Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH


Diajukan sebagai
Tugas Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan

Oleh :

- S U J I O N O NIM : 20224711436
- ULUL ROISYATUN NISA’ NIM : 20224711447
- AHMAD SETIA NIM : 2022470825

Dosen Pembimbing :

BP SUPRAPTO, Lc. M.Ag

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TULUNGAGUNG

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Tugas Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur atas kehadirat Alloh S.W.T. karena atas rahmat dan hidayah-Nya
lah saya dapat menyelesaikan Makalah “Sejarah Berdirinya Muhammadiyah”.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata
Kuliah “Al islam dan Kemuhammadiyahan” yaitu Bapak SUPRAPTO. Lc, M..Ag
dan pihak-pihak lain yang telah mendukung dalam kelancaran pembuatan
makalah ini.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Al islam dan Kemuhammadiyahan.
Kami menyadarari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan,
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan kemapuan saya dalam membuat
makalah ini, namun demikian saya berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi saya selaku penulis dan rekan – rekan yang membutuhkan. Akhir
kata saya berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang
bersifat membangun akan saya terima dengan senang hati.

Blitar, September 2022


Penulis

Tugas Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan


DAFTAR ISI

2
COVER ……………………….………………………..………………………..………………………...
KATA PENGANTAR ………………………..………………………..……………………………....
BAB I. PENDAHULUAN ………………………..………………………..…………………………
BAB II. LATAR BELAKANG ………………………..………………………..…………………….
BAB III. PEMBAHASAN ………………………..………………………..…………….…………..
1) PENGERTIAN MUHAMMADIYAH ……………………………………………….
2) PROFIL PENDIRI MUHAMMADIYAH …………………………………………
3) PROSES BERDIRINYA MUHAMMADIYAH ………………………..………….
4) PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH ………………………..…………………
BAB IV. VISI , MISI DAN TUJUAN MUHAMMADIYAH ………………………..…………
BAB V. PENUTUP………………………..………………………..…………………………….
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………….
B. SARAN…………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ………………………..………………………..………………………………..

Tugas Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan


BAB I. PENDAHULUAN

3
Muhammadiyah merupakan gerakan umat Islam yang lahir di Yogyakarta
pada tanggal 8 Djulhijah 1330 H, atau pada masa kepemimpinan KH Ahmad Dahlan
(1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan
seperti : Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah Pekalongan
sekarang. selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota
tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, KH Abdul Karim Amrullah membawa
Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang,
Agam.
Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah
menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian
Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada
tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia. Terdapat pula
organisasi Muhamammadiyah khusus wanita yang bernama Aisyiyah berdiri
tanggal 18 November 1912 M

Tugas Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan


BAB II. LATAR BELAKANG

4
Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama organisasi ini

diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sehingga Muhammadiyah juga

dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa

sallam. Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330

H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan

Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang

Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud,

beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak

mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.

Berdasarkan itu kami ingin menggali lebih dalam tentang Muhammadiyah yang satu-satunya menjadi

organisasi masa islam yang modern tanpa mengesampingkan ajaran islam itu sendiri.

Sejak awal, gerakan Muhammadiyah telah berkecimpung dalam bidang


sosial, terutama pendidikan. Sekolah yang pertama didirikan oleh Kyai Haji
AhmadDahlan pada tahun 1911 di Yogyakarta diselenggarakan dengan fasilitas
yang amat sederhana. Sekolah kecil ini akhirnya menjadi titik awal munculnya
organisasi secara formal pada tahun 1912 di bawah pimpinan Kyai Haji
AhmadDahlan.
Setelah resmi menjadi organisasi, Muhammadiyah terus berangsur-angsur
mengembangkan sayapnya melalui berbagai aktifitas sosial. Mulai dari pendidikan,
pelayanan masyarakat, kesehatan, dan lain-lain sehingga pada akhirnya aktifitas
dalam bidang sosial ini dapat menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan sosial
keagamaan yang memperoleh sukses besar.
Ditinjau dari aspek tertentu, berdirinya Muhammadiyah merupakan suatu
kemunculan gerakan iman, ilmu, dan amal sholih. Sebagai gerakan iman,
Muhammadiyah dapat dilihat kepeloporannya dalam usaha mengembalikan
paham agama kepada ajaran Tauhid murni tanpa dicampuri oleh unsur-unsur
bidah syirik, takhayul, dankhurafat. Dalam versi lain gerakan ini sering disebut
“gerakan purifakasi”.

5
Sedangkan indikasinya sebagai gerakan ilmu dapat dilihat pada
komitmennya terhadap persoalan pendidikan, di samping keberaniannya
mendobrak tradisi lama untuk membuka kembali pintu ijtihad yang telah
dinyatakan tertutup sejak Abad Pertengahan.

Tugas Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan


BAB III. PEMBAHASAN

6
1. Pengertian Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah gerakan Islam,sebuah organisasi Islam yang besar di


Indonesia bertujuan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, berasas Islam dan
bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Hadist. Nama organisasi ini diambil dari nama
Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang
– orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Muhammadiyah juga dikenal sebagai Persyarikatan Muhammadiyah sebuah
organisasi non – pemerintah. Gerakan Muhammadiyah bermaksud untuk
berta’faul (berpengharapan baik) dapat mencontoh dan meneladani jejak
perjuangan nabi Muhammad SAW, dalam rangka menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam semata-mata demi terwujudnya izzul Islam wal muslimin,
kejayaan Islam sebagai idealita dan kemuliaan hidup sebagai realita.

