Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“ Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan ”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah AIK III
Dosen pengampu : Nur Hidayat, SKM., M.M.Kes

disusun oleh :

1. Ayu Nalaratih
2. Fauzanillah
3. Putri Dzikrillah
4. Yuliana Siti N
5. Yulistianto

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS

Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.20 Tlp. (0265) 773052 Fax. (0265) 771931

website : stikesmucis.ac.id Email : mucis06@yahoo.com

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan”
Makalah Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
    Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Muhammadiyah Sebagai Gerakan
Pendidikan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
  

                                                                               Ciamis, 21 maret 2021                                                     

Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

Daftar isi .............................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................4

1.1 Latar belakang......................................................................................................4


1.2 Rumusan masalah ................................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN .....................................................................................................5

1. Faktor yang melatarbelakangi geakan muhammadiyah dibidang pendidikan…5


2. Cita-cita pendidikan muhammadiyah ………………………………………….5
3. Bentuk-bentuk dan model pendidikan muhammadiyah………………………..7
4. Pemikiran dan praksis pendidikan……………………………………………..8
5. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah………………………..10

BAB III PENUTUP............................................................................................................17

A. Kesimpulan............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

BAB I

3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sangat dipengaruhi dan diwarnai
oleh nilai-nilai agama sehingga kehidupan beragama tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai negara yang berdasarkan agama, pendidikan
agam tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Umat
beragama beserta lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia merupakan potensi besar
dan sebagai modal dasar dalam pembangunan mental spiritual bangsa dan merupakan
potensi nasional untuk pembangunan fisik materil bangsa Indonesia.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu
kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk
maju, sejahtera dan bahagia.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan
berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya
memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Pendidikan jangan hanya dipandang
sebagai suatu kewajiban. Tetapi juga harus pandai merencanakan, mengorganisir,
mengemas, melaksanakan serta mengevaluasi dan menindaklanjuti secara bersinergi
dan berkeseimbangan.
Hubungan pendidikan islam dengan pendidikan nasioanl tidak dapat dipisahkan,
karena keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Suatu sistem pendidikan
nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat manusia pada umumnya dan
eksistensi bangsa Indonesia khususnya dalam hubungan masa lalu, masa kini dan
kemungkinan perkembangan masa depan.
B. Rumusan Masalah
1. Faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang Pendidikan ?
2. Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah ?
3. Bentuk-bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah ?
4. Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah ?
5. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk Memahami Faktor yang melatarbelakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang
Pendidikan.
2. Untuk memahami Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah.
3. Untuk memahami Bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah.
4. Untuk memahami Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah.
5. Untuk memahami Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah.

BAB II

4
PEMBAHASAN

1) Faktor Yang Melatarbelakangi Gerakan Muhammadiyah Dibidang Pendidikan

Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang mempelopori


pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah
menurut Mukti Ali ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu
penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan jalan
melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Saat kolonial Belanda menjajah
bumi nusantara. Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam wujud "pondok
pesantren", dimana islam diajarkan di mushollalanggarmasjid. Sistem yang digunakan
seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem pendidikan
climana secara perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab . dan
mengartikan kemudian sang santri . santri hanya mendengarkan penjelasan dari
semasa itu hanya berorientasi pada hafalan sang kyai.
Sistem pendidikan teks semata, sehingga tidak merangsang santri untuk
berdiskusi. Cabang ilmu agama yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah Hadist,
Fiqih dan Usul Fiqih, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu Bahasa Arab.
Ini berlangsung hingga awal abad ke-20.Dalam sekolah Belanda para murid tidak
diperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku
mereka banyak yang menyimpang dari ajaran Islam.Melihat kenyataan ini K.H
Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk memperbaharui pendidikan bagi
umat Islam.Pembaharuan yang dimaksud meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan
segi teknik. Segi cita-cita adalah untuk membentuk manusia muslim yang berakaqul
karimah, alim, luas pandangan dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta
bersedia berjuang untuk kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih
banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern
Kini pendidikan Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan segala
kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah berat.Pendidikan
Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan gerakan Muhammadiyah
dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah.
2) Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah
Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia-
manusia baru yang mampu tampil sebagai "ulama-intelek" atau "intelek-ulama", yaitu
seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan
rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai
Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-
sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah- sekolah sendiri di mana
agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang
sudah menjadi fenomena umum; yang pertama sudah diakomodir negara dan yang
kedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide Kyai
Dahlan tentang model pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim
ulama-intelek masih terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan integralistik

