Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PEMWAHYUAN AL QUR’AN

Makalah ini di buat dan di ajukan untuk memenuhi mata kuliah Studi Al
Qur’an

Dosen Pengampu :

Dr. Kukuh Budianto, M.Pd.I

Disusun Oleh:

Dini Ayus Kurniatin : 20224711398

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI


AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH 2023
KATA PENGANTAR

puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa taala yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis sehingga bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu . Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan dan panutan kita
baginda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam

Tak lupa ucapan terima kasih kami haturkan kepada seluruh warga besar STAI
Muhammadiyah Tulungagung khususnya kepada:

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Tulungagung Bapak


Suripto M.Pd.I.
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian makalah ini
Bapak Dr. Kukuh Budianto, M.Pd.I
3. Kaprodi Pendidikan Agama Islam Bapak Yoga Sari Prabowo, M.Pd.I.

4. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya.
Seperti pepatah tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu kita
membutuhkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna memperluas
wawasan sebagai proses pembelajaran diri.

Trenggalek, 29 Oktober 2023

2
DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Tujuan Masalah .............................................................................................. 5

BAB II........................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN ........................................................................................................ 6

A. Pengertian Turunnya Al-Qur’an .................................................................... 6


B. Cara Turunnya Al-Qur’an .............................................................................. 8
C. Hikmah Di Turunkannya Al-Qur’an secara Berangsur Angsur ..................... 9

PENUTUPAN ............................................................................................................ 10

A. KESIMPULAN .............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kalamullah yang selalu aktual, ajarannya bersifat universal


dan abadi. Ayat-ayatnya akan senantiasa memberikan solusi bagi setiap problem
kehidupan. Al-Qur’an bukan penyifatan tentang kejadian masa lampau yang sudah
berakhir. Akan tetapi ia merupakan aturan Allah swt untuk seluruh manusia sepanjang
jaman. Al-Qur’an tidak hanya menyeru satu golongan manusia saja, yang mempunyai
trend intelektual atau psikologis tertentu, dengan melalaikan golongan-golongan yang
lain yang memiliki trend yang lain pula.

Al-Qur’an diturunkan untuk diimani, dipelajari, dibaca, difikirkan, dipahami,


dimengerti isinya, dan diamalkan. Setiap muslim yang berpegang teguh kepadanya
tidak akan tersesat. Membaca dan mempelajarinya merupakan satu bentuk ibadah yang
mendatangkan pahala, memberikan ketenangan bagi hati, dan memberikan cahaya bagi
akal. Al-Qur’an berfungsi sebagai pelajaran bagi manusia, obat dari berbagai penyakit
dan kotoran hati, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, pembeda antara
hak dan batil, pemberi kabar gembira, serta hikmah lain yang dikehendaki oleh Allah
swt dalam menurunkannya. Allah swt menjelaskan dalam surah Yunus: 57 yang Artinya
: “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

Al-Qur’an adalah kitab suci yang mampu membentuk jiwa, membangun bangsa
dengan peradaban yang tinggi. Sebab Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi yang berisikan
tema-tema terbaik dalam masalah pendidikan umat, peradaban dan akhlak mulia. Al-
Qur’an merupakan mu’jizat terbesar yang diberikan Allah swt kepada nabi Muhammad
saw, guna menunjukkan dan membuktikan kerasulan beliau kepada segenap umat
manusia. Tidak ada seorangpun sanggup mendatangkan yang serupa dengannya. Di
dalamnya terdapat berbagai keajaiban yang amat mengagumkan. Keindahan bahasa,
kehalusan susunan kata-kata, kehebatan arti dan makna yang terkandung dalam ayat-
ayatnya, mampu menarik dan mempengaruhi jiwa manusia yang mau memperhatikan.

