Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

IDEOLOGI MUHAMMADIYAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan II

Dosen Pengampu: Alfadl Habibie, M.Ag.

Disusun oleh:

Kelompok 1 (BK 3B)

Abdul Manan C2086201037

Annisa Rahmawati C2086201098

Delvira Nur Anbiya C2086201010

Helena Rahmadiani Putri C2086201036

Nabila Azahra C2086201084

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas segala limpahan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya Kami dapat
menyelesaikan tugas Tuhan Yang Maha Esa untuk membimbing umat menjadi
manusia yang berguna bagi Agama, nusa, dan bangsa. Makalah yang berjudul
Ideologi Muhammadiyah ini kami susun untuk memenuhi tugas Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan II. Tentunya tak makalah ini tepat pada waktunya. Semoga
segala kebaikan dan rezeki tetap tercurah kepada nabi dan keluarga karena mereka
yang telah membantu menyampaikan risalah lupa kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya tugas ini.

Tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan Yang Maha Esa.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
meskipun Kami telah sangat berusaha dengan mengerahkan segala kemampuan
agar teliti dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Tetapi kami masih merasakan
bahwa masih banyak kekurangan dalam pengerjaan makalah ini. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi bisa menjadi lebih baik
kedepannya dan dapat berintropeksi dimana kesalahan yang kami buat. Semoga
apa yang kami kerjakan tidak sia-sia dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, Terimakasih.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 4

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 6

1.1 Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah ............................................. 6

1.2 Siapa saja Pendiri Muhammadiyah............................................................ 8

1.3 Faktor Yang Melatar Belakangi Berdirinya Muhammadiyah .................. 10

1.4 visi dan misi muhammadiyah ................................................................... 13

ii
iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di
Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad
Shalalaallaahu ‘alaihi wa sallam, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal
sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu
‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman
Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzhulhijjah 1330 H/18 November 1912 M oleh
seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan Kiyai
Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta
sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam
pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan pebuh dengan amalan-amalan
yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali
kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur’an dan Hadits.
Muhammadiyah juga merupakan salah satu organisasi yang begerak dalam
bidang dakwah, pendidikan, sosial, dan juga agama yang sangat aktif
menyiarkan agama Islam melalui pendidikan, termasuk madrasah dan sekolah
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Muhammadiyah memiliki
tujuan yang cerdas sehingga diantara anggota Muhammadiyah merelakan
rumahnya untuk disewa guna dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, kantor
dan lain sebagainya.
Berdasarkan latar belakang diatas kami ingin menggali lebih dalam
mengenai Muhammadiyah yang merupakan satu-satunya organisasi islam
yang modern tanpa mengesampingkan ajaran islam itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Muhammadiyah?
2. Siapa saja pendiri Muhammadiyah?
3. Apa saja faktor-fakor yang melatar belakangi berdirinya organisasi
Muhammadiyah?
4. Apa visi dan misi Muhammadiyah?

4
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Muhammadiyah
2. Untuk mengatahui faktor-faktor yang melatar belakangi berdirinya
organisasi Muhammadiyah
3. Untuk mengetahui visi dan misi Muhammadiyah
4. Untuk mengetahui siapa saja pendiri Muhammadiya

5
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad,
karena berasal dari kata Muhammad, sedangkan secara terminologi berarti
gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber pada
al-Qur’an dan as-Sunnah. Berkaitan dengan latar belakang berdirinya
Muhammadiyah secara garis besar faktor penyebabnya adalah pertama, faktor
subyektif adalah hasil pendalaman KH. Ahmad Dahlan terhadap al-Qur’an
dalam menelaah, membahas dan mengkaji kandungan isinya. Kedua, faktor
obyektif di mana dapat dilihat secara internal dan eksternal. Secara internal
ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya al-Qur’an dan as-
Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagiab besar umat Islam
Indonesia.
Keinginan dari Kiyai Haji Akhmad Dahlan untuk mendirikan organisasi
yang dapat dijadikan sebagai alat perjuangan dan da’wah untuk nenegakan
amar ma’ruf nahyi munkar yang bersumber pada Al-Qur’an, surat Al-
Imron:104 dan surat Al-ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis
untuk mewujudkan gerakan tauhid.
Ketidak murnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam
Indonesia, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi
lokal nusantara dalam awal bermuatan faham animisme dan dinamisme.
Sehingga dalam prakteknya umat islam di indonesia memperlihatkan hal-hal
yang bertentangan dengan prinsif-prinsif ajaran islam, terutama yang
berhubuaan dengan prinsif akidah islam yag menolak segala bentuk
kemusyrikan, taqlid, bid’ah, dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi
pilihan mutlak bagi umat islamm Indonesia.
Keterbelakangan umat islam indonesia dalam segi kehidupan menjadi
sumber keprihatinan untuk mencarikan solusi agar dapat keluar menjadi
keterbelakangan. Keterbelakangan umat islam dalam dunia pendidikan
menjadi sumber utama keterbelakangan dalam peradaban. Pesantren tidak bisa
selamanya dianggap menjadi sumber lahirnya generasi baru muda islam yang