2. Profil Perdiri Muhammadiyah

Kyai Haji Ahmad Dahlan (1868-1923) Pendiri Muhammadiyah. KH Ahmad


Dahlan (bernama kecil Muhammad Darwisy), adalah pelopor dan bapak
pembaharuan Islam. Kyai Haji kelahiran Yogyakarta, 01 Agustus 1868, Beliau yang
mendirikan organisasi Muhammadiyah pada 18 November 1912. Pahlawan
Nasional Indonesia ini wafat pada usia 54 tahun di Yogyakarta, 23 Februari 1923.
Kyai Haji Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk
melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di Nusantara. Beliau ingin
mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut
tuntunan agama Islam.
Beliau ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut
tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Ia mendirikan Muhammadiyah bukan sebagai
organisasi politik tetapi sebagai organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan
yang bergerak di bidang pendidikan. Pada saat KH Ahmad Dahlan melontarkan
gagasan pendirian Muhammadiyah, beliau sering mendapat tantangan bahkan
fitnahan, tuduhan dan hasutan baik dari keluarga dekat maupun dari masyarakat

7
sekitarnya. Ia dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama
Islam yang sudah berkembang di masyarakat saat itu. Ada yang menuduhnya kiai
palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen dan macam-macam
tuduhan lain. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya.
Namun rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar. Keteguhan
hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tanah
air bisa mengatasi semua rintangan tersebut. Pertama, atas jasa-jasa Kyai Haji
Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan
Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya
sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden No. 657 tahun
1961Penetapannya sebagai Pahlawan Nasional didasarkan pada empat pokok
penting yakni:
1) Kyai Haji Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan umat Islam untuk
menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan
meningkatkan status pendidikan masyarakat saat itu.
2) Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak
memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang
menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat,
dengan dasar iman dan Islam.
3) Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial
dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan
bangsa Indonesia, dengan jiwa ajaran Islam.
4) Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah
mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan
yang lebih tinggi.

Diasuh di lingkungan pesantren Muhammad Darwisy lahir dari keluarga ulama


dan pelopor penyebaran dan pengembangan Islam ditanah air. Ayahnya, KH Abu
Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan
Yogyakarta massa itu, dan ibunya, Nyai Abu Bakar adalah puteri dari H. Ibrahim
8
yang juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta pada masa itu. Beliau anak
keempat dari tujuh orang bersaudara, lima saudaranya perempuan dan dua orang
lelaki yakni beliau sendiri dan adik bungsunya.
Dalam silsilah, beliau termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana
Malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali
Songo, yangmerupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan
Islam di Tanah Jawa (Kutojo dan Safwan, 1991).
Silsilah nasab lengkapnya ialah Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan) bin KH Abu
Bakar bin KH Muhammad Sulaiman bin Kiyai Murtadla bin Kiyai Ilyas bin Demang
Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman
Ki Ageng Gribig (Djatinom) bin Maulana Muhammad Fadlul'llah (Prapen) bin
Maulana 'Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim (Yunus Salam,
1968).
Sejak kecil Muhammad Darwisy diasuh dalam lingkungan pesantren yang
membekalinya pengetahuan agama dan bahasa Arab. Pada usia 15 tahun (1883)
beliau sudah menunaikan ibadah haji, yang kemudian dilanjutkan dengan
menuntut ilmu agama dan bahasa arab di Makkah selama lima tahun. Beliaupun
semakin intens berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia
Islam, seperti Muhammad Abduh, al-Afghani, Rasyid Ridha, dan ibnu Taimiyah.
Interaksi dengan tokoh-tokoh Islam pembaharu itu sangat berpengaruh
pada semangat, jiwa dan pemikiran Darwisy. Semangat, jiwa dan pemikiran itulah
kemudian diwujudkannya dengan menampilkan corak keagamaan yang sama
melalui Muhammadiyah.
Bertujuan untuk memperbaharui pemahaman keagamaan (ke-Islaman) di
sebagian besar dunia Islam saat itu yang masih bersifat ortodoks (kolot).
KH Ahmad Dahlan memandang sifat ortodoks itu akan menimbulkan kebekuan
ajaran Islam, serta stagnasi dan dekadensi (keterbelakangan) ummat Islam.
Maka, beliau memandang, pemahaman keagamaan yang statis itu harus diubah
dan diperbaharui, dengan gerakan pemurnian ajaran Islam dengan kembali
kepada al-Qur'an dan al-Al Hadist.
9
Setelah lima tahun belajar di Makkah, pada tahun 1888, saat berusia 20
tahun, Darwisy kembali ke kampungnya. Beliapun berganti nama menjadi Ahmad
Dahlan. Lalu, beliau pun diangkat menjadi khatib di lingkungan Kesultanan
Yogyakarta. Pada tahun 1902, beliau menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya,
sekaligus dilanjutkan dengan memperdalam ilmu agama kepada beberapa guru di
Makkah hingga tahun 1904. Sepulang dari Makkah, beliau menikah dengan Siti
Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil.
Siti Walidah, kemudian lebih dikenal dengan nama Nyai Ahmad Dahlan,
seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Pasangan ini mendapat enam
orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah,
SitiZaharah (Kutojo dan Safwan, 1991). 3 Di samping itu, Kyai Haji Ahmad Dahlan
pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. Beliau juga pernah
menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. Kyai Haji Ahmad Dahlan juga
mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Adjengan
Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau pernah pula menikah dengan
Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta (Yunus Salam, 1968: 9).