5
inilah sebenarnya warisan yang musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks
ruang d waktu, masalah teknik pendidikan bisa berubah sesuai dengan perkembang
ilmu pendidikan atau psikologi perkembangan.Dalam rangka menjarr kelangsungan
sekolahan yang ia dirikan maka atas saran murid-muridnya K' Dahlan akhirnya
mendirikan persyarikatan Muhammadiyah tahun 1912. Meto pembelajaran yang
dikembangkan Kyai Dahlan bercorak kontekstual melaI proses penyadaran. Contoh
klasik adalah ketika Kyai menjelaskan surat al-Ma'i kepada santri-santrinya secara
berulang-ulang sampai santri itu menyadz bahwa surat itu menganjurkan supaya kita
memperhatikan dan menolong fal miskin, dan harus mengamalkan isinya. Setelah
santri-santri itu mengamalk. perintah itu baru diganti surat berikutnya. Ada semangat
yang me dikembangkan oleh pendidikan Muhammadiyah, yaitu bagaima
merumuskan sistem pendidikan ala al-Ma'un sebagaimana dipraktekkan KH Ahmad
Dahlan.
Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu
memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak.
Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang
paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena
di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran
mengikuti sistem madrasahsekolah, jelasnya madrasahsekolah dalam pondok
pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik.
Dalam semangat yang sama belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu
menuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah
full day schoot, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan
Muhammadiyah.Satu dekade terakhir ini virus sekolah unggul benar-benar
menjangkiti seluruh warga Muhammadiyah.Lembaga pendidikan Muhammadiyah
mulai Taman Kanak- kanak (TI() hingga Perguruan Tinggi (PT) berpacu dan
berlomba-lomba untuli
Apabila Muhammadiyah benar-benar mau membangun
sekolahuniversitas unggul maka harus ada keberaruan untuk merumuskan bagaimana
landasan filosofis pendidikannya sehingga dapat meletakkan secara tegas bagaimana
posisi lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah dihadapan pendidikan
nasional, dan kedudukannya yang strategis sebagai pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta fungsinya sebagai wahana dakwah Islamiyah. orientasi filosofis
ini jelas sangat membingungkan; apa harus mengikuti arus pendidikan nasional yang
sejauh ini kebijakannya belum menuju pada garis yang jelas karena setiap ganti
menteri musti ganti kebijakan. Kalau memang memilih pada pengembangan iptek
maka harus ada keberanian memilih arah yang berbeda dengan kebijakan
pemerintah. Model pondok gontor bisa dijadikan alternatif, dengan bahasa dan
kebebasan berpikir terbukti mampu mengantarkan peserta didik menjadi manusia-
manusia yang unggul. Filsafat pendidikan memanifestasikan .
pandangan ke depan tentang generasi yang akan dimunculkan. Filsafat yang
dianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama Islam, maka
sebagai konsekuensinya logika, Muhammadiyah berusaha dan selanjutnya
6
melandaskan filsafat pendidikan Muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang
diyakini dan dianutnya. Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar,
Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan
menanamkan khazanah pengetahuan melaluijalur pendidikan.Secara umum dapat
dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tetap
dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba di
semua lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah
satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia
diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya.Usaha
Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan modern
3) Bentuk-bentuk dan model pendidikan muhammadiyah
Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur
pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
1. Tipe MualliminMualimat Yogyakarta (pondok pesantren)
2. Tipe madrasahDepag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
3. Tipe sekolah Diknas; TK, SD, SMP, SMA SMK, Universitas ST
PoliteknikAkademi
4. Madrasah Diniyah, dan lain-lain
Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yang
ingin dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan dalam
Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik lulusan sekolah Muhammadiyah,
sebagai berikut:
1) Memiliki jiwa Tauhid yang murni
2) Beribadah hanya kepada Allah
4) Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
5) Memiliki akhlaq yang mulia
6) Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
7) Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
8) .Bentuk dan Model pendidikan muhammadiyah
Pendidikan, menurut KH. Ahmad Dahlan, hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, luas pandangan dan
berakhlak Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem
pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi
rahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan
segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah
berfirman: “Wahai jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus
(melintasi) pejuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan
sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”(QS. Ar-
rahman/55:33).
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
1. Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang
beragama Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
2. Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik
7
dapat tersentuh dan sekaligus mengamalkannya, dan.
3. Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di
lembaga pendidikan Muhammadiyah
4) Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah
Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari keprihatinannya
terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam
kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin
diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat merugikan bangsa Indonesia.
Pemikiran atau ide-ide K.H. Ahmad Dahlan tertuang dalam gerakan
Muhammadiyah yang ia dirikan pada tanggal 18 Nopember 1912. Organisasi ini
mempunyai karekter sebagai gerakan sosial keagamaan. Titik tekan perjuangannya
mula-mula adalah pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Muhammadiyah
mempunyai pengaruh yang berakar dalam upaya pemberantasan bid’ah, khurafat dan
tahayul. Ide pembaruannya menyetuh aqidah dan syariat, misalnya tentang uapcara
kematian talqin, upacara perkawinan, kehamilan, sunatan, menziarahi kuburan yang
dikeramatkan, memberikan makanan sesajen kepada pohon-pohon besar, jembatan,
rumah angker dan sebagainya, yang secara terminologi agama tidak dikenal dalam
Islam.
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam
dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui
pendidikan. Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap dunia
pendidikan, namun perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik baru
disusun pada 1936. Pada mulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan K.H.
Ahmad Dahlan: “ Dadiji kjai sing kemajorean, adja kesel anggonu njambut gawe
kanggo Muhammadiyah”( Jadilah manusia yang maju, jangan pernah lelah dalam
bekerja untuk Muhammadiyah).
Dahlan merasa tidak puas dengan system dan praktik pendidikan yang ada di
Indonesia saat itu, dibuktikan dengan pandangannya mengenai tujuan pendidikan
adalah untuk menciptakan manusia yang baik budi, luas pandangan, dan bersedia
berjuang untuk kemajuan masyarakat. Karena itu Dahlan merentaskan beberapa
pandangannya mengenai pendidikan dalam bentuk pendidikan model Muhammadiyah
khususnya, antara lain:
A. Pendidikan Integralistik
K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga sudah
pada tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan.
Oleh sebab itu untuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan Beliau
musti lebih banyak merujuk pada bagaimana beliau membangun sistem
pendidikan. Namun naskah pidato terakhir beliau yang berjudul Tali Pengikat
Hidup menarik untuk dicermati karena menunjukkan secara eksplisit konsen
Beliau terhadap pencerahan akal suci melalui filsafat dan logika. Sedikitnya ada
tiga kalimat kunci yang menggambarkan tingginya minat Beliau dalam
pencerahan akal, yaitu:

