Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) III

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

Tugas ini disusun untuk memenuhi matakuliah Al Islam Kemuhammadiyahan III


Diampu oleh: Pandiklis, S.Th.I, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 9


Kelas: Al-Mutawassithin-C
1. Paramita Desi
2. Juliana Aminah Sindy
3. Saidati Cholidia

(201310060311012)
(201410060311165)
(201410060311166)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN KOMPUTASI
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga berkat
karunia-Nya

kami

dapat

menyelesaikan

makalah

mata

kuliah

Kemuhammadiyahan III ini dengan lancar dan selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata mata kuliah

Al-Islam

dan

Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan III dengan judul Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan. Dalam


penyusunan makalah ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Pandiklis, S.Th.I., M.Pd.I. selaku dosen pembimbing mata kuliah Al-Islam
dan Kemuhammadiyahan III di Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan
bimbingan serta arahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan harapan dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca pada umumnya terutama bagi yang memerlukannya. Dan penulis
menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.
Malang, 21 November 2016

Penulis

Page | 2

Daftar Isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A.

Latar Belakang.............................................................................................................1

B.

Rumusan Masalah.......................................................................................................2

C.

Tujuan Masalah...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A.

Latar Belakang Gerakan Pendidikan Muhammadiyah................................................4

B.

Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah........................................................................6

C.

Pemikiran dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah....................................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................................11


A.

Kesimpulan................................................................................................................11

B.

Saran..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12

Page | 3

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara, Pendidikan Islam telah tersebar luas
dalam wujud pondok pesantren, di mana islam diajarkan di musholla/langgar/masjid.
Sistem yang digunakan seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan
adalah sistem pendidikan dimana secara perorangan menghadap kyai dengan membawa
kitab, kyai membacakan dan mengartikan kemudian sang santri menirukannya.
Sedangkan sistem bandongan atau wetonan adalah sang kyai membaca, mengartikan
dan menjelaskan maksud teks dari kitab tertentu dihadapan sejumlah santi, namun santri
tidak menirukan apa yang diucapkan oleh sang kyai. Para santri hanya mendengarkan
penjelasan atau menerima begitu saja keterangan sang kyai. Sistem bandongan atau
wetonan ini dapat dikatakan sebagai tingkat intermediate atau advance, oleh karena itu
sistem ini hanya diikuti oleh para santri yang telah mengikuti sistem sorogan secara
intensif.
Sistem pendidikan pondok pesantren ketika itu tidak mengenal sistem kelas, tidak
ada ujian atau pengontrolan kemajuan santri, dan tidak ada batas waktu berapa lama
santri harus tinggal di pondok pesantren. Penekanan pendidikan lebih berorientasi pada
hafalan teks semata, sehingga tidak merangsang santri untuk berdiskusi. Demikian
cabang ilmu agama yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah Hadist, Fiqih dan Usul
Fiqih, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu Bahasa Arab. Sistem pendidikan
Islam modl ini berlangsung sampai memasuki awal abad ke-20.
Sementara di lain pihak, kolonial Belanda mengembangkan sistem pendidikan
sekuler dengan tujuan untuk mendidik anak dari kalangan priyayi agar menjadi juru tulis
tingkat rendah dan pemegang buku sebagai pegawai-pegawai yang dapat membantu
majikan-majikan kolonial Belanda dalam tugas di bidang perdagangan, teknik, dan
administrasi jadi oreientasi pendidikan tidak lebih hanya sekedar pemenuhan kolonial
Belanda pada tenaga pembantu di kantor. Sudah barang tentu di sekolah-sekolah yang
didirikan oleh Belanda (masa penjajahan) para murid tidak diperkenalkan sama sekali
dengan pendidikan Islam, sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku lulusanlulusannya menyimpang dari ajaran islam meskipun mayoritas dari mereka beragama
Islam.
Page | 1