3. Proses Berdirinya Muhammadiyah

Mendirikan Muhammadiyah semangat, jiwa dan pemikiran pembaharu


dalam dunia Islam, yang diperoleh KH Ahmad Dahlan dari Syech Muhammad
Abduh al-Afghani, Syech Rasyid Ridha, Syech Ibnu Taimiyah dan lain-lain .
KH Ahmad Dahlan memandang sifat ortodoks Islamdi kalangan masyarakat
Indonesia saat itu akan menimbulkan kebekuan ajaran Islam, serta stagnasi dan
dekadensi (keterbelakangan) ummat Islam. Maka, beliau memandang, pemahaman
keagamaan yang statis itu harus diubah dan diperbaharui, dengan gerakan
pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur'an dan al-Hadits
KH Ahmad Dahlan sendiri sadar bahwa semangat pembaharuannya tidak
akan serta-merta dapat dipahami dan diterima keluarga dan masyarakat
sekitarnya. Tidak mudah melakukan pemharuan pada suatu sifat ortodoks yang

10
sudah membeku. Maka, entah terkait atau tidak, ada sebuah nasehat yang
ditulisnya dalam bahasa Arab untuk dirinya sendiri. Bunyinya demikian: "Wahai
Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar dan peristiwa-peristiwa yang akan
mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau lewati. Mungkin engkau mampu
melewatinya dengan selamat, tetapi mungkin juga engkau akan binasa karenanya.
Wahai Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah engkau berada seorang diri
bersama Allah, sedangkan engkau menghadapi kematian, pengadilan, hisab, surga,
dan neraka. Dan dari sekalian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat
kepadamu, dan tinggalkanlah lainnya (diterjemahkan oleh Djarnawi Hadikusumo).
Dalam artikelriwayat Ahmad Dahlan di situs resmi Parsyarikatan
Muhammadiyah(muhammadiyah.or.id), pesan ini disebut menyiratkan sebuah
semangat yang besar tentang kehidupan akhirat. Dan untuk mencapai kehidupan
akhirat yang baik, maka Dahlan berpikir bahwa setiap orang harus mencari bekal
untuk kehidupan akhirat itu dengan memperbanyak ibadah, amal saleh,
menyiarkan dan membela agama Allah, serta memimpin ummat ke jalan yang
benar dan membimbing mereka pada amal dan perjuangan menegakkan kalimah
Allah.
Dengan demikian, untuk mencari bekal mencapai kehidupan akhiratyang
baik harus mempunyai kesadaran kolektif, artinya bahwa upaya-upaya tersebut
harus diserukan (dakwah) kepada seluruh ummat manusia melalui upaya-upaya
yang sistematis dan kolektif. Dijelaskan dalam artikel itu, kesadaran seperti itulah
yang menyebabkan Dahlan sangat merasakan kemunduran ummat Islam ditanah
air. Hal ini merisaukan hatinya. Ia merasa bertanggung jawab untuk
membangunkan, menggerakkan dan memajukan mereka.
KH Ahmad Dahlan sadar bahwa kewajiban itu tidak mungkin dilaksanakan
seorang diri, tetapi harus dilaksanakan oleh beberapa orang yang diatur secara
seksama. Kerjasama antara beberapa orang itu tidak mungkin tanpa organisasi.
Perkumpulan, parsyarikatan dan gerakan dakwah : Muhammadiyah.
KH Ahmad Dahlan pun memilih strategi yang amat baik dengan lebih dahulu
membina angkatan muda untuk turut bersama-sama melaksanakan upaya dakwah
11
tersebut, sekaligus meneruskan cita-citanya memajukan bangsa ini. Apalagi ia
berkesempatan mengakselerasi dan memperluas gagasannya tentang gerakan
dakwah Muhammadiyah itu dengan mendidik para calon pamong praja (calon
pejabat) yang belajar di OSVIA Magelang dan para calon guru yang belajar di
Kweek school Jetis Yogyakarta.
Karena, ia sendiri diizinkan oleh pemerintah kolonial untukmengajarkan
agama Islam di kedua sekolah tersebut. Tentu saja para calon pamong praja
tersebut dapat diharapkan mengaselerasi dan memperluas gagasannya tersebut,
karena mereka akan menjadi orang yang mempunyai pengaruh luas di tengah
masyarakat.
Begitu pula para calon guru akan segera mempercepat proses transformasi ide
tentang gerakan dakwah Muhammadiyah kepada murid-muridnya.
Guna mengintensifkannya, Dahlan pun mendirikan sekolah guru yang
kemudian dikenal dengan Madrasah Mu'allimin (Kweekschool Muhammadiyah)
dan Madrasah Mu'allimat (Kweekschool Istri Muhammadiyah). Di sekolah ini, KH
Ahmad Dahlan mengajarkan agama Islam dan menyebarkan cita-cita
pembaharuannya. KH Ahmad Dahlan dikenal sebagai seorang yang aktif dalam
kegiatan bermasyarakat. Dengan gagasan-gagasan cemerlang dan kegiatan
kemasyarakatannya.
KH Ahmad Dahlan juga dengan mudah diterima dan dihormati di tengah
kalangan masyarakat. Termasuk dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi
Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam, dan Comite Pembela Kanjeng
NabiMuhammad SAW. Pada tahun 1912, tepatnya tanggal 18 Nopember1912, KH
Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan
cita-cita pembaharuan Islam. Beliau punya visi untuk melakukan suatu
pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam.
Beliau ingin mengajak ummat IslamIndonesia untuk kembali hidup menurut
tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Berbagai tantangan beliau hadapi sehubungan
dengan gagasan pendirian Muhammadiyah itu. Bahkan beliau pernah dituduh
hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Kiai palsu. Sampai
12
ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun rintangan-rintangan tersebut
dihadapinya dengan sabar. KH Ahmad Dahlan teguh pada pendiriannya.
Pada tanggal 20 Desember 1912, beliau mengajukan permohonan kepada
Gubenur Jenderal Hindia Belanda. Surat tersebut berisi agar persyarikatan
mempunyai izin resmi dan di akui sebagai badan hukum dengan wilayah se-Jawa –
Madura. Surat tersebut juga dilampiri rancangan statuen atau anggaran dasarnya.
Namun, pemerintah Hindia Belanda sangat berhati-hati menanggapinya. Oleh
karena itu, Gubernur Jenderal lalu mengirim surat permintaan pertimbangan
kepada empat pejabat: Direktur Van Justite, Adviseur Voor Indlandsche Zaken,
Residen Yogyakarta dan Sri Sultan Hamengkubuwono VI.
Surat untuk Sri Sultan dari Residen Yogkarta diteruskan kepada Rijksbestuurder
(Pepatih Dalem Sri Sultan). Oleh karena surat tersebut mengenai urusan agama
maka diteruskan kepada Hoofd Penghulu, waktu itu Penghulu di jabat H.
Muhammad Khalil Kamaludiningrat.
Residen Yogyakarta Liefrinck pada 21 April 1913 menyurati Gubernur Jenderal
bahwa Ia menyetujui permohonan Muhammadiyah. Namun dengan catatan kata
“Jawa dan Madura” diganti dengan “Residentie Yogyakarta”, daerah kelahirannya.
Gubernur Jenderal Idenburg meminta HoodbestuurMuhammadiyah untuk
mengubah kata-kata “Jawa dan Madura” menjadi Residentie Yogyakarta. Tertera
dalam statuen artikel 2, 4 dan 7.
Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan
Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Tampaknya Pemerintah Hindia
Belanda ada kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Sehingga izin itu
hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di
daerah Yogyakarta.
Namun, walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti
Srandakan, Wonosari, dan Imogiri dan lain-lain tempat telah berdiri cabang
Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia
Belanda. Untuk mengatasinya, maka Kyai Haji Ahmad Dahlan menyiasatinya
dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai
13
nama lain. misalnya Nurul Islam di Pekalongan, di Ujung Pandang dengan nama Al-
Munir, di Garut dengan nama Ahmadiyah. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan
Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) .
Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri beliau menganjurkan adanya jama'ah
dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan
Islam. Perkumpulan-perkumpulan dan Jama'ah-jama'ahini mendapat bimbingan
dari Muhammadiyah, yang di antaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin,
Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam,
Thaharatul Qulub,Thaharatul-Aba, Ta'awanu alal birri, Ta'ruf bima kan,u wal-
Fajri,Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi (Kutojo dan Safwan,
1991: 33).