4
Di dalamnya mengandung berbagai isyarat ilmu pengetahuan yang tidak akan ada
habisnya dikupas dan diuraikan.

Al-Qur’an terus dibaca oleh jutaan orang yang tidak mengerti artinya, dan/ atau
tidak dapat menulis dengan huruf-hurufnya. Bahkan, dihafal huruf demi huruf oleh
orang yang tidak mengerti bahasanya baik orang dewasa, remaja, dan anak-anak. Allah
menjadikan Al-Qur’an mudah dihafal, diingat dan difahami.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Al Qur’an?
2. Bagaimana proses turun nya Al Qur’an?
3. Apa tujuan dari di turunkan nya Al Qur’an?
4. Siapa yang menerima Al Qur’an
5. Siapakah Tokoh Tokoh Yang berperan dalam berkembangnya Al Qur’an pada
zaman Rasulullah?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian dari pada Al Qur’an
2. Mengetahui bagaimana proses turun nya Al Qur’an
3. Mengetahui tujuan dari diturunkan Al Qur’an
4. Mengetahui tentang Penerimaan Al Qur’an
5. Mengetahui Tokoh Tokoh yang berperan dalam berkembangnya Al Qur’an pada
zaman Rasulullah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Turun nya Al Qur’an.


Sebelum kita membahas tentang bagaimana proses turunnya Al Qur’an,Mari
kita mempelajari pengertian dari wahyu.Wahyu adalah Pesan Allah kepada Para Nabi
termasuk nabi Muhammad SAW yang biasanya berupa perintah atau suatu anjuran
untuk mengikutinya.Yang tujuannya untuk memberi peringatan dan kabar gembira.Dan
Al Qur’an diwayuhkan kepada Rasulullah SAW.

Kemudian Pengertian dari pada Al Qur’an sendiri adalah Kalamullah yang


diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril A.S dan
ditulis pada mushaf mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita dengan
mutawatir,serta membaca membacanya merupakan suatu ibadah,yang dimulai dari Al-
Fatihah dan diakhiri surat An-Naas. Asy-Sya’bi menyebutkan bahwa Al-Quran mula-
mula turun pertama kalinya pada malam qadar (lailatul qadr) di bulan Ramadhan.
Kemudian setelah itu turunnya berlanjut secara berangsur-angsur sesuai dengan
kejadian dan pristiwa selama kurang lebi 23 tahun.

Pendapat ini didasarkannya pada firman Allah Swt. dalam surat Al-Qadr ayat1

: ‫ِإنَّا ٓ أَنزَ ْل َٰنَهُ فِى لَ ْيلَ ِة ٱ ْلقَ ْدر‬


“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran pada suatu malam lailatul
qadar”. Pendapat Asy-Sya’bi ini tidak bertentangan dengan berita Ilahi yang
menjelaskan Kitab Suci-Nya itu diturunkan pada malam yang penuh berkah, yaitu pada
malam bulan Ramadhan. Hal ini dapat disimak dari firman-Nya dalam surat Al-Baqarah
Ayat 185:

ِ َ‫ت ِمنَ ٱ ْل ُهدَ َٰى َوٱ ْلفُ ْرق‬


‫ان ۚ فَ َمن‬ ٍ َ‫اس َو َب ِي َٰن‬
ِ َّ‫ان ُهدًى ِللن‬ ِ ُ ‫ِى أ‬
ُ ‫نز َل ِفي ِه ٱ ْلقُ ْر َء‬ ٓ ‫ضانَ ٱلَّذ‬ َ ‫ش ْه ُر َر َم‬ َ
ُ‫سفَ ٍر فَ ِعدَّة ٌ ِم ْن أَي ٍَّام أُخ ََر ۗ ي ُِريد‬
َ ‫علَ َٰى‬ َ ‫ضا أ َ ْو‬
ً ‫ص ْمهُ ۖ َو َمن َكانَ َم ِري‬ ُ ‫ش ْه َر فَ ْل َي‬
َّ ‫ش ِهدَ ِمن ُك ُم ٱل‬
َ
‫علَ َٰى َما َهدَ َٰى ُك ْم‬ ۟ ‫وا ٱ ْل ِعدَّة َ َو ِلت ُ َك ِب ُر‬
َ َ‫وا ٱ َّّلل‬ ۟ ُ‫ٱ َّّللُ ِب ُك ُم ٱ ْليُس َْر َو ََل ي ُِريدُ ِب ُك ُم ٱ ْلعُس َْر َو ِلت ُ ْك ِمل‬
َ‫َولَعَلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون‬

6
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-
Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)”.

