Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

AL-Quran
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Al-Qur,an

Dosen Pengampu:
Sari Kumala, S.Pd.I., M.Pd.I

Oleh:
Kelompok 1

Muhammad Hasbi (2105020152)


Rian (2205020009)
Henri Jasari (2205020026)
Irpan (2205020035)
Padhlullah (2205020089)
Andrias Susanto (22050020110)
Aldy Fisabilillah (2205020083)

KELAS NON REGULER


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD
AL-BANJARI
2022
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Sari Kumala, S.Pd.I., M.Pd.I
sebagai dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Al-Qur’an yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Banjarmasin, 5 Oktober 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

Hlm
COVER i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 2
1.4 Tujuan Penulisan ……………………………………………………….. 2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Nama-Nama Al-Qur,an Dan Sifatnya…………………………………... 4
2.2 Pengertian Wahyu Dan Cara Wahyu Diturunkan………………………. 9
2.3 Pengertian Asbab An Nuzul…………………………………………….. 14
2.4 Hikmah Diturunkan Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur……………... 16
2.5 Ayat Pertama Dan Ayat Terakhir Diturunkan………………………….. 18
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 22
3.2 Saran……………………………………………………………………. 24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui
perantara malaikat Jibril dan disampaikan kepada umat manusia untuk dijadikan
pedoman dalam kehidupan di dunia ini. Alquran berisi petunjuk lengkap bagi umat
manusia. Sebagian besar Alquran adalah tentang Tuhan, sifat-sifat-Nya dan hubungan
manusia dengan-Nya. Selain itu, Alquran juga berisi petunjuk bagi pengikutnya,
catatan sejarah dari nabi dan orang terdahulu, serta pembawa kabar baik bagi orang-
orang beriman dan peringatan bagi orang-orang kafir.
Al-wahy atau wahyu adalah kata masdar ( infinitif ); dan materi kata itu
menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu ; tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu
maka dikatakan bahwa wahyu adalah: pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat
dan khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain.
Adapun wahyu menurut istilah adalah kalam Allah yang berisi perintah atau ajaran
agama yang disampaikan kepada Nabi atau Rasul. Menurut Muhammad Hasbi Ash-
Shiddieqy, wahyu adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan dengan cara cepat dari
Allah ke dalam dada nabi-nabi-Nya, sebagaimana juga digunakan untuk lafadz Al-
Qur'an.
Asbābun Nuzūl (bahasa Arab: ‫اسباب النزول‬, sebab-sebab turunnya (suatu ayat))
adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab
suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan. Pada umumnya, Asbabun Nuzul
memudahkan para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari
balik kisah diturunkannya ayat itu. Selain itu, ada juga yang memahami ilmu ini
untuk menetapkan hukum dari hikmah di balik kisah diturunkannya suatu ayat. Ibnu
Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat dapat
membantu Mufassir memahami makna ayat. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul

1
suatu ayat dapat memberikan dasar yang kukuh untuk menyelami makna suatu ayat
Al-Qur’an.
Al-Quran adalah mukjizat terbesar yang diberikan Allah Ta’ala kepada Rasulullah
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam 14 abad yang silam. Turunnya wahyu
pertama merupakan peristiwa yang bersejarah dan fenomenal dalam penyebaran
ajaran Islam oleh Nabi Muhammad Saw. kepada seluruh alam.

Peristiwa ini merupakan tonggak kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya


dalam penyebaran ajaran Islam. Sebab ketika pada masa itu, kondisi masyarakat suku
Quraisy benar-benar dalam keadaan jahiliyah.

Adapun hikmah diturunkan Alquran secara berangsur-angsur kepada Nabi


Muhammad Saw. adalah sebagai berikut:
1. Meneguhkan hati Rasulullah dan para sahabat.
2. Sebagai tantangan dan mukjizat.
3. Mempermudah dalam menghafal dan memahami.
4. Relevan dengan penetapan hukum dan aplikasinya.
5. Memperkuat keyakinan bahwa Alquran adalah benar dari Allah.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja nama-nama Al-Quran dan sifat nya?
b. Apa itu wahyu dan cara wahyu diturunkan?
c. Apa itu Asbab An Nuzul?
d. Apa hikmah diturunkan nya Al-Qur’an secara berangsur-angsur?
e. Apa ayat pertama dan ayat terakhir yang diturunkan?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui tentang apa saja nama-nama Al-Quran dan sifatnya.
b. Untuk mengetahui tentang apa itu wahyu dan cara wahyu diturunkan.

2
c. Untuk mengetahui tentang apa itu Asbab An Nuzul.
d. Untuk mengetahui tentang apa hikmah diturunkan nya Al-Qur’an secara
berangsur-angsur.
e. Untuk mengetahui tentang apa ayat pertama dan ayat terakhir yang
diturunkan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Nama-nama Al-Qur’an Dan Sifatnya


Berikut ini, sekelompok nama-nama dan sifat Al-Qur‟an yang terpenting,
yaitu sebagai berikut:
a) Al-Furqon
Dinamakan dengan Al-Furqan, karena Al-Qur‟an itu diturunkan sebagai
pembeda antara yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, yang global dan
yang terperinci, baik dan buruk, petunjuk dan kesesatan, jalan yang lurus dan jalan
yang sesat, kebahagiaan dan kesengsaraan, orang-orang mukmin dan orang-orang
kafir, kaum yang jujur dan kaum yang dusta serta orang-orang yang adil dan orang-
orang zhalim. Dengan itulah Umar bin Khattab Radhiyallahu „Anhu diberi gelar “Al-
Faruq”.1
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َ ‫ِي نَ َّز َل ا ْلـفُ ْر َقا نَ ع َٰلى‬
‫ع ْبد ِٖه ِل َيك ُْونَ ِل ْل ٰعلَمِ ْينَ نَ ِذي ًْرا‬ ْ ‫ـركَ الَّذ‬
َ ‫تَ ٰب‬
"Maha Suci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya
(Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan
manusia)," (QS. Al-Furqan 25: Ayat 1)2

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


ٍ ‫ِي ا ُ ْن ِز َل ِف ْي ِه ا ْلقُ ْر ٰا ُن هُدًى لِلنَّا ِس َو َب ِي ٰن‬
‫ت ِمنَ ا ْل ُه ٰدى َوا ْلفُ ْر َقا ن‬ ْ ْۤ ‫ش ْه ُر َر َمضَا نَ الَّذ‬
َ
"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang benar dan yang batil).” ( QS. Al-Baqarah 2: Ayat 185)