4. Perkembangan Muhammadiyah

Gagasan pembaharuan Islam, Muhammadiyah disebarluaskan oleh KH


Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, di samping juga
melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan
sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia.
- MUHAMMADIYAH DARI MASA KE MASA

4.1 Muhammadiyah Periode Sebelum Kemerdekaan (Masa Penjajahan


Belanda) Tahun 1912 - 1942
Berdirinya Muhammadiyah diawalai dengan pendirian sekolah oleh K.H. Ahmad
Dahlan yang mengajarkan agama Islam dan pengetahuan biasa. Lalu ada organisasi
pendukungnya yang dibantu oleh para pengurus Budi Utomo cabang Yogyakarta.
Nama organisasi yang dipilih adalah “Muhammadiyah”.
Untuk menyusun Anggaran Dasar Muhammadiyah banyak mendapat bantuan
daro R. Sosrosugondo guru Bahasa MelayuKweekschool Budi Utomo, rumusannya
dibuat dalam bahasa Belanda dan Melayu. Kesepakatan bulat pendirian
Muhammadiyah tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H). Proses

14
permintaan pengakuan kepada pemerintah sebagai badan hukum diusahakan oleh
Budi Utomo cabang Yogyakarta.

Sejak resmi diakui itu, 4 pemimpin Muhammadiyah yang tampil menjadi


pemimpin selama periode 1912 – 19142, sebagai berikut:
a. Periode K.H. Ahmda Dahlan (1912 – 1923)

Ada beberapa faktor yang mendorong atau melatar belakangi KH. Ahmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor
tersebut adalah:
 Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat islam sendiri yang tercermin
dalam dua hal, yaitu sikap beragama dan sistem pendidikan islam.  Sikap beragama umat islam saat itu
pada umumnya belum dapat dikatakan sebagai sikap beragama yang rasional. Sirik, taklid, dan bid’ah
masih menyelubungai kehidupan umat islam, terutama dalam lingkungan kraton, dimana kebudayaan
hindu telah jauh tertanam. Sikap beragama yang demikian bukanlah terbentuk secara tiba-tiba pada
awal abad ke 20 itu, tetapi merupakan warisan yang berakar jauh pada masa terjadinya proses
islamisasi beberapa abad sebelumnya. Seperti diketahui proses islamisasi di indonesia sangat di
pengaruhi oleh dua hal, yaitu Tasawuf/Tarekat dan mazhab fikih, dan dalam proses tersebut para
pedagang dan kaum sufi memegang peranan yang sangat penting. Melalui merekalah islam dapat
menjangkau daerah-daerah hampir diseluruh nusantara ini. Diantaranya adalah:
- umat Islam banyak yang terjangkit penyakit syirik, taqlid, serta TBC
(Takhayul, Bid'ah, dan Churafat)
- umat Islam terpecah ke dalam tiga golongan (priyayi, santri, dan abangan)
- sistem pendidikan Islam yang lemah