Ayat-ayat di atas menjelaskan tentang permulaan turunnya Al-Quran, yaitu pada


malam mubarakah atau dinamai juga lailatul qadr, yakni salah satu malam pada bulan
Ramadhan. Malam tersebut dinamakan lailah al-mubarakah karena malam tersebut
telah dipenuhi dengan berkah dan nikmat Allah yang tak ternilai, yaitu turunnya Al-
Qur’an Al-Karim, pembebas umat manusia dari kesesatan, dan pembimbing mereka ke
jalan yang benar, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Dinamakan pula malam
tersebut lailatul qadr karena ia mempunyai nilai yang tinggi, lantaran pada malam itu
diturunkannya Kitab Suci kepada Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir, dan akan menjadi
pedoman seluruh umat sepanjanjang masa dan dimanapun tempat beradanya.

Ibnu Abbas dan sejumlah ulama lainnya yang dapat dipercaya menyebutkan
bahwa yang dimaksud turunnya Al-Quran dari ayat-ayat di atas adalah turunnya Al-
Quran sekaligus ke Baitul ‘Izzah di langit dunia, agar para malaikat menghormati
kebesarannya. Kemudian setelah itu Al-Quran diturunkan kepada Rasul secara bertahap
selama 23 tahun sesuai dengan peristiwa dan kejadian-kejadian sejak ia diutus sampai
wafatnya. Turunnya Al-Qur’an dari Lauhul Mahfuz termasuk sesuatu yang ghaib, yang
hanya dapat diterima berdasarkan keyakinan, tidak dapat diketahui kecuali hanya oleh
Allah sendiri dan orang-orang yang mendapat izin-Nya untuk mengetahui perkara-
perkara yang ghaib tersebut.

Al-Qur’an tidak diturunkan dalam ruang yang kosong. Ia berdiskusi,


berkomunikasi dengan manusia yang berperadaban dan atau masih belum
berperadaban, sehingga tidak sedikit dari mereka yang menolak bahkan menentang al-
Qur’an. Al-Qur’an yang tidak diturunkan sekaligus, berdialog dengan masyarakat
Mekkah dengan memper timbangkan latar belakang, sosio kultur dan sosio grafis
masyarakatnya, demikian juga dengan al’Quran ketika diturunkan di Madinah. Dengan
mengetahui fase turunnya al-Qur’an.

7
B. Cara Turunnya Al-Qur’an

Pada bagian ini mengetengahkan tentang bagaimanakah cara malaikat Jibril


menyampaikan wahyu Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.? Untuk menjawab
pertanyaan demikian, dapat disimak dengan jelas dalam suatu hadis yang diriwayatkan dari
A’isyah r.a bahwa Harist bin Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai hal itu,
di mana menurut hadist tersebut ada dua cara penyampaian wahyu yang dialami Nabi
Muhammad SAW. Yaitu:

1. Rasulullah Saw. sama sekali tidak melihat malaikat Jibril a.s. itu, hanya saja
datang kepadanya berupa suara seperti dencingan suara lonceng, dan suara yang
amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga ia dengan
segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu. Kemudian suara itu terputus
dan beliau telah dapat memahami dan menghafalkan wahyu yang disampaikan
oleh Jibril as. Itu. Menurut penjelasan Rasulullah, cara ini paling berat ia
rasakan. Sebabnya dengan cara ini berarti malaikat Jibril tetap dalam sifatnya
semula, yaitu sebagai alam ghaib, dan Rasulullah harus meninggalkan alam
zhahirnya agar ia dapat berkomunikasi dengan alam ghaib, yakni dengan
mengumpulkan segala kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghafal dan
memahaminya. Dan suara itu mungkin sekali suara kepakan sayap-sayap
malaikat, seperti diisyaratkannya di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Bukhari: “Apabila Allah menghendaki suatu urusan di langit, maka para
malaikat memukul-mukulkan sayapnya karena tunduk kepada firman-Nya,
bagaikan gemercingnya mata rantai di atas batu-batu licin”.
2. Malaikat Jibril datang menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki-laki dalam
bentuk manusia biasa, sehingga Rasulullah dapat melihatnya dengan nyata.
Jibril itu lalu menyampaikan wahyu itu kepadanya, dan beliau dapat memahami
dan menghafalkannya. Cara yang seperti ini lebih ringan dari pada yang
sebelumnya, karena adanya kesesuaian antara pembicara dengan pendengar.
Rasul merasa senang sekali mendengarkan dari utusan pembawa wahyu itu,
karena ia merasa seperti seorang manusia yang berhadapan dengan saudaranya

8
sendiri. Keadaan Jibril menampakkan dirinya seperti seorang laki-laki itu
tidaklah mengharuskan ia melepaskan sifat kerohaniannya.

