Anda di halaman 1dari 22

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kemuhammadiyahan


Dosen Pengampu: Drs. San Susilo, M.M

Disusun oleh:

Hana Nur Fadilah


194223009

PENDIDIKAN GURU – PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kami karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
Kemuhammadiyahan yang berjudul “Muhammadiyah sebagai Gerakan Pendidikan”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami menjadi mahasiswa
yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan. Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat berharap
perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
bagi penyusun sendiri umumnya para pembaca makalah ini, terima kasih.

Kuningan, Desember 2020


Penulis

Hana Nur Fadilah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………..…... ii
DAFTAR ISI………………………………………………………..….. iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
A. Latar belakang………………………………………………..…. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….… 1
C. Tujuan…………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………….... 3
A. Faktor yang Melatarbelakangi Gerakan Muhammadiyah
di Bidang Pendidikan..……………………………………..…...

3
B. Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah…………….....….…..…. 4
C. Bentuk-Bentuk dan Model Pendidikan Muhammadiyah.......….. 6
D. Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhammadiyah…….….….. 7
E. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah……… 11
BAB III PENUTUP ………………………………………………..…... 17
A. Kesimpulan ……………………………………………………... 17
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..……………. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sangat dipengaruhi dan diwarnai
oleh nilai-nilai agama sehingga kehidupan beragama tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai negara yang berdasarkan agama, pendidikan
agam tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Umat
beragama beserta lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia merupakan potensi besar
dan sebagai modal dasar dalam pembangunan mental spiritual bangsa dan merupakan
potensi nasional untuk pembangunan fisik materil bangsa Indonesia.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu
kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk
maju, sejahtera dan bahagia.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan
berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya
memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Pendidikan jangan hanya dipandang
sebagai suatu kewajiban. Tetapi juga harus pandai merencanakan, mengorganisir,
mengemas, melaksanakan serta mengevaluasi dan menindaklanjuti secara bersinergi
dan berkeseimbangan.
Hubungan pendidikan islam dengan pendidikan nasioanl tidak dapat dipisahkan,
karena keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Suatu sistem pendidikan
nasional harus mementingkan masalah eksistensi umat manusia pada umumnya dan
eksistensi bangsa Indonesia khususnya dalam hubungan masa lalu, masa kini dan
kemungkinan perkembangan masa depan.

B. Rumusan Masalah
1. Faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang Pendidikan?
2. Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah?
1
3. Bentuk-bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah?
4. Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah?
5. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk Memahami Faktor yang Melatarbelakangi Gerakan Muhamadiyah di Bidang
Pendidikan.
2. Untuk memahami Cita-cita Pendidikan Muhamadiyah.
3. Untuk memahami Bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah.
4. Untuk memahami Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah.
5. Untuk memahami Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Yang Melatarbelakangi Gerakan Muhammadiyah di bidang Pendidikan

Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang mempelopori pendidikan


Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah menurut Mukti Ali
ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda,
sehingga Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi
ajaran dan pendidikan Islam. Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara.
Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam wujud "pondok pesantren”, dimana islam
diajarkan di musholla, langgar, masjid. Sistem yang digunakan seperti sistem sorogan,
bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem pendidikan climana secara perorangan
menghadap kyai dengan membawa kitab dan mengartikan kemudian sang santri, santri
hanya mendengarkan penjelasan dari semasa itu hanya berorientasi pada hafalan sang
kyai.

Sistem pendidikan teks semata, sehingga tidak merangsang santri untuk


berdiskusi. Cabang ilmu agama yang diajarkan sebatas Hadits dan Mustholah Hadist,
Fiqih dan Usul Fiqih, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu Mantiq, Ilmu Bahasa Arab. Ini
berlangsung hingga awal abad ke-20.Dalam sekolah Belanda para murid tidak
diperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan cara berfikir dan tingkah laku
mereka banyak yang menyimpang dari ajaran Islam.Melihat kenyataan ini K.H Ahmad
Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk memperbaharui pendidikan bagi umat
Islam.Pembaharuan yang dimaksud meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi
teknik. Segi cita-cita adalah untuk membentuk manusia muslim yang berakaqul
karimah, alim, luas pandangan dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta
bersedia berjuang untuk kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi teknik adalah lebih
banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan modern.

