Anda di halaman 1dari 9

Makalah AIK 3

Mata Kuliah Al Islam Kemuhamadiyah

Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok

Dosen Pengampu: Drs.H.Masnuni M.Roi.M.Pdi

Disusun oleh :

Dede Setia Kurnia Achman (17410009)


Bambang Sugiharto (17410026)

Universitas Muhammadiyah Metro


Fakultas Ilmu Komputer
D-III Sistem Informasi
Tahun Akademik 2017-2018

1
Kata Pengantar

Membicarakan problem pendidikan AIK di Perguruan Tinggi Muhammadiyah.


Setidaknya terdapat sebuah pertanyaan : adakah AIK dikaji sebagai objek keilmuan sebagaimana
disiplin yang lain, ataukah AIK dijadikan rujukan pandangan hidup ataupun akidah untuk
mempelajari dan menjalani kehidupan? Seharusnya kedua aspek ini diintegrasikan menjadi satu
pendekatan yang utuh sekalipun pada prakteknya banyak kendala yang harus diselesaikan. Maka
dari itu dosen AIK dituntut untuk berijtihad menemukan metode yang tepat, bagaimana cara
untuk membantu mahasiswa tumbuh menjadi sarjana yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Mempertemukan kedua tuntutan ini sangat penting mengingat setiap diskusi dan
pengajian selalu ada pertanyaan kenapa terjadi kesenjangan yang begitu lebar antara idealitas
ajaran Islam yang diyakini dengan benar, hebat dan tinggi dan disisi lain realitas perilaku para
pemeluknya yang seringkali bertentangan dengan ajaran agamanya.Ada tida indicator orientasi
pendidikan Islam yang kurang tepat, yaitu :
1. Pendidikan Agama Islam saat ini lebih berorientasi pada belajar agama, bukan belajar
beragama. Sehingga tidak aneh jika banyak orang yang memiliki pengetahuan tentang agama
namun perilakunya tidak mencerminkan ajaran tersebut.
2. Tidak adanya pemilihan materi pendidikan agama yang tepat dan sistematis. Sehingga
banyak pengetahuan awal yang telewatkan.
3. Kurangnya penjelasan yang luas dan mendalam serta kurangnya penguasaan semantik dan
generik atas istilah kunci dan pokok ajaran agama.
Pembinaan intelektualitas dan spiritualitas Islam bagi para mahasiswa yang terjadi diluar
kampus tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak mahasiswa memiliki kematangan
berfikir, wawasan keislaman dan ketrampilan berorganisasi justru dari kegiatan ekstra diluar
kampus. Sebenarnya kondisi seperti ini bagi lembaga PTM merupakan asset yang harus
dipertahankan dan dibina melalui perkuliahan dengan metode yang menarik minat
mahasiswa, serta materi yang terstruktur dalam kurikulum

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………….. 2
A. Cita-cita Pendidikan Muhammadiyah……………………………………………….. 2
B. Pemikiran dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah…………………………………. 3
BAB III KESIMPULAN ……………………………………………………………………….. 5
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...

3
BAB I
PENDAHULUAN

Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara, Pendidikan Islam telah tersebar luas
dalam wujud “pondok pesantren”, dimana islam diajarkan di musholla/langgar/masjid. Sistem
yang digunakan seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem
pendidikan dimana secara perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab, kyai
membacakan dan mengartikan kemudian sang santri menirukannya. Bandongan atau Wetonan
adalah sang kyai membaca, mengartikan dan menjelaskan maksud teks dari kitab tertentu namun
sang santri hanya mendengarkan penjelasan dari sang kyai.
Sistem pendidikan semasa itu hanya berorientasi pada hafalan teks semata, sehingga tidak
merangsang santri untuk berdiskusi. Cabang ilmu agama yang diajarkan sebatas Hadits dan
Mustholah Hadist, Fiqih dan Usul Fiqih, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu Bahasa
Arab. Ini berlangsung hingga awal abad ke-20. Sudah barang tentu di sekolah Belanda para
murid tidak diperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku
mereka banyak yang menyimpang dari ajaran Islam.
Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk
memperbaharui pendidikan bagi umat Islam. Pembaharuan yang dimaksud meliputi dua segi,
yaitu segi cita-cita dan segi teknik. Segi cita-cita adalah untuk membentuk manusia muslim yang
berakhlaqul karimah, alim, luas pandangan dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta
bersedia berjuang untuk kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih banyak
berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern terutama system/model
pembelajaran yang diterapkan selama pelaksanaan pendidikan.

