DISUSUN OLEH:
PUTRI LESTARIANA
ELISABETH JEANY JUANITA BOISALA
ZUMAFIKA NADILA FITRIANI
AKMAL HAZRIN
PROGRAM STUDI DIII STATISTIKA
INSTITUT TEKNOLOGI STATISTIKA DAN BISNIS
MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu. Tak lupa pula
somoga sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda agung Nabi Muhammad
SAW sebagai contoh yang baik dalam dunia pendidikan.
Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Drs. Muh. Nasihin selaku Dosen mata kuliah
Pendidikan Al-islam Kemuhammadiyahan II yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Latar Belakang Muhammadiyah Berdiri , kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………. 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………………………. 4
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………............. 5
C. TUJUAN PEMBAHASAN……………………………................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Intelektual dan relegiusitas K.H Ahmad Dahlan………………. 6
B. Realitas Sosio Agama di Indonesia ……………………………... 7
C. Realitas Sosio Agama di Indonesia ……………………………... 9
D. Realitas Politik Islam Hindia Belanda…………………………... 9
E. Proses Singkat Berdirinya Muhammadiyah …… ……………. 11
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN…………………………………………………………. 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………................... 13
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam konteks kesejarahan, berdirinya Muhammadiyah merupakan
t u n t u t a n d a n keharusan sejarah agar bangsa Indonesia memiliki jati diri dan daya
tawar yang tinggi dimata penjajah. Berdirinya Muhammadiyah sebenarnya
didorong oleh kegelisahan dankeprihatinan terhadap model dakw ah dan pola
pemikiran keagamaan konvens ional- tradisional saat itu.Dalam doktrin Islam
disebutkan : “kuntum khaira ummah”, namun kenyataan hampir seluruh bangsa yang
mayoritas penduduknya beragama Islam hidup dalam tekanan penjajah. Oleh karena itu,
KH. Ahmad Dahlan (nama kecil beliau Muhammad Darwis) merasa perlu mendirikan
Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H. Bertepatan dengan
18November 1912 M.Secara garis besar factor yang melatarbelakangi lahirnya
Muhammadiyah antara laindikarenakan:(1)Kondisi internal umat Islam, dan(2)Kondisi
eksternal umat Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana intelektual dan relegiusitas K.H Ahmad Dahlan ?
2. Bagaimana Realitas Sosio Agama di Indonesia ?
3. Bagaimana Realitas Sosio Pendidikan kala itu?
4. Bagaimana Realitas Politik Islam Hindia Belanda?
5. Bagai mana proses singkat berdirinya Muhammadiyah ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui intelektualitas dan relegiusitas KH Ahamd Dahlan
2. Mahasiswa bisa mengetahui Realitas Sosio Agama di Indonesia
3. Mahasiswa bisa mengetahui Realitas Sosio Pendidikan kala itu
4. Mahasiswa mampu memahami realitas politik islam hindia belanda
5. Mahasiswa mampu mengetahui sejarah singkat berdirinya Muhammadiyah
BAB II PEMBAHASAN
Pada ibadah hajinya yang kedua sebagai awal fase kedua dari perjalanan biografinya,
Ahmad Dahlan menemukan metodologi untuk memahami islam yang sebenarnya. Pada haji
yang kedua ini Ahmad Dahlan memasuki usia 34 tahun. Disamping bermaksud menunaikan
ibadah haji sebagai pelaksanaan rukun islam yang kelima untuk kedua kalinya, Ahmad
Dahlan juga bermaksud memperdalam islam lebih dalam lagi. Karena itu, untuk maksud
keduaini, setelah selesai menunaikan rukun islam yang kelima, ia memutuskan untuk
bermukim didaerah Mekah selama 20 tahun. Selama ditanah haram ini, Ahmad Dahlan
memperdalam studi islam tradisional kepada ulama termasyhur, baik kepada ulama
kelahiran Indonesia maupun ulama setempat yang telah menjadi syaikh di sana. Tokoh
perubahan kontemporer yang pernah diajak berdiskusi dengan beliau adalah Muhammad
Rasyid Ridha, seorang tokoh pembaharu islam ternama waktu itu. Ia bisa berdiskusi dengan
Ridha karena waktu itu sedang berada di Mekah. Pertemuan langka ini berkat jasa
keponakan Ahmad Dahlan sendiri yang sejak tahun 1890 menjadi mukminin di Mekah.
Kedua tokoh ini terlibat intensdalam mendiskusikan kondisi umat islam yang terpuruk
(Hadikusuma, t.th.:66; dan Tamimi, 1990: 6).