3
Kini pendidikan Muhammadiyah telah berkembang pesat dengan segala
kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak kalah berat Pendidikan
Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi dengan gerakan Muhammadiyah
dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah.

B. Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah

Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia- manusia
baru yang mampu tampil sebagai "ulama-intelek" atau "intelek-ulama", yaitu seorang
muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani.
Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai Dahlan
melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah
Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah- sekolah sendiri di mana agama dan
pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang sudah
menjadi fenomena umum; yang pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua
sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide Kyai Dahlan
tentang model pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim ulama-intelek
masih terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan integralistik inilah sebenarnya
warisan yang musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang d waktu, masalah
teknik pendidikan bisa berubah sesuai dengan perkembang ilmu pendidikan atau
psikologi perkembangan.Dalam rangka menjarr kelangsungan sekolahan yang ia
dirikan maka atas saran murid-muridnya K' Dahlan akhirnya mendirikan persyarikatan
Muhammadiyah tahun 1912. Meto pembelajaran yang dikembangkan Kyai Dahlan
bercorak kontekstual melaI proses penyadaran. Contoh klasik adalah ketika Kyai
menjelaskan surat al-Ma'i kepada santri-santrinya secara berulang-ulang sampai santri
itu menyadz bahwa surat itu menganjurkan supaya kita memperhatikan dan menolong
fal miskin, dan harus mengamalkan isinya. Setelah santri-santri itu mengamalk.
perintah itu baru diganti surat berikutnya. Ada semangat yang me dikembangkan oleh
pendidikan Muhammadiyah, yaitu bagaima merumuskan sistem pendidikan ala al-
Ma'un sebagaimana dipraktekkan KH Ahmad Dahlan.

Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu


memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak.
4
Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang
paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena
di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran
mengikuti sistem madrasahsekolah, jelasnya madrasahsekolah dalam pondok pesantren
adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik. Dalam
semangat yang sama belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju
peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day
schoot, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah.Satu
dekade terakhir ini virus sekolah unggul benar-benar menjangkiti seluruh warga
Muhammadiyah.Lembaga pendidikan Muhammadiyah mulai Taman Kanak- kanak
(TI() hingga Perguruan Tinggi (PT) berpacu dan berlomba-lomba untuli.

Apabila Muhammadiyah benar-benar mau membangun


sekolahuniversitas unggul maka harus ada keberaruan untuk merumuskan bagaimana
landasan filosofis pendidikannya sehingga dapat meletakkan secara tegas bagaimana
posisi lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah dihadapan pendidikan nasional,
dan kedudukannya yang strategis sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta fungsinya sebagai wahana dakwah Islamiyah. Orientasi filosofis ini
jelas sangat membingungkan; apa harus mengikuti arus pendidikan nasional yang
sejauh ini kebijakannya belum menuju pada garis yang jelas karena setiap ganti menteri
musti ganti kebijakan. Kalau memang memilih pada pengembangan iptek maka harus
ada keberanian memilih arah yang berbeda dengan kebijakan pemerintah. Model
pondok gontor bisa dijadikan alternatif, dengan bahasa dan kebebasan berpikir terbukti
mampu mengantarkan peserta didik menjadi manusia-manusia yang unggul. Filsafat
pendidikan memanifestasikan.

Pandangan ke depan tentang generasi yang akan dimunculkan. Filsafat yang


dianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama Islam, maka
sebagai konsekuensinya logika, Muhammadiyah berusaha dan selanjutnya melandaskan
filsafat pendidikan Muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang diyakini dan
dianutnya. Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar,
Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan

5
menanamkan khazanah pengetahuan melaluijalur pendidikan.Secara umum dapat
dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tetap
dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba di semua
lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah satu
upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia diciptakan
oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya. Usaha Muhammadiyah
mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan modern.

