Dosen Pengampu:
Sri Cahyaning Umi Salama, M.Si
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kita dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Konsep Dasar Islam Berkemajuan
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas ibu Sri Cahyaning Umi Salama, M.Si pada mata kuliah Al Islam
Kemuhammadiyahan III. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Konsep Dasar Islam Berkemajuan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Sri Cahyaning Umi Salama, M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan III yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Malang, 04 Desember
2023
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan............................................................................................................21
B. Saran......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sangat dipengaruhi dan diwarnai
oleh nilai-nilai agama sehingga kehidupan beragama tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai negara yang berdasarkan agama, pendidikan
agam tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Umat
beragama beserta lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia merupakan potensi besar
dan sebagai modal dasar dalam pembangunan mental spiritual bangsa dan merupakan
potensi nasional untuk pembangunan fisik materil bangsa Indonesia.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu
kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk
maju, sejahtera dan bahagia.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan
berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya
memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Pendidikan jangan hanya dipandang
sebagai suatu kewajiban. Tetapi juga harus pandai merencanakan, mengorganisir,
mengemas, melaksanakan serta mengevaluasi dan menindaklanjuti secara bersinergi
dan berkeseimbangan.
Hubungan pendidikan islam dengan pendidikan nasioanl tidak dapat dipisahkan,
karena keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Suatu sistem pendidikan
nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat manusia pada umumnya dan
eksistensi bangsa Indonesia khususnya dalam hubungan masa lalu, masa kini dan
kemungkinan perkembangan masa depan.
4
B. Rumusan Masalah
1. Faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang Pendidikan ?
2. Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah ?
3. Bentuk-bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah ?
4. Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah ?
5. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2) Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah
Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia- manusia
baru yang mampu tampil sebagai "ulama-intelek" atau "intelek-ulama", yaitu seorang
muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani.
Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai Dahlan
melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah
Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah- sekolah sendiri di mana agama dan
pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang sudah
menjadi fenomena umum; yang pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua
sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide Kyai Dahlan
tentang model pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim ulama-intelek
masih terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan integralistik inilah sebenarnya
warisan yang musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang d waktu, masalah
teknik pendidikan bisa berubah sesuai dengan perkembang ilmu pendidikan atau
psikologi perkembangan.Dalam rangka menjarr kelangsungan sekolahan yang ia
dirikan maka atas saran murid-muridnya K' Dahlan akhirnya mendirikan persyarikatan
Muhammadiyah tahun 1912. Meto pembelajaran yang dikembangkan Kyai Dahlan
bercorak kontekstual melaI proses penyadaran. Contoh klasik adalah ketika Kyai
menjelaskan surat al-Ma'i kepada santri-santrinya secara berulang-ulang sampai santri
itu menyadz bahwa surat itu menganjurkan supaya kita memperhatikan dan menolong
fal miskin, dan harus mengamalkan isinya. Setelah santri-santri itu mengamalk.
perintah itu baru diganti surat berikutnya. Ada semangat yang me dikembangkan oleh
pendidikan Muhammadiyah, yaitu bagaima merumuskan sistem pendidikan ala al-
Ma'un sebagaimana dipraktekkan KH Ahmad Dahlan.
7
adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik. Dalam
semangat yang sama belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju
peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day
schoot, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah.Satu
dekade terakhir ini virus sekolah unggul benar-benar menjangkiti seluruh warga
Muhammadiyah.Lembaga pendidikan Muhammadiyah mulai Taman Kanak- kanak (TI()
hingga Perguruan Tinggi (PT) berpacu dan berlomba-lomba untuli
8
oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya.Usaha Muhammadiyah
mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan modern
Aliyah
PoliteknikAkademi
9
manusia jika disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah
berfirman: “Wahai jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus
(melintasi) pejuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan sanggup
melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”(QS. Ar-
rahman/55:33).
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
10
4. Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah
Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari keprihatinannya terhadap
situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan (stagnasi),
kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial
belanda yang sangat merugikan bangsa Indonesia.