1
Mahmud Al-Dausary, ‘Ragam Nama Dan Sifat Al-Qur ’ an’, Alukah, 2019, Hal 7.

2
Al-Qur-an Indonesia.

4
b) Al-Burhan
Al-Qur‟an dinamakan Al-Burhan karena Al-Qur’an adalah bukti kebenaran
yang berasal dari sisi Allah Swt bagi hamba-hamba nya, menjadi hujjah yang
ditegakkan atas orang-orang kafir. Muncul dari padanya bukti-bukti yang paling
nyata dan kuat atas kebenaran isi, makna, dan kandungan nya; baik yang menyangkut
permasalahan akidah maupun persoalan hidup Setiap orang yang berinteraksi. dengan
dalil-dalil Al-Qur’an yang mudah dan jelas, kemudian hati dan pikirannya
terpengaruhi olehnya, lalu dia bandingkan dengan dalil-dalil, bukti dan argumentasi
yang diolah, ditetapkan dan diterangkan oleh akal manusia. Siapapun yang
melakukan yang demikian itu, pasti akan menemukan sisi kebenaran, kemudahan dan
keterangan Al-Qur’an.3
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
‫س َق ْد َجا ٓ َء ُك ْم بُ ْر َها ٌن ِم ْن َّربِ ُك ْم َواَ ْن َز ْلنَ ْۤا اِلَ ْي ُك ْم نُ ْو ًرا ُّمبِ ْينًا‬ ْۤ
ُ ‫ٰيـاَيُّ َها النَّا‬
"Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu
cahaya yang terang benderang (Al-Qur'an)."(QS. An-Nisa' 4: Ayat 174)4
c) Al-Haq
Al-Qur’an dinamakan dengan Al-Haq karena terlihat dengan jelas
keagungannya dan kedudukannya yang tinggi. Manusia wajib mengimani Al-Haq ini
(Al-Qur‟an) dan menyambut seruannya. Karena ia bersumber dari Tuhan Yang Maha
Esa dan Maha Mulia. Tiada kebenaran selain kebenarannya. Di dalamnya juga
terdapat sindiran terhadap kitab-kitab samawi yang telah menyimpang, karena telah
tercampurnya kebenaran dan kebatilan.5
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

3
Mafatih li al-Ta’amul Ma’a al-Qur’an, hal. 34.

4
Al-Qur'an Indonesia.

5
Prof. DR. Mahmud Al-Dausary. Ragam Nama Dan Sifat Al-Qur'an. 2019. Hal 17.

5
َ‫ق مِ ْن َّربِكَ َف ََل تَك ُْونَنَّ مِ نَ ا ْل ُم ْمت َ ِر ْين‬
ُّ ‫اَ ْلحَـ‬
"Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad)
termasuk orang-orang yang ragu."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 147)6
d) As-syifa
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ّٰ ‫شفَا ٓ ٌء َّو َر ْح َمةٌ لِـ ْل ُمؤْ مِ نِ ْينَ ۙ َو ََل يَ ِز ْي ُد ال‬
َ ‫ظلِمِ ْينَ ا ََِّل َخ‬
‫سا ًرا‬ ِ ‫َونُنَ ِز ُل مِ نَ ا ْلـقُ ْر ٰا ِن َما ه َُو‬
"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur'an itu)
hanya akan menambah kerugian." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 82)
Maknanya adalah bahwa sesungguhnya Al-Qur‟an itu semuanya menjadi obat
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Ayat ini menunjukkan bahwa
dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang dapat mengobati berbagai macam penyakit
dan kepedihan, yang perinciannya dijelaskan dalam hadits-hadits yang shahih. Ayat
tersebut mencakupi perincian tersebut dengan cara penggunaan kata yang musytarak
(memiliki kesamaan) dalam maknanya.7
e) Al- Kitab
Al-Qur’an dinamakan Al-Kitab yang berarti tertulis atau yang ditulis. Ini
menunjukkan bahwa wahyu itu dirangkum dalam bentuk tulisan yang merupakan
kumpulan huruf-huruf dan menggambarkan ucapan manusia.8
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َ‫لَقَ ْد ا َ ْن َز ْلنَ ْۤا اِلَ ْي ُك ْم ِك ٰتبًا ِف ْي ِه ِذ ْك ُر ُك ْم ۙ ا َ َف ََل ت َ ْع ِقلُ ْون‬

6
Al-Qur'an Indonesia.

7
Al-Tahrir wa al-Tanwir, (14/150)

8
Ade Jamaruddin Muhammad Yasir, Studi Al-Quran, Journal of Chemical Information and Modeling,
2016.

6
"Sungguh, telah Kami turunkan kepadamu sebuah Kitab (Al-Qur'an) yang di
dalamnya terdapat peringatan bagimu. Maka apakah kamu tidak mengerti?"
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 10).9
f) Adz-Zikr
Al-Qur’an dinamakan adz-zikr yang berarti peringatan. Penamaan ini berarti
menunjukkan bahwa di dalam Al-Qur’an memuat berbagai peringatan bagi umat
manusia.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ُ ‫الذك َْر َواِ نَّا لَ ٗه لَ ٰحـ ِف‬
َ‫ظ ْون‬ ِ ‫اِنَّا نَ ْحنُ نَ َّز ْلنَا‬
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya." (QS. Al-Hijr 15: Ayat 9).10
g) Al-Huda
Al-Quran dinamakan Al-Huda dikarena kan mengandung petunjuk
didalamnya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َ‫الدي ِْن كُل ِٖه ۙ َولَ ْو ك َِر َه ا ْل ُمش ِْرك ُْون‬ َ ٗ‫َـق ِليُ ْظ ِه َره‬
ِ ‫علَى‬ ِ ‫س ْولَ ٗه ِبا ْل ُه ٰدى َو ِدي ِْن ا ْلح‬ ْ ْۤ ‫هُ َو الَّذ‬
َ ‫ِي اَ ْر‬
ُ ‫س َل َر‬
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Qur'an) dan
agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang
musyrik tidak menyukai." (QS. At-Taubah 9: Ayat 33)11
Adapun Sifat-sifat Al-Quran diantara nya yaitu:
a) Al-Hakim
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
‫س ٓۙ َوا ْلقُ ْر ٰا ِن ا ْل َح ِكي ِْم‬
ٓ ‫ٰي‬