6
berpikir moderen. Kesejarteraan umat islam akan tetap berada dibawah garis
kemiskinan jika kebodohan masih melengkupi umat islam indonesia.
Maraknya kristenisasi di indonesia sebegai efek domino dari imperalisme
Eropa ke dunia timur yang mayoritas beragama islam. Proyek kristenisasi satu
paket dengan proyek imperialalisme dan modernisasi bangsa Eropa, selain
keinginan untuk memperluas daerah koloni untuk memasarkan produk-produk
hasil refolusi industeri yang melada erofa.
Imperialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para
penginjil untuk menyampaikan ’ajaran jesus’ untuk menyapa umat manusia
diseluruh dunia untuk ’mengikuti’ ajaran jesus. Tetapi juga membawa angin
modernisasi yang sedang melanda erofa. Modernisasi yang terhembus melalui
model pendidikan barat (belanda) di indonesia mengusung paham-paham yang
melahirkan moernisasi erofa, seperti sekularisme, individualisme, liberalisme
dan rasionalisme. Jika penetrasi itu tidak dihentikan maka akan terlahir
generasi baru islam yang rasional tetapi liberal dan sekuler.
Pada saat Ahmad Dahlan melontarkan gagasan pendirian Muhammadiyah,
ia mendapat tantangan bahkan fitnahan, tuduhan dan hasutan baik dari
keluarga dekat maupun dari masyarakat sekitarnya. Ia dituduh hendak
mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya
kiai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen dan
macam-macam tuduhan lain. Bahkan ada pula orang yang hendak
membunuhnya. Namun rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan
sabar. Keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan
pembaharuan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut. 1)
Atas jasa-jasa KH Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini
melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik
Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan
Presiden no. 657 tahun 1961. Penetapannya sebagai Pahlawan Nasional
didasarkan pada empat pokok penting yakni: Pertama, KH Ahmad Dahlan
telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya
sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.

7
Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak
memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang
menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan ummat,
dengan dasar iman dan Islam. Ketiga, dengan organisasinya, Muhammadiyah
telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan
bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam. Keempat,
dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah
mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan.
Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta
pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya adalah Islam dan
kebangsaan Indonesia. Sifat organisasi Muhammadiyah bergerak di bidang
keagamaan, pendidikan, dan sosial budaya yang menjurus kepada tercapainya
kebahagian lahir dan batin. Maksud atau latar belakang berdirinya
Muhammadiyah dalam anggaran dasar disebutkan untuk menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.
Tujuan Berdirinya Muhammadiyah - Tujuan pokok yang tercantum dalam
anggaran dasar tersebut dapat dijabarkan lagi menjadi tujuan yang bersifat
operasional antara lain sebagai berikut :
- Pengembalian ajaran Islam pada ajaran murni menurut Al-Qur'an dan
hadist.
- Peningkatan pendidikan dan pengajaran yang berlandaskan agama Islam.
- Pendorong umat Islam untuk hidup selaras dengan ajaran agama Islam.
- Pembinaan dan penyiapan generasi muda agar kelak dapat menjadi
pemimpin masyarakat, agama, dan bangsa yang adil dan makmur.
- Berusaha meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya
dan umat Islam pada khususnya
- Ikut menyantuni anak-anak yatim piatu.
1.2 Siapa saja Pendiri Muhammadiyah
Ahmad Dahlan (bernama kecil Muhammad Darwisy), adalah pelopor dan
bapak pembaharuan Islam. Kyai Haji kelahiran Yogyakarta, 1 Agustus 1868,
inilah yang mendirikan organisasi Muhammadiyah pada 18 November 1912.