Pemikiran atau ide-ide K.H. Ahmad Dahlan tertuang dalam gerakan Muhammadiyah yang
ia dirikan pada tanggal 18 Nopember 1912. Organisasi ini mempunyai karekter sebagai gerakan
sosial keagamaan. Titik tekan perjuangannya mula-mula adalah pemurnian ajaran Islam dan
bidang pendidikan. Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang berakar dalam upaya
pemberantasan bid’ah, khurafat dan tahayul. Ide pembaruannya menyetuh aqidah dan syariat,
misalnya tentang uapcara kematian talqin, upacara perkawinan, kehamilan, sunatan, menziarahi
kuburan yang dikeramatkan, memberikan makanan sesajen kepada pohon-pohon besar,
jembatan, rumah angker dan sebagainya, yang secara terminologi agama tidak dikenal dalam
Islam.
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola
berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Memang,
Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap dunia pendidikan, namun perumusan
mengenai tujuan pendidikan yang spesifik baru disusun pada 1936. Pada mulanya tujuan
pendidikan ini tampak dari ucapan K.H. Ahmad Dahlan: “ Dadiji kjai sing kemajorean, adja
kesel anggonu njambut gawe kanggo Muhammadiyah”( Jadilah manusia yang maju, jangan
pernah lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah).
Dahlan merasa tidak puas dengan system dan praktik pendidikan yang ada di Indonesia
saat itu, dibuktikan dengan pandangannya mengenai tujuan pendidikan adalah untuk
menciptakan manusia yang baik budi, luas pandangan, dan bersedia berjuang untuk kemajuan
masyarakat. Karena itu Dahlan merentaskan beberapa pandangannya mengenai pendidikan
dalam bentuk pendidikan model Muhammadiyah khususnya, antara lain:
A. Pendidikan Integralistik
K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga sudah pada
tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan. Oleh sebab itu
untuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan Beliau musti lebih banyak
merujuk pada bagaimana beliau membangun sistem pendidikan. Namun naskah pidato
terakhir beliau yang berjudul Tali Pengikat Hidup menarik untuk dicermati karena
11
menunjukkan secara eksplisit konsen Beliau terhadap pencerahan akal suci melalui
filsafat dan logika. Sedikitnya ada tiga kalimat kunci yang menggambarkan tingginya
minat Beliau dalam pencerahan akal, yaitu:
1. Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang dapat dicapai
dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan akal sehat dan istiqomah
terhadap kebenaran akali dengan di dasari hati yang suci;
2. Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia;
3. Ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang hanya
akan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah swt. Pribadi K.H.
Ahmad Dahlan adalah pencari kebenaran hakiki yang menangkap apa yang tersirat
dalam tafsir Al-Manaar sehingga meskipun tidak punya latar belakang pendidikan
Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas melalui ajaran Islam sendiri,
menyerukan ijtihad dan menolak taqlid.
Yaitu mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh lembaga pendidikan
Belanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap dan kemudian dengan gagasan dan
prektek pendidikannya dapat menerapkan metode pendidikan yang dianggap baru saat itu ke
dalam sekolah yang didirikannya dan madrasah-madrasah tradisional. Metode yang ditawarkan
adalah sintesis antara metode pendidikan modern Barat dengan tradisional. Dari sini tampak
bahwa lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan berbeda dengan lembaga
pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini. Sebagai contoh, K.H. Ahmad
12
Dahlan mula-mula mendirikan SR di Kauman dan daerah lainnya di sekitar Yogyakarta, lalu
sekolah menengah yang diberi nama al-Qism al-Arqa yang kelak menjadi bibit madrasah
Mu’allimin dan Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta. Sebagai catatan, tujuan umum
lembaga pendidikan di atas baru disadari sesudah 24 tahun Muhammadiyah berdiri, tapi Amir
Hamzah menyimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan Muhammadiyah menurut K.H.
Ahmad Dahlan adalah:
13
5. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah
Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar, Muhammadiyah dituntut untuk
mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah pengetahuan melalui
jalur pendidikan.
Bahwa amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami dua masalah
sekaligus, yaitu, pertama, terlambatnya pertumbuhan kualitas dibandingkan dengan
penambahan jumlah yang spektakuler, sehingga dalam beberapa hal kalah bersaing dengan
pihak lain. Kedua, tidak meratanya pengembangan mutu lembaga pendidikan. Dalam
sejumlah aspek banyak disoroti kelemahan amal usaha khususnya di bidang pendidikan
yang kurang mampu menunjukkan daya saing di tingkat nasional apalagi internasional.