 Faktor eksternal

15
Faktor lain yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran Muhammadiah adalah faktor yang
bersifat eksternal yang disebabkan oleh politik penjajahan kolonial belanda. Faktor tersebut antara lain
tanpak dalam system pendidikan kolonial serta usaha kearah westrnisasi dan kristenisasi.
Pendidikan kolonial dikelola oleh pemerintah kolonial untuk anak-anak bumi putra, ataupun
yang diserahkan kepada misi and zending Kristen dengan bantuan financial dari pemerintah belanda.
Pendidikan demikian pada awal abad ke 20 telah meyebar dibeberapa kota, sejak dari pendidikan dasar
sampai atas, yang terdiri dari lembaga pendidikan guru dan sekolah kejuruan. Adanya lembaga
pendidikan colonial terdapatlah dua macam pendidikan diawal abad 20, yaitu pendidikan islam
tradisional dan pendideikan colonial. Kedua jenis pendidikan ini dibedakan, bukan hanya dari segi
tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dari kurikulumnya.
Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama dalam sekolah-sekolah colonial, dan
dalan artian ini orang menilai pendidikan colonial sebagai pendidikan yang bersifat sekuler, disamping
sebagai peyebar kebudayaan barat. Dengan corak pendidikan yang demikian pemerintah colonial tidak
hanya menginginkan lahirnya golongan pribumi yang terdidik, tetapi juga berkebudayaan barat. Hal ini
merupakan salah satu sisi politik etis yang disebut politik asisiasi yang pada hakekatnya tidak lain dari
usaha westernisasi yang bertujuan menarik penduduk asli Indonesia kedalam orbit kebudayaan barat.
Dari lembaga pendidikan ini lahirlah golongan intlektual yang biasanya memuja barat dan
menyudutkan tradisi nenekmoyang serta kurang menghargai islam, agama yang dianutnya. Hal ini
agaknya wajar, karena mereka lebih dikenalkan dengan ilmu-ilmu dan kebudayaan barat yang sekuler
anpa mengimbanginya dengan pendidiakan agama konsumsi moral dan jiwanya. Sikap umat yang
demikianlah tankanya yang dimaksud sebagai ancaman dan tantangan bagi islam diawal abad ke 20.
Diantaranya adalah:
- penjajahan kolonial Belanda
- gerakan pembaharuan Islam Dunia
Merupakan masa perintisan, pembentukan jiwa dan amal usaha organisasi
Muhammadiyah yang mendapat kedudukan terhormat pemerintah karena
pergerakan Islam yang modern.

b. Periode K.H. Ibrahim (1923 – 1932)

K.H. Ibrahim adalah adik Nyai Walidah/Nyai Ahmad Dahlan. Beliau adalah adik
ipar K.H. Ahmad Dahlan, merupakan ulama pondok pesantren tidak pernah
mengenyam pendidikan model barat. Pada masa ini Muhammadiyah makin
berkembang dan meluas hingga luar Jawa. Lalu terbentuk Majelis Tarjih,
16
mengadakan penelitian pengembangan hukum-hukum agama. Para pemuda
mendapat bentuk organisasi yang nyata. Beridiri Nasyiyatul Aisyiyah dan Pemuda
Muhammadiyah.
c. Periode K.H. Hisyam (1932 – 1936)
Bidang pendidikan mendapat perhatian yang besar. Diadakan juga penertiban
dan pemantaban administrasi organisasi, jadi Muhammadiyah lebih kuat dan
lincah.
d. Periode K.H. Mas Mansur (1936 – 1942)
Pengukuhan kembali hidup beragama dan penegasan paham agama dalam
Muhammadiyah. Wujudnya pengaktifan Majelis Tarjih yang mampu merumuskan
“Masalah Lima” mengenai dunia, agama, qiyas, sabilillah dan ibadah. Dan disusun
pula “Langkah Dua Belas”:
1. Memperdalam masuknya Iman.
2. Memperbuahkan paham agama.
3. Memperbuahkan budi pekerti.
4. Menuntun amal intiqad.
5. Menguatkan persatuan.
6. Menegakkan keadilan.
7. Melakukan kebijaksanaan.
8. Menguatkan Majelis Tanwir.
9. Mengadakan konferensi bagian.
10. Mempermusyawaratkan putusan.
11. Mengawasi gerakan jalan.
12. Mempersambungkan gerakan luar.

4.2 Muhammadiyah Periode Sebelum Kemerdekaan (Masa Penjajahan


Jepang) Tahun 1942 - 1945
Jepang memberi ruang gerak yang sempit terhadap Muhammadiyah. Ki Bagus
Hadikusumo mampu mempertahankan misi pergerakan Muhammadiyah.