C. Bentuk-bentuk dan model pendidikan muhammadiyah

Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur


pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:

1. Tipe MualliminMualimat Yogyakarta (pondok pesantren)

2. Tipe madrasahDepag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah

3. Tipe sekolah Diknas; TK, SD, SMP, SMA SMK, Universitas ST

PoliteknikAkademi

4. Madrasah Diniyah, dan lain-lain

Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yang


ingin dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan dalam
Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik lulusan sekolah Muhammadiyah,
sebagai berikut:

1) Memiliki jiwa Tauhid yang murni


2) Beribadah hanya kepada Allah
D. Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
E. Memiliki akhlaq yang mulia
F. Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
G. Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
H. .Bentuk dan Model pendidikan muhammadiyah

6
Pendidikan, menurut KH. Ahmad Dahlan, hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, luas pandangan dan
berakhlak Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem
pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi rahmatan
lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan segenap manusia
jika disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah berfirman: “Wahai
jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) pejuru langit dan
bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan sanggup melakukannya melainkan
dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)” (QS. Ar-rahman/55:33).

Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:

A. Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang


beragama Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
B. Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik
dapat tersentuh dan sekaligus mengamalkannya, dan.
C. Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di
lembaga pendidikan Muhammadiyah

D. Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah

Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari keprihatinannya


terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam
kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin
diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat merugikan bangsa Indonesia.
Pemikiran atau ide-ide K.H. Ahmad Dahlan tertuang dalam gerakan
Muhammadiyah yang ia dirikan pada tanggal 18 Nopember 1912. Organisasi ini
mempunyai karekter sebagai gerakan sosial keagamaan. Titik tekan perjuangannya
mula-mula adalah pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan. Muhammadiyah
mempunyai pengaruh yang berakar dalam upaya pemberantasan bid’ah, khurafat dan
tahayul. Ide pembaruannya menyetuh aqidah dan syariat, misalnya tentang uapcara
kematian talqin, upacara perkawinan, kehamilan, sunatan, menziarahi kuburan yang
dikeramatkan, memberikan makanan sesajen kepada pohon-pohon besar, jembatan,
7
rumah angker dan sebagainya, yang secara terminologi agama tidak dikenal dalam
Islam.
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam
dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui
pendidikan. Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap dunia
pendidikan, namun perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik baru disusun
pada 1936. Pada mulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan K.H. Ahmad
Dahlan: “Dadiji kjai sing kemajorean, adja kesel anggonu njambut gawe kanggo
Muhammadiyah”( Jadilah manusia yang maju, jangan pernah lelah dalam bekerja untuk
Muhammadiyah).
Dahlan merasa tidak puas dengan system dan praktik pendidikan yang ada di
Indonesia saat itu, dibuktikan dengan pandangannya mengenai tujuan pendidikan
adalah untuk menciptakan manusia yang baik budi, luas pandangan, dan bersedia
berjuang untuk kemajuan masyarakat. Karena itu Dahlan merentaskan beberapa
pandangannya mengenai pendidikan dalam bentuk pendidikan model Muhammadiyah
khususnya, antara lain:

A. Pendidikan Integralistik

K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga sudah
pada tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan.
Oleh sebab itu untuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan Beliau
musti lebih banyak merujuk pada bagaimana beliau membangun sistem
pendidikan. Namun naskah pidato terakhir beliau yang berjudul Tali Pengikat
Hidup menarik untuk dicermati karena menunjukkan secara eksplisit konsen
Beliau terhadap pencerahan akal suci melalui filsafat dan logika. Sedikitnya ada
tiga kalimat kunci yang menggambarkan tingginya minat Beliau dalam
pencerahan akal, yaitu:

8
1. Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang dapat
dicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan akal sehat
dan istiqomah terhadap kebenaran akali dengan di dasari hati yang suci;
2. Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia;
3. Ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang
hanya akan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah swt.
Pribadi K.H. Ahmad Dahlan adalah pencari kebenaran hakiki yang
menangkap apa yang tersirat dalam tafsir Al-Manaar sehingga meskipun tidak
punya latar belakang pendidikan Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang
rasionalitas melalui ajaran Islam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak
taqlid.

Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi


ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya,
sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik adalah
sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di dalamnya
diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem
madrasah/sekolah, jelasnya madrasah/sekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk
sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik.  Dalam semangat yang
sama, belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju peningkatan mutu
pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day school, sekolah sampai
sore hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah.