Diskusi secara intens yang dilakukan dengan tokoh-tokoh tersebut, baik langsung
maupun melalui karya-karya mereka, banyak memberikan wawasan keislaman Ahmad
Dahlan untuk menjawab kegelisahannya tentang praktek keislaman masyarakat muslim
Indonesia. Untuk mewujudkan obsesinya tentang masa depan islam Indonesia, Ahmad
Dahlan berpendapat perlunya rekontruksi menyeluruh atas masyarakat muslim Indonesia,
mulai etos kerja, keilmuan sampai metodologi pemahaman Islam yang tepat. Untuk
rekontruksi yang terakhir ini merupakan persoalan yang paling mendasar dan strategis untuk
diperbaiki oleh karena metodologi pemahaman islam mempunyai implikasi yang jauh
dalam perilaku keagamaan umat islam dalam menjawab tantangan modernitas. Model
pemahaman Ahmad Dahlan dalam memahami islam yang langsung merujuk kepada sumber
ajaran islam (Al- Qur’an dan Sunnah), merupakan metode yang masih asing; oleh karena itu
para ulama Indonesia pada waktu itu dalam memahami islam langsung merajuk kepada
kitab madzhab tertentu.
Berdasarkan kajian atas Al- Qur’an secara tematik dan telaahnya atas karya dan
tulisan pembaharu Islam kontemporer, Ahmad Dahlan berpendapat bahwa hakikat islam itu
adalah konsepsi hidup yang dalam bahasa Al- Qur’an disebut risalah Allah. Melalui risalah
itu, Allah memberikan pesan-pesan ilahiyah kepada manusia untuk dijadikan pedoman
dalam mempola hidup dan kehidupannya didunia ini sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
Risalah islam memberikan pedoman kepada manusia tentang cara beribadah kepada Allah
sepanjang hayat didunia ini. Itu sebabnya, tujuan Muhammadiyah didirikan, seperti yang
tertuang dalam anggaran dasar pada awal berdirinya, adalah mewujudkan dan
menggembirakan kehidupan sepanjang kemauan agama islam kepada lid-lid (anggota-
anggotanya).
Dalam pandangan Ahmad Dahlan, Islam sebagai agama maupun Islam sebagai tradisi
pemikiran yang terjadi di Indonesia boleh dikatakan macet total. Islam sebagai agama di
Indonesia menurut Ahmad Dahlan tidak mampu membawa dan mendorong umat Islam
Indonesia menjadi masyarakat yang dinamis, maju, dan modern. Padahal, bila dilacak dalam
sejarah, khususnya yang diperankan Rasulullah dan para salafiyûn, Islam mampu
mengantarkan umat Islam menuju masyarakat dengan peradaban kelas tinggi. Kemacetan
dalam tubuh umat Islam Indonesia terjadi tidak hanya pada Islam sebagai agama saja, tetapi
Islam sebagai tradisi pemikiran juga mengalami kemacetan.
Islam sebagai agama, ajaran-ajarannya banyak dipengaruhi oleh budaya lokal yang
sebelumnya memang telah berkembang di Indonesia. Banyak praktek-praktek keagamaan
yang tidak lagi didasarkan kepada sumber utama Islam, yakni Al-Qur'an dan Al-Sunnah Al-
Maqbûlah. Pola pemahaman keislaman umat Islam Indonesia hanya dibatasi pada madzhab
tertentu. Akibat dari kondisi-kondisi demikian, muncul pengamalan ajaran Islam yang bid’ah,
khurafat, dan takhayyul. Realitas Islam sebagai agama dan Islam sebagai tradisi pemikiran di
lndonesia yang mengalami kemacetan di atas ikut mempengaruhi latar belakang kelahiran
Muhammadiyah. Dalam rentang waktu 7 abad, dari abad XIII sampai akhir abad XIX, proses
masuk dan berkembangnya Islam dii Jawa mengalami dialog pergumulan budaya yang
panjang. Corak Islam yang murni tersebut mengalami akulturasi dengan kebudayaan Jawa
dan singkretisasi dengan kepercayaan pra-Islam atau Hindu. Tradisi Hindu tidak dikikis
habis, padahal dalam beberapa hal tradisi tersebut bertentangan dengan paham monoteisme
yang dibawa Islam.
2. Realitas Non-Muslim
Alwi Shihab dalam bukunya yang berjudul “membendung arus: Respon Gerakan
Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia” menjelaskan bahwa
perkembangan kegiatan misi kristen di Jawa merupakan faktor yang menentukan berdirinya
muhammadiyah, penetrasi kristen ini berawla ketika para penguasa kraton Yogyakarta, atas
desakan pemerintah kolonial Belanda, menyetujui pencbutan larangan penginjilan terhadap
masyarakat Jawa. sejak saat itu, Jawa, wilayah konsentrasi kebanyakan kaum Muslim ini
terbuka bagi kegiatan misionaris kristen. Penetrasi kristen yang lebih dalam lagi terjadi mulai
1850-an ke wilayah jawa tengah, yang menjadi dorongan kuat bagi lahirnya pendalaman
“kesadaran” kaum Muslim untuk melawan kegiatan-kegiatan misi ini.
Walaupun mayoritas masyarakat Jawa bukanlah Muslim yang dari varian santri,toh
mereka tetap merasa terkait erat dengan islam, oleh sebab itu, lahirnya organisasi yang
berorientasi islam, seperti sarekat islam dan Muhammadiyah, mendapat dukungan sangat
besar. Pada masa kegiatan kristen di Jawa tengah mencapai puncaknya, lahirlah
muhammadiyah.