Amal usaha Muhammadiyah tidak mengalami proses inovasi yang merata dan signifikan,
sehingga cenderung berjalan di tempat, kendati beberapa lainnya mulai bangkit
mengembangkan ide-ide dan metode baru dalam peningkatan kualitas dan keberadaan amal
usaha Muhammadiyah.
Kedepan diperlukan peningkatan kualitas yang lebih inovatif, sehingga amal usaha
Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan dapat lebih unggul serta mampu
mengemban misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah.
14
Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara
keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas artinya dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan
nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus berhadapan
dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa
globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh
jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka,
terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality
(berkualitas rendah). Inilah salah satu dari sekian tantangan yang harus dihadapi
Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.
Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi
seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis
yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”.
Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti
memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “di ditiru”
Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau
pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan dilapangan
menunjukkan adanya guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan
guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi.
Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat
banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus
menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini.
15
Dari sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan adanya
alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan, moral dan
akhlak anak. Oleh karena itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikan islam untuk
memfilter budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya
barat. (Arifin, 1994:42)
Dampak negatif dari teknologi moderen telah mulai menampakan diri di depan mata
kita, yang pada prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa yang sedang tumbuh
berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya. Pengaruh negatif dari teknologi
elektronik dan informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti
kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan
aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis dan informatika seperti Komputer, foto
copy dan sebagainya.(Arifin,1991,hal: 9 )
Alat-alat diatas dalam dunia pendidikan memang memiliki dua dampak yaitu dampak
positif dan juga dampak negatif. Misalnya pada pelajaran bahasa asing anak didik tidak
lagi harus mencari terjemah kata-kata asing dari kamus, tapi sudah bisa lewat komputer
penerjemah atau hanya mengcopy lewat internet. Nah dari sinilah nampak jelas bahwa
pengaruh teknologi dan informasi memiliki dampak positif dan negatif
16
Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya, krisis moral.
Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya, yang
menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika,
perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada
perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah,
penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas belajar dan tidak
punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.
Diera globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami sebuah perubahan yang
besar disegala sektor. Ini dibuktikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang begitu cepat. Dengan kemajuan teknologi dan informasi seperti televisi, komputer,
internet, media cetak dan elektronik mengakibatkan bangsa Indonesia dapat dengan mudah
mengakses informasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat menimbulkan kemerosotan norma-
norma dalam kehidupan bermasyarakat, kebobokran akhlak (perilaku), serta bentuk
penyimpangan lainnya yang kini telah merebak dalam masyarakat Indonesia khususnya
generasi muda dalam hal ini pelajar atau mahasiswa. Mereka lebih mementingkan urusan
duniawi daripada urusan akhirat.
Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya yang sangat serius
untuk mengatasinya. Salah satu cara mengatasinya adalah melalui pendidikan, dalam hal
ini pendidikan kemuhammadiyahan. Dengan kemuhammadiyahan dampak-dampak buruk
dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa di minimalisir.
Jadi ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan kita, baik itu dampak
positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut menyebabkan bangsa Indonesia
melakukan banyak penyimpangan. Di dalam pendidikan, kemuhammadiyahan adalah salah
satu upaya yang diperlukan. Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk mengelola dan
memanage dampak-dampak buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi menjadi minimalisir.
17
bahwa kendatipun jumlah umat islam mayoritas (88,2%) di Indonesia namun kualitasnya
cukup memprihatinkan dibanding umat lain. Karena beberapa fakor seperti tidak
mencerminkan homogenitas dalam kualitas tetapi heterogenitas baik dalam kualitas,
intensitas, maupun paham-paham dan persepsi keagamaannya. Selain itu, rendahnya
kualitas sumber daya umzt islam juga melatarbelakangi mengapa umat islam tidak
memiliki peran yang setaraf dengan kuantitasnya.
Menjawab tantangan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun yang
berkaitan dengan sejauh mana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu
mengaktualisasikan misinya sebagai sekolah islam ditengah perubahan dan globalisasi.
Sehingga diperlukan proses belajar yang sejalan dengan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa siswa menyadari kebesaran Alloh Swt.