1. Mengadopsi Substansi dan Metodologi Pendidikan Modern Belanda dalam


Madrasah-madrasah Pendidikan Agama

Yaitu mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh lembaga


pendidikan Belanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap dan kemudian
dengan gagasan dan prektek pendidikannya dapat menerapkan metode pendidikan yang
dianggap baru saat itu ke dalam sekolah yang didirikannya dan madrasah-madrasah
tradisional. Metode yang ditawarkan adalah sintesis antara metode pendidikan modern
9
Barat dengan tradisional. Dari sini tampak bahwa lembaga pendidikan yang didirikan
K.H. Ahmad Dahlan berbeda dengan lembaga pendidikan yang dikelola oleh
masyarakat pribumi saat ini. Sebagai contoh, K.H. Ahmad Dahlan mula-mula
mendirikan SR di Kauman dan daerah lainnya di sekitar Yogyakarta, lalu sekolah
menengah yang diberi nama al-Qism al-Arqa yang kelak menjadi bibit madrasah
Mu’allimin dan Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta. Sebagai catatan, tujuan umum
lembaga pendidikan di atas baru disadari sesudah 24 tahun Muhammadiyah berdiri, tapi
Amir Hamzah menyimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan Muhammadiyah
menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah:

1. Baik budi, alim dalam agama


2. Luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia (umum)
3. Bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya

2. Memberi Muatan Pengajaran Islam pada Sekolah-sekolah Umum Modern Belanda

Sekolah Muhammadiyah mempertahankan dimensi Islam yang kuat, tetapi dilakukan


dengan cara yang berbeda dengan sekolah-sekolah Islam yang lebih awal dengan gaya
pesantrennya yang kental. Dengan contoh metode dan system pendidikan baru yang
diberikannya. K.H. Ahmad Dahlan juga ingin memodernisasi sekolah keagamaan
tradisional.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan
sekolah Muallimin dan Muallimat, Muballighin dan Muballighat. Dengan demikian
diharpakan lahirlah kader-kader Muslim sebagai bagian inti program pembaharuannya
yang bisa menjadi ujung tombak gerakan Muhammadiyah dan membantu
menyampaikan misi-misi dan melanjutkannya di masa depan. K.H. Ahmad Dahlan juga
bekerja keras meningkatkan moral dan posisi kaum perempuan dalam kerangka Islam
sebagai instrument yang efektif dan bermanfaat di dalam organisasinya karena
perempuan merupakan unsur penting  berkat bantuan istri dan koleganya sehingga
terbentuklah Aisyiah di tempat-tempat tertentu, dibukalah masjid-masjid khusus bagi
kaum perempuan, seseuatu yang jarang ditemukan di Negara-negara Islam lain bahkan
10
hingga saat ini. K.H. Ahmad Dahlan juga membentuk gerakan pramuka
Muhammadiyah yang diberi nama Hizbul Watan.

E. Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah

A. Tantangan Pendidikan Muhammadiyah

Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar, Muhammadiyah dituntut
untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah
pengetahuan melalui jalur pendidikan.

Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan;

a) Masalah Kualitas Pendidikan

Perkembangan amal usaha Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan


yang sangat pesat secara kuantitatif belum diimbangi peningkatan kualitas yang
sepadan, sehingga sampai batas tertentu kurang memiliki daya saing yang tinggi,
serta kurang memberikan sumbangan yang lebih luas dan inovatif bagi
pengembangan kemajuan umat dan bangsa.

Bahwa amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami dua masalah
sekaligus, yaitu, pertama, terlambatnya pertumbuhan kualitas dibandingkan dengan
penambahan jumlah yang spektakuler, sehingga dalam beberapa hal kalah bersaing
dengan pihak lain. Kedua, tidak meratanya pengembangan mutu lembaga
pendidikan. Dalam sejumlah aspek banyak disoroti kelemahan amal usaha
khususnya di bidang pendidikan yang kurang mampu menunjukkan daya saing di
tingkat nasional apalagi internasional. Amal usaha Muhammadiyah tidak
mengalami proses inovasi yang merata dan signifikan, sehingga cenderung berjalan
di tempat, kendati beberapa lainnya mulai bangkit mengembangkan ide-ide dan
metode baru dalam peningkatan kualitas dan keberadaan amal usaha
Muhammadiyah.

11
Kedepan diperlukan peningkatan kualitas yang lebih inovatif, sehingga amal
usaha Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan dapat lebih unggul serta
mampu mengemban misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah.

Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan.


Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output
pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran
paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif
(Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage).

Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara


keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas artinya dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut,
pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena
harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan
kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana
anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai
tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri
secara kompetitif under-quality (berkualitas rendah). Inilah salah satu dari sekian
tantangan yang harus dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.

b) Permasalahan Profesionalisme Guru

Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses


pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah
menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya
guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan.

Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah
kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan
lancar baca tulis yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan
komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu

12
bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi,
sehingga bisa “di ditiru”.

Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan,
atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan dilapangan
menunjukkan adanya guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak berasal dari
pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui
system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk
tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu
permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan
Muhammadiyah masa kini.

c) Masalah kebudayaan (alkulturasi)

Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material maupun
mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu
perkembangan kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat
terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan
timbulnya proses alkulturasi yaitu pertukaran dan saling berbaurnya antara
kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.

Dari sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan


adanya alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi
kebudayaan, moral dan akhlak anak. Oleh karena itu hal ini merupakan tantangan
bagi pendidikan islam untuk memfilter budaya-budaya yang negatif yang
diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya barat. (Arifin, 1994:42)

d) Permasalahan Strategi Pembelajaran

Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta
didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma
pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto
menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru,

13
menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid
berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.

Dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model


tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek
pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari
pembelajaran baru. Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya
professionalisme guru.

e) Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sebagimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada kemajuan
teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif (memudahkan). Teknologi
menawarkan berbagai kesantaian dan ketenangan yang semangkin beragam.

Dampak negatif dari teknologi moderen telah mulai menampakan diri di depan
mata kita, yang pada prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa yang
sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya. Pengaruh
negatif dari teknologi elektronik dan informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi
kejiwaan lainya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi)
diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis dan
informatika seperti Komputer, foto copy dan sebagainya. (Arifin,1991,hal: 9 )

Alat-alat diatas dalam dunia pendidikan memang memiliki dua dampak yaitu
dampak positif dan juga dampak negatif. Misalnya pada pelajaran bahasa asing anak
didik tidak lagi harus mencari terjemah kata-kata asing dari kamus, tapi sudah bisa
lewat komputer penerjemah atau hanya mengcopy lewat internet. Nah dari sinilah
nampak jelas bahwa pengaruh teknologi dan informasi memiliki dampak positif dan
negatif.

Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya, krisis


moral. Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya,
yang menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika,
perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas
pada perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar
14
nikah, penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas
belajar dan tidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.

- Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian.

Diera globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami sebuah


perubahan yang besar disegala sektor. Ini dibuktikan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Dengan kemajuan teknologi dan
informasi seperti televisi, komputer, internet, media cetak dan elektronik
mengakibatkan bangsa Indonesia dapat dengan mudah mengakses informasi baik
dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga dapat menimbulkan kemerosotan norma-norma
dalam kehidupan bermasyarakat, kebobokran akhlak (perilaku), serta bentuk
penyimpangan lainnya yang kini telah merebak dalam masyarakat Indonesia
khususnya generasi muda dalam hal ini pelajar atau mahasiswa. Mereka lebih
mementingkan urusan duniawi daripada urusan akhirat.

Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya yang sangat
serius untuk mengatasinya. Salah satu cara mengatasinya adalah melalui
pendidikan, dalam hal ini pendidikan kemuhammadiyahan. Dengan
kemuhammadiyahan dampak-dampak buruk dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi bisa di minimalisir.

Jadi ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi kehidupan kita, baik itu
dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut menyebabkan bangsa
Indonesia melakukan banyak penyimpangan. Di dalam pendidikan,
kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya yang diperlukan. Kemuhammadiyahan
berperan aktif untuk mengelola dan memanage dampak-dampak buruk yang
disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi minimalisir.

Solusi atas Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalm Bidang


Pendidikan

15
Menjawab tantangan yang dihadapi muhammadiyah dalam bidang pendidikan
seperti yang disebutkan diatas, Achmad Charis Zubai Sekretaris II Majelis Tarjih
dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah periode 1995-2000
mengemukakan bahwa kendatipun jumlah umat islam mayoritas (88,2%) di
Indonesia namun kualitasnya cukup memprihatinkan dibanding umat lain. Karena
beberapa fakor seperti tidak mencerminkan homogenitas dalam kualitas tetapi
heterogenitas baik dalam kualitas, intensitas, maupun paham-paham dan persepsi
keagamaannya. Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya umat islam juga
melatarbelakangi mengapa umat islam tidak memiliki peran yang setaraf dengan
kuantitasnya.