8
Pahlawan Nasional Indonesia ini wafat pada usia 54 tahun di Yogyakarta, 23
Februari 1923. Ia anak keempat dari tujuh orang bersaudara, lima saudaranya
perempuan dan dua lelaki yakni ia sendiri dan adik bungsunya. Dalam silsilah,
ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang
wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo, yang merupakan
pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa.
Silsilahnya lengkapnya ialah Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan) bin
KH Abu Bakar bin KH Muhammad Sulaiman bin Kiyai Murtadla bin Kiyai
Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru
Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom) bin Maulana
Muhammad Fadlul’llah (Prapen) bin Maulana ‘Ainul Yaqin bin Maulana
Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim
Sejak kecil Muhammad Darwisy diasuh dalam lingkungan pesantren, yang
membekalinya pengetahuan agama dan bahasa Arab. Pada usia 15 tahun
(1883), ia sudah menunaikan ibadah haji, yang kemudian dilanjutkan dengan
menuntut ilmu agama dan bahasa arab di Makkah selama lima tahun. Ia pun
semakin intens berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam
dunia Islam, seperti Muhammad Abduh, al-Afghani, Rasyid Ridha, dan ibn
Taimiyah. Interaksi dengan tokoh-tokoh Islam pembaharu itu sangat
berpengaruh pada semangat, jiwa dan pemikiran Darwisy.
Diasuh di Lingkungan Pesantren Muhammad Darwisy lahir dari keluarga
ulama dan pelopor penyebaran dan pengembangan Islam di tanah air.
Ayahnya, KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di
Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta, dan ibunya, Nyai Abu Bakar adalah
puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta
pada masa itu.
Setelah lima tahun belajar di Makkah, pada tahun 1888, saat berusia 20
tahun, Darwisy kembali ke kampungnya. Ia pun berganti nama menjadi
Ahmad Dahlan. Lalu, ia pun diangkat menjadi khatib amin di lingkungan
Kesultanan Yogyakarta.
Pada tahun 1902, ia menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya,
sekaligus dilanjutkan dengan memperdalam ilmu agama kepada beberapa guru

9
di Makkah hingga tahun 1904. Sepulang dari Makkah, ia menikah dengan Siti
Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil. Siti Walidah,
kemudian lebih dikenal dengan nama Nyai Ahmad Dahlan, seorang
Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Pasangan ini mendapat enam
orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti
Aisyah, Siti Zaharah
Di samping itu, KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah,
janda H. Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir
Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya
dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama
Dandanah. Beliau pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman.
1.3 Faktor Yang Melatar Belakangi Berdirinya Muhammadiyah
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada
perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang
berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para
tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam
menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga
mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan
amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung
makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya. Sebagai
dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti
asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.
Faktor Internal dan Eksternal Lahirnya Muhammadiyah
1. Faktor obyektif yang bersifat Internal
a. Kelemahan dan praktek ajaran Islam.
Kelemahan praktek ajaran agama Islam dapat dijelaskan melalui dua
bentuk
1) Tradisionalisme

10
Pemahaman dan praktek Islam tradisionalisme ini ditandai
dengan pengukuhan yang kuat terhadap khasanah intelektual Islam
masa lalu dan menutup kemungkinan untuk melakukan ijtihad dan
pembaharuan-pembaharuan dalam bidang agama. Paham dan
praktek agama seperti ini mempersulit agenda ummat untuk dapat
beradaptasi dengan perkembangan baru yang banyak datang dari
luar (barat). Tidak jarang, kegagalan dalam melakukan adaptasi itu
termanifestasikan dalam bentuk-bentuk sikap penolakan terhadap
perubahan dan kemudian berapologi terhadap kebenaran
tradisional yang telah menjadi pengalaman hidup selama ini.
2) Sinkretisme
Pertemuan Islam dengan budaya lokal disamping telah
memperkaya khasanah budaya Islam, pada sisi lainnya telah
melahirkan format-format sinkretik, percampuradukkan antara
sistem kepercayaan asli masyarakat-budaya setempat. Sebagai
proses budaya, percampuradukkan budaya ini tidak dapat dihindari,
namun kadang-kadang menimbulkan persoalan ketika
percampuradukkan itu menyimpang dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan dalam tinjauan aqidah Islam. Orang Jawa
misalnya, meski secara formal mengaku sebagai muslim, namun
kepercayaan terhadap agama asli mereka yang animistis tidak
berubah. Kepercayaan terhadap roh-roh halus, pemujaan arwah
nenek moyang, takut pada yang angker, kuwalat dan sebagainya
menyertai kepercayaan orang Jawa. Islam, Hindu, Budha dan
animisme hadir secara bersama-sama dalam sistem kepercayaan
mereka, yang dalam aqidah Islam banyak yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan secara Tauhid.
b. Kelemahan Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan tradisional Islam, Pesantren, merupakan
sistem pendidikan Islam yang khas Indonesia. Transformasi nilai-nilai
keIslaman ke dalam pemahaman dan kesadaran umat secara
institusional sangat berhutang budi pada lembaga ini. Namun terdapat

