Anda di halaman 1dari 26

Peran Kebangsaan Muhammadiyah

di Indonesia

H. ADI HAMID FUADI, SHI, MM


NBM : 866 559
Prolog
Sejak berdiri (1912), Muhammadiyah telah meletakkan infrastruktur kebangsaan
modern religius madani berkeadaban.
Mengapa dari awal berdiri, gagasan2 Muhammadiyah
dianggap nyeleneh?

1. Pelopor penggunaan bahasa lokal dalam khutbah jum’at.


2. Pembagian daging kurban, zakat, tabligh diruang publik.
3. Penggagas mushola di tempat publik.
4. Pencetus Pengelolaan perjalanan haji secara profesional.
5. Perubahan arah kiblat.
6. Praktek Ibadah Puasa.
7. Praktek-praktek keagamaan lainnya.
Materi Pembahasan
A. Dakwah Kultural kecakapan hidup F. “Pesaing Baru” Muhammadiyah
berbasis pengguna jasa AUM
G. Gerakan Budaya Dakwah Luar
B. Memperluas tradisi sosio-ritual Ruang
dalam kehidupan berbangsa
H. Pembelajar alternatif “Mletik”
C. Keunikan perkembangan
persyarikatan di daerah I. Reposisi Perempuan sebagai simbol
modernitas
D. Indikator sukses persyarikatan
J. Duet KH. Ahmad Dahlan dan Nyai
E. Belajar dari sukses Ranting dan Walidah
Cabang
K. Daftar Pustaka
A. Dakwah Kultural kecakapan hidup
berbasis pengguna jasa AUM
1. Di abad kedua usianya, Muhammadiyah sudah waktunya mengelola
pengguna jasa AUM.
2. Realisasi dakwah kecakapan hidup dilakukan dengan memanfaatkan
kecerdasan dan kearifan lokal.
3. Dakwah kultural tidak terbatas menyasar kognisi publik, melainkan juga
melatih kecakapan hidup sosial, ekonomi, budaya, dan politik.
QS. Ibrahim : 4
QS. Al-anfal : 24
B. Memperluas tradisi sosio-ritual
dalam kehidupan berbangsa
1. Sosio-ritual (sosial bernilai ibadah) yang tidak ditemukan padanannya
dibelahan dunia lain.
2. Melalui penafsiran baru, masyarakat digerakkan untuk memenuhi ajaran
Islam sekaligus memecahkan problem sosial dan ekonomi.
3. Secara kultural, warga Muslim Indonesia adalah pengikut Muhammadiyah.
C. Keunikan Perkembangan
Persyarikatan di Daerah
1. Dalam MADM, pokok pikiran keenam, gerakan ini membagi masyarakat
kedalam dua kelompok :
a. Umat Dakwah : Non Muslim
b. Umat Ijabah : Muslim
2. Keunikan daerah bergantung pada tokoh lokal dan problem umat didaerah.
D. Indikator sukses persyarikatan

1. Diusianya yg lebih dari 1 (satu) abad (sejak 1912), Muhammadiyah justru


semakin dipercaya oleh Masyarakat
2. Banyaknya terobosan dari Muhammadiyah yang akhirnya diikuti lembaga
lain.
3. Banyaknya Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), yang merupakan alat
dakwah yang strategis.
E. Belajar dari sukses
Cabang dan Ranting
Beberapa indikikator pilar kebangkitan Cabang dan Ranting :
1. Memiliki Pengajian Rutin, minimal seminggu sekali yang (pengajian sebagai
pilar utama).
2. Adanya Korps Mubaligh Muhammadiyah yang secara rutin dibina dan
membina jamaah.
3. Memiliki masjid/musholla yang dikelola dengan baik dan menjadi pusat
gerakan dakwah Muhammadiyah.
4. Melibatkan Angkatan Muda Muhammadiyah dalam kepengurusan cabang
dan ranting serta kegiatanya (pilar AMM/Perkaderan/SDM).
5. Memiliki media komunikasi untuk dakwah di masyarakat, meliputi buletin,
majalah, whatsapp, sms, website, radio atau TV bagi yang mampu. Media
sebagai pilar komunikasi, propaganda dan syiar.
6. Dakwah yang dilakukan mengerti masalah dan kebutuhan ummat serta
berorientasi pada dakwah pencerahan dan pemberdayaan (Pilar Aksi dan
pelayanan).
7. Ranting dan cabang yg maju selalu memiliki kegiatan dan sumber ekonomi
bagi C&R dan warganya. Muhammadiyah diharapkan bisa menjawab
pertanyaan ummat dan masyarakat yg bertanya “Apa untungnya atau apa
manfaat yg saya perolih bila saya ikut Muhammadiyah ?”
F. “Pesaing Baru” Muhammadiyah

