Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

(AIK)
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN,
SOSIAL DAN DAKWAH

Disusun Oleh
Kelompok III
 SAFRI  ARDIANSYAH
 SUGIARTO ALBERT  ROFI ERMAWATI
 SYAMSIR SAHIB  TRIFANI ANRIANI
 ARAS  TRI WIJAYANTI
 ABDUL RAHMAN  JUSNI
 ASWAD  SYAMSIAH
 ASRIANTO
Jurusan: Ekonomi Pembangunan A
Semester V
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUHAMMADIYAH
MAMUJU
TAHUN AKADEMIK 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN, SOSIAL DAN
DAKWAH”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
dalam mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyaan V (AIK) Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Muhammadiyah Mamuju.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Penyusun

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V ii STIE Muhammadiyah Mamuju


DAFTAR ISI

SAMPUL………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………. 2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………... 2

BAB II PEMBAHSAN

A. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan…………………………... 3


B. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial……………………………....... 6
C. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah……………………………… 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………….. 15
B. Saran………………………………………………………………………. 15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. iv

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V iii STIE Muhammadiyah Mamuju


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Muhammadiyah sendiri mengambil surat Al-Ma’un dalam Al-Qur’an
sebagai dasar untuk berjalan pada ranah sosial. Pembahasan mengenai Teologi
Al-Ma’un pun sering digalakkan. Hal ini sebagai telaah kritis terhadap gerakan
sosial yang dilakukan Muhammadiyah. Dan bisa kita lihat, bahwa saat ini
Muhammadiyah banyak mempunyai amal usaha, mulai dari pondok anak yatim,
sekolah/lembaga pendidikan, sampai rumah sakit pun ada. Ini sebagai
pengejawantahan dari interpretasi terhadap surat Al-Ma’un.
Muhammadiyah mempunyai cita-cita sosial, yakni “kesejahteraan, dan
kemakmuran masyarakat yang diridhai Allah”. Dari sini kita ketahui bahwa
Muhammadiyah menghendaki terciptanya negara yang baik dan penuh akan
ampunan Allah. Inilah interpretasi dari ungkapan Islam adalah agama rahmatan lil
‘alamin. Bagaimana kita lihat kemudian Muhammadiyah sejak didirikan oleh
Kyai Dahlan, sampai kepemimpinan yang sekarang masih berusaha untuk
menjalin komunikasi yang baik, dan memberikan pelayanan sosial terhadap
masyarakat, fakir miskin dan yatim piatu. Hal inilah yang menjadi penting dalam
perkembangan Muhammadiyah.
Perbaikan mutu pendidikan adalah langkah merubah pola pemikiran, cara
berbuat dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kodisi umat Islam yang
selalu berada dalam kemiskinan dan keterbelakangan tampaknya telah
menempatkan Islam sebagai agama yang belum dapat mengaktualisasikan dirinya
sebagai yang diinginkan.
Revitalisasi gerakan Muhammadiyah dapat dimaknai sebagai proses
penguatan kembali sistem paham dan jati diri sesuia dengan prinsip-prinsip ideal
gerakan menuju pada tercapainya kekuatan muhammadiyah sebagai gerakan

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 1 STIE Muhammadiyah Mamuju


islam yang menjalakan fungsi dakwah dan tajdid menju terwujudnya masyarakat
islam yang sebenar-benarnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa cita-cita pendidikan muhammadiyah?


2. Apa pemikiran dan praktis pendidikan muhammadiyah?
3. apa yang di maksud nilai-nilai sosial kemanusiaan?
4. Apa saja gerakan peduli pada fakir miskin dan yatim piatu yang
Muhammadiyah sudah lakukan?
5. Bagaimanakah bentuk dan model gerakan sosial muhammadiyah?
6. Bagaimana revitalisasi gerakan sosial muhammadiyah?
7. Apa pengertian dakwah ?
8. Apa tujuan dakwah islamiyah ?
9. Bagaimana sifat dakwah kepada orang yang sudah masuk islam .
10. Bagaimana Sifat dakwah kepada orang yang belum masuk islam.

C. MANFAAT PENULIS
Suatu usaha yang telah dilakukakan harus dapat memberikan manfaat baik
untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Demikian halnya pada penulisan
makalah ini sangat bermanfaat untuk penulis dan pembaca.