9
Al-Qur'an Indonesia.

10
Al-Qur'an Indonesia.

11
Al-Qur'an Indonesia.

7
"Ya Sin.". "Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah," (QS. Ya-Sin 36: Ayat 1-
2)12
Ini adalah sumpah dari Allah Subhanahu Wa Ta‟ala atas nama Al-Qur’an
yang penuh hikmah, Allah Subhanahu Wa Ta‟ala telah mensifatinya dengan hikmah,
yaitu: meletakkan setiap sesuatu pada tempatnya yang sesuai dengannya.13
b) Al-Aziz
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ٌ ‫اِنَّ الَّ ِذ ْينَ َكفَ ُر ْوا بِا ِلذك ِْر لَ َّما َجا ٓ َءهُ ْم ۙ َواِ نَّ ٗه لَـ ِك ٰت‬
‫ب ع َِز ْي ٌز‬
"Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur'an ketika (Al-Qur'an)
itu disampaikan kepada mereka (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya
(Al-Qur'an) itu adalah Kitab yang mulia," (QS. Fussilat 41: Ayat 41)14
Maksudnya ia mulia karena sulit untuk disamai dan ditemukan yang
semisalnya.15
Al-Aziz berarti sesuatu yang bernilai harganya. Berasal dari kata “Al-Izzah”
yang bermakna kekuatan melindungi, karena sesuatu yang bernilai harganya akan
dilindungi dan dijaga dari upaya untuk mencampakkannya. Dan seperti itu pula
halnya sesuatu yang mulia. Al-Aziz diartikan pula yang menang dan tidak
terkalahkan. Dan seperti itu pula argumentasi-argumentasi Al-Qur’an.16

12
Al-Qur'an Indonesia.

13
Mahmud Al-Dausary, ‘Ragam Nama Dan Sifat Al-Qur ’ an’, Alukah, 2019, Hal 7
<https://www.alukah.net/books/files/book_11564/bookfile/namadan_sifat_quran.pdf> [accessed 28 September
2022].

14
Al-Qur'an Indonesia.

15
Al-Mufradat Fi Gharib Al-Qur’an, Hal. 335-336.

16
Al-Tahrir Wa al-Tanwir, (25/71).

8
2.2 Pengertian Wahyu Dan Cara Wahyu Diturunkan
Secara istilah wahyu didefinisikan sebagai kalam Allah yang diturunkan
kepada seorang nabi. Definisi ini menggunakan pengertian maf`ul, yaitu al-muha
(yang diwahyukan).17
Kata “wahyu” merupakan bentuk mashdar/infinitive dari kata “waha – yuha -
wahyu” atau isim mashdar dari fi’il waha yang secara bahasa berarti sesuatu yang
tersembunyi dan cepat. Maksudnya pemberitahuan kepada seseorang tentang sesuatu
secara tersembunyi dan cepat serta bersifat khusus bagi dia sendiri dan tersembunyi
bagi yang lainnya.18
Sedangkan menurut istilah syara’, para ulama telah merumuskan berbagai
definisi wahyu. Di antaranya Az-Zarkasyi dalam bukunya “Manahilu al-Irfan”
mengungkapkan pengertian wahyu sebagai berikut : “Wahyu adalah pengetahuan
yang diperoleh Nabi dalam hatinya, disertai dengan keyakinan bahwa pengetahuan
tersebut datang dari Allah Swt, atau wahyu itu adalah Kalamullah yang biasa
diturunkan kepada Nabi-nabi nya”.
Subhi Shaleh pula memberikan pengertian wahyu yaitu : ”Kalam Allah Ta’ala
yang diturunkan kepada salah seorang dari pada Nabi nya”.
Muhammad Abduh pula mendefinisikan wahyu sebagai berikut : “Wahyu
ialah pengetahuan yang didapat oleh seseorang di dalam dirinya, yang ia yakini
bahwa demikian itu datang dari sisi Allah, baik pakai perantara maupun tidak., yang
pertama melalui suara yang dapat didengar oleh yang bersangkutan atau tanpa suara
sama sekali.
Dari definisi yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa wahyu ialah
petunjuk atau pemberitahuan yang diterima secara cepat dan samar oleh seorang Nabi

17
Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur’an, Kencana, 2016,Hal 71

18
Manna al-Qathan, Mabahits fi ulum Al-Qur’an, (riyadh: Maktabah Ma’arif, 2000), Cet. Ke3, Hal 18.

9
atau Rasul dengan menyakini bahwa apa yang diterimanya itu benar-benar datang
dari Allah Swt.
Maksud wahyu itu diterima secara cepat ialah karena yang menerima wahyu
itu tidak melalui proses belajar ataupun penyelidikan lebih dahulu. Begitu pula wahyu
itu diterima secara samar, maksudnya wahyu itu datang secara rahasia atau
tersembunyi, sehingga tidak dapat disaksikan dengan jelas oleh orang lain. Dengan
demikian, maka pemberitahuan yang bersifat ghaib, rahasia dan sangat cepat yang
diterima semua Nabi dan Rasul dinamakan wahyu.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


ْۤ
َ ‫س ٰح‬
‫ق‬ ْ ِ‫سمٰ ِع ْي َل َوا‬ْ ِ‫ح َّوا لنَّ ِب ٖينَ مِ ْۢ ْن َب ْعد ِٖه ۙ َواَ ْو َح ْينَ ْۤا ا ِٰلى اِب ْٰر ِه ْي َم َوا‬
ٍ ‫اِنَّ ْۤا ا َ ْو َح ْينَ ْۤا اِلَ ْيكَ َك َم ْۤا ا َ ْو َح ْينَ ْۤا ا ِٰلى نُ ْو‬
‫سلَ ْيمٰ نَ ۙ َو ٰا ت َ ْينَا دَا ٗو َد َزبُ ْو ًرا‬ ُ ‫س َو ٰه ُر ْونَ َو‬ َ ُ‫ب َويُ ْون‬ َ ‫سبَا طِ َو ِعي ْٰسى َوا َ يُّ ْو‬ ْ َ‫ب َوا َْل‬ َ ‫َويَ ْعقُ ْو‬

"Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana


Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah
mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, lsmail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya; 'Isa,
Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur
kepada Daud." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 163)19
Adapun cara Allah Swt menurunkan wahyu yaitu:
1) Cara Wahyu Turun Pada Malaikat
Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat mengenai kalam Allah kepada para
malaikatnya, di antaranya:
‫الد َما ٓ َء ۙ َونَحْ ُن‬
ِ ُ‫س ِفك‬
ْ َ‫س ُد ِف ْيهَا َوي‬ ِ ‫َواِ ْذ َقا َل َربُّكَ ِل ْل َم ٰلٓئِ َك ِة اِن ِْي جَا ِع ٌل فِى ْاَلَ ْر‬
ِ ‫ض َخ ِل ْيفَةً ۙ َقا لُ ْۤ ْوا اَت َ ْجعَ ُل ِف ْيهَا َم ْن يُّ ْف‬
َ‫ِس لَـكَ ۙ َقا َل اِن ْۤ ِْي ا َ ْعلَ ُم َما ََل ت َ ْعلَ ُم ْون‬
ُ ‫سبِ ُح بِ َح ْمدِكَ َونُقَد‬
َ ُ‫ن‬
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami

19
Al-Qur'an Indonesia.

10
bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 30)20
Ayat di atas dengan tegas menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada para
malaikat tanpa perantaraan dan dengan pembicaraan yang dipahami oleh para
malaikat. Hal itu diperkuat oleh Hadis dari nawas bin Sam’an r.a. yang mengatakan
bahwa rasulullah SAW bersabda:
َ ٌ‫ ر ْع َدة‬: ‫ ْأو قا َل‬،ٌ‫ت ر ْجفَة‬
َ‫شدِي َدةٌ َخ ْوفا مِ ن‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫س َم‬
َّ ‫ت ال‬ ِ َ‫ فإذَا تكَل َم أ َخذ‬،ِ‫أن يوحِ َي بأ ْمر ِه تكَل َم بالو ْحي‬ ْ ُ‫إذَا أرا َد هللا‬
‫ب ْۙي ُل‬ِ ‫رأس ْۙهُ ِج‬ َ ْ َ‫أو ُل َم ْن ي‬
‫ـرفع‬ َّ ‫ َفـيكُو ُن‬،‫س َّجدًا‬ ُ ِ‫صعقُوا و َخروا هلل‬ ُ ‫ت‬ ِ ‫ماوا‬
َ ‫س‬ َّ ‫ع بِذَلكَ أ َ ُل ال‬
َ َۙ‫ فإذَا ِس‬،‫ِللا‬ ِ
ُ‫سأله‬
َ ٍ‫س َماء‬َ ‫ كُل َما َم َّر ب‬،ِ‫علَى ال َمَلئ َكة‬َ ‫بْۙ ي ُل‬ ِ ‫ فـي ْم ِضي ب ِه ِج‬،َ‫ فـيكَل ُمهُ هللاُ مِ ْن وحْي ِه بَا أَراد‬،‫سَل ُم‬ َّ ‫عَل ْي ِه ال‬
‫ فـيـقُولونُ كُل ُه ْم مِ ث َل َما َقا َل‬،‫لي الكَبي ُر‬ ُّ ‫ق َو َو ال َع‬ ِ ‫َمَلئِ َكت ُـهَا َماذَا قا َل ربـنا يا ِج‬
َّ ‫ قا َل ا ْلح‬:ُ‫ب ْۙي ُل ؟ فـيَـقُول‬
.‫الر ِض‬
ْ ‫س َماءِ َو‬ ُ ‫بْۙ ي ُل ِبالو ْحي ِ َحي‬
َّ ‫ْث أ َم َر هللاُ مِ نَ ال‬ ِ ‫ َفـيـ ْنت ِه ُي ِج‬،ُ‫بْۙ يل‬ ِ ‫ِج‬

“Apabila Allah hendak memberikan wahyu mengenai suatu urusan, Dia


berbicara melalui wahyu, maka langit pun tergetarlah dengan getaran atau Dia
mengatakan dengan goncangan yang dahsyat karena takut kepada Allah SWt. Apabila
penghuni langit mendengar hal itu, maka pingsan dan bersujudlah mereka itu kepada
Allah. Yang pertama sekali mengangkat muka di antara mereka itu adalah Jibril,
maka Allah membicarakan wahyu itu, kepada Jibril menurut apa yang dikehendaki-
nya. Kemu dian Jibril berjalan melintasi para malikat, setiap kali dia melalui satu
langit, maka bertanyalah kepadanya malaikat langit itu; apa yang telah dikatakan oleh
tuhan kita wahai Jibril ? Jibril menjawab: Dia mengatakan yang hak. Dan Dialah
yang Maha tinggi lagi Maha Besar. Para malaikat pun mengatakan seperti apa yang
dikatakan Jibril. Lalu Jibril menyampaikan wahyu itu seperti apa yang diperintahkan
Allah Swt.” 21
Hadis di atas menjelaskan bagaimana wahyu turun. Allah Swt berbicara, dan
para malaikat mendengarkan. Dan pengaruh wahyu itu pun sangat dahsyat. Dalam
perjalanan Jibril menyampaikan wahyu sebagaimana Hadis di atas, menunjukkan

20
Al-Qur'an Indonesia.

21
Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, (Kairo: Dar alKutub, 1964), Juz 14, Cet. Ke 6

11
turunnya wahyu khusus mengenai Al-Qur’an. Hadis di atas juga menjelaskan cara
wahyu diturunkan secara umum.
2) Cara Wahyu Diturunkan Kepada Para Nabi Dan Rasul
Allah memberikan wahyu kepada para rasulnya, ada yang melalui perantaraan
malaikat Jibril a.s. dan ada yang tidak melalui perantaraan. Adapun wahyu yang
disampaikan lewat perantaraan malaikat Jibril a.s. terbagi menjadi dua cara. Pertama,
datangnya suara seperti dencingan lonceng dan suara tersebut sangat kuat dan keras
yang memengaruhi factor-faktor kesadaran, sehingga dengan segala kekuatan siap
menerima datangnya wahyu tersebut, sebagaimana yang terjadi kepada nabi
Muhammad SAW, dan cara inilah yang paling berat, seperti diceritakan dalam sebuah
Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam sahihnya sebagai berikut:
“Dari Aisyah r.a. Al-Harits bin Hisyam bertanya kepada nabi SAW:
‘Bagaimana caranya wahyu datang kepada tuan?’ Beliau menjawab: ‘terkadang
datang kepadaku seperti suara gemerincing lonceng lalu terhenti sebentar namun aku
dapat mengerti apa yang disampaikan. Dan cara ini yang paling berat buatku.”
(HR. Bukhari)
Adapun cara yang kedua keadaan Jibril a.s menampakkan diri seperti seorang
laki-laki itu tidaklah mengharuskan ia melepaskan sifat keruhaniannya. Dan tidak
pula berarti bahwa zatnya telah berubah menjadi seorang laki-laki. Tetapi yang
dimaksudkan ialah bahwa dia menampakkan diri dalam bentuk manusia tadi untuk
menyenangkan Rasulullah sebagai manusia. Yang pasti, keadaan pertama tatkala
wahyu turun seperti suara loceng yang dahsyat tidak membuatnya tenang, karena
yang demikian menuntut ketinggian spritual Rasulullah yang seimbang dengan
tingkat keruhanian malaikat. Dan inilah yang paling berat. Kata Ibnu Khaldun,
“Dalam keadaan yang pertama, Rasulullah melepaskan kodratnya sebagai manusia
yang bersifat jasmani untuk berhubungan dengan malaikat yang bersifat ruhani.
Sedangkan dalam keadaan lain sebaliknya, malaikat berubah dari ruhani semata
menjadi manusia jasmani.”