17
Periodenya tahun 1942 – 1953, kondisi politik masih masa transisi Belanda ke
Jepang.
Tahun 1944 Muhammadiyah mengadakan Muktamar darurat di Yogyakarta. Di
masa pendudukan Jepang yang Fasis, Ki Bagus Hadikusumo selain memimpin
Muhammadiyah juga digunakan untuk memikirkan nasib bangsa.
Beliau dengan gigih menentang instruksi “Sei Kerei” dari Jepang. Sei Kerei adalah
membungkukkan badan ke arah timur (Negeri Jepang) menghormati Dewa
Matahari, sebagai “Dewa penitis para Kaisar Jepang”. Upacara ini wajib dilakukan
para siswa setiap pagi.
Selaku Ketua PP Muhammadiyah, terpanggil menyelamatkan generasi muda
Muslim Indonesia dari syirik itu. Melalui debat yang seru dengan Pemerintah
Jepang, akhirnya pemerintah Jepang memberikan dispensasi. Khusus bagi semua
sekolah Muhammadiyah untuk tidak melakukan upacara Sei Kerei. Ki Bagus
Hadikusumo juga tercatat sebagai anggota Chuo Sangiin (Dewan Penasehat Pusat)
buatan Jepang.
4.3 Muhammadiyah Periode Kemerdekaan Sampai Orde Lama (1945-
1968)
a. Periode Ki Bagus Hadikusumo (1942 – 1953)
Di awal kemerdekaan NKRI, Muhammadiyah ikut aktif dalam perjuangan. Terjun
dalam kancah revolusi di berbagai laskar kerakyatan hingga tahun 1953. Kegiatan-
kegiatan keorganisasiannya antara lain:
1. Tahun 1946 mengadakan silaturrahim cabang-cabang se-Jawa.
2. Tahun 1950 mengadakah sidang Tanwir perwakilan.
3. Tahun 1951 sidang Tanwir di Yogyakarta.
4. Tahun 1952 mengadakah sidang Tanwir di Bandung
5. Tahun 1953 mengadakah sidang Tanwir di Solo dengan keputusan
Muhammadiyah hanya boleh memasuki partai yang berdasarkan
Islam.
b. Periode A. R. Sutan Mansyur (1952 – 1959)

18
A. R. Sutan Mansyur dipilih sebagai Ketua Muhammadiyah pada Muktamar
Muhammadiyah ke-32 di Purwokerto meskipun tidak termasuk Sembilan Terpliih.
9 terpilih itu adalah H.M.Yunus Anies, H.M. Farid Ma’ruf, Hamka, K.H. Ahmad
Badawi, K.H. Fakih Usman, Kasman Singodimejo, DR. Syamsudin, A. Kahar Muzakir
dan Muljadi Djojomartono. Masa ini “ruh Tauhid” ditanamkan kembali. Disusun
langkah kurun waktu tertentu, yang pertama tahun 1956 – 1959 yang dikenal
dengan nama Khittah Palembang.
c. Periode H.M. Yunus Anies (1959 – 1962)
Negara Indonesia sedang dalam kegoncangan politik yang secara langsung dan
tidak langsung mempengaruhi gerak perjuangan Muhammadiyah.
Tetapi Muhammadiyah mampu merumuskan Kepribadian Muhammadiyah yang
menempatkan kembali kedudukan Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah Islam
Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
d. Periode K.H. Ahmad Badawi (1962 – 1968)
K.H. Ahmad Badawi dipilih dalam Muktamar ke-35 di Jakarta tahun 1962.
Muhammadiyah berjuang keras untuk mempertahankan eksistensinya agar tidak
dibubarkan. Karena waktu itu politik dikuasai oleh PKI dan Bung Karno tahun
1965. Pada saat itu seluruh barisan Orde Baru termasuk Muhammadiyah ikut
tampil memberantas Komunis.
4.4 Muhammadiyah Periode Orde Baru sampai Orde Reformasi
Periode ini merupakan rentang waktu 1968 – 2000, yang tampil sejumlah
pemimpin karismatik. Ada 5 orang yang silih berganti memegang pucuk pimpinan
Muhammadiyah:
a. Periode K.H. Fakih Usman dan K.H. A.R. Fakhrudin (1968 – 1971)
K.H. Fakih Usman dipilih Ketua Muhammadiyah pada Muktamar ke-37 di
Yogyakarta. Tidak lama kemudian meninggal, lalu diganti K.H. A.R. Fakhrudin
(nama lengkapnya K.H. Abdul Razak Fakhrudin). Beliau berusaha me
Muhammadiyahkan kembali Muhammadiyah.
Usaha untuk mengadakan pembaruan (tajdid) dalam bidang ideologinya,
dengan merumuskan “Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah”. Di
19
bidang organisasi dan usaha perjuangan menyusun “Khittah Perjuangan dan
Bidang-bidang lainnya”.

b. Periode K.H. A.R. Fakhrudin (1971 – 1990)


