(201310060311012)
(201410060311165)
(201410060311166)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga berkat
karunia-Nya
kami
dapat
menyelesaikan
makalah
mata
kuliah
Kemuhammadiyahan III ini dengan lancar dan selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata mata kuliah
Al-Islam
dan
Al-Islam dan
Penulis
Page | 2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A.
Latar Belakang.............................................................................................................1
B.
Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C.
Tujuan Masalah...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A.
B.
C.
Kesimpulan................................................................................................................11
B.
Saran..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12
Page | 3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara, Pendidikan Islam telah tersebar luas
dalam wujud pondok pesantren, di mana islam diajarkan di musholla/langgar/masjid.
Sistem yang digunakan seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan
adalah sistem pendidikan dimana secara perorangan menghadap kyai dengan membawa
kitab, kyai membacakan dan mengartikan kemudian sang santri menirukannya.
Sedangkan sistem bandongan atau wetonan adalah sang kyai membaca, mengartikan
dan menjelaskan maksud teks dari kitab tertentu dihadapan sejumlah santi, namun santri
tidak menirukan apa yang diucapkan oleh sang kyai. Para santri hanya mendengarkan
penjelasan atau menerima begitu saja keterangan sang kyai. Sistem bandongan atau
wetonan ini dapat dikatakan sebagai tingkat intermediate atau advance, oleh karena itu
sistem ini hanya diikuti oleh para santri yang telah mengikuti sistem sorogan secara
intensif.
Sistem pendidikan pondok pesantren ketika itu tidak mengenal sistem kelas, tidak
ada ujian atau pengontrolan kemajuan santri, dan tidak ada batas waktu berapa lama
santri harus tinggal di pondok pesantren. Penekanan pendidikan lebih berorientasi pada
hafalan teks semata, sehingga tidak merangsang santri untuk berdiskusi. Demikian
cabang ilmu agama yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah Hadist, Fiqih dan Usul
Fiqih, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu Bahasa Arab. Sistem pendidikan
Islam modl ini berlangsung sampai memasuki awal abad ke-20.
Sementara di lain pihak, kolonial Belanda mengembangkan sistem pendidikan
sekuler dengan tujuan untuk mendidik anak dari kalangan priyayi agar menjadi juru tulis
tingkat rendah dan pemegang buku sebagai pegawai-pegawai yang dapat membantu
majikan-majikan kolonial Belanda dalam tugas di bidang perdagangan, teknik, dan
administrasi jadi oreientasi pendidikan tidak lebih hanya sekedar pemenuhan kolonial
Belanda pada tenaga pembantu di kantor. Sudah barang tentu di sekolah-sekolah yang
didirikan oleh Belanda (masa penjajahan) para murid tidak diperkenalkan sama sekali
dengan pendidikan Islam, sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku lulusanlulusannya menyimpang dari ajaran islam meskipun mayoritas dari mereka beragama
Islam.
Page | 1
dengan
cara-cara
penyelenggaraan
pendidikan
modern
terutama
sistem
pendidikan
model
pesantren,
Muhammadiyah
berusaha
serta
cara-cara
penyelenggaraannya.
Maka
pada
tahun
1920
Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Gerakan Pendidikan Muhammadiyah
Sebagai sebuah gerakan Islam yang lahir pada tahun 1912 Masehi dan kini hampir
sudah usia 100 tahun lebih, telah banyak yang dilakukan oleh Muhammadiyah bagi
masyarakat dan bangsa Indonesia secara luas. Sehingga harus diakui bahwa
Muhammadiyah memiliki kontribusi dan perhatian yang cukup besar dalam dinamika
kehidupan masyarakat Indonesia.
Dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah untuk menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,
Persyarikatan Muhammadiyah telah menempuh berbagai usaha meliputi bidang dakwah,
sosial, pendidikan, ekonomi, politik, dan sebagainya, yang secara operasional
dilaksanakan melalui berbagai institusi organisasi seperti majelis, badan, dan amal usaha
yang didirikannya.