8
1. Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang
dapat dicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan akal
sehat dan istiqomah terhadap kebenaran akali dengan di dasari hati yang
suci;
2. Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia;
3. Ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang
hanya akan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah
swt. Pribadi K.H. Ahmad Dahlan  adalah pencari kebenaran hakiki yang
menangkap apa yang tersirat dalam tafsir Al-Manaar sehingga meskipun
tidak punya latar belakang pendidikan Barat tapi ia membuka lebar-lebar
gerbang rasionalitas melalui ajaran Islam sendiri, menyerukan ijtihad dan
menolak taqlid.
Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi
ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya,
sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik
adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di
dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran
mengikuti sistem madrasah/sekolah, jelasnya madrasah/sekolah dalam pondok
pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik. 
Dalam semangat yang sama, belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu
menuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah
full day school, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan
Muhammadiyah.
1. Mengadopsi Substansi dan Metodologi Pendidikan Modern Belanda dalam
Madrasah-madrasah Pendidikan Agama
Yaitu mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh lembaga
pendidikan Belanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap dan kemudian
dengan gagasan dan prektek pendidikannya dapat menerapkan metode pendidikan
yang dianggap baru saat itu ke dalam sekolah yang didirikannya dan madrasah-
madrasah tradisional. Metode yang ditawarkan adalah sintesis antara metode
pendidikan modern Barat dengan tradisional. Dari sini tampak bahwa lembaga
pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan berbeda dengan lembaga pendidikan
yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini. Sebagai contoh, K.H. Ahmad Dahlan
mula-mula mendirikan SR di Kauman dan daerah lainnya di sekitar Yogyakarta, lalu
sekolah menengah yang diberi nama al-Qism al-Arqa yang kelak menjadi bibit
madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta. Sebagai catatan,
tujuan umum lembaga pendidikan di atas baru disadari sesudah 24 tahun
Muhammadiyah berdiri, tapi Amir Hamzah menyimpulkan bahwa tujuan umum
pendidikan Muhammadiyah menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah:

