLS dengan kebutuhan
masyarakat dan pasar. Demikian pula kaitan dengan peningkatan
kualitas manajemen pendidikan.
Strategi PLS dalam rangka era otonomi daerah, maka rencana strategi
yang dilakukan adalah :
1) Meningkatkan peranserta masyarakat dan pemerintah daerah
2) Pembinaan kelembagaan PLS
3) Pemanfaatan/pemberdayaan sumber-sumber potensi masyarakat

22
4) Mengembangkan sistem komunikasi dan informasi di bidang PLS
5) Meningkatkan fasilitas di bidang PLS
Semangat Otonomi Daerah PLS memusatkan perhatiannya pada usaha
pembelajaran di bidang keterampilan lokal, baik secara sendiri maupun
terintegrasi. Diharapkan mereka mampu mengoptimalkan apa yang sudah
mereka miliki, sehingga dapat bekerja lebih produktif dan efisien, selanjutnya
tidak menutup kemungkinan mereka dapat membuka peluang kerja.
Pendidikan Luar Sekolah menggunakan pembelajaran bermakna, artinya
lebih berorientasi dengan pasar, dan hasil pembelajaran dapat dirasakan
langsung manfaatnya, baik oleh masyarakat maupun peserta didik itu sendiri.
Di dalam pengembangan Pendidikan Luar Sekolah, yang perlu menjadi
perhatian bahwa, dalam usaha memberdayakan masyarakat kiranya dapat
membaca dan merebut peluang dari otonomi daerah, pendidikan luar sekolah
pada era otonomi daerah sebenarnya diberi kesempatan untuk berbuat, karena
mustahil peningkatan dan pemberdayaan masyarakat menjadi beban
pendidikan formal saja, akan tetapi pendidikan formal juga memiliki
tanggungjawab yang sama. Oleh sebab itu sasaran Pendidikan Luar Sekolah
lebih memusatkan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan berkelanjutan, dan perempuan.
Selanjutnya Pendidikan Luar Sekolah harus mampu membentuk SDM
berdaya saing tinggi, dan sangat ditentukan oleh SDM muda (dini), dan
tepatlah Pendidikan Luar sekolah sebagai alternative di dalam peningkatan
SDM ke depan. PLS menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah
sejalan dengan Pendidikan Berbasis Masyarakat, penyelenggaraan PLS lebih
memberdayakan masyarakat sebagai perencana, pelaksanaan serta pengendali,
PLS perlu mempertahankan falsafah lebih baik mendengar dari pada didengar,
Pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota secara terus menerus
memberi perhatian terhadap PLS sebagai upaya peningkatan SDM, dan PLS
sebagai salah satu solusi terhadap permasalahan masyarakat, terutama anak
usia sekolah yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, dan anak usia putus
sekolah.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan UU nomor 20 tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua faktor pengendali yang
menentukan arah pembaharuan kurikulum, yaitu yang sifatnya
mempertahankan dan yang bersifat mengubah. Adapun perkembangan
kurikulum pendidikan Indonesia, adalah sebagai berikut: kurikulum 1968 dan
sebelumnya, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum
2004 (KBK), dan kurikulum 2006 (KTSP).
Selanjutnya pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan
mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan.
Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau
diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan
sehingga efisiensi, relevansi, berkualitas dan efektivitas.

3.2 SARAN
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan. Baik dalam penulisan, penyusunan kalimatnya, dan dari isi masih
banyak yang perlu ditambahkan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kepada
para pembaca makalah ini untuk dapat memberikan kritikan dan masukan
yang bersifat membangun.

24
DAFTAR PUSTAKA

Titinkita. 2013. Upaya Pembaharuan Pendidikan. http://titinkita.blogspot.com

Novita, Susi. 2012. Upaya Pembaharuan Pendidikan Nasional.


https://www.slideshare.net

Lestari, Tri, Diana. 2013. Inovasi Pendidikan Di Indonesia.


https://dianatrilestari.blogspot.com

Pradikto, Bayu. 2013. PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEBAGAI ALTERNATIF


DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
KESETARAAN. http://www.pradikto.com

25

Anda mungkin juga menyukai