BAB II
4
PEMBAHASAN

A. Cita-cita Pendidikan Muhammadiyah


Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar, Muhammadiyah dituntut
untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah pengetahuan
melalui jalur pendidikan.
Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah
yang tetap dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba di
semua lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah satu
upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah
semata-mata untuk berbakti kepada-Nya.
Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan modern,
karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi rahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk
dan rahmat bagi hidup dan kehidupan segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara
modern. Dasarnya adalah Allah berfirman: “Wahai jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup
menembus (melintasi) pejuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan
sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”(QS. Ar-rahman/55:33).
Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur pendidikan.
Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
a. Tipe Muallimin/Mualimat Yogyakarta (pondok pesantren)
b. Tipe madrasah/Depag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
c. Tipe sekolah/Diknas; TK, SD, SMP, SMA/SMK, Universitas/ ST/ Politeknik/ Akademi
d. Madrasah Diniyah, dan lain-lain
Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yang ingin dicapai
oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan dalam Muhammadiyah, untuk
mencetak peserta didik/lulusan sekolah Muhammadiyah, sebagai berikut:
1. Memiliki jiwa Tauhid yang murni
2. Beribadah hanya kepada Allah
3. Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
4. Memiliki akhlaq yang mulia
5. Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
5
6. Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka setiap lembaga pendidikan Muhammadiyah
diwajibkan memasukkan mata pelajaran Al-Islam / Kemuhammadiyahan (AIK) sebagai bagian
integral dari kurikulum dengan harapan dapat mempengaruhi karakter para peserta didik baik
selama proses pendidikan berlangsung terlebih setelah mereka lulus.
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
1. Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang beragama Islam dan
mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
2. Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik dapat tersentuh dan
sekaligus mengamalkannya, dan.
3. Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di lembaga pendidikan
Muhammadiyah

B. Pemikiran dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah


Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang memelopori pendidikan Islam
modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah menurut Mukti Ali ialah ketidak
efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah
memelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Kini
pendidikan Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan segala kesuksesannya, tetapi
masalah dan tantangan pun tidak kalah berat. Dalam sejumlah hal bahkan dikritik kalah bersaing
dengan pendidikan lain yang unggul. Pendidikan AIK pun dipandang kurang menyentuh subtansi
yang kaya dan mencerahkan. Kritik apapun harus diterima untuk perbaikan dan pembaharuan.
Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan gerakan
Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah. Jika diukur dari berdirinya
Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (1 Desember 1911) Pendidikan Muhammadiyah
berumur lebih tua ketimbang organisasinya (Adaby Darban,2000 : 13). Sekolah tersebut
merupakan rintisan lanjutan dari “sekolah” (kegiatan Kyai dalam menjelaskan ajaran Islam) yang
dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam pelajaran yang mengandung ilmu agama
Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Lembaga pendidikan tersebut sejatinya
sekolah Muhammadiyah, yakni sekolah agama yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada
umumnya kegiatan umat Islam pada waktu itu, tetapi bertempat tinggal di dalam sebuah gedung
6
milik ayah KH Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama
dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum (Djarnawi Hadikusuma,t.t : 64).

7
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah adalah salah satu
gerakan dakwah Islam yang berpengaruh dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Salah
satu buktinya Muhammadiyah membangun pondok pesantren dengan sistem pembelajaran yang
modern. Muhammadiyah sampai saat ini tetap konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik
lewat jalur pendidikan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Amien,Saiful. 2012.AIK(Al Islam Kemuhammadiyahan).Malang:UMM Press

Anda mungkin juga menyukai