1. Baik budi, alim dalam agama


2. Luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia (umum)
3. Bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.

9
2. Memberi Muatan Pengajaran Islam pada Sekolah-sekolah Umum Modern Belanda
Sekolah Muhammadiyah mempertahankan dimensi Islam yang kuat, tetapi
dilakukan dengan cara yang berbeda dengan sekolah-sekolah Islam yang lebih awal
dengan gaya pesantrennya yang kental. Dengan contoh metode dan system
pendidikan baru yang diberikannya. K.H. Ahmad Dahlan juga ingin memodernisasi
sekolah keagamaan tradisional.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam, K.H. Ahmad Dahlan
mendirikan sekolah Muallimin dan Muallimat, Muballighin dan Muballighat. Dengan
demikian diharpakan lahirlah kader-kader Muslim sebagai bagian inti program
pembaharuannya yang bisa menjadi ujung tombak gerakan Muhammadiyah dan
membantu menyampaikan misi-misi dan melanjutkannya di masa depan. K.H. Ahmad
Dahlan juga bekerja keras meningkatkan moral dan posisi kaum perempuan dalam
kerangka Islam sebagai instrument yang efektif dan bermanfaat di dalam
organisasinya karena perempuan merupakan unsur penting  berkat bantuan istri dan
koleganya sehingga terbentuklah Aisyiah . di tempat-tempat tertentu, dibukalah
masjid-masjid khusus bagi kaum perempuan, seseuatu yang jarang ditemukan di
Negara-negara Islam lain bahkan hingga saat ini. K.H. Ahmad Dahlan juga
membentuk gerakan pramuka Muhammadiyah yang diberi nama Hizbul Watan.
5) Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah
A. Tantangan Pendidikan Muhammadiyah
Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar, Muhammadiyah dituntut
untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah
pengetahuan melalui jalur pendidikan.
Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan;
a) Masalah Kualitas Pendidikan
Perkembangan amal usaha Muhammadiyah khususnya dalam bidang
pendidikan yang sangat pesat secara kuantitatif belum diimbangi peningkatan
kualitas yang sepadan, sehingga sampai batas tertentu kurang memiliki daya saing
yang tinggi, serta kurang memberikan sumbangan yang lebih luas dan inovatif
bagi pengembangan kemajuan umat dan bangsa.
Bahwa amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami dua
masalah sekaligus, yaitu, pertama, terlambatnya pertumbuhan kualitas
dibandingkan dengan penambahan jumlah yang spektakuler, sehingga dalam
beberapa hal kalah bersaing dengan pihak lain. Kedua, tidak meratanya
pengembangan mutu lembaga pendidikan. Dalam sejumlah aspek banyak disoroti
kelemahan amal usaha khususnya di bidang pendidikan yang kurang mampu
menunjukkan daya saing di tingkat nasional apalagi internasional. Amal usaha
Muhammadiyah tidak mengalami proses inovasi yang merata dan signifikan,
sehingga cenderung berjalan di tempat, kendati beberapa lainnya mulai bangkit
mengembangkan ide-ide dan metode baru dalam peningkatan kualitas dan
keberadaan amal usaha Muhammadiyah.