Itu semua barangkali dapat digunakan sebagi prinsip moral dan peningkatan kualitas
pendidikan Muhammadiyah bagi pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
18
Tantangan Muhammadiyah yang kedua dalam bidang pendidikan adalah masalah
berkurangnya profesionalisme guru. Hal ini harus segera ditemukan solusinya oleh
muhammadiyah untuk menghindari dampak negatif terhadap kualitas peserta didik dengan
terus meningkatkan kualitas Sumber daya pendidik dan terus menanamkan etos keikhlasan
kepada para pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah.
19
sekolah dipelopori Pendidikan Muhammadiyah yang menerapkan system pembaharuan
dalam pendidikan.
Konsep pendidikan Muhammadiyah yang integrative-interkonektif mengajarkan
keilmuan Agama dan umum sekaligus, menjadi ciri khas pendidikan Muhammadiyah.
Ciri khas ini yang akan menjadi icon pendidikan Muhammadiyah, sekaligus menjadi
oase dalam kekeringan ruh spiritual dalam pendidikan. Dalam Kurikulum ISMUBA
Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah DIY (Dikdasmen PWM DIY, 2012:II),
pendidikan Muhammadiyah memiliki empat fungsi, yaitu: pertama sebagai sarana
pendidikan dan pencerdasan, kedua, pelayanan masyarakat, dakwah amar ma’ruf nahi
munkar dan keempat, lahan kaderisasi. Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut, sekolah
dan madrasah Muhammadiyah didesain dan diorientasikan untuk memberikan
pelayanan dan peningkatan kualitas lulusan yang unggul dalam kepribadian, keagamaan,
keilmuan, keterampilan, berkarya seni-budaya dan berdaya saing tinggi, baik di tingkal
lokal, nasional maupun global. Mengacu pada tujuan pendidikan Muhammadiyah yaitu,
pendidikan, pelayanan, dakwah, dan perkaderan. Paradigma pendidik dalam lembaga
pendidikan Muhammadiyah harus disatukan.
Visi-misi pendidikan Muhammadiyah harus di internalisasikan. Paradigma itu
membentuk kerangka berfikir dan kesadaran kritis bahwa lembaga pendidikan
Muhammadiyah tidak hanya murni pendidikan dan pelayanan, tetapi ada aspek penting lain
yaitu misi perkaderan dan dakwah yang menjadi kewajiban masing-masing pendidik di
Muhammadiyah untuk melaksanakan misi tersebut. Misi pendidikan Muhammadiyah
tersebut sekaligus menjadi solusi dan respon tentang keringnya ruh keagamaan dalam
pendidikan, Muhammadiyah memiliki ciri khas yaitu pendidikan al-Islam dan
Kemuhammadiyahan. Dua hal itu menjadi ciri khas sekaligus solusi dalam mengisi
kekeringan ruh spiritual dalam pendidikan, baik pada pendidikan dasar dan menengah
maupun pada pendidikan tinggi di Muhammadiyah. semua AUM pendidikan harus
melaksanakan pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai fondasi pendidikan.
AIK yang sudah berjalan pada lembaga Muhammadiyah harus di vitalkan kembali
fungsinya. Sehingga empat peran dan misi pendidikan Muhammadiyah dapat berjalan
seperti yang di cita-citakan
20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sejak awal berdiri memiliki komitmen yang teguh
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur pendidikan, hingga saat ini lembaga pendidikan
yang dimiliki Muhammadiyah terus berkembang dan bertambah baik secara kuantitas maupun kualitas,
walaupun di sisi lain tidak dapat dipungkiri ada lembaga pendidikan Muhammadiyah yang mengalami
keterpurukan bahkan ada yang tutup, hal ini merupakan dinamika lembaga pendidikan yang dimiliki
oleh Muhammadiyah.
Manajemen yang selama ini berlaku di Muhammadiyah justru membuat para perintis lembaga
pendidikan di Muhammadiyah bersemangat untuk berkompetisi secara positif, walaupun demikian,
menurut hemat penulis manajemen yang sekarang berlaku membutuhkan evaluasi secara mendalam
untuk peningkatan mutu pendidikan Muhammadiyah secara umum.
21
DAFTAR PUSTAKA
Mulkhan, Abdul Munir. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah. Jakarta:
Bumi Aksara.1990.
Amir Hamzah Wirjosukarto, 1985, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, Jember:
Mutiara Offset.
22