Menjawab tantangan yang dihadapi Muhammadiyah bahwa Kualitas lembaga


pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah belum setara dengan kuantitasnya yang
senantiasa mengalami perkembangan yang spektakuler, Muhammadiyah perlu
melakukan upaya pengesyahan dan penghidupan kembali Muhammadiyah sebagai
gerakan pendidikan dan gerakan pengembangan dan pengelolaan. Dalam aspek
filosofik, Muhammadiyah perlu merumuskan kembali ide dasar pendidikan
muhammadiyah sebagai matra keimanan dan ketaqwaaan yang tercemin dalam
relijiulitas serta akhlaq manusianya. Dalam aspek kebijakan pengembangan dan
pengelolaan, dilakukan dengan penyegaran dan perubahan orientasi yang meliputi :

 Dari orientasi status ke orientasi kompetensi


 Dari orientasi Input ke output
 Dari orientasi kekinian ke orientasi masa depan
 Dari orientasi kuantitatif ke orientasi kualitatif
 Dari orientasi kepemimpinan individu ke orientasi sistem
 Dari orientasi ketergantungan ke orientasi kemandirian
 Dari orientasi fisik ke orientasi nilai

Disamping itu perencanaan dan pengelolaan muhammadiyah perlu


dikembangkan dengan wawasn keunggulan dengan memacu kreativitas disegala

16
bidang seperti iptek, kewirausahaan, seni, dan sebagainya. Sehingga dapat
meningkatkan daya saing umat dan bangsa dalam percaturan nasional dan bangsa.

Menjawab tantangan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun yang
berkaitan dengan sejauh mana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu
mengaktualisasikan misinya sebagai sekolah islam ditengah perubahan dan
globalisasi. Sehingga diperlukan proses belajar yang sejalan dengan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga membawa siswa
menyadari kebesaran Alloh Swt. Itu semua barangkali dapat digunakan sebagi
prinsip moral dan peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah bagi
pengembangan kualitas sumberdaya manusia.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sejak awal berdiri memiliki
komitmen yang teguh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur
pendidikan, hingga saat ini lembaga pendidikan yang dimiliki
Muhammadiyah terus berkembang dan bertambah baik secara kuantitas
maupun kualitas, walaupun di sisi lain tidak dapat dipungkiri ada lembaga
pendidikan Muhammadiyah yang mengalami keterpurukan bahkan ada yang
tutup, hal ini merupakan dinamika lembaga pendidikan yang dimiliki oleh
Muhammadiyah.

Manajemen yang selama ini berlaku di Muhammadiyah justru


membuat para perintis lembaga pendidikan di Muhammadiyah bersemangat
untuk berkompetisi secara positif, walaupun demikian, menurut hemat penulis
manajemen yang sekarang berlaku membutuhkan evaluasi secara mendalam
untuk peningkatan mutu pendidikan Muhammadiyah secara umum.

18
DAFTAR PUSTAKA

Unknown. 2015. Fakto yang Melatarbelakangi Pendidikan Muhammadiyah.


http://missthiny.blogspot.com/2015/01/faktor-yang-melatarbelakangi-
pendidikan.html#:~:text=Ketiadaan%20lembaga%20pendidikan%20yang
%20mengajarkan,ilmu%20agama%20dan%20ilmu%20duniawi. Diakses pada
Desember 2020.
Arifin, Zaenal. 2019. Mewujudkan Cita-Cita Pendidikan M.
https://guruilmu.wordpress.com/2019/07/01/mewujudkan-cita-cita-
pendidikan-muhammadiyah/. Diakses pada November 2020.

Mulkhan, Abdul Munir. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah. Jakarta:
Bumi         Aksara.1990.

Amir Hamzah Wirjosukarto, 1985, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam,


Jember: Mutiara Offset.

Zubair, Achmad Charris.2000. Peningkatan Kualitas Pendidikan Muhammadiyah. PP


Muhammadiyah: Majelis Tarjih dan pengembangan Pemikiran Islam.

19

Anda mungkin juga menyukai