Beliau dipilih sebagai Ketua Muhammadiyah ditetapkan dalam tanwir
Ponorogo tahun 1969. Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-38 di Ujung Pandang
tahun 1971, muktamar ke-40 tahun 1978 di Surabaya dan ke-41 tahun 1985 di
Surakarta. Terjadi krisis yaitu keharusan untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-
satunya asas. Muhammadiyah mengatasi imbauan dari pemerintah tentang asas
tunggal pancasila dengan mengadakan perubahan AD Muhammadiyah dengan
menetapkan Pancasila sebagai asas organisasi.
Pada masa itu juga terjadi peristiwa penting adalah kunjungan Paus Yohanes
Paulus II. Sebagai reaksi atas kunjungan itu beliau mengeluarkan buku
”Mangayubagya Sugeng Rawuh lan Sugeng Kondur”. Isinya adalah bahwa
Indonesia adalah negara yang penduduknya sudah beragama Islam jadi jangan
rakyat menjadi obyek Kristenisasi.
c. Periode K.H. Ahmad Azhar Basyir, M.A. (1990 – 1995)
Didominasi oleh kaum intelektual yang lahir dari produk Muhammadiyah, K.H.
Ahmad Azhar Basyir, M.A. alumnus Universitas Al Azhar dan pakar dalam bidang
hukum Islam. Pada muktamar Muhammadiyah ke-42 di Yogyakarta menjadi ketua
PP Muhammadiyah.
Pada periode ini telah dirumuskan program jangka panjang 25 tahun, yang
meliputi 3 hal:
 bidang konsolidasi gerakan
 bidang pengkajian dan pengembangan
 bidang kemasyarakatan.
d. Periode Prof. Dr. H.M. Amien Rais, M.A. dan Prof. Dr. H.A. Syafi’i
Maarif, M.A. (1995 – 2000)
Tokoh reformasi Indonesia ini, lahir di Surakarta, 26 April 1944. Beliau berada di
Muhammadiyah sejak muktamar tahun 1985 di Surakarta yang menjabat sebagai
20
ketua majelis tabligh Muhammadiyah. Dipilih menjadi wakil ketua PP
Muhammadiyah pad Muktamar ke-42 tahun 1990 di Yogyakarta. Dan Tahun 1994
dipilih menjadi Ketua hingga akhir periode 1990 – 1995. 1995 pada Muktamar ke-
43 di Banda Aceh beliau kembali menjadi Ketua PP Muhammadiyah periode 1995
– 2000. Pada periode Prof. Dr. H.M. Amien Rais, M.A. telah dirumuskan program
Muhammadiyah tahun 1995 – 2000, Rumusannya mengacu kepada masalah
global, dunia Islam, nasional, Muhammadiyah, dan pengembangan pemikiran.
Adapun pengembangan pemikiran terdiri atas pemikiran keagamaan, ilmu dan
teknologi, basis ekonomi, gerakan sosial kemasyarakatan, dan PTM sebagai basis
gerakan keilmuan atau pemikiran.
e. Periode Prof. Dr. H.A. Syafi’i Maarif, M.A.
Hasil Muktamar ke-44 di Jakarta tahun 2000 Prof. Dr. H.A. Syafi’i Maarif, M.A.
terplih menjadi ketua PP Muhammadiyah. Beliau seorang guru besar Ilmu Sejarah
di IKIP Yogyakarta. Lahir di Sumpur Kudus Sumatera Barat tanggal 31 Mei 1935.
Program kerja masa periode 2000 – 2005 secara garis besar adalah
melanjutkan program Muhammadiyah sebelumnya, secara ringkas dirumuskan:
1. Visi, Misi dan Usaha Muhammadiyah.
2. Program Muhammadiyah yang meliputi Program Konsolidasi Gerakan dan
Program Per Bidang.

4.5. Muhammadiyah Paska Muktamar ke-45 di Malang 2005


a. Prof. Dr. Din Syamsudin terpilin sebagai ketua PP Muhammadiyah periode
2005 – 2010 pada Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang tahun 2005
yang dilaksanakn tanggal 3 – 8 Juli 2005 dan beliau dipilih kembali untuk
masa jabatan 2010 – 2015.
Dalam muktamar ini telah di tanfizkan putusan – putusan sebagai berikut :
1. Menerima laporan PP Muhammadiyah masa jabatan 2000 – 2005.
2. Pernyartaan pikiran Muhammadiyah jelang Satu Abad.
3. Program persyarikatan periode 2005 – 2010.
4. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
21
5. Rekomendasi Anggaran Dasar Muhammadiyah.
Adapun program persyarikatan Muhammadiyah periode ini, sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Program
Merupakan penjabaran program jangka panjang untuk 5 tahun pertama
masa berlakunya program jangka panjang. Sebagai program kerja 5 tahunan
tahap I, program Nasional Muhammadiyah 2005 – 2010 menitikberatkan
pada 3 hal utama: penguatan organisasi, pemantapan perencanaan dan
pengembangan konsistensi serta kesungguhan jajaran persyarikatan untuk
merealisasikan program kerja.
2. Tujuan Program
Terbangunnya sistem organisasi yang dinamis, efektif dan efisien serta
produktif sehingga dapat menguatkan Muhammadiyah sebagai gerakan
dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan bermanfaat bagi kemaslahatan umat
manusia.
2. Prioritas
Urutan prioritas dirumuskan sebagai berikut:
a. Penguatan organisasi di semua hal.
b. Peningkatan kualitas lembaga dan amal usaha Muhammadiyah.
c. Pengembangan tajdid di bidang tarjih dan pemikiran Islam.
d. Peningkatan peran serta persyarikatan dalam penguatan masyarakat.
e. Pengembangan kaderisasi.
f. Peningkatan peran Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan
negara serta percaturan global.
3. Program Nasional di Berbagai Bidang
a. Tarjih, Tajdid dan pemikiran Islam.
b. Tabligh dan Kehidupan Islami.
c. Pendidikan, Iptek dan Litbang.
d. Kaderisasi.
e. Kesehatan, kesejahteraan dan pemberdayaan Masyarakat.
f. Wakaf, ZIS (Zakat, Infaq dan Shodaqah) dan Pemberdayaan Ekonomi.
22
g. Partisipasi kehidupan berbangsa dan bernegara.
h. Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan Hidup.
i. Organisasi.
j. Pustaka dan Informasi.
k. Seni Budaya.
l. Ukhuwah dan kerja sama
b. Kepemimpinan Prof. Dr. Haedar Nashir. M.Si.
Prof. Dr. Haedar Nashir. M.Si Ketua Umum PP Muhammadiyah terpilih di
Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Balai Sidang Universitas Muhammadiyah
Makassar, Jumat 7 Agustus 2015. salah satu program unggulannya adalah
mensinergikan kekuatan amal usaha dan ekonomi Muhammadiyah.
Program unggulan tersebut, diharapkan mampu memberdayakan masyarakat akar
rumput. "Program unggulan ke depan akan mencoba mensinergikan kekuatan
amal usaha dengan kekuatan bisnis dan kekuatan ekonomi. KH Prof. Dr. Haedar
berharap bahwa program unggulan tersebut dapat membantu akar rumput serta
memperdayakan rakyat sekaligus juga bisa melahirkan kekuatan prduktif di
masyarakat. Enam program yang saling terkoneksi satu sama lain.
Program prioritas pertama Muhammadiyah yakni memperluas dan memperkuat
Pimpinan Cabang Istimewa di berbagai negara. Berikut daftar lengkap enam
program pokok Muhammadiyah :
1. Revitalisasi PCIM dan PCIA
PCIM ( Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah ) dan PCIA ( Pimpinan Cabang
Istimewa Aisyyah ) menjadi jaringan baru untuk intensif hadir di setiap negara,
juga membangun jaringan luas agar lebih berperan di ranah global secara proaktif.
Ada perkembangan baru di mana PCIM dan PCIA yang jumlahnya 27 saat ini mulai
mengembangkan relasi hadirnya Muhammadiyah yang memperoleh pengakuan
badan hukum di beberapa negara. Di antaranya di Australia, Malaysia, Jerman, dan
AS. Perpaduan antara PCIM dan PCIA sebagai perwakilan atau organ
Muhammadiyah dengan pengakuan badan hukum Muhammadiyah di setiap
negara akan memberi ruang yang leluasa bagi peran Muhammadiyah antarbangsa.
23
2. Program kontinuitas forum-forum dunia untuk agama dan
perdamaian.
Dengan program prioritas Muhammadiyah ini diharapkan peran agama dan
perdamaian dalam konteks dunia yang penuh paradoks. Perlu dicari ruang baru
yang lebih efektif agar suara agama, suara perdamaian, tidak hanya bersifat
deklarasi tapi bisa mempengaruhi kehidupan dunia yang sarat konflik.