11
kelemahan dalam sistem pendidikan Pesantren yang menjadi kendala
untuk mempersiapkan kader-kader umat Islam yang dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan zaman. Salah satu kelemahan itu terletak
pada materi pelajaran yang hanya mengajarkan pelajaran agama,
seperti Bahasa Arab, Tafsir, Hadist, Ilmu Kalam, Tasawwuf dan ilmu
falak. Pesanteren tidak mengajarkan materi-materi pendidikan umum
seperti ilmu hitung, biologi, kimia, fisika, ekonomi dan lain
sebagainya, yang justru sangat diperlukan bagi umat Islam untuk
memahami perkembangan zaman dan dalam rangka menunaikan tugas
sebagai khalifah di muka bumi ini. Ketiadaan lembaga pendidikan
yang mengajarkan kedua materi inilah yang menjadi salah satu latar
belakang dan sebab kenapa KH. Ahmad Dahlan mendirikan
Muhammadiyah, yakni untuk melayani kebutuhan umat terhadap ilmu
pengetahuan yang seimbang antara ilmu agama dan ilmu duniawi.
2. Faktor Objektif yang Bersifat Eksternal
a. Kristenisasi
Faktor objektif yang bersifat eksternal yang paling banyak
mempengaruhi kelahiran Muhammadiyah adalah kristenisasi, yakni
kegiatan-kegiatan yang terprogram dan sistematis untuk mengubah
agama penduduk asli, baik yang muslim maupun bukan, menjadi
kristen. Kristenisasi ini mendapatkan peluang bahkan didukung
sepenuhnya oleh pemerintah Kolonialisme Belanda. Missi Kristen,
baik Katolik maupun Protestan di Indonesia, memiliki dasar hukum
yang kuat dalam Konstitusi Belanda. Bahkan kegiatan-kegiatan
kristenisasi ini didukung dan dibantu oleh dana-dana negara Belanda.
Efektifitas penyebaran agama Kristen inilah yang terutama
mengguggah KH. Ahmad Dahlan untuk membentengi ummat Islam
dari pemurtadan.
b. Kolonialisme Belanda
Penjajahan Belanda telah membawa pengaruh yang sangat buruk
bagi perkembangan Islam di wilayah nusantara ini, baik secara sosial,
politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ditambah dengan praktek

12
politik Islam Pemerintah Hindia Belanda yang secara sadar dan
terencana ingin menjinakkan kekuatan Islam, semakin menyadarkan
umat Islam untuk melakukan perlawanan. Menyikapi hal ini, KH.
Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhammadiyah berupaya
melakukan perlawanan terhadap kekuatan penjajahan melalui
pendekatan kultural, terutama upaya meningkatkan kualitas sumber
daya manusia melalui jalur pendidikan.
c. Gerakan Pembaharuan Timur Tengah
Gerakan Muhammadiyah di Indonesia pada dasarnya merupakan
salah satu mata rantai dari sejarah panjang gerakan pembaharuan yang
dipelopori oleh Ibnu Taymiyah, Ibnu Qayyim, Muhammad bin Abdul
Wahhab, Jamaluddin al-Afgani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan
lain sebagainya. Persentuhan itu terutama diperolah melalui tulisan-
tulisan Jamaluddin al-Afgani yang dimuat dalam majalah al-Urwatul
Wutsqa yang dibaca oleh KH. Ahmad Dahlan. Tulisan-tulisan yang
membawa angin segar pembaharuan itu, ternyata sangat
mempengaruhi KH. Ahmad Dahlan, dan merealisasikan gagasan-
gagasan pembaharuan ke dalam tindakan amal yang riil secara
terlembaga.
1.4 visi dan misi muhammadiyah
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar
ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung
tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut
seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat
dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan
dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi
gerakan tersebut Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan
Agama Islam menjadi rahmatan lil-’alamin dalam kehidupan di muka bumi
ini.
Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-
Qur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa

13
istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi
mungkar di segala bidang, sehingga menjadi rahmatan li al-‘alamin bagi umat,
bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya yang diridhai Allah Subhanahu wa taala dalam kehidupan di
dunia ini. Misi Muhammadiyah adalah:
1) Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah
Subhanahu wa taala yang dibawa oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak
Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
2) Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa
ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan
kehidupan yang bersifat duniawi.
3) Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai
kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
4) Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat. Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-39
Muhammadiyah Sumatera Barat tahun 2005 di Kota Sawahlunto
1.5 Gerakan Pembaruan Muhammadiyah
Untuk merealisasaikan ide pembaharuan dalam dunia pendidikan,
Muhammadiyah telah melakukan aktifitasnya dalam bentuk mendirikan
madrasah-madrasah dan pesantren dengan memasukkan kurikulum pendidikan
dan pengajaran ilmu pengetahuan umum dan modern, mendirikan sekolah-
sekolah umum dengan memasukkan kurikulum keislaman dan
kemuhammadiyahan. Lembaga pendidikan yang didirikan di atas dikelola
dalam bentuk amal usaha dengan penyelenggaranya dibentuk sebuah majelis
dengan nama Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, secara vertikal mulai
dari Pimpinan Pusat sampai ke tingkat Pimpinan Cabang. Majelis Dikdasmen
yang diserahi tugas sebagai penyelenggaran amal usaha di bidang
pendidikan,dalam melaksanakan program mengacu kepada Tanfidz
Keputusan Muktamar,Tanfidz Keputusan Musywil dan Tanfidz Keputusan
Musda. Agar penyelenggaraan pendidikan di lingkungan Muhammadiyah
mempunyai acuan dan aturan yang jelas, Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat

14
Muhammadiyah telah mentanfidzkan Keputusan Rapat Kerja Nasional Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah seluruh Indonesia.
Sebagai bagian dari persyarikatan Muhammadiyah, Majelis Dikdasmen
mempunyai tugas pokok adalah menyelenggarakan, membina, mengawasi dan
mengembangkan penyelenggaraan amal usaha di bidang pendidikan dasar dan
menengah. Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, majelis pendidikan dasar
dan menengah Muhammadiyah harus mengacu kepada visi, misi, asas dan
tujuan pendidikan Muhammadiyah. Amal usaha pendidikan yang dikelola dan
diselenggarakan oleh Majelis Dikdasmen tersebut adalah SD, MI, SMP, MTs,
SMA, SMK, MA dan Pondok Pesantren.
Terhadap sistem pondok pesantren, Muhammadiyah berusaha merubah
bentuk lama dengan memperkenalkan organisasi dan administrasi dan cara-
cara penyelenggaraaannya. Untuk maksud tersebut Muhammadiyah
mendirikan “Pondok Muhammadiyah” perguruan tingkat menengah pertama
di Yogyakarta yang memberikana pelajaran ilmu agama dan ilmu umum
bersama-sama. Pondok Muhammadiyah merupakan satu model pembaharuan
pendidikan Islam yang menggabungkan unsur-unsur lama (dengan tetap
mempertahankan Islam sebagai dasar) dan unsur-unsur baru (dengan
mencontoh sistem pendidikan Barat dalam pelaksanaannya). Dalam
perkembangan selanjutnya, pada tahun 1924, perguruan ini berubah menjadi
Kweekschool Muhammadiyah dan pecah menjadi dua bagian yaitu
Kweekschool Muhammadiyah Putri) yang kini dikenal dengan Madrasah
Muallimat Muhammadiyah) dan Kweekschool Muhammadiyah Putra ( yang
kini dikenal dengan Madrasah Muallimin Muhammadiyah).
Sedangkan mengenai bentuk yang kedua, seperti sekolah-sekolah yang
didirikan Belanda, Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah sejenis
dengan menambahkan mata pelajaran agama pada kurikulumnya. Untuk
maksud tersebut Muhammadiyah mendirikan HIS met the Quran, yang
kemudian berganti menjadi HIS Muhammadiyah. Muhammadiyah telah
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan di berbagai wilayah Hindia Belanda
di bawah naungan majlis pengajaran. Sekolah Dasar pertama didirikan tahun
1915 di lingkungan Kraton Yogyakarta. Sekolah tersebut menggunakan ruang