1. Apa yang dipelopori KH. Ahmad Dahlan lebih dari 1 Abad yang lalu, kini sudah
menjadi tradisi sosio-ritual pemeluk Islam negeri ini.
2. Namun beberapa aktivis Muhammadiyah ‘merasa’ terancam ketika ada yang
meniru apa yang dilakukan Muhammadiyah.
3. Persoalannya apakah AUM mampu bermetamorfosis.
G. Gerakan Budaya Dakwah Luar Ruang

1. Dakwah sebenarnya merupakan kegiatan edukasi luar ruang, dan merupakan


kegiatan budaya, kegiatan yg fokus pada pengembangan mental atau cara
pandang dan sikap hidup.
2. Pendidikan atau dakwah adalah proses sosial buadaya untuk
mengembangkan tata pikir dan tata kelola kehidupan
H. Pembelajar alternatif “Mletik”

Perlu pembelajaran model baru yang lebih bermutu, produktif, dan spiritual.
(Makrifat : Lihat Keputusan Muktamar Yogyakarta 2010).
I. Reposisi Perempuan sebagai
simbol modernitas
1. Reposisi perempuan dan gerakkan kesetaraan gender bisa mati
ditengah jalan jika tanpa kearifan kemanusiaan.
2. Aisyah, menjadi komandan perang setelah nabi wafat.
3. Muhammadiyah menetapkan kebijakan advokatif memasukan
perempuan dalam tiap jenjang kepemimpinan:
a. Melalui Muktamar, Musywil, Musyda, Musycab, Musyran.
b. Melalui penunjukan anggota pleno tambahan oleh anggota
pleno terpilih dengan mempertimbangkan hasil pemilihan
langsung tersebut.
4 Tipe Kategorisasi Warga
Muhammadiyah (Prof. Munir Mulkhan)
1. Al-Ikhlas : Tipe anggota Muhammadiyah yang pola pikir dan tradisi hidupnya pola ideal
Muhammadiyah, mengikuti fatwa tarjih.
2. Kiai Dahlan : Merupakan tipe al-Ikhlas yang lebih toleran karena mencoba membangun
hubungan dengan warga masyarakat yg lebih luas
3. Munu : Warga Muhammadiyah yang pola pikir dan organisasinya Muhammadiyah, tetapi
tradisi kehidupannya NU.
4. Marmud : Marhaenis Muhammadiyah, warga Muhammadiyah yang pola pikir dan
organisasinya Muhammadiyah tapi tradisi kehidupannya dalam tradisi abangan.
J. Duet KH. Ahmad Dahlan
dan Nyai Walidah
1. Jauh sebelum isu kesetaraan gender atau feminisme berkembang, KH. Ahmad
Dahlan sudah melakukannya.
2. Kini kaum kaum wanita telah berada ditengah pusaran peradaban modern
dan global dengan segala dampak kebudayaan yang hampir2 tidak
terbendung.
3. Perlu penafsiran baru seperti yang pernah dilakukan KH. Ahmad Dahlan dan
Siti Walidah. Namun harus bersedia menerima cemoohan seperti yang dulu
dialami oleh mereka berdua.
Catatan Penutup
(Prof. DR. H. Haedar Nashir, MSI)
1. Indonesia diperjuangkan dan dibangun oleh seluruh komponen atau
kekuatan nasional sejak zaman perjuangan kemerdekaan sampai setelah
merdeka tahun 1945.
2. Sesuai dengan posisi dan perannya semua komponen nasional begerak
memperjuangkan Indonesia bebas dari penjajahan serta setelah itu
membangun menjadi negara dan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri bangsa dalam
wujud cita-cita nasional.
3. “Tidak ada pihak yang paling berjasa dalam perjuangan dan pembangunan
Indonesia, semuanya memainkan perannya yang konstruktif. Ketika berdiri
dalam posisi kritis tehadap pemerintah pun sebenarnya merupakan bagian
dari kiprah kebangsaan agar negara dan bangsa Indonesia tetap luruh di jalan
perjuangannya yang benar sesuai konstitusi dan spirit nasional yang
diletakkan oleh para pendiri bangsa,”.
4. Muhammadiyah merupakan bagian tidak terpisahkan dari kekuatan nasional
yang sejak berdirinya tahun 1912 terlibat aktif dalam perjuangan politik
kebangsaan serta membangun bangsa melalui gerakan dakwah yang
berorientasi pada pembaruan serta mencerdaskan dan memajukan
kehidupan bangsa Indonesia.
5. Muhammadiyah melalui dakwah “amar ma’ruf nahi munkar” terus berkiprah
tidak kenal lelah dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya yang muaranya menjadikan Indonesia sebagai negara dan bangsa
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur yang dalam terminologi
keislaman ialah Indonesia yang Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur.
6. “Muhammadiyah sebagai kekuatan nasional sejak awal berdirinya pada tahun
1912 telah berjuang dalam pergerakan kemerdekaan dan melalui para
tokohnya terlibat aktif mendirikan Negara Republik Indonesia yang
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Setelah Indonesia merdeka, pada
berbagai periode pemerintahan hingga periode reformasi, pengabdian
Muhammadiyah terhadap bangsa dan negera terus berlanjut,”.
7. Khidmat kebangsaan Muhammadiyah ini didorong oleh keinginan yang kuat
agar Indonesia mampu melangkah ke depan sejalan dengan cita-cita
kemerdekaan. Inilah bukti bahwa Muhammadiyah ikut “berkeringat” di
dalam usaha-usaha memajukan kehidupan bangsa.
8. Muhammadiyah meyakini bahwa Indonesia dapat mencapai tujuan untuk
menjadi negara dan bangsa yang berkemajuan, yakni terciptanya kehidupan
kebangsaan yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat
sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
9. “Muhammadiyah memiliki komitmen dan tanggungjawab tinggi untuk
memajukan kehidupan bangsa dan negara sebagaimana dicita-citakan para
pendiri bangsa. Para tokoh Muhammadiyah sejak kelahirannya sampai saat
ini dalam kehidupan kebangsaan sangat besar perannya,”.
K. Daftar Pustaka