3. Kerja sama pendidikan, kesehatan, kebencanaan dan kemanusiaan.


Program-progran tersebut selama ini sudah dilakukan Muhammadiyah namun
perlu interkoneksi satu sama lain. Muhammadiyah sudah membuka sekolah untuk
alternatif bagi para pengungsi Rohingya dengan sekolah Indonesia.
Di Beirut, Muhammadiyah membangun madrasah tahap kedua. Ini dinilai Haedar
sebagai langkah yang cukup menantang lewat berbagai jaringan dan majelis
Muhammadiyah.
4. Diaspora kader Muhammadiyah di berbagai negara juga harus
menjadi satu jaringan besar.
Para aktor kader yang potensial diharapkan bisa berperan sesuai bidangnya dan
kepentingan Muhammadiyah di ranah global.
5. Publikasi internasional, penerjemahan buku-buku dan pemikiran-
pemikiran Muhammadiyah.
Program prioritas Muhammadiyah ini merupakan keniscayaan baru saat ini dan
harus ada proses yang masif dengan melibatkan 172 universitas dan PT
Muhammadiyah dan Aisyiyah.
6. Membangun pusat keunggulan.
Setelah mendirikan markas dakwah di Mesir tahun 2016, Muhammadiyah
memperoleh izin untuk Universitas Muhammadiyah Malaysia yang tahun ini mulai
beroperasi. Saat ini sedang renovasi pembangunan gedung. Selain itu juga ada
Muhammadiyah Australia College yang sudah buka program sejak awal tahun ini.
Dua rintisan ini plus TK ABA di Kairo dan Malaysia, ke depan akan dibangun pusat-
pusat keunggulan Muhammadiyah sebagai fase baru dan program baru untuk
24
internasionalisasi gerakan Muhammadiyah yang konkret, nyata, dan memberi
dampak kepada dunia internasional.
KH. Haedar menjelaskan Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah yang
diangkat dalam seminar Pra Muktamar ke-48 Muhammadiyah merupakan bentuk
dari ikhtiar PP Muhammadiyah menyaring berbagai macam masukan penting dan
strategis. Program itu menurutnya sudah berjalan sejak awal berdirinya
organisasi.

BAB IV. VISI DAN MISI MUHAMMADIYAH

25
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar
ma’ruf  nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung
tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek
kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang
merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan
perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut
Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam
menjadi rahmatan lil-’alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.
Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-
Qur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah
dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala
bidang, sehingga menjadi rahmatan li al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia
kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang
diridhai Allah Subhanahu wa taala dalam kehidupan di dunia ini. Misi
Muhammadiyah adalah:
1)      Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah
Subhanahu wa taala yang dibawa oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh
hingga Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
2)      Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa
ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan
yang bersifat duniawi.
3)      Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab
Allah yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
4)      Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat. Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-39 Muhammadiyah
Sumatera Barat tahun 2005 di Kota Sawahlunto

BAB V
PENUTUP
26
A. KESIMPULAN
       Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah
didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18
Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian
dikenal dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton
Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat
Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-
amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka
kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.
B. SARAN
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Sejarah Muhammadiyah”, kami
menyadari bahwa masih banyak kesalahan sehingga belum sempurnanya makalah
kami. Maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen
pembimbing dan teman-teman sekalian.

DAFTAR PUSTAKA

27
https://tonijulianto.wordpress.com/2012/12/14/sejarah-berdirinya
muhammadiyah-di-indonesia/
 http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-44-cam-tentang-
muhammadiyah.html
 http://www.muhammadiyah.or.id/content-178-det-sejarah-singkat.html
http://suara-muhammadiyah.com/
 http://www.biografiku.com/2011/12/biografi-kh-ahmad-dahlan.html
                               

28

Anda mungkin juga menyukai