12
Selanjutnya adalah wahyu yang diturunkan Allah Swt tanpa melalui perantara
diantara nya yaitu terbagi menjadi dua cara. Cara yang pertama, mimpi yang benar
didalam tidur. Aisyah rah dia berkata, “sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi
pada Rasulullah Saw adalah mimpi yang benar di waktu tidur, beliau tidaklah melihat
mimpi kecuali mimpi itu datang bagaikan terangnya di waktu pagi hari.” (HR.
Bukhari)

Adapun cara yang kedua, ialah kalam Ilahi dari balik tabir tanpa melalui perantara
yang demikian itu terjadi pada nabi Musa as, sebagaimana firman Allah Swt:

ّٰ ‫علَ ْيكَ ۙ َو َكلَّ َم‬


‫ِللاُ ُم ْو ٰسى ت َ ْك ِل ْي ًما‬ َ ‫ص ُه ْم‬ ُ ‫س ًَل لَّ ْم نَ ْق‬
ْ ‫ص‬ َ ‫صص ْٰن ُه ْم‬
ُ ‫علَ ْيكَ مِ ْن َق ْب ُل َو ُر‬ َ ‫س ًَل َق ْد َق‬
ُ ‫َو ُر‬

"Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya
dan ada beberapa rasul (lain) yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan
kepada Musa, Allah berfirman langsung." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 164)22

22
Al-Qur’an Indonesia

13
2.3 Pengertian Asbab An Nuzul
Secara etimologis kata asbaab al-nuzuul berasal dari kata “asbaab” dan
“nuzuul”. Kata asbaab merupakan bentuk jamak dari kata sabaabun yang berarti
sebab, alasan, ilat. Adapun kata nuzuul berasal dari kata kerja nazala yang berarti
turun. Secara terminologi, asbaab al-nuzuul dapat diartikan sebab-sebab yang
melatarbelakangi turunnya ayat Al-Qur’an, seperti halnya asbaabul wurud dalam
istilah ulumul Hadits. Dengan demikian, asbaabun nuzuul adalah sesuatu yang
melatarbelakangi turunnya satu ayat atau lebih, sebagai jawaban terhadap suatu
peristiwa atau menceritakan suatu peristiwa, atau menjelaskan hukum yang terdapat
dalam peristiwa tersebut.
Menurut Az-Zarkoni, asbaabun nuzuul adalah peristiwa yang terjadi pada
masa nabi atau masalah yang dihadapinya, maka turunlah suatu ayat atau beberapa
ayat dari Allah Swt yang menerangkan apa yang berhubungan dengan itu, atau men
jawab pertanyaan tersebut.
Menurut Muhammad Ali ash-Shobuni, asbaabun nuzuul adalah sesuatu
peristiwa atau ke jadian tertentu yang dalam pada itu kemudian turun satu atau
beberapa ayat AlQur’an, atau pertanyaan yang diajukan kepada Muhammad Saw
untuk mengetahui hukum syara’ atau untuk menafsirkan sesuatu yang berkaitan
dengan agama, kemudian turunlah satu atau beberapa ayat.
Menurut Manna’ Al-Qattan, asbaabun nuzuul adalah sesuatu hal yang
disebabkan Al-Qur’an diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, pada masa
itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan. Sebagian para ahli tafsir
berpendapat bahwa peristiwa yang terjadi dengan turunnya ayat yang membicarakan
peristiwa tersebut sebenarnya bukan karena hubungan kausalitas (sebab akibat), tetapi
memang Allah Swt ingin menurunkan ayat itu pada saat atau sedang terjadinya
peristiwa tersebut. Wahidi mengatakan, bahwa penafsiran Al-Qur’an yang tidak
dilengkapi dengan penjelasan mengenai sejarah turunnya atau asbaabun nuszul, maka
tidak bisa diterima.

14
Berdasarkan beberapa pengertian yang dilontarkan oleh para pakar tafsir
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa asbaabun nuzuul adalah suatu peristiwa
yang melatarbelakangi turunnya satu ayat atau beberapa ayat sebagai jawaban dan
penjelasan terhadap pertanyaan dan menerangkan hukumnya pada saat terjadinya
peristiwa (sebab) itu.23

23
Hamid, Abdul, Pengantar Studi Al-Qur’an, Kencana, 2016, Hal 102-104.

15
2.4 Hikmah Diturunkan Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur
Secara umum turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur adalah untuk
meneguhkan hati Nabi Muhammad Saw selaku pembawanya dan menjamin kebaikan
bacaannya, disamping juga untuk memudahkan menghafalnya terutama bagi Nabi
Muhammad, mengingat dia adalah seorang yang buta aksara, tidak pandai membaca
dan menulis. Mekipun demikian, tentu ada hikmah lain yang terdapat di dalamnya,
antara lain yang bisa dijangkau oleh akal mengapa Al-Quran turun secara berangsur-
angsur adalah:
1. menguatkan hati dan memperkuat tekad Nabi Saw. terutama dalam rangka
menerima Kalam Allah dan melaksanakan tugasnya sebagai seorang utusan
Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
‫علَ ْي ِه ا ْلـقُ ْر ٰا نُ ُج ْملَةً َّوا حِ َدةً ۙ ك َٰذ ِلكَ ۙ ِلنُثَبِتَ بِ ٖه فُـؤَادَكَ َو َرتَّ ْل ٰنهُ ت َ ْرتِي ًَْل‬
َ ‫َو َقا َل الَّ ِذ ْينَ َكفَ ُر ْوا لَ ْو ََل نُ ِز َل‬
"Dan orang-orang kafir berkata, "Mengapa Al-Qur'an itu tidak diturunkan
kepadanya sekaligus?" Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad)
dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan, dan
benar)." (QS. Al-Furqan 25: Ayat 32)
2. Memberikan kemudahan dan meringankan kaum muslimin yang pada masa
itu mereka pada umumnya masih buta huruf, untuk mempelajari, menghafal,
memahami ayat-ayat tersebut, dan selanjutnya untuk menerapkan dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ٍ ‫علَى النَّا ِس ع َٰلى ُم ْك‬


‫ث َّونَ َّز ْل ٰنهُ ت َ ْن ِزي ًَْل‬ َ ٗ‫َوقُ ْر ٰا نًا َف َر ْق ٰنهُ ِلت َ ْق َرا َ ه‬
"Dan Al-Qur'an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad)
membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya
secara bertahap." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 106)
Az-Zarqany merincikan hikmah kedua yang disebut ini, sebagai berikut:

16
a) Memudahkan umat untuk menghafal Al-Quran.
b) Memudahkan umat untuk memahami Al-Quran
c) Mempersiapkan bangunan Al-Quran dengan landasan yang sempurna, yang
menghancurkan kepercayaan-kepercayaan yang bathil, penderitaan yang hina
dan tradisi yang merusak.
d) Membangunan umat secara bertahap menuju bentuk yang sempurna, dengan
menanamkan keimanan yang sejati, peribadatan yang benar dan akhlak
terpuji.
e) Meneguhkan hati orang-orang yang beriman dan meringankan beban
penderitaan mereka dalam mengamalkan dan menyiarkan Islam, dengan
meneguhkan ketabahan dan keyakinan akan kemenangan.
3. Menetapkan dan menerapkan hukum samawy secara Tadarruj (selangkah
demi selangkah) dalam kehidupan umat manusia yang relevan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan dinamika masyarakatnya masa itu. Di samping juga
memberikan petunjuk bahwa Al-Quran itu diturunkan dari Dzat yang Maha Bijaksana
lagi terpuji.
Seandainya Al-Quran itu buah ciptaan manusia, maka kerenggangan masa
akan menimbulkan kesimpangsiuran dan ketidakserasian pada isi dan kandungannya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫اخت ََِل ًفا َكثِي ًْرا‬


ْ ‫ِللا لَ َو َجد ُْوا ِف ْي ِه‬ َ ‫ا َ َف ََل يَت َ َدبَّ ُر ْونَ ا ْلقُ ْر ٰا نَ ۙ َولَ ْو كَا نَ مِ ْن ِع ْن ِد‬
ِ ّٰ ‫غي ِْر‬
"Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur'an? sekiranya (Al-
Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang
bertentangan di dalamnya." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 82)

17
2.5 Ayat Pertama Dan Ayat Terakhir Diturunkan
Menurut pendapat yang shahih mengenai ayat pertama kali yang diturunkan
ialah : Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ۡ‫سنَ َما لَمۡ يَ ۡعلَم‬ َ ‫ق ۡٱق َر ۡأ َو َربُّكَ ۡٱۡل َ ۡك َر ُم ٱلَّذِي‬


َ ‫علَّ َم ِب ۡٱلقَلَ ِم‬
َ ٰ ‫علَّ َم ٱ ۡ ِۡلن‬ َ ‫سنَ مِ ۡن‬
ٍ َ‫عل‬ ِۡ ‫ق‬
َ ٰ ‫ٱۡلن‬ ۡ ‫ۡٱق َر ۡأ ِب‬
َ َ‫ٱس ِم َر ِبكَ ٱلَّذِي َخلَقَ َخل‬
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpul darah. Bacalah dan Tuhanmu lebih Pemurah.
Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq’96: Ayat 1-5)24
Dasar pendapat ini adalah hadits yang diriwayatkan Imam Al- Bukhari dan
Muslim dan lainnya, dari Aisyah yang mengatakan,

“Wahyu yang pertama kali dialami oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa


Sallam, adalah mimpi yang benar di waktu tidur. Beliau melihat dalam mimpi itu
datangnya bagaikan terangnya pagi hari. Kemudian beliau suka menyendiri. Beliau
pergi ke gua Hira untuk beribadah beberapa malam. Untuk itu beliau membawa
bekal. Kemudian beliau pulang kembali ke Khadijah Radhiyallahu Anha, maka
Khadijah pun membekali beliau seperti bekal terdahulu. Lalu, di gua Hira datanglah
kepada beliau satu kebenaran, yaitu seorang Malaikat, yang berkata kepada Nabi,
“Bacalah!” Rasulullah menceritakan, maka aku pun menjawab, “Aku tidak bisa
membaca. Malaikat tersebut kemudian memelukku sehingga aku merasa amat payah.
Lalu aku dilepaskan, dan dia berkata lagi, “Bacalah! Maka aku pun menjawab, “Aku
tidak bisa membaca. Lalu dia merangkulku yang kedua kali sampai aku kepayahan.
Kemudian dia lepaskan lagi dan berkata, Bacalah" Aku menjawab, Aku tidak bisa
membaca. Maka, dia merangkulku yang ketiga kalinya sehingga aku kepayahan,
kemudian dia berkata, Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah
menciptakan ... sampai dengan '... apa yang tidak diketahuinya”.

24
Al-Quran Indonesia

18
Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah ayat, “Ya ayyuhal
muddatstsir” (Hai orang yang berselimut). Ini didasarkan juga pada HR. Al-Bukhari
dan Muslim dari Abu Salamah bin Abdirrahman. Dia berkata, “Aku bertanya kepada
Jabir bin Abdillah. Yang manakah di antara Al-Qur’an itu yang turun pertama kali?
Dia menjawab, Ya ayyuhal muddatstsir.' Aku bertanya lagi, “Bukannya iqra bismi
rabbika?' Dia menjawab, “Aku katakan kepadamu apa yang dikatakan Rasulullah
kepada kami. Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira. Maka
ketika habis masa diamku, aku turun lalu aku telusuri lembah. Aku lihat ke muka, ke
belakang, ke kanan dan ke kiri. Lalu aku lihat ke langit, tiba-tiba aku melihat Jibril
yang amat menakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah. Khadijah memerintahkan
mereka menyelimuti aku. Mereka pun meyelimuti aku. Lalu Allah menurunkan,
Wahai orang yang berselimut: bangkitlah, dan berilah peringatan?”

Hadits Jabir ini dapat dijelaskan bahwa pertanyaan itu mengenai surat yang
diturunkan secara penuh. Jabir menjelaskan bahwa surat Al- Muddatstsir-lah yang
turun secara penuh sebelum surah Al-Alaq (1-5)selesai diturunkan semuanya. Sebab,
yang turun pertama sekali dari surah Al-Alaq (1-5) itu hanyalah permulaannya saja.
Hal yang demikian ini juga diperkuat oleh hadits Abu Salamah dari Jabir yang
terdapat dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim. Jabir berkata, “Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika beliau berbicara tentang masa
diturunkannya wahyu. Beliau berkata, Ketika aku berjalan, aku mendengar suara dari
langit. Lalu aku angkat kepalaku, tiba-tiba aku melihat malaikat yang mendatangiku
di gua Hira itu duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun segera pulang dan
aku berkata, Selimutilah aku! Maka, mereka pun menyelimuti aku. Lalu Allah
menurunkan, “Ya ayyuhal muddatstsir.”