Sikap belanda terhadap islam di Indonesia bersifat ambigu disatu pihak belanda
memandang islam sebagai agama yang harus diperlakukan secara netral. Sementara itu, di
pihak belanda dengan sadar menyudutkan islam dengan memperbesar kegiatan misi kristen
melalui bantuan finansial. Sebagai bukti yang lebih jelas siakp deskriminatif mereka terhadap
islam dan dukungan kepada kristen, belanda paada periode tersebut tanpa tedeng aling-aling
menyerang kepekaan keagamaan kaum Muslim dengan mengumumkan watak kristiani dari
kebijakan koloni. Pemerinyah kolonial belanda menyatakan secara terbuka bahwa pemerintah
hindia timur adalah representasi sebuah negara kristen.
Untuk memperkuat teori diatas, terdapat data yang memberikan beberapa petunjuk
tambahan disekitar motif-motif didirikan Muhammadiyah. Adapun yang paling penting
dalam hal ini adalah berbagai pernyataan dan tindakna Ahmad Dahlan di depan publik dalam
hubungannya dengan misi kristen ini. Penelusuran lebih dalam terhadap hal yang tampak dari
pernyataan Ahmad Dahlan tentang hal yang mesti dilakukan kaum Muslim, mengungkapkan
hal yang sangat mungkin menjadi ancaman aktual yang dihadapi kaun muslim pada masanya.
Salah asatu pernyataan, Ahmad Dahlan dalam memperingatkan kaum Muslimin bahwa jika
mereka tidak bertindak segera dan membiarkan situasi dewasa ini terus berlangsung tanap
melakukan tindakan apapun, maka situasinya akan makin memburuk dan hal ini tidak akan
bisa diperbaiki nantinya. Ahmad Dahlan berkta “..........meskipun islam tidak akan lenyap dari
mika bumi, kemungkinan islma lenyap di Indonesia tetap terbuka.” Pernyataan ini
mengesankan bahwa optimisme tentang kekuatan nilai-nilai islm di Jawa telah di goyang
keras oleh posisi misi kristen yang semakin kuat,
Ahmad Dahlan dikenal bersikap toleran terhadap para misionaris kristen dan
cenderung bersikap tidak bermusuhan dengan para penguasa kolonial belanda, hal itu tidak
dapat dijadikan alasan untuk menyatakan bahwa dia telah mengkompromikan dan “menjual”
prinsp-prinsipnya. Meskipun secara lahiriah dia tampak bertindak sangat lunak, dengan
alasan untuk melindungi keberadaan dan masa depan organissainya, pada dasarnya dia sangat
kukuh dalam pendiriannya menghadapi ancaman kristen terhadap islam. Ahmad Dahlan tidak
pernah lalai terhadap ancaman ini. Sepanjang hidupnya, dia telah melakukan usaha-usaha dan
banyak berkorban untuk menjamin komitmen Muhammadiyah terhadap tujuan diatas (Alwi
Shihab, 1998: 141-145).
Hindia-Belanda.
K.H. Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi Muhammadiyah mempunyai maksud
dan tujuan yang mulia dimana tertera dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Pasal satu
disebutkan : Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Berasaskan Islam dan Bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits. Sudah jelas bahwa
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang sudah pasti menjunjung dan menegakkan Islam
di Indonesia dengan pemikiran pembaharuanya dan modernisasinya yang bertujuan jelas
tercantum dalam anggaran dasarnya yang berbunyi : ”menegakkan dan menjujung tinggi
agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Muhammadiyah adalah salah satu gerakan pembaharuan Islam di Indonesia yang dimulai
pada permulaan abad ke 20, Muhammadiyah lahir dari pemikiran KH Ahmad Dahlan yang
waktu itu prihatin dengan keada uman islam pada kala itu, Ada beberapa faktor yang melatar
belakangi berdirinya Muhammadiyah di Indonesia diantaranya adalah Aspirasi K.H Ahmad
Dahlan, Realitas Sosial Agama di Indonesia, Realitas Sosial dan Pendidikan di Indonesia,
Realitas Politik Islam Hindia-Belanda. Bisa dilihat pula dari penjalasan di atas, bahwasanya
saat kita membahas sejarah sejarah Indonesia tidak lepas dari islam dan muhammadiyah.
Muhammadiyah dalam perkembanganya mengikuti peradaban zaman dan senantaiasa
berkembang dengan melihan kebutuhan sekitar tanpa mengkesampikang kaidah islam.
DAFTAR PUSTAKA
https://online.fliphtml5.com/itqip/aohh/#p=47
https://www.scribd.com/embeds/363921823/content?
start_page=1&view_mode=sgulung&access_key=key-fFexxf7MbzEfWu3HKwf
http://yunusprasetia10.blogspot.com/2014/10/realitas-sosio-agama-di-indonesia.html?m=1