10
Kedepan diperlukan peningkatan kualitas yang lebih inovatif, sehingga amal
usaha Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan dapat lebih unggul serta
mampu mengemban misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah.
Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan.
Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output
pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran
paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif
(Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage).
Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam,
sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas artinya dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan
tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat
tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini
berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat
cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-
sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi
sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality (berkualitas
rendah). Inilah salah satu dari sekian tantangan yang harus dihadapi
Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.
b) Permasalahan Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses
pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah
menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya
guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan.
Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah
kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan
lancar baca tulis yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan
komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian
tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi,
sehingga bisa “di ditiru”
Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha
sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan
dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak
berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa
melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada
banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal.
Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah”
bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini.
c) Masalah kebudayaan (alkulturasi)
Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material
maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu
perkembangan kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat
11
terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan
timbulnya proses alkulturasi yaitu pertukaran dan saling berbaurnya antara
kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.
Dari sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan
adanya alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi
kebudayaan, moral dan akhlak anak. Oleh karena itu hal ini merupakan tantangan
bagi pendidikan islam untuk memfilter budaya-budaya yang negatif yang
diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya barat. (Arifin, 1994:42)
d) Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta
didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma
pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto
menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru,
menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid
berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model
tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek
pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari
pembelajaran baru. Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya
professionalisme guru.
e) Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sebagimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada
kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif (memudahkan).
Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan ketenangan yang semangkin
beragam.
Dampak negatif dari teknologi moderen telah mulai menampakan diri di depan
mata kita, yang pada prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa yang
sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya. Pengaruh
negatif dari teknologi elektronik dan informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi
kejiwaan lainya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan
(emosi) diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis
dan informatika seperti Komputer, foto copy dan sebagainya.(Arifin,1991,hal: 9 )
Alat-alat diatas dalam dunia pendidikan memang memiliki dua dampak yaitu
dampak positif dan juga dampak negatif. Misalnya pada pelajaran bahasa asing
anak didik tidak lagi harus mencari terjemah kata-kata asing dari kamus, tapi
sudah bisa lewat komputer penerjemah atau hanya mengcopy lewat internet. Nah
dari sinilah nampak jelas bahwa pengaruh teknologi dan informasi memiliki
dampak positif dan negatif
Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya,
krisis moral. Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa
lainnya, yang menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan
narkotika, perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan
12
berimbas pada perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan,
hamil di luar nikah, penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh
pelajar, malas belajar dan tidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.
- Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian.
Diera globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami sebuah
perubahan yang besar disegala sektor. Ini dibuktikan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Dengan kemajuan teknologi dan
informasi seperti televisi, komputer, internet, media cetak dan elektronik
mengakibatkan bangsa Indonesia dapat dengan mudah mengakses informasi baik
dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga dapat menimbulkan kemerosotan norma-norma
dalam kehidupan bermasyarakat, kebobokran akhlak (perilaku), serta bentuk
penyimpangan lainnya yang kini telah merebak dalam masyarakat Indonesia
khususnya generasi muda dalam hal ini pelajar atau mahasiswa. Mereka lebih
mementingkan urusan duniawi daripada urusan akhirat.
Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya yang sangat
serius untuk mengatasinya. Salah satu cara mengatasinya adalah melalui
pendidikan, dalam hal ini pendidikan kemuhammadiyahan. Dengan
kemuhammadiyahan dampak-dampak buruk dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi bisa di minimalisir.
Jadi ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan kita, baik itu
dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut menyebabkan bangsa
Indonesia melakukan banyak penyimpangan. Di dalam pendidikan,
kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya yang diperlukan.
Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk mengelola dan memanage dampak-
dampak buruk yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi minimalisir.
Solusi atas Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalm Bidang
Pendidikan
Menjawab tantangan yang dihadapi muhammadiyah dalam bidang pendidikan
seperti yang disebutkan diatas, Achmad Charis Zubai Sekretaris II Majelis Tarjih
dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah periode 1995-2000
mengemukakan bahwa kendatipun jumlah umat islam mayoritas (88,2%) di
Indonesia namun kualitasnya cukup memprihatinkan dibanding umat lain. Karena
beberapa fakor seperti tidak mencerminkan homogenitas dalam kualitas tetapi
heterogenitas baik dalam kualitas, intensitas, maupun paham-paham dan persepsi
keagamaannya. Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya umzt islam juga
melatarbelakangi mengapa umat islam tidak memiliki peran yang setaraf dengan
kuantitasnya.
Menjawab tantangan yang dihadapi Muhammadiyah bahwa Kualitas lembaga
pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah belum setara dengan kuantitasnya yang
senantiasa mengalami perkembangan yang spektakuler, Muhammadiyah perlu
13
melakukan upaya pengesyahan dan penghidupan kembali Muhammadiyah sebagai
gerakan pendidikan dan gerakan pengembangan dan pengelolaan. Dalam aspek
filosofik, Muhammadiyah perlu merumuskan kembali ide dasar pendidikan
muhammadiyah sebagai matra keimanan dan ketaqwaaan yang tercemin dalam
relijiulitas serta akhlaq manusianya. Dalam aspek kebijakan pengembangan dan
pengelolaan, dilakukan dengan penyegaran dan perubahan orientasi yang
meliputi :
 Dari orientasi status ke orientasi kompetensi
 Dari orientasi Input ke output
 Dari orientasi kekinian ke orientasi masa depan
 Dari orientasi kuantitatif ke orientasi kualitatif
 Dari orientasi kepemimpinan individu ke orientasi sistem
 Dari orientasi ketergantungan ke orientasi kemandirian
 Dari orientasi fisik ke orientasi nilai
Disamping itu perencanaan dan pengelolaan muhammadiyah perlu
dikembangkan dengan wawasn keunggulan dengan memacu kreativitas disegala
bidang seperti iptek, kewirausahaan, seni, dan sebagainya. Sehingga dapat
meningkatkan daya saing umat dan bangsa dalam percaturan nasional dan bangsa.
Menjawab tantangan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun yang
berkaitan dengan sejauh mana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu
mengaktualisasikan misinya sebagai sekolah islam ditengah perubahan dan
globalisasi. Sehingga diperlukan proses belajar yang sejalan dengan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa siswa
menyadari kebesaran Alloh Swt. Itu semua barangkali dapat digunakan sebagi
prinsip moral dan peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah bagi
pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
Tantangan Muhammadiyah yang kedua dalam bidang pendidikan adalah
masalah berkurangnya profesionalisme guru. Hal ini harus segera ditemukan
solusinya oleh muhammadiyah untuk menghindari dampak negatif terhadap
kualitas peserta didik dengan terus meningkatkan kualitas Sumber daya pendidik
dan terus menanamkan etos keikhlasan kepada para pendidik dalam lembaga
pendidikan Muhammadiyah.
Selanjutnya, Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan juga harus mampu
menghadapi perubahan dan arus globalisasi yang ada terhadap kemungkinan
dampak buruk yang bisa dialami peserta didiknya. Dengan adanya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat maka budaya asing akan
dengan mudahnya masuk ke dalam kebudayaan Indonesia.
Dengan pandangan Islam yang berkemajuan, sumberdaya manusia yang
berkualitas, kepercayaan masyarakat yang cukup tinggi, pengalaman sosial yang
panjang, dan modal sosial yang luar biasa Muhammadiyah akan mampu menjadi
kekuatan pencerahan di negeri ini. Kini dalam memasuki perjalanan abad kedua
tuntutannya ialah bagaimana segenap anggota terutama kader pimpinan