Hadits ini menunjukkan bahwa kisah tersebut terjadi setelah kisah gua Hira,
atau Al-Muddatstsir itu adalah surat pertama yang diturunkan setelah terhentinya
wahyu. Jabir meriwayatkan yang demikian ini dengan jjtihadnya, akan tetapi riwayat
Aisyah lebih didahulukan. Dengan demikian, maka ayat Al-Qur'an yang pertama
sekali turun secara mutlak ialah surah Al-Alaq (1-5) dan surat yang pertama
diturunkan secara lengkap, dan pertama setelah terhentinya wahyu ialah “Ya ayyuhal

19
muddatstsir.” Atau, bisa juga dikatakan bahwa surat Al-Muddatstsir turun sebagai
tanda kerasulannya, sedangkan ayat “Igra” turun sebagai tanda kenabiannya.25

Adapun mengenai ayat terakhir yang diturunkan para ulama berbeda


pendapat. Sebagian ada yang mengatakan bahwa ayat yang terakhir diturunkan ialah
surah Al-Baqarah ayat 281 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

َ ‫ِللا ۙ ث ُ َّم ت َُوفّٰى ُك ُّل نَ ْف ٍس َّما َك‬


َ‫سبَتْ َوهُ ْم ََل يُ ْظلَ ُم ْون‬ ِ ّٰ ‫َوا تَّقُ ْوا يَ ْو ًما ت ُْر َجعُ ْونَ ِف ْي ِه اِلَى‬

“Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah.
Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah
dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan)."26

Pendapat ini merupakan pendapat yang benar dan kuat menurut hasil seleksi
para ulama yang di antara tokohnya Asy-Suyuthi. Pendapat ini dikutip dari seorang
tokoh umat, Abdullah bin Abbas yang diriwayatkan oleh Nasa’i dari Ikrimah dari
Ibnu Abbas, yang menyebutkan bahwa ayat Al-Quran yang terakhir diturunkan ialah
ayat wattaqu yauman turja’una fihi ilallahi.27

Pendapat lain pula mengatakan bahwa ayat Al-Qur’an yang terakhir


diturunkan ialah firman Allah Swt. dalam surat Al-Maidah ayat 3:
ُ‫ِللا ِب ٖه َوا ْل ُم ْن َخ ِنقَةُ َوا ْل َم ْوقُ ْوذَةُ َوا ْل ُمتَ َر ِد َيةُ َوا لنَّطِ ْيحَة‬ِ ّٰ ‫علَ ْي ُك ُم ا ْل َم ْيتَةُ َوا ل َّد ُم َولَ ْح ُم ا ْلخِ ْن ِزي ِْر َو َم ْۤا ا ُ ِه َّل ِلغَي ِْر‬
َ ْ‫ُح ِر َمت‬
َ ‫ق ۙ ا َ ْل َي ْو َم َيئ‬
‫ِس‬ ٌ ‫س‬ ٰ
ْ ‫س ُم ْوا ِبا ْ ََل ْز ََل ِم ۙ ذ ِل ُك ْم ِف‬ ِ ‫ست َ ْق‬
ْ َ ‫ب َوا َ ْن ت‬ ِ ‫ص‬ ُ ُّ‫علَى الن‬ َ ‫سبُ ُع اِ ََّل َما ذَ َّك ْيت ُ ْم ۙ َو َما ذُ ِب َح‬ َّ ‫َو َم ْۤا ا َ َك َل ال‬
‫علَ ْي ُك ْم نِ ْع َمت ِْي َو َر ِضيْتُ لَـ ُك ُم‬َ ُ‫الَّ ِذ ْينَ َكفَ ُر ْوا مِ ْن ِديْـنِ ُك ْم َف ََل ت َ ْخش َْوهُ ْم َوا ْخش َْو ِن ۙ ا َ ْليَ ْو َم ا َ ْك َم ْلتُ لَـ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َوا َ تْ َم ْمت‬
‫غفُ ْو ٌر َّرحِ ْي ٌم‬ َ ّٰ َّ‫غي َْر ُمتَجَا نِفٍ ِ َِلثْ ٍم ۙ َف ِا ن‬
َ ‫ِللا‬ َ ‫ص ٍة‬ َ ‫ط َّر ف ِْي َم ْخ َم‬ ُ ‫ض‬ ْ ‫س ََل َم ِد ْينًا ۙ َف َم ِن ا‬ ْ ‫اَل‬ ِْ

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging)


hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan

25
Aunur Rafiq El-Mazni, ‘Terjemah Mabahits Fi Ulum Qur’an (Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an)’, 2005,
Hal 79-81

26
Al-Qur’an Indonesia

27
Muhammad Yasir, Ade Jamaruddin, Studi Al-Quran, Journal of Chemical Information and Modeling, 2016,
HAL. 67

20
pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah) (karena) itu suatu perbuatan fasik.
Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab
itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini
telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku
bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa
karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang."28

Menurut Ash-Shabuni pendapat ini merupakan pendapat yang tidak shahih


(benar), karena ayat tersebut diturunkan kepada Rasulullah Saw. Pada waktu beliau
melaksanakan haji wada di kala beliau wukuf di Arafah, yang setelah itu beliau masih
sempat hidup selama 81 hari, dan sebelum beliau wafat turunlah sebuah ayat dari
surat al-Baqarah di atas.

Az-Zarqany pula mengungkapkan kenapa ayat Al- Maidah itu bukan ayat
yang terakhir diturunkan…?, padahal ayat tersebut secara jelas menyatakan
pemberitahuan dari Allah Swt. tentang kesempurnaan agamanya dan diturunkan pada
suatu hari yang disaksikan (banyak orang), yaitu hari Arafah pada haji Wada di tahun
ke-10 H …?. Jawabnya adalah karena dua bulan lebih setelah ayat tersebut
diturunkan, masih ada ayat yang turun dan kiranya anda tidak lupa bahwa ayat
(wattaqu yauman turja’una fihi illahi) adalah ayat terakhir diturunkan, dan setelah
ayat ini turun Rasulullah masih sempat hidup selama tujuh hari saja.

Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqilani ketika mengomentari berbagai riwayat


mengenai ayat yang terakhir kali diturunkan menegaskankan bahwa tidak satupun
dari pendapat-pendapat ini yang disandarkan kepada Nabi Saw., masing-masing
boleh jadi berkata sesuai dengan hasil ijtihadnya atau dugaan saja. Mungkin masing-
masing memberitahu mengenai apa yang terakhir kali didengarnya dari Nabi Saw.
pada saat ia wafat atau tak seberapa lama sebelum ia sakit. Sedang yang lain mungkin
tidak secara langsung mendengar dari Nabi. Mungkin juga ayat itu yang dibaca
terakhir kali oleh Rasulullah Saw. Bersama-sama dengan ayat-ayat yang turun waktu
itu, sehingga disuruh untuk dituliskan sesudahnya, lalu dikiranya ayat itulah yang
terakhir diturunkan menurut tertib urutan nya.29

28
Al-Qur’an Indonesia

29
Muhammad Yasir, Ade Jamaruddin, Studi Al-Quran, Journal of Chemical Information and Modeling,
2016, HAL. 67-68
21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Al-Qur’an sendiri memiliki beberapa nama lain, di antaranya adalah, Al-
Furqon (pembeda antara yang hak dan yang batil), Al-Burhan (bukti
kebenaran), Al-Haq (kebenaran), Asy-Syifa (obat/penyembuh), Al-Kitab
(buku/tertulis), Adz-Zikr (Peringatan), Al-Huda (petunjuk). Sedangkan sifat-
sifat dari Al-Qur’an sendiri adalah Al-Hakim (hikmah), Dan Al-Aziz (mulia).

2. Secara istilah wahyu didefinisikan sebagai kalam Allah yang diturunkan


kepada seorang nabi. Definisi ini menggunakan pengertian maf`ul, yaitu al
muha (yang diwahyukan). Kata “wahyu” merupakan bentuk
mashdar/infinitive dari kata “waha – yuha - wahyu” atau isim mashdar dari
fi’il waha yang secara bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan cepat.
Maksudnya pemberitahuan kepada seseorang tentang sesuatu secara
tersembunyi dan cepat serta bersifat khusus bagi dia sendiri dan tersembunyi
bagi yang lainnya. Adapun cara Allah Swt menurunkan wahyu kepada
malaikat yaitu langsung tanpa perantara. Selanjutnya adalah cara Allah Swt
menurunkan wahyu kepada para Nabi dan Rasul nya yang pertama, melalui
perantara malaikat Jibril dan tanpa melalui perantara.
3. Secara etimologis kata asbaab al-nuzuul berasal dari kata “asbaab” dan
“nuzuul”. Kata asbaab merupakan bentuk jamak dari kata sabaabun yang
berarti sebab, alasan, ilat. Adapun kata nuzuul berasal dari kata kerja nazala
yang berarti turun. Secara terminologi, asbaab al-nuzuul dapat diartikan
sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Qur’an, seperti halnya
asbaabul wurud dalam istilah ulumul Hadits. Dengan demikian, asbaabun
nuzuul adalah sesuatu yang melatarbelakangi turunnya satu ayat atau lebih,

22
sebagai jawaban terhadap suatu peristiwa atau menceritakan suatu peristiwa,
atau menjelaskan hukum yang terdapat dalam peristiwa tersebut.
4. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur tentu nya memiliki hikmah
didalam nya diantara nya yang pertama, menguatkan hati dan memperkuat
tekad Nabi Muhammad Saw, yang kedua yaitu memberikan kemudahan dan
meringankan kaum muslimin yang pada saat masa itu masih buta huruf untuk
mempelajari, menghafal dan memahami ayat ayat itu, yang ketiga yaitu
menetapkan dan menerapkan hukum samawy secara tadarruj (selangkah demi
selangkah) dalam kehidupan umat manusia yang relevan/sesuai dengan masa
itu.
5. Ayat Pertama dari sekian pendapat yang mengenai Ayat pertama turun yang
paling sohihialah surat Al-alaq 1-5. Dasar pendapat ini adalah hadits yang
diriwayatkan ImamAl-Bukhari dan Muslim, dan lainnya, dari Aisyah tentang
turunnya wahyu kepada Nabi SAW di gua Hira. Kemudian “Ya ayyuhal
muddatstsir." Ini didasarkan pada hadits Bukhari dan Muslim dari Abu
Salamah bin Abdirrahman.Hadits tersebut menjelaskan bahwa pertanyaan
yang dimaksud adalah mengenai surat yang diturunkan secara penuh. Jabir
menjelaskan bahwa surat Al-Muddatstsir-lah yang turun secara penuh
sebelum surat Iqrah' (Al-Alaq) selesai diturunkan semuanya.Maka ayat Al-
Qur'an yang pertama kali turun secara mutlak adalah Iqra' dansurat yang
pertama diturunkan secara lengkap, dan pertama setelah terhenti nya wahyu
ialah "Ya ayyuhal muddatstsir." Atau bisa juga dikatakan bahwa surat Al-
Muddatstsir turun sebagai tanda kerasuluannya, sedangkan ayat "Iqra"
turunsebagai tanda kenabiannya. Ayat terakhir berbagai pendapat mengenai
yang terakhir diturunkan tetapi semua pendapat ini tidak mengandung sesuatu
yang dapat disandarkan kepada Rasulullah SAW,masing-masing
merupakan ijtihad atau dugaan. Tetapi menurut Ulama Jumhur yang terakhir
turun ialah surat Al Maidah : 3 yang Artinya : Pada hari ini telah aku

23
sempurnakan bagimu agamamu dan aku telah cukupkan untukmu nikmatku
dan aku telah pilih (Aku Ridhoi) Islam menjadi agamamu (QS Al Maidah : 3)

3.2 Saran
Terkait dengan pembahasan makalah di atas penulis menyadari masih
banyaknya kekurangan dan hal yang belum dijelaskan. Jadi diharapkan kepada
pembaca dapat memperluas pemahamannya akan pembahasan di makalah ini dengan
membaca referensi-referensi lain yang berkaitan dengan pembahasan pada makalah
ini, terkhusus dibagian nama-nama Al-Qur’an dan sifat nya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Al-Dausary, Mahmud, Ragam Nama Dan Sifat Al-Qur-an, Alukah, (2019)


El-Mazni, Aunur Rafiq, ‘Terjemah Mabahits Fi Ulum Qur’an (Pengantar Studi Ilmu
Al-Qur’an)’, (2005)
Hamid, Abdul, Pengantar Studi Al-Qur’an, Kencana, (2016)
Muhammad Yasir, Ade Jamaruddin, Studi Al-Quran, Journal of Chemical
Information and Modeling, (2016)
Rahman, L. A. (2017). Hakikat Wahyu Menurut Perspektif Para Ulama. Jurnal
Ulunnuha, 6(1), 73.
Dr. Vladimir, V. F. (2020). KODIFIKASI WAHYU (Menyoal Kesejarahan
Pembukuan Naskah Al-Qur’an). Humanistika: Jurnal Keislaman,(2020)

25

Anda mungkin juga menyukai