Melihat kenyataan yang memprihatinkan tersebut, KH. Ahmad dahlan beserta


beberapa tokoh Muhammadiyah bertekad untuk memperbaharui pendidikan bagi umat
Islam. Pembaharuan yang dimaksud meliputi dua segi yaitu segi cita-cita dan segi teknik.
Dari segi cita-cita adalah untuk membentuk manusia Muslim yang berakhlaqul karimah,
alim dalam beragam, luas pandangan, dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap,
serta bersedia berjuang untuk kemajuan agama Islam dan masyarakat. Dengan demikian,
target yang hendak dicapai oleh setiap lulusan pendidikan Muhammadiyah meliputi
akidah yang benar, akhlaq yang mulia, cerdas, terampil dan siap mengabdi demi
kepentingan agama Islam dan masyarakat. Sedang dari segi tekni adalah lebih banyak
berhubungan

dengan

cara-cara

penyelenggaraan

pendidikan

modern

terutama

sistem/model pembelajaran yang diterapkan selama pelaksanaan pendidikan.


Terhadap

sistem

pendidikan

model

pesantren,

Muhammadiyah

berusaha

mengubahnya dari bentuk lama dengan memperkenalkan sistem organisasi dan


administrasi

serta

cara-cara

penyelenggaraannya.

Maka

pada

tahun

1920

Muhammadiyah mendirikan Pondok Muhammadiyah, suatu perguruan tingkat


menengah pertama kali di Yogyakarta yang memberikan pelajaran ilmu agama dan ilmu
umum bersama-sama. Pada perkembangan berikutnya (tahun 1924) perguruan tersebut
berubah menjadi Kweekschool Muhammadiyah dan dipecah menjadi dua bagian, yaitu
Kweekschool Muhammadiyah Putri (kini dikenal sebagai Madrasah Muallimat
Muhammadiyah) dan Kweekschool Muhammadiyah Putra (kini dikenal sebagai
Madrasah Mualimin Muhammadiyah).
Sedang bentuk yang kedua, seperti sekolah-sekolah sekuler yang didirikan oleh
kolonial Belanda, Muhammadiyah menyelenggarakan sekolah-sekolah sejenis (sistem
klasikal) dengan menambahkan mata pelajaran agama ke dalam kurikulumnya. Maka
untuk maksud tersebut pada tahun 1926 Muhammadiyah mendirikan HIS med de
Quran yang kemudian berganti nama dengan HIS Muhammadiyah. Kemudian
dilanjutkan dengan mendirikan MULO, HIK Muhammadiyah, dan Schakel Scool
Muhammadiyah. Adapun materi yang diajarkan sekitar 10-15 persen dari total
kurikulum sekolah-sekolah umum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
Page | 2

1. Bagaimana latar belakang gerakan pendidikan Muhammadiayah?


2. Bagaimana cita-cita pendidikan Muhammadiyah?
3. Bagaimana pemikiran dan praktis pendidikan Muhammadiyah?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang gerakan pendidikan Muhammadiyah.
2. Untuk mengetahui bagaimanacita-cita pendidikan Muhammadiyah.
3. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran dan praktis pendidikan Muhammadiyah.