14
Muhammadiyah, memanfaatkan dan memobilisasi seluruh potensi dan sistem
gerakannya untuk tampil menjadi gerakan Islam modern yang unggul di segala
lapangan kehidupan salah satunya adalah untuk terus melakukan pengembangan
dan perbaikan dalam bidang pendidikan.
Transformasi di bidang pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
usaha-usaha lain yang bersifat unggul dan terobosan, Muhammadiyah dituntut
untuk terus berkiprah dengan inovatif. Pembaruan gelombang kedua menjadi
keniscayaan bagi Muhammadiyah dalam memasuki fase itu.
B. Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah
Sutrisno (2008: 2-3) menjelaskan bahwa dampak berkembangnya dikotomi
keilmuan telah melahirkan system Islam yang mandul dan tidak berdaya.
Pendidikan Muhammadiyah selalu merespon perkembangan zaman. Kesadaran
akan keringnya Islamic value dan dikotomi ilmu dalam pendidikan menjadi
sorotan Muhammadiyah. Banyaknya amal usaha dalam bidang pendidikan
menuntut pembaharuan pendidikan Muhammadiyah yang lebih objektif, dalam
arti mampu menyatu dalam kehidupan sosial masyarakat. Mohamad. Ali (2010:
XIX) menjelaskan, jika pada tahun 1990an madrasah mengalami
modernisasi, pada kurun tersebut sekolah mengalami gejala spiritualisasi.
Modernisasi bersifat top-down, sebaliknya spiritualisasi sekolah bersifat
bottom-up. Spiritualisasi sekolah dipelopori Pendidikan Muhammadiyah yang
menerapkan system pembaharuan dalam pendidikan.
Konsep pendidikan Muhammadiyah yang integrative-interkonektif
mengajarkan keilmuan Agama dan umum sekaligus, menjadi ciri khas
pendidikan Muhammadiyah. Ciri khas ini yang akan menjadi icon
pendidikan Muhammadiyah, sekaligus menjadi oase dalam kekeringan ruh
spiritual dalam pendidikan. Dalam Kurikulum ISMUBA Majelis Pendidikan
Dasar dan Menengah DIY (Dikdasmen PWM DIY, 2012:II), pendidikan
Muhammadiyah memiliki empat fungsi, yaitu: pertama sebagai sarana pendidikan
dan pencerdasan, kedua, pelayanan masyarakat, dakwah amar ma’ruf nahi
munkar dan keempat, lahan kaderisasi. Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut,
sekolah dan madrasah Muhammadiyah didesain dan diorientasikan untuk
memberikan pelayanan dan peningkatan kualitas lulusan yang unggul dalam
kepribadian, keagamaan, keilmuan, keterampilan, berkarya seni-budaya dan
berdaya saing tinggi, baik di tingkal lokal, nasional maupun global. Mengacu pada
tujuan pendidikan Muhammadiyah yaitu, pendidikan, pelayanan, dakwah, dan
perkaderan. Paradigma pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah
harus disatukan.
Visi-misi pendidikan Muhammadiyah harus di internalisasikan. Paradigma
itu membentuk kerangka berfikir dan kesadaran kritis bahwa lembaga
pendidikan Muhammadiyah tidak hanya murni pendidikan dan pelayanan, tetapi
ada aspek penting lain yaitu misi perkaderan dan dakwah yang menjadi kewajiban
masing-masing pendidik di Muhammadiyah untuk melaksanakan misi tersebut.
Misi pendidikan Muhammadiyah tersebut sekaligus menjadi solusi dan respon
15
tentang keringnya ruh keagamaan dalam pendidikan, Muhammadiyah
memiliki ciri khas yaitu pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Dua hal
itu menjadi ciri khas sekaligus solusi dalam mengisi kekeringan ruh spiritual
dalam pendidikan, baik pada pendidikan dasar dan menengah maupun pada
pendidikan tinggi di Muhammadiyah. semua AUM pendidikan harus
melaksanakan pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai fondasi
pendidikan. AIK yang sudah berjalan pada lembaga Muhammadiyah harus di
vitalkan kembali fungsinya. Sehingga empat peran dan misi pendidikan
Muhammadiyah dapat berjalan seperti yang di cita-citakan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sejak awal berdiri memiliki
komitmen yang teguh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur
pendidikan, hingga saat ini lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah terus
16
berkembang dan bertambah baik secara kuantitas maupun kualitas, walaupun di sisi
lain tidak dapat dipungkiri ada lembaga pendidikan Muhammadiyah yang mengalami
keterpurukan bahkan ada yang tutup, hal ini merupakan dinamika lembaga pendidikan
yang dimiliki oleh Muhammadiyah.
Manajemen yang selama ini berlaku di Muhammadiyah justru membuat para
perintis lembaga pendidikan di Muhammadiyah bersemangat untuk berkompetisi
secara positif, walaupun demikian, menurut hemat penulis manajemen yang sekarang
berlaku membutuhkan evaluasi secara mendalam untuk peningkatan mutu pendidikan
Muhammadiyah secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

Mulkhan, Abdul Munir. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah. Jakarta: Bumi        
Aksara.1990.

Amir Hamzah Wirjosukarto, 1985, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, Jember:
Mutiara Offset.

17
Zubair, Achmad Charris.2000. Peningkatan Kualitas Pendidikan Muhammadiyah. PP
Muhammadiyah: Majelis Tarjih dan pengembangan Pemikiran Islam.

18

Anda mungkin juga menyukai