Adapun fase-fase Turunnya Al-Qur’an menurut beberapa Pendapat adalah :

1. Pertama, al-Qur’an diturunkan dari al-lawh al-mahfuz ke sama al-dunya pada lailat al-
qadr secara sekaligus. Kemudian dari sama al-dunya al-Qur’an diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur selama masa kerasulan. Pendapat yang
berkata demikian berpatokan pada riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa al-Qur’an diturunkan sekaligus ke sama’ al-dunya pada lailat al-
qadr kemudian diturunkan secara bertahap selama masa kerasulan. Pendapat ini yang
paling terkenal valid dan diterima oleh kebanyakan para ulama’.
2. Kedua, al-Qur’an diturunkan ke sama’ al-dunya selama dua puluh atau dua puluh tiga
kali setiap lailat al-qadr. Pada setiap lailat al-qadr itu, Allah swt. menurunkan al-Qur’an
untuk stok selama satu tahun yang diturunkan secara berangsur-angsur.
3. Ketiga, al-Qur’an pertama kali diturunkan pada lailat alqadr, kemudian diturunkan
secara bertahap dalam waktu yang berbeda. Pendapat ini mengatakan bahwa al-Qur’an
tidak melalui transit ke sama’ al-dunya sebagaimana pendapat pertama dan kedua.
Selama masa kerasulan Nabi Muhammad saw. pewahyuan al-Qur’an tetap diturunkan
dari al-lawh almahfuz.

Pentahapan turunnya al-Qur’an ini berbeda dengan turunnya kitab-kitab suci


sebelumnya. Kitab-kitab suci sebelum al-Qur’an diturunkan sekaligus oleh Allah swt. kepada
Nabi-Nya. Perbedaan cara pewahyuan al-Qur’an secara bertahap ini bukan karena keterbatasan
Allah swt tidak bisa menurunkannya secara global (sekaligus). Namun, pewahyuan secara
bertahap ini karena beberapa alasan tertentu, Sehingga dengan metode ini kewajiban dakwah
yang harus disampaikan oleh Nabi Muhammad saw bisa diterima dengan baik oleh ummatnya.

C. Hikmah Di Turunkannya Al-Qur’an secara Berangsur-angsur

Sebagaimana dikemukakan di atas, Al- Quran diturunkan secara berangsur-


angsur dalam tentang waktu yang cukup panjang bukan berarti karena Al-Quran itu
lebih besar bila dibandingkan dengan Kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi dan
Rasul-rasulNya terdahulu. Akan tetapi, tujuan utama mengapa Al-Quran turun secara

9
berangsur-angsur tidaklah sulit untuk dipahami, karena Al-Quran itu diturunkan bukan
dalam bentuk tulisan, tetapi berupa bacaan. Antara lain yang bisa dijangkau oleh akal
mengapa Al-Quran turun secara berangsur-angsur adalah :

1. Menguatkan hati dan memperkuat tekad Nabi Saw. terutama dautusan


Allah. Hal ini telah dikemukakan-Nya dalam Al-Quran surat Al-Furqan ayat
32:

‫علَ ْي ِه ا ْلقُ ْر ٰا ُن ُج ْملَةً َّواحِ َدةً ۛ ك َٰذ ِلكَ ۛ ِلنُث َ ِبتَ ِب ٖه فُؤَادَكَ َو َرت َّ ْل ٰنهُ تَ ْرتِي ًْل‬
َ ‫َو َقا َل الَّ ِذ ْينَ َكفَ ُر ْوا لَ ْو ََل نُ ِز َل‬

Artinya : “Dan orang-orang kafir berkata,”Mengapa Al-Qur’an itu tidak


diturunkan kepadanya sekaligus?”,Demikianlah agar kami memperteguh
hatimu (Muhammad)dengannya dan Kami membacakannya secara
tartil(berangsur-angsur,perlahan,dan benar)”.

