di Indonesia
1. Apa yang dipelopori KH. Ahmad Dahlan lebih dari 1 Abad yang lalu, kini sudah
menjadi tradisi sosio-ritual pemeluk Islam negeri ini.
2. Namun beberapa aktivis Muhammadiyah ‘merasa’ terancam ketika ada yang
meniru apa yang dilakukan Muhammadiyah.
3. Persoalannya apakah AUM mampu bermetamorfosis.
G. Gerakan Budaya Dakwah Luar Ruang
Perlu pembelajaran model baru yang lebih bermutu, produktif, dan spiritual.
(Makrifat : Lihat Keputusan Muktamar Yogyakarta 2010).
I. Reposisi Perempuan sebagai
simbol modernitas
1. Reposisi perempuan dan gerakkan kesetaraan gender bisa mati
ditengah jalan jika tanpa kearifan kemanusiaan.
2. Aisyah, menjadi komandan perang setelah nabi wafat.
3. Muhammadiyah menetapkan kebijakan advokatif memasukan
perempuan dalam tiap jenjang kepemimpinan:
a. Melalui Muktamar, Musywil, Musyda, Musycab, Musyran.
b. Melalui penunjukan anggota pleno tambahan oleh anggota
pleno terpilih dengan mempertimbangkan hasil pemilihan
langsung tersebut.
4 Tipe Kategorisasi Warga
Muhammadiyah (Prof. Munir Mulkhan)
1. Al-Ikhlas : Tipe anggota Muhammadiyah yang pola pikir dan tradisi hidupnya pola ideal
Muhammadiyah, mengikuti fatwa tarjih.
2. Kiai Dahlan : Merupakan tipe al-Ikhlas yang lebih toleran karena mencoba membangun
hubungan dengan warga masyarakat yg lebih luas
3. Munu : Warga Muhammadiyah yang pola pikir dan organisasinya Muhammadiyah, tetapi
tradisi kehidupannya NU.
4. Marmud : Marhaenis Muhammadiyah, warga Muhammadiyah yang pola pikir dan
organisasinya Muhammadiyah tapi tradisi kehidupannya dalam tradisi abangan.
J. Duet KH. Ahmad Dahlan
dan Nyai Walidah
1. Jauh sebelum isu kesetaraan gender atau feminisme berkembang, KH. Ahmad
Dahlan sudah melakukannya.
2. Kini kaum kaum wanita telah berada ditengah pusaran peradaban modern
dan global dengan segala dampak kebudayaan yang hampir2 tidak
terbendung.
3. Perlu penafsiran baru seperti yang pernah dilakukan KH. Ahmad Dahlan dan
Siti Walidah. Namun harus bersedia menerima cemoohan seperti yang dulu
dialami oleh mereka berdua.
Catatan Penutup
(Prof. DR. H. Haedar Nashir, MSI)
1. Indonesia diperjuangkan dan dibangun oleh seluruh komponen atau
kekuatan nasional sejak zaman perjuangan kemerdekaan sampai setelah
merdeka tahun 1945.
2. Sesuai dengan posisi dan perannya semua komponen nasional begerak
memperjuangkan Indonesia bebas dari penjajahan serta setelah itu
membangun menjadi negara dan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri bangsa dalam
wujud cita-cita nasional.
3. “Tidak ada pihak yang paling berjasa dalam perjuangan dan pembangunan
Indonesia, semuanya memainkan perannya yang konstruktif. Ketika berdiri
dalam posisi kritis tehadap pemerintah pun sebenarnya merupakan bagian
dari kiprah kebangsaan agar negara dan bangsa Indonesia tetap luruh di jalan
perjuangannya yang benar sesuai konstitusi dan spirit nasional yang
diletakkan oleh para pendiri bangsa,”.
4. Muhammadiyah merupakan bagian tidak terpisahkan dari kekuatan nasional
yang sejak berdirinya tahun 1912 terlibat aktif dalam perjuangan politik
kebangsaan serta membangun bangsa melalui gerakan dakwah yang
berorientasi pada pembaruan serta mencerdaskan dan memajukan
kehidupan bangsa Indonesia.
5. Muhammadiyah melalui dakwah “amar ma’ruf nahi munkar” terus berkiprah
tidak kenal lelah dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya yang muaranya menjadikan Indonesia sebagai negara dan bangsa
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur yang dalam terminologi
keislaman ialah Indonesia yang Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur.
6. “Muhammadiyah sebagai kekuatan nasional sejak awal berdirinya pada tahun
1912 telah berjuang dalam pergerakan kemerdekaan dan melalui para
tokohnya terlibat aktif mendirikan Negara Republik Indonesia yang
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Setelah Indonesia merdeka, pada
berbagai periode pemerintahan hingga periode reformasi, pengabdian
Muhammadiyah terhadap bangsa dan negera terus berlanjut,”.
7. Khidmat kebangsaan Muhammadiyah ini didorong oleh keinginan yang kuat
agar Indonesia mampu melangkah ke depan sejalan dengan cita-cita
kemerdekaan. Inilah bukti bahwa Muhammadiyah ikut “berkeringat” di
dalam usaha-usaha memajukan kehidupan bangsa.
8. Muhammadiyah meyakini bahwa Indonesia dapat mencapai tujuan untuk
menjadi negara dan bangsa yang berkemajuan, yakni terciptanya kehidupan
kebangsaan yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat
sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
9. “Muhammadiyah memiliki komitmen dan tanggungjawab tinggi untuk
memajukan kehidupan bangsa dan negara sebagaimana dicita-citakan para
pendiri bangsa. Para tokoh Muhammadiyah sejak kelahirannya sampai saat
ini dalam kehidupan kebangsaan sangat besar perannya,”.
K. Daftar Pustaka
Abdul Munir Mulkhan, 1990. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah
dalam Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta, Bumi Aksara.
Abdul Munir Mulkhan, 2013. Marhaenis Muhammadiyah : Ajaran dan Pemikiran
Muhammadiyah. Yogyakarta, Galang Pres.
Abdul Munir Mulkhan, Duet Kiai Dahlan – Nyai walidah, makalah disusun dan
disampaikan dalam acara “Pertemuan Nasional Pimpinan ‘Aisyiyah se- Indonesia tanggal
14-16 Mei 2004 di Hotel Matahari Yogyakarta dalam Topik “Muhammadiyah dalam
Gerakan Perempuan (Tinjauan Sosio- historis)” pada sesi tanggal 15 Mei 2004.
Daftar Pustaka