15
belajar berupa kelas, kurikulum modern dan seragam sekolah. Di sekolah ini
diberikan pendidikan agama Islam dan mata pelajaran lain seperti yang ada di
sekolah-sekolah pemerintah.
Oleh karena itu, karekteristik lembaga pendidikan modern
Muhammadiyah adalah HIS met the Quran atau dalam istilah lain disebut
“sekolah umum plus.” Sekolah ini merupakan embrio munculnya istilah
sekolah Islam (Islamic school) modern, sebuah istilah yang pada akhir abad
ke-20 sangat dikenal oleh masyarakat muslim Indonesia. HIS med the Quran
merupakan temuan penting dilihat dari perspektif integrasi sistem pendidikan
Islam tradisional dan sistem pendidikan Barat Modern. Konsep ini
mengandung arti sekolah sekuler – terutama yang berada di bawah payung
Muhammadiyah – mengadopsi sistem kelembagaan pendidikan Barat modern
termasuk isi pembelajarannya dengan menambahkan mata pelajaran keislaman
di dalamnya. Mengutip pernyataan Din Syamsuddin, model sekolah yang
ditawarkan Muhammadiyah menjadi alternatif bagi madrasah di satu sisi dan
sekolah sekuler di sisi lainnya. John Legge bahkan mengatakan bahwa model
model sekolah Muhammadiyah telah memainkan peranan penting dalam
konteks rekonsiliasi antara intelektual muslim dan cendikiawan Barat.
Dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah membangun secara masif
sekolah-sekolah umum plus, namun dalam jumlah terbatas Muhammadiyah
masih marasa perlu mempertahankan lembaga pendidikan Islam seperti
Madrasah Mu’alimin dan pesantren. Dari jumlah sekolah Muhammadiyah
yang pertumbuhannya semakin meningkat, Muhammadiyah menjadi sebuah
kekuatan yang sangat diperhitungkan dalam sistem pendidikan Nasional.

16
BAB III PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Ahmad Dahlan menimba ilmu di kota suci Mekkah dan karena
pendidikannya membentuk forum pertukaran untuk kembali kepada Al-
Qur'an dan Sunnah Rasulullah dalam arti Muhammadiyah yaitu pengikut
Nabi Muhammad Shalalaallahu ‘alaihi wa salam. Muhammadiyah adalah
salah satu organisai Islam besar di Indonesia. Sejak berdirinya
Muhammadiyah di desa Kauman, Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijah 1330
H, yang bertepatan pada tanggal 18 November 1912 M. dan tersebar hampir di
seluruh Indonesia, sehingga menjadi organisasi yang besar hingga saat ini,
Muhammadiyah tidak hanya berpartisipasi dalam dakwah, tetapi juga dalam
bidang pendidikan, sosial dan agama. Itu semua karena perjuangan Kyai
Haji Ahmad Dahlan.
1.2 Saran
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Idiologi Muhammadiyah”,
dari kelompok 1 kami menemukan masih banyak kesalahan, sehingga
makalah kami belum sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari atasan dan teman-teman.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Muhammad Khairul. 2016. "Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah".


https://www.academia.edu/30396848/Makalah_Latar_Belakang_Berdiriny
a_Muhammadiyah. ( Diakses pada tanggal 15 Oktober 2021 )

Sari, Ikap. 2014. "Latar Belakang Muhammadiyah"

http://digilib.unimed.ac.id/18358/3/6.%20NIM%203102121005%20BAB
%20I%20.pdf. ( Diakses pada tanggal 15 Oktober 2021)

Fikriyandi, L. (2021). Sejarah Muhammadiyah Dalam Bidang Pendidikan. Digital


Repository. http://digilib.unimed.ac.id/42905/

Rusyidi, R. (2016). PERAN MUHAMMADIYAH ( KONSEP PENDIDIKAN,


USAHA-USAHA DI BIDANG PENDIDIKAN, DAN TOKOH).
Tarbawwi, Vol 1, No 2.

http://ejournal.uinsuska.ac.id/index.php/potensia/article/viewFile/5269/312

Yusra, N. (Januari-juni, 2018). MUHAMMADIYAH: GERAKAN


PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM. POTENSIA: Jurnal
Kependidikan Islam, Vol. 4, No. 1.

https://journal.unismuh.ac.id/index.php/tarbawi/article/view/367

18

Anda mungkin juga menyukai