Maksud dari ayat tersebut adalah :

a. Ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan secara berangsur-angsur ini adalah


untuk memantapkan ayat-ayat itu dalam hati Rasulullah, karena cara seperti
demikian lebih memudahkan bagi beliau untuk dapat menerima, memahami
dan menghafalkan dengan cepat ayat-ayat itu ketika Rasul menerima
wahyu. Mengingat beliau adalah seorang yang ummy, dan untuk kemudian
dapat pula ia mengajarkan dan menyampaikan ayat-ayat tersebut kepada
kaum muslimin secara teratur dan lebih intensif, terjauh dari kelupaan dan
kesalahan.
b. Untuk mengokohklan hati Rasulullah dan memperkuat tekadnya dalam
berjuang dan menjalankan missinya, terutama saat-saat memerlukan suatu
penyelesaian bagi masalah-masalah yang dihadapinya, maka ketika itu
turunlah ayat untuk memberikan penyelesaian bagi masalah tersebut.
c. Untuk mendatangkan ketenangan hati, pelepas derita, pembangkit semangat
perjuangan yang penuh kesabaran dalam melaksanakan dakwah, di mana
beliau menghadapinya dengan penuh liku-liku tantangan, kesulitan, duka
dan nestapa. Karena itu, ketika penderitaan dan cobaan yang begitu dahsyat
menimpanya, maka turunlah ayat sebagai penenang baginya dan sebagai
obat peringan beban yang dipikulnya. Turunlah ayat-ayat tersebut, kadang-
kadang berupa sejarah para Nabi dan Rasul terdahulu, agar ia bisa
meneladaninya tentang ketabahan, kesabaran dan kesungguhan mereka

10
dalam perjuangan. Melalui kisah perjuangan para Nabi dan Rasul tersebut
menjadi pelipur lara, pelepas duka dan membuat hati Rasulullah semakin
kuat dan mantap.

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Al-Qur’an itu adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. dengan perantaraan Malaikat Jibril as., s ebagaimana yang dinyatakan dalam firman-
Nya surat asy-Syu’ara ayat 193:

“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)”.

Berdasarkan ketentuan ini, dapat dipahami bahwa firman Allah yang diturunkan
kepada selain Nabi Muhammad Saw. bukanlah dikatakan al-Qur’an. Demikian juga
ucapan Nabi Muhammad yang dikenal hadits atau wahyu-wayhu yang beliau terima
diluar cara penyampaian al-Qur’an oleh Malaikat Jibril (seperti hadits Qudsi) juga
bukanlah al-Qur’an, walaupun hadits-hadits itu sebenarnya juga berasal dari wahyu Allah.

permulaan turunnya al-Quran, yaitu pada malam mubarakah atau dinamai juga
lailatul qadr, yakni salah satu malam pada bulan Ramadhan. Malam tersebut dinamakan
lailah al-mubarakah karena malam tersebut telah dipenuhi dengan berkah dan nikmat
Allah yang tak ternilai, yaitu turunnya al-Qur’an al-Karim, pembebas umat manusia dari
kesesatan, dan pembimbing mereka ke jalan yang benar, menuju kebahagiaan dunia dan
akhirat. Dinamakan pula malam tersebut lailatul qadr karena ia mempunyai nilai yang
tinggi, lantaran pada malam itu diturunkannya Kitab Suci kepada Nabi dan Rasul-Nya
yang terakhir, dan akan menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia sepanjang masa dan
dimanapun.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa penurunan al-Qur’an itu


ada dua cara; yaitu sekaligus dan secara terpisah (berangsur-angsur). Pengertian turunnya
Al-Qur’an tahap pertama adalah turunnya Al-Qur’an sekaligus dari Lauhul Mahfudz ke
Baitul ‘Izzah di langit dunia (langit lapis pertama).

11
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Yasir,Studi Al-Qur’an ,Bandung: 2016

Amir Mahmud,Urgensi Turunya Alqur’an , Pasuruan : 2018

12

Anda mungkin juga menyukai