Abdul Munir Mulkhan, 1990. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah
dalam Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta, Bumi Aksara.
Abdul Munir Mulkhan, 2013. Marhaenis Muhammadiyah : Ajaran dan Pemikiran
Muhammadiyah. Yogyakarta, Galang Pres.
Abdul Munir Mulkhan, Duet Kiai Dahlan – Nyai walidah, makalah disusun dan
disampaikan dalam acara “Pertemuan Nasional Pimpinan ‘Aisyiyah se- Indonesia tanggal
14-16 Mei 2004 di Hotel Matahari Yogyakarta dalam Topik “Muhammadiyah dalam
Gerakan Perempuan (Tinjauan Sosio- historis)” pada sesi tanggal 15 Mei 2004.
Daftar Pustaka

Siti Ruhaini Dzuhayatin, 2011. Rezim Gender Muhammadiyah : Kontekstasi Identitas


dan Kepentingan Eksistensi. Yogyakarta. Sekolah Pasca Sarjana UGM.
Abdul Munir Mulkhan, Pokok pikiran penyebaran virus dakwah kultural kecakapan hidup
berbasis jutaan pengguna jasa AUM, makalah disusun dan disampaikan dalam
semiloka “Revitalisasi Dakwah Kultural Menuju Masyarakat Islam sebenarnya” untuk
topik “Pendidikan dan Budaya dalam perspektif Muhammadiyah”, yang diselenggarakan
oleh Lembaga Kebudayaan UM Malang bekerjasama PP LSBO, 5-6 Juni 2015 di UM
Malang.
www.suaramuhammdiyah.id
Terimakasih
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai