Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH PENULISAN AL-QUR'AN

DISUSUN OLEH:

1. IRMADAYANTI (2017520005)
2. JULIO NABIL SIAGIAN (2017520002)

Mata Kuliah : Studi ilmu Al-qur'an


Dosen Pengampu : Danny Abrianto, S.Th.I, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 ILMU FILSAFAT


FAKULTAS AGAMA ISLAM DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCABUDI

1
2020

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI……..………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….4

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………….5

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………...5

1.4 Manfaat…………………………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Al-qur’an………………………………………………………………4

a.Secara Etimologi/Bahasa………………………………………………………5

b.Secara Terminalogi/Istilah…………………………………………………….5

2.2 Sejarah penulisan Al-Qur'an

a.Pada masa Nabi Muhammad SAW...........................................

b.Pada masa Abu Bakar................................................................

c.Pada masa Usma bin Affan.......................................................


d. Penyempurnaan Pemeliharaan Al-Qur’an setelah Masa Khulafaur
rasyidin...................................................................................................................

e. Rasm Al-qur'an..............................................................................

2
2.3 KESIMPULAN

2.4 DAFTAR PUSTAKA

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga kami dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari seluruh Komponen yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah yang berjudul “Sejarah penulisan alqur'an"

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih
baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin dalam pembuatan
makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Medan , 22 Oktober 2020

(Penulis)

4
 

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

AL-qur'an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui

malaikat jibril. Al-qur'an diturunkan secara berangsur-angsur dalam waktu 22 tahun 2

bulan 22 hari.yaitu mulai dari malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi,

sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada` tahun tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H.

Selama itu, Alquran difirmankan Allah SWT kepada Muhammad sebanyak 30 juz atau

114 surat atau sekitar 6666 ayat. Al – Quran sendiri turun di dua tempat, yaitu di Mekah

(yang kemudian ayatnya disebut Makkiyah) dan Madinah(disebut ayat Madaniyah).

Sebagai umat muslim tentunya kita harus mengetahui sejarah singkat turunnya Al-

qur'an dan tentunya kita harus dapat mengamalkannya di setiap kehidupan sehari harii.

Agar senantiasa menjadi pribadi yang lebih baik.Semoga makalah ini dapat bermanfaat

untuk kita semua yang membacanya.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah defenisi dari Al-qur'an?
2. Bagaimana sejarah penulisan Al-qur'an?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:


1. Untuk mengetahui  apakah defenisi dari Al-qur'an
2. Untuk mengetahui sejarah penulisan Al-qur'an
1.4 Manfaat

6
Setelah menentukan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan dari makalah
ini, maka penulis menemukan beberapa manfaat, khususnya bagi penulis pribadi
dimana dapat menambah pengetahuan penulis akan apa itu alqur'an dan sejarah
penulisan al-qur'an.Dengan demikian, saya lebih mengetahui lagi akan  sejarah
penulisan alqur'an dengan lebih mendalam.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A.DEFENISI AL-QUR’AN

Al-qur’an adalah kitab suci alah yang paling sempurna. Allah menurunan kitab suci ini kepada Nabi
dan Rasul ysng mulia,Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam sebagai petunjuk hidup bagi seluruh
umat manusia yang hidup diakhir zaman. Seperti Dijelaskan dalam surat Al-Furqan ayat
pertama,sebagai berikut:

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan kepada hambanya,agar dia memberi peringatan
kepada seluruh alam.” [QS.AL-FURQAN:1]

Adapun kata alqur’an memiliki banyak pendapat menurut ulama

Secara Etimologi ( bahasa) :

a) Sebagian dari mereka diantaranya Al-Lihyani berkata bahwa kata Al-Qur’an merupakan kata
jadian dari kata dasar “qara’a” (membaca) “sesuatu yang dibaca berulang-ulang” 1
sebagaimana kata rujhan dan gufrhan. Dan pendapat ini lebih masyur 2
Sebagaimana dalam firman ALLAH SWT,

ُ‫إِ َّن َعلَ ْينَا َج ْم َعهۥُ َوقُرْ َءانَ ۥهُفَإِ َذا قَ َر ْأ ٰنَهُ فَٱتَّبِ ْع قُرْ َءانَ ۥه‬

“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Dan apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”. (QS.Al-
Qiyamah 75:Ayat 17-18)

b) Sebagian dari mereka, diantaranya Al-Zujaj menjelaskan bahwa kata Al-Qur’an merupakan kata
sifat yag berasal dari kata dasar “al-qara” yang artinya menghimpun. Kata sifat ini kemudian
dijadikan nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. karena kitab itu
menghimpun surat,ayat,kisah,perintah,dan larangan. 3

c) Adapun kata al-qur’an bermakna al-jam’u dan taala. Talaa berasal dari kata aramiyah kemudian
masuk kedalam bahasa arab sebelum datangnya islam. Seandainya pun pendapat ini benar [Ibid],
namun tidak memiliki dasar yang kuat.4

Secara Terminologi (Istilah):

1
Manna al-Qattan,Mabahits fi Ulum Al-Qur'an, (Riyadh:Maktabah Ma'arif,2000),Cet. Ke-1, h. 15
2
Muhammad Abu Syuhbah, Al-Madkhalu Ila'ilmi Al-Qur'an, Loc. Cit
3
Az-Zujaj (w. 331 H)
4
Ibid

8
a) Menurut Manna Al-Qaththan:

“Kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad .S.A.W. membacanya merupakan
suatu ibadah5

b) Menurut Al-Jurjani:

“Yang diturunkan kepada Rosulloh S.A.W. Yang ditulis didalam mushaf dan diriwayatkan
secara mutawatir tanpa keraguan.”

c)Menurut Abu Syahbah:

“Kitab Alllah yang diturukan baik lafat maupun maknanya kepada nabi terakhir, Muhammad
SAW. Yang driwiyatkan secara mutawtir yakni dengan penuh kepastian dan kenyakinan (akan
kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad), yang ditulis pada mushaf mulai dari
awal surat Al-Fatihah sampai akhir ayat An-Nash. 6

d) Menurut Kalangan Pakar Ushul Fiqh, Fiqh, dan Bahas Arab:

“ Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad, yang lafat -lafat nya
mengandung mukjizaT, membaca, mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan
yang ditulis pada mushaf, mulai awal surat Al-Fatihah sampai akhir surat An-Nash.

Dari kalangan ilmu fikih mendefenisikan kata alqur’an sebagaimana yang dikemukakan oleh Wahbah
az-Zuhaily,yaitu:

“Firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW sebagai


mukjizat,membacanya merupakan ibadah,yang diriwayatkan secara mutawatir,tertulis dalam
lembaran-lembaran, dari awal surah al-Fatihaah dan berakhir sampai pada surah an-Naas’ 7

B.SEJARAH PENULISAN AL-QUR’AN

Terkait tentang bagaimana turunnya Al-Qur’an, kita mengetahui bahwa ada dua proses turun
yang berbeda,sebagaimana hadist riwayat Ibnu Abbas radhiyallahuanhu :

‫أُنزل القرآن جملة واحدة إلى السماء الدنيا ليلة القدرثم أُنزل بعد ذلك في عشرين سنة‬

Artinya: Al-Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar, kemudian diturunkan
sesudah itu sepanjang 20-an tahun.

1.Pada Masa Nabi Muhammad SAW

Pada masa Nabi Muhammad SAW penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an melalui dua cara yakni
hafalan dan penulisan dalam lembaran (shuhuf). Rasulullah SAW juga menghafal Al-Qur’an dan
dipandu langsung oleh malaikat Jibril dalam sekali setahun. Disaat Rasulullah telah faham dan hafal,
kemudian beliau memberikan dan membacakannya kepada sahabat untuk menghafalkan dan
mengingat juga ayat demi ayat Al-Qur’an. Nabi Muhammad SAW juga sering memberikan ulangan
kepada para sahabat dan menyuruh untuk membacakan Al-Qur’an dihadapan beliau dengan tujuan
membetulkannya jika terjadi kesalahan. Begitu kuatnya Nabi SAW untuk mengingat dan menghafal
5
Moh. Abdul Adhim Az Zarqani, manahil irfan fi ulumil Qur'an, Beirut, jilid 1, 1988, hal, 1.
6
.Abu Syahbah, Muhammad ibn Muhammad, 1992/1412 H. al-Madkhal li Dirasah al-Qur’an al-Karim, Beirut:
Dar al-Jil.
7
Wahbah az-Zuhaily, Tafsir al-munir, (Beirut: Dar al fikr,1481 H) ,cet.ke-2 hal-13

9
setiap wahyu yang telah diterimanya, sehingga sahabat Nabi menghafalkannya dan berlangsung
sampai penghabisan turunya wahyu.

Nabi Muhammad SAW merupakan “Sayyid Al-Huffazd” atau penghulu dari penghafal Al-Qur’an.
Beliau juga menjadi tempat bertanya bagi kaum muslim yang kesulitan tentang Al-Qur,an. Para
sahabat pun berlomba-lomba dalam menghafal Al-Qur’an sehingga semakin banyak yang menghafal
Al-Qur’an sebagian bahkan seluruPenulisan Al-Qur’an pada masa Nabi didorong dengan dua faktor :

1) Memback-up hafalan yang telah dilakukan Nabi dan para sahabatnya.


2) Mempresentasikan wahyu dengan cara sempurna.

Pada umumnya masyarakat muslim pada masa Nabi belum ada yang bisa menulis dan membaca.
Tapi, tidak menutup kemungkinan tidak adanya yang bisa membaca serta menulis diantara mereka.
Ada beberapa diantara mereka yang sudah bisa membaca dan menulis terutama suku Quraisy sebelum
Nabi diutus menjadi Rasul, seperti Zaid bin Tsabit dari orang-orang yang berada di Madinah. Setelah
datangnya Islam, orang-orang yang mampu baca tulis memperoleh perhatian khusus dari Nabi SAW.
Ini dari pemanfaatan tawanan perang yang diharuskan oleh Nabi memberikan pengajaran menulis
kepada para sahabat. Kemudian ketika sudah banyak sahabat yang bisa membaca dan menulis. Nabi
Muhammad SAW merasa Al-Qur’an tidak cukup hanya dengan dihafal melainkan juga harus ditulis.
Dengan demikian akan lebih terjaga karena ada dua cara dalam memelihara serta menjaga keutuhan
Al-Qur’an yaini dalam dada (Hafalan) dan tulisan. Sejak saat itu sahabat beramai-ramai menulis Al-
Qur’an dengan disaksikan Rasulullah sendiri. Tentang penulisan wahyu di masa Rasulullah ada
beberapa orang yang khusus ditunjuk untuk menuliskan Al-Qur’an. Mereka di kenal sebagai penulis
wahyu yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab,
Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Mas-’ud, Abu Musa al-Asy’ari, Khalid bin Walid, Aban bin Sa’id,
Mu’awiyah bin Abu Sofyan, Zubair bin Awwam, Handholah bin Ar-Robi, Al-Asadi, Muatqid bin
Fatimah, Abdullah bin Arqam, Tsabit bin Qais, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqas, Amir
bin Fuhairah, Hudzaifah bin Al-Yaman, Mughiroh bin Asy-Syu’ban, Amru bin ‘Ash dan lain-lain.
Terdapat informasi yang cukupekstensif mengenai bahan-bahan yang digunakan sebagai media untuk
menuliskan wahyu yang turun dari langit melalui Muhammad SAW. Dalam suatu catatan, disebutkan
bahwa sejumlah bahan yang ketika itu digunakan untuk menyalin wahyu-wahyu yang diturunkan
Allah kepada Muhammad, yaitu:

a.Riqa,lembaran lontar atau perkamen

b.Likhaf,batu tulis bewarna putih

c.’Asib,pelepah kurma

d.Aktaf,tulang belikat unta

e.Adlla’,tulang rusuk unta

f.Adim,lembaran kulit binatang

Pembukuan Al-Qur’an dilakukan secara tersusun berdasarkan Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ibn
Abbas dari Utsman bin Affan bahwa apabila diturunkan kepada Nabi suatu wahyu, ia memanggil
sekretaris untuk menuliskannya, kemudian bersabda “letakkanlah ayat ini dalam surat yang
menyebutkan begini atau begitu”.[5] Pembukuan Al-Qur’an tersebut tidak disusun berdasarkan
kronologis turunnya wahyu. Seperti yang diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ra, ia berkata :

10
‫ُكنا َّ ِع ْن َد َرسُوْ ِل هللا ِ نُ َؤلِّفُ ْالقُرْ آنَ ِمنَ الرِّقاَع‬

“Kami di sisi Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, meng-umpulkan Al-Qur’an dari kulit”.

Para penulis wahyu itu diperintahkan oleh Rasulullah untuk menulis wahyu yang diterimanya dan
peletakan urutan-urutannya sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad SAW berdasarkan petunjuk
Allah SWT melalui Jibril. Kemudian semua ayat-ayat Al-Qur’an yang telah ditulis di hadapan Nabi
SAW di atas benda yang bermacam-macam itu disimpan di rumah Nabi dalam keadaan masih
terpencar-pencar, ayat-ayat belum dihimpun dalam suatu mushaf atau shuhuf Al-Qur’an. Di samping
itu para penulis wahyu secara pribadi membuat naskah dari tulisan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut untuk
mereka simpan masing-masing. Shuhuf Al-Qur’an yang disimpan di rumah Nabi Saw dan diperkuat
dengan naskah-naskah Al-Qur’an yang dibuat oleh para penulis wahyu untuk pribadi mereka sendiri
serta ditopang dengan hafalan para sahabat yang tidak sedikit jumlahnya. Maka semuanya dapat
menjamin Al-Qur’an agar tetap terpelihara secara lengkap dan murni.

2.Pada Masa Sahabat Nabi

Pemeliharaan pada masa sahabat terjadi dalam dua tahap, yaitu;

2.1Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar

Tragedi berdarah di peperangan Yamamah yang menggugurkan 70 orang sahabat yang hafidz Qur’an
dicermati secara kritis oleh Umar bin Khattab, sehingga muncullah ide brilian dari beliau dengan
mengusulkan kepada Abu Bakar agar segera mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an yang pernah
ditulis pada masa Rasulullah SAW.

Semula Abu Bakar keberatan dengan usul Umar, dengan alasan belum pernah dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW., tetapi akhirnya Umar Behasil meyakinkannya sehingga dibentuklah sebuah
timyang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dalam rangka merealisasikan mandat dan tugas suci
tersebut.Abu Bakar memilih Zaid mengingat kedudukannya dalam qiraat, penulisan, pemahaman, dan
kecerdasannya serta dia juga hadir pada saat Al-Qur’an dibacakan oleh Rasulullah terakhir kalinya.

Zaid bin Tsabit melaksanakan tugas yang berat dan mulia tersebut dengan sangat hati-hati di bawah
petunjuk Abu Bakar dan Umar. Sumber utama penulisan tersebut adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang
dihafal oleh para sahabat dan yang ditulis atau dicatat di hadapan Nabi. Di samping itu untuk lebih
mengetahui kalau catatan yang berisi ayat Al-Qur’an benar-benar berasal dari Nabi Muhammad
SAW., maka harus menghadirkan dua orang saksi yang adil.

Dalam rentang waktu kerja tim, Zaid kesulitan terberat dialaminya pada saat tidak menemukan naskah
mengenai Ayat 128 dari Surat At-Taubah. Ayat tersebut dihafal oleh banyak sahabat termasuk Zaid
sendiri, namun tidak ditemukan dalam bentuk tulisan. Kesulitan itu nanti berakhir ketika naskah dari
ayat tersebuit ditemukan ditangan seorang bernama Abu Khuzaimah Al-Anshari.

Hasil kerja yang beruapa mushaf Al-Qur’an disimpan oleh Abu Bakar sampai akhir hayatnya. Setelah
itu berpindah ketangan Umar bin Khattab. Sepeninggal Umar Mushaf di ambil oleh hafsah binti
Umar.

Dari rekaman sejarah di atas diketahui bahwa Abu Bakar yang memerintahkan pertama
penghimpunan Al-Qur’an, Umar bin Khattab adalah pencetus ide yang brilian, serta Zaid bin Tsabit
adalah aktor utama yang melakukan kerja besar penulisan Al-Qur’an secara utuh dan sekaligus

11
menghimpunnya dalam bentuk mushaf. Pemeliharaan Al-Qur’an dimasa Abu Bakar dinamakan
pengumpulan yang kedua.

2.2 pengumpulan Al-Qur’an pada masa Usman bin Affan

Pada masa pemerintahan Usman, wilayah Negara Islam telah meluas sampai ke Tripoli Barat,
Armenia dan Azarbaijan. Pada waktu itu Islam sudah masuk wilayah Afrika, Syiriah dan Persia. Para
hafidz pun tersebar, sehingga menimbulkan persoalan baru, yaitu silang pendapat mengenai qiraat Al-
Qur’an.Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan diantara orang yang ikut menyerbu kedua kota
tersebut adalah Khuzaifah bin al-Yaman. Ia menemukan banyak perbedaan dalam cara-cara membaca
Al-Qur’an, bahkan sebagian qiraat itu bercampur dengan dengan kesalahan.

Masing-masing mempertahankan bacaannya serta menetang setiap bacaaan yang tidak berasal dari
gurunya. Melihat kedaan yang memprihatinkan ini Khuzaifah segera melaporkan kepada Khalifah
Usman tentang sesuatu yang telah dilihatnya.Usman segara mengundang para sahabat bermusyawarah
mencari jalan keluar dari masalah serius tersebut. Akhirnya dicapai suatu kesepakatan agar Mushaf
Abu Bakar disalin kembali menjadi beberapa mushaf untuk dijadikan rujukan apabila terjadi
perselisihan tentang cara membaca Al-Qur’an.

Untuk terlaksananya tugas tersebut Usman menunjuk satu tim yang terdiri dari empat orang sahabat,
yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash dan Abdul Rahman bin Haris bin
Hisyam.Hasil kerja tersebut berwujud empat mushaf Al-Qur’an standar. Tiga diantaranya dikirm ke
Syam, Kufah dan Basrah, dan satu mushaf ditinggalakan di Madinah untuk pegangan khalifah yang
kemudian dikenal dengan al-Mushaf al-Imam. Agar persoalan silang pendapat mengenai bacaan dapat
diselesaikan dengan tuntas maka usman memerintahkan semua mushaf yang berbeda dengan hasil
kerja panitia yang empat ini untuk dibakar.

Dengan usahanya itu usman telah berhasil menghindarkan timbulnya fitnah dan mengikis sumber
perselisihan serta menjaga Qur’an dari perubahan dan penyimpangan sepanjang zaman. mushaf yang
ditulis dimasa usman inilah yang kemudian menjadi rujukan sampai sekarang. 8

Utsman memutuskan agar mushaf-mushaf yang beredar adalah mushaf-mushaf yang memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :

a. Harus mutawatir,tidak ditulis berdasarkan riwayat ahad 9

b. Mengabaikan ayat yang bacaannya dinasakh dan ayat tersebut tidak diyakini dibaca kemabli
dihadapan Nabi pada saat terakhir

c. Kronologis surat dan ayat seperti sekarang ini,berbeda dengan mushaf Abu Bakar yang susunan
suratnyaberbeda dengan mushaf utsmani

d. Semua yang bukan termasuk Al-Qur’an dihilangkan

8
https://alquranmulia-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/alquranmulia.wordpress.com/2014/01/06/perbedaan-antara-pengumpulan-al-quran-
pada-masa-abu-bakar-dengan-utsman/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=16041909025770&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Falquranmulia.wordpress.com
%2F2014%2F01%2F06%2Fperbedaan-antara-pengumpulan-al-quran-pada-masa-abu-bakar-dengan-utsman
%2F
9
Shalih,1980. Ulumul Qur’an. Jakarta : Gaya Media Pratama. Hal. 81

12
e. Penyempurnaan Al-Qur’an setelah masa khalifah

3.Penyempurnaan Pemeliharaan Al-Qur’an setelah Masa Khulafaur Rasyidin

Penyempurnaan itu tidak langsung sekaligus,tetapi bertahan dilakukan oleh generasi sampai abad III
H. Tercatat tiga nama yang disebut sebagai orang yang pertama kali meletakkan tanda titik pada
mushaf utsmani. Upaya penulisan Al-Qur’an dengan tulisan yang bagus merupakan upaya lain yang
telah dilakukan generasi terdahulu. Untuk pertama kalinya,Al-Qur’an dicetak di Bunduqiyyah pada
tahun 1530 M,tetapi begitu keluar penguasa gereja mengeluarkan perintah Jerman bernama
Hinkleman pada tahun 1694 M..

Penerbitan Al-Qur’an dengan lebel islam dimulai pada tahun 1787 yang menerbitkannya adalah
Maulaya Utsman. Mushaf cetakan itu lahir di Saint Petersbourg,Rusia atau Leningrad,Uni Soviet
sekarang. Di Negara Arab raja Fuad dari mesir membentuk panitia khusus menerbit Al-Qur’an
diperempatan pertama abad XX. Panitia yang dimotori para Syekh Al-Azhar ini pada tahun 1342
H/1932 M. Berhasil menerbitan mushaf Al-Qur’an yang bagus. Mushaf yang pertama terbit dinegara
Arab ini dicetak sesuai dengan riwayat Hafsah atau qira’at ‘ashim. Sejak itu,berjuta-juta mushaf
dicetak dimesir dan berbagai negara 10

4.Rasm Al-Qur'an

Ilmu rasm Al-Qur’an yaitu ilmu yang mempelajari tentang penulisan mushat Al-Qur’an yang
dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang
digunakannya. Penulisa Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad Saw. Dilakukan oleh para sahabat-
sahabatnya baik dalam penulisannya maupun urutannya dengan tujuan untuk menyatukan kaum
muslimin pada satu macam mushab dengan meyeragamkan bacaan serta menyatukan tertip susunan
ayat-ayatnya. Dengan demikian tidak terjadi perbedaan pemahaman antara mushab dengan mushab
yang lain. 11

Jumhur ulama berpendapat bahwa pola rams Utsmani bersifat dengan alasan bahwa para penulis
wahyu adalah sahabat-sahabat yang ditunjuk dan dipercayai Nabi saw. Pola penulisan tersebut bukan
merupakan ijtihad para sahabat Nabi, dan para sahabat tidak mungkin melakukan kesepakatan (ijma)
dalam hal-hal yang bertentangan dengan kehendak dan restu Nabi 12Terdapat sekelompok ulama
berpendapat lain, bahwa pola penulisan di dalam rams Ustmani tidak bersifat tauqifi, tetapi hanya
ijtihad para sahabat. Tidak pernah ditemukan riyawat Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu.
Bahkan sebuah riwayat Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu. Bahkan sebuah riwayat
dikutip oleh Rajab Farjani: “Sesungguhnya Rasulullah saw, memerintahkan menulis Al-Qur’an, tetapi
tidak memberikan petunjuk teknis penulisannya, dan tidak pula melarang menulisnya dengan pola-
pola tertentu.

10
Shalih,1980. Ulumul Qur’an. Jakarta : Gaya Media Pratama. Op. Cit, 89 - 91
11
http://dx.doi.org/10.30984/as.v5i1.229
12
Shihab, Quraish Muhammad dkk. Sejarah dan Ulumul Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus. 2000, hal 19

13
KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu.


1. Cara penulisan Alquran pada masa rasulullah adalah dengan mengangkat beberapa orang penulis
yang dianggap mahir dan dipercaya oleh Nabi. Penulisannya di berbagai media yang merupakan
hardkopy dari ayat yang dibacakan oleh Nabi saw.sekaligus juga dihafalkan ayat tersebut dalam hati.

2. Sepeninggal Rasulullah saw. banyak penghapal Alquran wafat di medang perang sehigga Umar ra.
Mengajukan usulan kepada Abu Bakar agar dilakukan pengumpulan hardkopy menjadi sebuah
mushab tersebut dari berbagai media kemudian disatukan dan disusun berdasarkan surah yang telah
disampaikan oleh Nabi.
3. Pengumpulan atau penyalinan Alquran kembali dilakukan untuk memberi Salinan tersebut kepada
wilayah-wilayah yang telah dikuasai oleh Islam, sebagai upaya untuk meminimalisisr perbedaan
terutama bacaan, karena adanya perbedaan bacaan disetiap tempat disebabkan faktor dialek dan
bahasa yang berbeda.
4. Perkembangan selanjutnya sesudah Khulafaurrasyidin adalah pemberikan tanda baca, yang
merupakan hasil kreatifitas dan ijtihad agar terhindar dari kekeliruan

14
Daftar pustaka

15

Anda mungkin juga menyukai