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 2 STIE Muhammadiyah Mamuju


BAB II

PEMBAHASAN

A. MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

1. Cita-cita Pendidikan Muhammadiyah

Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar,


Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan
menanamkan khazanah pengetahuan melalui jalur pendidikan.

Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan


Muhammadiyah yang tetap dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya
mata pelajaran AIK/lsmuba di semua lembaga pendidikan (formal) milik
Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah satu upaya Muhammadiyah agar
setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah semata-
mata untuk berbakti kepada-Nya.

Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem


pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi
rahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan
segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah
Allah berfirman: “Wahai jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup
menembus (melintasi) pejuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian
tidak akan sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu
pengetahuan)”(QS. Ar-rahman/55:33).

Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat


jalur pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:

1.Tipe Muallimin/Mualimat Yogyakarta (pondok pesantren)

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 3 STIE Muhammadiyah Mamuju


2.Tipe madrasah/Depag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
3.Tipe sekolah/Diknas; TK, SD, SMP, SMA/SMK, Universitas/ ST/ Politeknik/
Akademi
4.Madrasah Diniyah, dan lain-lain

Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama


yang ingin dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan
pendidikan dalam Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik/lulusan
sekolah Muhammadiyah, sebagai berikut:

1. Memiliki jiwa Tauhid yang murni


2. Beribadah hanya kepada Allah
3. Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
4. Memiliki akhlaq yang mulia
5. Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
6. Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka setiap lembaga pendidikan


Muhammadiyah diwajibkan memasukkan mata pelajaran Al-Islam /
Kemuhammadiyahan (AIK) sebagai bagian integral dari kurikulum dengan
harapan dapat mempengaruhi karakter para peserta didik baik selama proses
pendidikan berlangsung terlebih setelah mereka lulus.

Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:

1. Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang


beragama Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
2. Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik dapat
tersentuh dan sekaligus mengamalkannya, dan.

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 4 STIE Muhammadiyah Mamuju


3. Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di lembaga
pendidikan Muhammadiyah

B. Pemikiran dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah

Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang memelopori


pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah
menurut Mukti Ali ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada
waktu penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah memelopori pembaruan
dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Kini
pendidikan Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan segala
kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah berat. Dalam
sejumlah hal bahkan dikritik kalah bersaing dengan pendidikan lain yang
unggul. Pendidikan AIK pun dipandang kurang menyentuh subtansi yang kaya
dan mencerahkan. Kritik apapun harus diterima untuk perbaikan dan
pembaharuan.

Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan


gerakan Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah.
Jika diukur dari berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (1 Desember
1911) Pendidikan Muhammadiyah berumur lebih tua ketimbang organisasinya
(Adaby Darban,2000 : 13). Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari
“sekolah” (kegiatan Kyai dalam menjelaskan ajaran Islam) yang dikembangkan
Kyai Dahlan secara informal dalam pelajaran yang mengandung ilmu agama
Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Lembaga pendidikan
tersebut sejatinya sekolah Muhammadiyah, yakni sekolah agama yang tidak
diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam pada
waktu itu, tetapi bertempat tinggal di dalam sebuah gedung milik ayah KH
Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 5 STIE Muhammadiyah Mamuju


dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum (Djarnawi Hadikusuma,t.t :
64).

B. MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN SOSIAL


1 Nilai-nilai Sosial Kemanusiaan (TEOLOGI AL-MA’UN)
Ayat yang menjadi landasan bagi gerakan-gerakan sosial dalam Islam,
itulah Al-Ma'un. Surah ini pendek, ayatnya tidak banyak, hanya sekitar tujuh
ayat. Tapi maknanya yang menggetarkan dada, tidak sekadar menjadi bacaan di
kala shalat fardhu, melainkan juga memberikan inspirasi-inspirasi untuk
melahirkan sebuah kesadaran kolektif: kesadaran atas realitas sosial yang
timpang. Al-Maun dibuka dengan sebuah pertanyaan lebih tepatnya “sindiran”:
Tahukah engkau dengan para pendusta agama? Frase yang digunakan oleh Al-
Qur'an terasa sangat menohok: "pendusta agama". Kita tentu akan penasaran
siapakah mereka yang dihardik oleh Al-Qur'an dengan ungkapan "pendusta
agama" itu?
Ayat kedua dan ketiga memberikan penjelasan. Pertama, orang yang
menghardik anak yatim (ayat 2). Kedua, menolak memberi makan orang miskin
(ayat 3). Buya Hamka memberi tafsir atas ayat ini dengan kata "menolakkan".
Di dalam ayat kedua tertulis yadu'-'u (dengan tasydid), artinya yang asal ialah
menolak. Kata tersebut ditafsirkan orang lain dengan "menghardik" atau
sejenisnya, tetapi kata Hamka yang lebih tepat adalah "menolakkan". Kata
"menolak" itu bermakna membayangkan kebencian yang sangat. Artinya, jika
seseorang merasa benci dengan anak yatim karena keyatimannya, berarti ia
mendustakan agama. Sebabnya ialah rasa sombong dan rasa bakhil, menurut
Hamka. Membenci anak yatim berarti membenci keberasalan Nabi Muhammad.
Sebab, Nabi adalah anak yatim, yang dipinggirkan oleh keluarganya, hidup
dengan menggembala, berkutat dengan kemiskinan di masa kecilnya.
Ada tiga parameter celakanya (wail) orang-orang yang shalat (ayat 4-7).
Pertama, mereka yang lalai dalam shalatnya (ayat 5). Kedua, mereka yang

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 6 STIE Muhammadiyah Mamuju


berbuat riya' (ayat 6). Ketiga, mereka yang menolak memberi pertolongan.
Buya Hamka menafsirkan bahwa "lalai" berarti shalat tanpa diikuti oleh
kesadaran sebagai hamba Allah. Kata Buya Hamka: "Saahuun; asal arti katanya
ialah lupa. Artinya dilupakannya apa maksud sembahyang itu, tidak didasarkan
atas pengabdian kepada Allah, walau ia mengerjakan ibadah. Ibadah tanpa
kesadaran, adalah sebuah kelalaian, begitu tafsir Buya Hamka. Kesadaran
penting, manakala kita melakukan purifikasi atas niat beribadah itu.
Mereka yang berbuat riya' berarti menodakan niat ikhlasnya pada
sesuatu yang bukan pada Allah. Menisbatkan sesuatu yang seharusnya
dipersembahkan pada Allah misalnya: shalat dan ibadah justru kepada benda
ciptaan Allah. Shalat dalam kerangka ini hanya membawa kecelakaan. Kata
Buya Hamka, kadang-kadang dia menganjurkan memberi makan fakir miskin,
kadang-kadang kelihatan dia khusyu' sembahyang; tetapi semuanya itu
dikerjakannya karena ingin dilihat, dijadikan reklame. Dalam bahasa yang lebih
moderen, shalat hanya dijadikan citra untuk kekuasaan, untuk amal keduniaan.
Menolak memberi pertolongan adalah bentuk kezaliman yang lain lagi.
Orang-orang yang mendustakan agama selalu mengelakkan dari menolong.
Sebab, kata Buya Hamka tidak ada rasa cinta di dalam hatinya, yang ada ialah
rasa benci. Memberi pertolongan adalah wujud kemanusiaan. Dan menolak
memberi pertolongan, membiarkan orang lain dalam kesusahan, melawan
hakikat kemanusiaan. Riya', kata Buya Hamka, adalah simbol kebohongan dan
kepalsuan, sementara menolak memberi bantuan adalah simbol individualisme
dan kezaliman. Dua-duanya, adalah refleksi pendusta-pendusta agama.
Sehingga, wajar jika Sayyid Quthb dalam tafsirnya menyebut bahwa Al-Ma'un
memperlambangkan pertemuan dimensi sosial dan ritual agama. Ini
menunjukkan bahwa agama pada hakikatnya bersifat transformatif, mewujud ke
seluruh sel-sel kehidupan nyata.

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 7 STIE Muhammadiyah Mamuju


2. Gerakan Peduli Pada Fakir Miskin dan Yatim Piatu
Gerakan peduli pada fakir miskin dan yatim piatu salah satunya adalah
berzakat. Di jelaskan dalam Surat At-Taubah : 60 tentang kelompok penerimaan
zakat, fakir miskin dan yatim piatu termasuk golongan yang wajib menerima
zakat. Karena anak yatim dan yatim piatu adalah anak yang ditinggal meninggal
oleh orang tuanya baik ayahnya atau ibunya atau keduanya dan belum dewasa
serta belum dapat mencari nafkah sendiri. Sedangkan fakir miskin adalah
golongan yang tidak mendapati sesuatu yang mencukupi kebutuhan mereka.
Ada yang mencontohkan bahwa fakir itu pendapatan sehari-hari kurang dari
separuh kebutuhannya, sedangkan miskin pendapatannya kurang dari
kebutuhannya tetapi pendapatannya diatas 50% kebutuhannya namun masih
kurang.
Muhammadiyah adalah institusi dan institusionalisasi teologi Al-
Ma’un yang diharapkan perduli pada kaum tersebut dalam mengikis
problematika social. Muhammadiyah dalam praktisi sosial dengan pemihakan
terhadap kaum mustadl’afin, dhuafa, masakin, dan anak yatim, mengilhami
Muhammadiyah untuk mendirikan banyak lembaga pendidikan, panti asuhan,
rumah sakit, dan tempat layanan sosial lainnya. Pendirian tempat layanan sosial
adalah kepedulian Muhammadiyah kepada kaum miskin dan kepentingan umat.
3 Bentuk dan Model Gerakan Sosial Muhammadiyah
Bidang-bidang yang terdapat dalam gerakan sosial muhammadiyah,
diantaranya:
1. Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan misalnya, hingga tahun 2000 ormas Islam
Muhammadiyah telah memiliki 3.979 taman kanak-kanak, 33 taman
pendidikan Al-Qur’an, 6 sekolah luar biasa, 940 sekolah dasar, 1.332
madrasahdiniyah/ibtidaiyah, 2.143 sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP
dan MTs), 979 sekolah lanjutan tingkat atas (SMA,MA, SMK), 101 sekolah
kejuruan, 13 mualimin/mualimat, 3 sekolah menengah farmasi, serta 64

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 8 STIE Muhammadiyah Mamuju


pondok pesantren. Dalam bidang pendidikan tinggi, hingga tahun ini
Muhammadiyah memiliki 36 universitas, 72 sekolah tinggi, 54 akademi, dan
4 politeknik. Nama-nama seperti Bustanul Athfal/TK Muhammadiyah, SD
Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, SMK
Muhammadiyah, dan Universitas Muhammadiyah bermunculan di berbagai
daerah.
2. Bidang Kesehatan
Berdasarkan buku Profil dan Direktori Amal Usaha Muhammadiyah &
‘Aisyiyah Bidang Kesehatan pada tahun 1997, sebagai berikut:
a. Rumah sakit berjumlah 34
b. Rumah bersalin berjumlah 85
c. Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 504. Balai Kesehatan
Masyarakat berjumlah 115
d. Balai Pengobatan berjumlah 846
e. Apotek dan KB berjumlah 4
3. Bidang Kesejahteraan Sosial
Hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki:
a. 228 panti asuhan yatim
b. 18 panti jompo
c. 22 balaikesehatan sosial
d. 161 santunan keluarga
e. 5 pantiwreda/manula
f. 13 santunan wreda/manula
g. 1panti cacat netra
h. 38 santunan kematian
i. serta 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan Muhammadiyah).
4. Bidang Kaderisasi
Dalam bidang kaderisasi Muhammadiyah telah melakukan program
diantaranya:

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 9 STIE Muhammadiyah Mamuju


a. Peningkatan kualitas pengkaderan
b. Melaksanakan program pengkaderan formal dan informalsecara
berkelanjutan
c. Menyelenggaraka baitul arqam dan darul arqam Muhammadiyah
d. Tranformasi kader per jenjang dan per generasi
e. Sinergi Building antar unit persyarikatan untuk kaderisasi

Contoh kaderisasi/organisasi dalam Muhammadiyah: aisyiyah, pemuda


muhammadiyah, IPM, IMM, Tapak Suci Muhammadiyah.
4 Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah
Revitalisasi merupakan salah satu jenis atau bentuk perubahan
(transformasi) yang mengandung proses penguatan, meliputi peneguhan
terhadap aspek-aspek yang selama ini dimiliki (proses potensial) maupun
dengan melakukan pengembangan (proses aktual) menuju pada keadaan
yang lebih baik dan lebih maju dari kondisi sebelumnya.
Langkah-langkah revitalisasi gerakan muhammadiyah yaitu
melakukan penguatan seluruh aspek gerakan dan menggerakkan segenap
potensi Muhammadiyah dalam menjalankan amanat Muktamar dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memperluas peran Muhammadiyah dalam dinamika kehidupan masyarakat
di daerah lokal, nasional, dan global dengan menjalankan fungsi dakwah
dan tajdid serta mengembangkan ukhuwah dan kerjasama dengan semua
pihak yang membawa pada pencerahan dan kemaslahatan hidup.
2. Meneguhkan dan mewujudkan kehidupan Islami sesuai dengan paham
agama dalam Muhammadiyah yang mengedepankan uswah hasanah dan
menjadi rahmat bagi kehidupan.
3. Mengembangkan pemikiran Islam sesuai dengan prinsip Manhaj Tarjih
dan ijtihad yang menjadi acuan/pedoman Muhammadiyah.

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 10 STIE Muhammadiyah Mamuju


4. Pengembangan infrastruktur dan perbaikan sistem pengelolaan organisasi
yang mampu menjalankan fungsi-fungsi gerakan dan semakin mengarah
pada pencapaian tujuan Muhammadiyah.
5. Mendinamisasi kepemimpinan Persyarikatan di semua tingkatan (Wilayah,
Daerah, Cabang, dan Ranting).
6. Peningkatan kualitas dan memperluas jaringan amal usaha
Muhammadiyah menuju tingkat kompetisi dan kepentingan misi
Persyarikatan yang tinggi, serta menjadikannya sebagai pelaksana usaha
yang terikat dan memiliki ketaatan pada kepemimpinan Persyarikatan.
7. Pengembangan model-model kegiatan/aksi yang lebih sensitif terhadap
kepentingan-kepentingan aktual/nyata umat, masyarakat, dan dunia
kemanusiaan dengan pengelolaan yang lebih konsisten.
8. Menggerakkan seluruh potensi angkatan muda dan organisasi otonom
Muhammadiyah sebagai basis kader dan pimpinan Persyarikatan.
9. Meningkatkan bimbingan, arahan, dan panduan kepada seluruh tingkatan
pimpinan dan warga Muhammadiyah.
10. Menggerakkan kembali Ranting dan jamaah sebagai basis gerakan
Muhammadiyah.
C. MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN DAKWAH

1 definisi dakwah

Menurut syekh Ali Mahfudz dalam kitab Hidayat al-Mursyidin


mendifinisikan dakwah islamiyyah adalah sebagaiberikut “upaya membawa
(mendorong) manusia kepada kebajikan, petunjuk danbimbingan-bimbingan
(ilahiah), beramar Ma’ruf nahi munkar, untuk menggapai keberhasilan hidup
dunia dan akhirat”.
Dalam kaitan ini,kajian tentang esensi dakwah diarahkan kepada telaah
atas beberapa ayat penting yang berkaitan dengan dakwah dan sering menjadi

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 11 STIE Muhammadiyah Mamuju


acuan dari gerakan Muhammadiyah maupun ortomnya, yaitu Q.S Ali
Imran[3]:104
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar merekalah orang-orang yang beruntung.
Ayat di atas membicarakan bagaimana menegakkan dan memeliharan
masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada allah yakni dengan jalan dakwah
dan amar ma’ruf nahi mungkar.
2. Pengembangan Konsep Dakwah Muhammdiyah
Sebagai gerakan dakwah yang multidimensi, muhammadiyah senantiasa
melakukan revitalisasi sebagai upaya penguatan terus menerus langkah-langkah
dakwah, baik secara kualitif maupun kuantitatif menuju terwujudnya cita-cita
dan tujuan muhammdiyah, yaitu masyarakat islam yang sebenar benarnya.
Muhammdiyah memandang bahwa dakwah memiliki pengertian yang
luas, yakni dengan tujuan untuk mengajak seseorang atau sekelompok
orang(masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran islam kedalam
kehidupan nyata.
3. Tujuan dakwah Islamiyah secara proporsional meliputi tiga sasaran yaitu:

1. Agar supaya umat manusia menyembah kepada Allah, tidak


mempersyarikatkan-Nya dengan sesuatu, dan tidak menyembah Tuhan selain
Allah semata-mata.
2. Agar supaya umat manusia bersedia menerima islam sebagai agamanya,
memurnikan keyakinan, hanya mengakui Allah sebagai Tuhannya,
membersihkan jiwanya dari penyakit nifaq dan selalu menjaga amal
perbuatannya agar tidak bertentangan dengan ajaran agama yang diianutnya.
3. Dakwah islamiyah ditujukan untuk mengubah sistem pemerintahan ke dalam
pemerintahan islam Dalam matan kepribadian Muhammadiyah dinyatakan

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 12 STIE Muhammadiyah Mamuju


4. bahwa “maksud” Gerakan Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang
ditujukan kepada dua bidang yaitu Perseorangan dan masyarakat.

1. Perseorangan yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu :


1. Orang yang sudah islam (Umua Ija;bah)
2. Orang yang belum islam (Umat Dakwah)
2. Masyarakat

4. Sifat Dakwah kepada orang yang sudah Islam (Umat Ijabah)

Sifat dakwah yang ditujukan kepada orang yang sudah islam bukan lagi bersifat
ajakan untuk menerima islam sebagai keyakinan, akan tetapi bersifat Tajdid
dalam arti pemurnian. Artinya bahwa tajdid yang dikenakan pada golongan ini
adalah bersifat menata kembali amal keagamaan mereka sedemikian bersih dan
murninya. Sebagaiman yang diajarkan oleh Allah dan Rsul-rasul-Nya. Tajdid
terhadap amal keberagamaan umat Ijamah meiputi beberapa bidang, yaitu :

1. Akidah

2. Akhlaq

3. Ibadah

4. Muamalat Duniawiyat

5. Sifat dakwah kepada orang yang belum islam

Dakwah islam kepada orang yang belum islam adalah merupakan ajakan,
seruan dan panggilan yang bersifat menggembirakan, menyenangkan atau
tabsyir. Adapun tujuan utamanya adalahagar mereka bisa mengerti, memahami
ajaran Islam, dan kemudian mau menerima Islam sebagai agamanya, dilakukan
dengan menunjukkan Mahasinul-Islam (keindahan islam) dengan keterangan-
keterangan dan tingkah laku (contoh teladan) serta tanpa paksaan.

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 13 STIE Muhammadiyah Mamuju


Dakwah terhadap orang yang belum islam hendaknya lebih dikedepankan
Islam dari sisi yang menggembirakan, yang ringan-ringan, yang dapat
menimbulkan kesan bahwa sesungguhnya beragama islam itu ternyata mudah
dan menggembirakan, bukan menambah beban dan tidak akan menimbulkan
kesusahan dan kesulitan.

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 14 STIE Muhammadiyah Mamuju


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan, sosial dan dakwah sudah
sangat membantu dalam melakukan kinerja demi tercapainya Tujuan yang telah
dirancang jauh-jauh hari. Namun demikian, setiap Organisasi tentunya akan selalu
mendapat sebuah masalah yang dalam hal ini dapat dikatakan sebagai sebuah
tantangan bagi Organisasi Muhammadiyah khususnya sehingga nantinya
Muhammadiyah dapat terus maju mengikuti zaman atau tidak hilang
dipersimpangan jalan. Maka Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan perlu
kiranya terus melakukan perbaikan dari celah yang ada padanya agara tidak
tergoyahkan oleh celah-celah tersebut.
B. Saran
Sebagai bagian dari warga muhammadiyah tentunya kita harus
mengetahui dan memahami segala bentuk amal usaha dari muhammadiyah itu
sendiri agar kita mengetahui sejau mana perkembangan muhammadiyah dan
seberapa besar pengaruh muhammadiyah dalam kehidupan bangsa indonesia.

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V 15 STIE Muhammadiyah Mamuju


DAFTAR PUSTAKA

Amien,Saiful. 2012.AIK(Al Islam Kemuhammadiyahan).Malang:UMM Press

Pasha, Mushthafa, Darban, Ahmad. 2005. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam.


Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.
Salam,Junus. 2009. K.H AHMAD DAHLAN Amal dan Perjuangannya. Tanggerang :
Al-Wasat Publishing House.
Hidyat, Syamsul. Tafsir Dakwah Muhammadiyah. Kartasura : Kafilah Publishing,
2012

Makalah AL-Islam Kemuhammadiyaan V iv STIE Muhammadiyah Mamuju

Anda mungkin juga menyukai