Page | 3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Gerakan Pendidikan Muhammadiyah
Sebagai sebuah gerakan Islam yang lahir pada tahun 1912 Masehi dan kini hampir
sudah usia 100 tahun lebih, telah banyak yang dilakukan oleh Muhammadiyah bagi
masyarakat dan bangsa Indonesia secara luas. Sehingga harus diakui bahwa
Muhammadiyah memiliki kontribusi dan perhatian yang cukup besar dalam dinamika
kehidupan masyarakat Indonesia.
Dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah untuk menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,
Persyarikatan Muhammadiyah telah menempuh berbagai usaha meliputi bidang dakwah,
sosial, pendidikan, ekonomi, politik, dan sebagainya, yang secara operasional
dilaksanakan melalui berbagai institusi organisasi seperti majelis, badan, dan amal usaha
yang didirikannya.
Lahirnya pendidikan Muhammadiyah yang modern tidak lepas dari sejarah pada
Dasawarsa terakhir abad 19 Pemerintah Belanda memulai sistem pendidikan liberal di
Indonesia. Pendidikan ini diperuntukkan bagi sekelompok kecil orang Indonesia,
sehingga tahun 1870 mulai tersebar jenis pendidikan rakyat, yang berarti juga
diperuntukkan bagi umat Islam Indonesia. Perluasan pendidikan ke pedesaan yang
diperuntukkan seluruh lapisan masyarakat, baru dilaksanakan pada awal abad ke 20
dengan apa yang dinamakan ethise politiek, sebagai akibat dari desakan kaum ethis yang
berorientasi humanistic agar pemerintah colonial juga mulai memperhatikan rakyat
pribumi di negeri jajahannya (steenbrink 1986 : 23; Kartodirjo, 1999:30)
Pada masa pemerintahnya (Belanda) terdapat model 4 model persekolahan belanda
yaitu:
1. Sekolah Eropa yang menampung anak birokrat Hindia Belanda. Dan kurikulumnya
sama dengan negeri Belanda.
2. Sekolah Barat Sekolah yang menampung anak-anak yang berwarga Negara Belanda.
3. Sekolah Vernakuler Sekolah yang di desain oleh Belanda demi kepentingan mereka
sendiri.
4. Sekolah Pribumi, sistem sekolah yang ada di luar kendali Belandasekolah-sekolah
yang di dirikanoleh lembaga agama
Sistem sekolah ini telah melahirkan jurang pemisah yang makin melebar antara
Belanda dengan penduduk pribumi. Di samping itu juga Pendidikan Islam yang berbasis
di Pesantren tidak saja kontras dengan pendidikan kolonial tetapi juga kontras dengan
Page | 4

sistem didaktik-pedagogisnya. Pendidikan Islam tertinggal dan tidak dapat memberikan


perspektif perspektif ke depan.
Menghadapi realitas sistem pendidikan Barat dan Islam yang dualistic ini, KH.
Ahmad Dahlan mencoba mengatasi dengan cara perpaduan model sebagai jalan tengah
dari kebutuhan sistem yang ada. Upaya kompromi ini diawali dengan mengidentifikasi
masalah yang di hadapi umat Islam pada waktu itu dan dipandang perlu segera
mendapatkan jawaban dalam bidang pendidikan.
Untuk mensosialisasikan gagasan pembaruannya dalam bidang pendidikan, Ahmad
Dahlan mencoba memulai dengan membimbing berberapa orang keluarga dekat serta
beberapa sahabatnya. Tempat yang pertama kali digunakan untuk menyampaikan
gagasan-gagasannya adalah pengajian-pengajian dan tempat-tempat lain di mana ia
memberikan pelajaran. Setelah upaya dalam menyampaikan benih-benih pembaruan
diduga membuahkan hasil sehingga dibuat wadah untuk menampung gagasan
tersebutyaitu Pergerakan Muhammadiyah.
Dari sejarah ini dapat dipahami bahwa:
1. Pertama, Pendidikan Muhammadiyah lahir dalam keadaan suasana yang pendidikan
umatnya memperihatinkan, terutama pendangkalan nilai-nilai Islam dalam suatu
proses penjajahan yang mengarah ke sekluerisasi.
2. Kedua, cikal bakal Pendidikan Muhammadiyah adalah pengajian-pengajian dengan
suasanan kesederhanaan yang langsung dibimbing KH. Ahmad Dahlan.
3. Ketiga, untuk mewujudkan cita-cita pembaruan dalam pendidikan ini, KH. Ahmad
Dahlan dengan kesungguhannya dan secara terus menrus menanamkam benih-benih
pembaruan baik melalui sekolah di mana ia mengajar maupun ceramah-ceramahnya.
Pada proses selanjutnya, pendidikan Muhammadiyah ini berkembang dengan pesat,
sekaligus mempunyai spesifik, yaitu sistem pendidikan yang mengajarkan ilmu
pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama. Pendidikan Muhammadiyah
tumbuh dan berkembang seiring dengan dinamika masyarakat.
Pesatnya perkembangan Pendidikan Muhammaadiyah ini juga dibuktikan dengan
beberapa sekolah yang tertua yaitu :Kweekschool Muhammadiyah Yogyakarta;
Muallimin Muhammadiyah, Solo, Jakarta; Muallimat Muhammadiyah, Yogyakarta;
Zuama/Zaimat, Yogyakarta; Kulliyah Mubalighin/Mubalighot, Sumatera Tengah;
Tablighscool, Yogyakarta; H.I.K Muhammadiyah Yogyakarta; dan Wustho Muallimin.
B. Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah

Page | 5

Sebagai gerakan dakwah Islam amar maruf nahi mungkar, Muhammadiyah dituntut
untuk mengkomunikasikan pesan-pesan dakwahnya dengan cara menanamkan khazanah
pengetahuan melalui jalur pendidikan.
Apa yang telah diusahan oleh Muhammadiyah dengan mendirikan dan
menyelenggarakan sistem pendidikan modern, selain berkomitmen dengan ajaran Islam
(sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah) juga menginnginkan agar Islam betul-betul
menjadi rahmatan lil-alami, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup/kehidupan segenap
umat manusia.
Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah
yang tetap dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba
di semua lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah
satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia
diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya. Allah menyatakan:
Kami ciptakan jin dan manusia agar mereka berbakti kepada-Ku (QS. AdzDzaariyat/57:56).
Bagi Muhammadiyah, nilai-nilai Islam harus menjadi pijakan universal dan menjadi
pedoman dalam setiap langkah dan tindakan. Oleh karena itu, islam menurut
Muhammadiyah harus diajarkan dan disampaikan secara rasional.
Hanya dengan cara seperti itulah, Islam menurut Muhammadiyah dapat
menghidupkan umat, dalam arti dapat mandiri sekaligus mencaai kebahagiaan,
membawa perubahan dan kemajuan baik jasmani maupun rohani. Dengan demikian,
islam menurut Muhammadiyah bukanlah Islam tradisional, atau islam yang hanya
berorientasi kepada kepuasan individual melainkan Islam yang memberi kepuasan secara
sosial, atau islam yang sanggup memegang kehidupan dunia tanpa melupakan kehidupan
akhirat. Oleh karena itu seorang muslim menurut Muhammadiyah harus hidup kreatif,
bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan bangsanya.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa Muhammadiyah dalam
mereformulasikan doktrin Islam menggunakan pandangan alam pikiran modern. Oleh
karena itu sistem pendidikan modern oleh Muhammadiyah dijadikan sarana untuk
menyampaikan dawah Islam. Terlebih lembaga pendidikan Islam yang ada pada masa
penjajahan Belanda (seperti podok pesantren) kurang mampu menjawab tuntutan zaman.
Sementara pendidikan yang diselenggarakan oleh Kolonial belanda sama sekali tidak
memperhatikan pendidikan Islam bahkan terus menekan perkembangan pendidikan
Islam terutama di lembaga pendidikan formal. Akibatnya, terjadilah jurang pemisah yang
Page | 6

sangat lebar antara lulusan pendidikan Islam (pondok pesantren) yang hanya berorientasi
kepada keakhiratan dengan lulusan sekolah-sekolah sekuler yang didirikan oleh Kolonial
Belanda.
Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan
modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi rahmatan lil-alamin,
menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan segenap manusia jika
disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah berfirman: Wahai
jamaah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) pejuru langit dan
bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan sanggup melakukannya melainkan
dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)(QS. Ar-rahman/55:33). Rasulullah saw. juga
bersabda: Ajarkan anak-anakmu dengan berbagai ilmu pengetahuan, karena mereka
akan hidup di satu zaman (masa) itu jauh berbeda dengan zaman-mu (Al Hadist).
Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur
pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
1. Tipe Muallimin/Mualimat Yogyakarta (pondok pesantren)
2. Tipe madrasah/Depag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
3. Tipe sekolah/Diknas; TK, SD, SMP, SMA/SMK, Universitas/ ST/ Politeknik/
Akademi
4. Madrasah Diniyah, dan lain-lain
Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yang ingin
dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan dalam
Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik/lulusan sekolah Muhammadiyah, sebagai
berikut:
1. Memiliki jiwa Tauhid yang murni
2. Beribadah hanya kepada Allah
3. Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
4. Memiliki akhlaq yang mulia
5. Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
6. Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka setiap lembaga pendidikan Muhammadiyah
diwajibkan memasukkan mata pelajaran Al-Islam / Kemuhammadiyahan (AIK) sebagai
bagian integral dari kurikulum dengan harapan dapat mempengaruhi karakter para
peserta didik baik selama proses pendidikan berlangsung terlebih setelah mereka lulus.
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
1. Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang beragama
Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
2. Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik dapat tersentuh
dan sekaligus mengamalkannya, dan.
Page | 7

3. Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di lembaga


pendidikan Muhammadiyah
Mulai dari Sabang sampai Merauke telah berdiri ranting, cabang, daerah hingga
wilayah yang berlabel Muhammadiyah. Dalam ikut serta meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (umat Islam/bangsa Indonesia), berbagai lembaga telah didirikan, di
antaranya rumah sakit, rumah panti asuhan anak yatim dan orang tua lanjut usia, taman
kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat
atas sampai perguruan tinggi. Bahkan dalam hal lembaga pendidikan, Muhammadiyah
menduduki peringkat dua besar setelah pendidikan yang dikelolah oleh Depdiknas.
Hal tersebut memang sesuai dengan apa yang menjadi cita-cita pendiri
Muhammadiyah yang termaktub dalam Anggran Dasar Muhammadiyah Pasal 3 yakni:
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.
C. Pemikiran dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang memelopori pendidikan Islam
modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah menurut Mukti Ali ialah
ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga
Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan
pendidikan Islam. Kini pendidikan Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan
segala kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah berat. Dalam
sejumlah hal bahkan dikritik kalah bersaing dengan pendidikan lain yang unggul.
Pendidikan AIK pun dipandang kurang menyentuh subtansi yang kaya dan mencerahkan.
Kritik apapun harus diterima untuk perbaikan dan pembaharuan.
Karena itu diperlukan rekontruksi pendidikan muhammadiyah ke arah holistik.
Segenap lembaga dan penyelenggara pendidikan dari tingkat dasar hingga tinggi harus
memahami

kembali

esensi,

visi,

dan,

misi

pendidikan

Muhammadiyah.

Menyelenggarakan pendidikan Muhammadiyah jangan terjebak pada rutinitas, sehingga


serba administrasi dan birokratis. Padahal tantangan dan masalah kian mebelit. Jangan
sampai terjadi pendidikan Muhammadiyah berjalan apa adanya, kehilangan vitalitas
sebagai intitusi pembawa misi tajdid dari sebuah gerakan Islam modern. Kehilangan
esensi sebagai pembawa misi dan visi membentuk insan muslim yang utama.

Page | 8

Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan gerakan


Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah. Jika diukur dari
berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (1 Desember 1911) Pendidikan
Muhammadiyah berumur lebih tua ketimbang organisasinya (Adaby Darban,2000 : 13).
Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari sekolah (kegiatan Kyai dalam
menjelaskan ajaran Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam
pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda
rumahnya. Lembaga pendidikan tersebut sejatinya sekolah Muhammadiyah, yakni
sekolah agama yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat
Islam pada waktu itu, tetapi bertempat tinggal di dalam sebuah gedung milik ayah KH
Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama dengan
cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum (Djarnawi Hadikusuma,t.t : 64).
Senyatanya, peta dunia sekarang sangat berbeda dari kondisi ketika Muhammadiyah
berdiri dulu. Sekedar contoh, satu generasi lalu seorang filsuf kebudayaan Kanada,
Marshall Mcluhan, pernah meramalkan terjadinya global village. Ketika global village
terjadi kata Mcluhan, dunia akan menjadi sempit dan tanpa batas. Kekuatan media
komunikasi telah menembus sekat-sekat bangsa dan negara. Sehingga kita dapat
mengetahui semua kejadian secara bersamaan, meskipun berada di tempat yang berbeda.
Hal itu bisa terjadi karena kita dihubungkan olh satelit dan layar delas yang bisa
memvisualisasikan adegan demi adegan di tempat kejadian. Ramalan Marshall Mcluhan
itu terkenal dengan istilah medium is the massage.
Waktu bergulir, dan ramalan Marshall Mcluhan ternyata bukan isapan jempol. Pada
tahun 1990, semua kejadian luar biasa berhasil direkam dan ditayangkan lewat layar
televisi. Adalah Ted Tuiner, yang berhasil mewujudkan itu. Ia menemukan jaringan
televisi kabel, CNN saat itu, Ted Tuiner disemangati oleh sebuah filosofi jurnalistik yang
dikenal dengan the whole idea of journalism is to be a witness.
Sekarang kita memasuki sebuah era baru yang disebut Alvin Toffler dalam Power
Shiff dengan The Third Wave. Era ini ditandai dengan pesatnya perkembangan dalam
bidang sains dan teknologi nuklir (pion cancer theraphy), bukan sekedar untuk
mediagnosis suatu penyakit, tetapi juga membunuh sel-sel kanker dalam tubuh.
Biologi dan kimia juga melahirkan teknologi untuk mempertahankan struktur
kehidupan modern, seperti purifikasi/pemurnian air, daur ulang sampah, peningkatan
pertanian, imunisasi, kesehatan, pengobatab, dan penyimpanan makanan. Bahkan
bioteknologi telah menghasilkan teknik pembelahan gen (recombinant DNA) dan
Page | 9

rekayasa genetic. Juga revolusi teknologi dan informasi bahkan menimbulkan dampak
revolusi sosial yang oleh Hollender disebut the media massa have become not only
tacher but also new parents for million children.

Page | 10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Latar

belakang

Muhammadiyah

gerakan
lahir

pendidikan

dalam

keadaan

Muhammadiyah
suasana

yang

yaitu:

Pendidikan

pendidikan

umatnya

memperihatinkan, cikal bakal Pendidikan Muhammadiyah adalah pengajianpengajian dengan suasanan kesederhanaan, dan untuk mewujudkan cita-cita
pembaruan dalam pendidikan Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan menanamkam
benih-benih pembaruan baik melalui sekolah di mana ia mengajar maupun ceramahceramahnya.
2. Cita-cita pendidikan

Muhammadiyah

dicantumkan

dalam

pasal

yakni:

Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat


Islam yang sebenar-benarnya.
3. Pemikiran dan praktis pendidikan Muhammadiyah didasari dari sejumlah hal bahkan
dikritik kalah bersaing dengan pendidikan lain yang unggul, bahkan pendidikan AIK
pun dipandang kurang menyentuh subtansi yang kaya dan mencerahkan. Sehingga
Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran
dan pendidikan Islam. Lembaga dan penyelenggara pendidikan dari tingkat dasar
hingga tinggi harus memahami kembali esensi, visi, dan, misi pendidikan
Muhammadiyah.

B. Saran
Kenyataan yang telah dijelaskan dalam pembahasan diatas merupakan
tantangan-tantangan yang harus dijawab secara cerdas dan bijak oleh dunia
pendidikan. Terutama lembaga pendidikan Muhammadiyah harus segera dibuktikan
dengan melahirkan generasi bangsa yang mampu mengerahkan segenap energi,
potensi, bakat, dan keterampilan yang dimiliki untuk kepentingan diri, bangsa dan
agamanya dalam bingkai tanggungjawab sebagai hamba dan khalifah Allah di muka
bumi.
b.

Page | 11

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Nurdin dkk. 2012. Al Islam-Kemuhammadiyahan 3. Malang: UMM Press.


Sono,

Yusuf

Wibi.

2013.

Muhammadiyah

dan

Pendidikan.

Online.

(http://garasikeabadian.blogspot.co.id/2013/03/muhammadiyah-dan-pendidikan.html
diakses pada tanggal 13 November pukul 15.46).

Page | 12

Anda mungkin juga menyukai