Lahirnya pendidikan Muhammadiyah yang modern tidak lepas dari sejarah pada
Dasawarsa terakhir abad 19 Pemerintah Belanda memulai sistem pendidikan liberal di
Indonesia. Pendidikan ini diperuntukkan bagi sekelompok kecil orang Indonesia,
sehingga tahun 1870 mulai tersebar jenis pendidikan rakyat, yang berarti juga
diperuntukkan bagi umat Islam Indonesia. Perluasan pendidikan ke pedesaan yang
diperuntukkan seluruh lapisan masyarakat, baru dilaksanakan pada awal abad ke 20
dengan apa yang dinamakan ethise politiek, sebagai akibat dari desakan kaum ethis yang
berorientasi humanistic agar pemerintah colonial juga mulai memperhatikan rakyat
pribumi di negeri jajahannya (steenbrink 1986 : 23; Kartodirjo, 1999:30)
Pada masa pemerintahnya (Belanda) terdapat model 4 model persekolahan belanda
yaitu:
1. Sekolah Eropa yang menampung anak birokrat Hindia Belanda. Dan kurikulumnya
sama dengan negeri Belanda.
2. Sekolah Barat Sekolah yang menampung anak-anak yang berwarga Negara Belanda.
3. Sekolah Vernakuler Sekolah yang di desain oleh Belanda demi kepentingan mereka
sendiri.
4. Sekolah Pribumi, sistem sekolah yang ada di luar kendali Belandasekolah-sekolah
yang di dirikanoleh lembaga agama
Sistem sekolah ini telah melahirkan jurang pemisah yang makin melebar antara
Belanda dengan penduduk pribumi. Di samping itu juga Pendidikan Islam yang berbasis
di Pesantren tidak saja kontras dengan pendidikan kolonial tetapi juga kontras dengan
Page | 4
Page | 5
Sebagai gerakan dakwah Islam amar maruf nahi mungkar, Muhammadiyah dituntut
untuk mengkomunikasikan pesan-pesan dakwahnya dengan cara menanamkan khazanah
pengetahuan melalui jalur pendidikan.
Apa yang telah diusahan oleh Muhammadiyah dengan mendirikan dan
menyelenggarakan sistem pendidikan modern, selain berkomitmen dengan ajaran Islam
(sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah) juga menginnginkan agar Islam betul-betul
menjadi rahmatan lil-alami, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup/kehidupan segenap
umat manusia.
Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah
yang tetap dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba
di semua lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah
satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia
diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya. Allah menyatakan:
Kami ciptakan jin dan manusia agar mereka berbakti kepada-Ku (QS. AdzDzaariyat/57:56).
Bagi Muhammadiyah, nilai-nilai Islam harus menjadi pijakan universal dan menjadi
pedoman dalam setiap langkah dan tindakan. Oleh karena itu, islam menurut
Muhammadiyah harus diajarkan dan disampaikan secara rasional.
Hanya dengan cara seperti itulah, Islam menurut Muhammadiyah dapat
menghidupkan umat, dalam arti dapat mandiri sekaligus mencaai kebahagiaan,
membawa perubahan dan kemajuan baik jasmani maupun rohani. Dengan demikian,
islam menurut Muhammadiyah bukanlah Islam tradisional, atau islam yang hanya
berorientasi kepada kepuasan individual melainkan Islam yang memberi kepuasan secara
sosial, atau islam yang sanggup memegang kehidupan dunia tanpa melupakan kehidupan
akhirat. Oleh karena itu seorang muslim menurut Muhammadiyah harus hidup kreatif,
bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan bangsanya.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa Muhammadiyah dalam
mereformulasikan doktrin Islam menggunakan pandangan alam pikiran modern. Oleh
karena itu sistem pendidikan modern oleh Muhammadiyah dijadikan sarana untuk
menyampaikan dawah Islam. Terlebih lembaga pendidikan Islam yang ada pada masa
penjajahan Belanda (seperti podok pesantren) kurang mampu menjawab tuntutan zaman.
Sementara pendidikan yang diselenggarakan oleh Kolonial belanda sama sekali tidak
memperhatikan pendidikan Islam bahkan terus menekan perkembangan pendidikan
Islam terutama di lembaga pendidikan formal. Akibatnya, terjadilah jurang pemisah yang
Page | 6
sangat lebar antara lulusan pendidikan Islam (pondok pesantren) yang hanya berorientasi
kepada keakhiratan dengan lulusan sekolah-sekolah sekuler yang didirikan oleh Kolonial
Belanda.
Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan
modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi rahmatan lil-alamin,
menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan segenap manusia jika
disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah berfirman: Wahai
jamaah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) pejuru langit dan
bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan sanggup melakukannya melainkan
dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)(QS. Ar-rahman/55:33). Rasulullah saw. juga
bersabda: Ajarkan anak-anakmu dengan berbagai ilmu pengetahuan, karena mereka
akan hidup di satu zaman (masa) itu jauh berbeda dengan zaman-mu (Al Hadist).
Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur
pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
1. Tipe Muallimin/Mualimat Yogyakarta (pondok pesantren)
2. Tipe madrasah/Depag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
3. Tipe sekolah/Diknas; TK, SD, SMP, SMA/SMK, Universitas/ ST/ Politeknik/
Akademi
4. Madrasah Diniyah, dan lain-lain
Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yang ingin
dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan dalam
Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik/lulusan sekolah Muhammadiyah, sebagai
berikut:
1. Memiliki jiwa Tauhid yang murni
2. Beribadah hanya kepada Allah
3. Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
4. Memiliki akhlaq yang mulia
5. Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
6. Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka setiap lembaga pendidikan Muhammadiyah
diwajibkan memasukkan mata pelajaran Al-Islam / Kemuhammadiyahan (AIK) sebagai
bagian integral dari kurikulum dengan harapan dapat mempengaruhi karakter para
peserta didik baik selama proses pendidikan berlangsung terlebih setelah mereka lulus.
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
1. Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang beragama
Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
2. Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik dapat tersentuh
dan sekaligus mengamalkannya, dan.
Page | 7
kembali
esensi,
visi,
dan,
misi
pendidikan
Muhammadiyah.
Page | 8
rekayasa genetic. Juga revolusi teknologi dan informasi bahkan menimbulkan dampak
revolusi sosial yang oleh Hollender disebut the media massa have become not only
tacher but also new parents for million children.
Page | 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Latar
belakang
Muhammadiyah
gerakan
lahir
pendidikan
dalam
keadaan
Muhammadiyah
suasana
yang
yaitu:
Pendidikan
pendidikan
umatnya
memperihatinkan, cikal bakal Pendidikan Muhammadiyah adalah pengajianpengajian dengan suasanan kesederhanaan, dan untuk mewujudkan cita-cita
pembaruan dalam pendidikan Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan menanamkam
benih-benih pembaruan baik melalui sekolah di mana ia mengajar maupun ceramahceramahnya.
2. Cita-cita pendidikan
Muhammadiyah
dicantumkan
dalam
pasal
yakni:
B. Saran
Kenyataan yang telah dijelaskan dalam pembahasan diatas merupakan
tantangan-tantangan yang harus dijawab secara cerdas dan bijak oleh dunia
pendidikan. Terutama lembaga pendidikan Muhammadiyah harus segera dibuktikan
dengan melahirkan generasi bangsa yang mampu mengerahkan segenap energi,
potensi, bakat, dan keterampilan yang dimiliki untuk kepentingan diri, bangsa dan
agamanya dalam bingkai tanggungjawab sebagai hamba dan khalifah Allah di muka
bumi.
b.
Page | 11
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf
Wibi.
2013.
Muhammadiyah
dan
Pendidikan.
Online.
(http://garasikeabadian.blogspot.co.id/2013/03/muhammadiyah-dan-pendidikan.html
diakses pada tanggal 13 November pukul 15.46).
Page | 12