Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HADITS BERDASARKAN TEMPAT PENYANDARANNYA

Dosen Pengampu:

M. Noor, MHI

Di Susun Oleh:
Ahmad Sofyan Hadi (190202113)
Heru Hermawan (190202117)

FAKULTAS SYARI’AH PRODI AHWAL ALSYAKHSHIYAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta inayahnya kepada kami
atas petunjuknya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tanpa
pertolongannya mungkin kami tidak dapat menyelesaikannya makalah ini dengan baik. Shalawat
sarta salam tidak henti-hentinya kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti dan mengamalkan sunnah-
sunnahnya.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Hadits Berdasarkan
Tempat Penyandarannya”. Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri kami maupun yang datang dari luar. Namun penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini tentang “Ilmu Hadits” yang menjelaskan tentang Hadits Berdasarkan Tempat
Penyandarannya. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu, segala kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sanagat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

1. Pembagian Hadits Berdasarkan Tempat Penyandarannya


2. Pengertian dan Contohnya

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu hadits (ulumal-hadits) terdiri dari dua kata, yaitu ilmu (ulum) dan al-hadits. Kata
ulum dalam bahasa Arab adalah bentuk jamk dari ilmuan, yang berarti imu-ilmu, sedangkan
Al-hadits dikalangan ulama` hadits berarti segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Dari perbuatan, perkataaan, perkataan, takrir, atau sifat. Dengan
demikian, gabungan kata `ulum Al-hadits mengandung pengertian ilmu-ilmu yang membahas
atau berkaitan dengan hadits Nabi Muhammad SAW.

Hadits, dalam perjalanan sejarahnya terlambat dibukukan. Para ahli sejarah mencatat,
hadits baru seabad lebih kemudian dibukukan. Selama itulah hadits bertebaran dimasyarakat
islam dan umumnya dilestarikan hanya dalam bentuk hafalan saja. Hal ini memungkinkan
adanya unsur-unsur budaya generasi periwayat hadits masuk dalam periwayatan mereka.

B. Rumusan Masalah
 Apa saja pembagian hadits berdasarkan tempat penyandarannya ?
 Apa pengertian dan contohnya ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembagian Hadits Berdasarkan Tempat Penyandarannya

Tidak semua hadits disandarkan dari perkataan, perbuatan, dan takrir Nabi Muhammad
SAW. Hadits yang sampai kepada kita saat ini ada kalanya disandarkan kepada Allah SWT, Nabi
Muhammad SAW, sahabat, dan tabi`in. Dalam pembahasan ini akan menyampaikan pembagian
hadits berdasarkan cara penyandarannya.

Berdasarkan pembagiannya, para ulama` membaginya dalam empat kasifikasi yakni


hadits Qudsy, Marfu`, Mauquf, dan Maqthu.

1. Hadits Qudsy

Hadits Qudsy berasal dari bahasa Arab yaitu ‫ القدس‬yang berarti suci, jadi pengertin Qudsi
secara bahasa adalah suci. Sedangkan menurut istilah pengerian hadits Qudsi adalah segala
perkataan yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan “Allah
berfirman,..” Nabi menyandarkan perkataan itu kepada Allah, dalam arti beliau meriwayatkan
hadits tersebut dari Allah SWT. Atau Hadits yang lafadz matannya dari Nabi Muhammad SAW
dan maknanya dari Allah SWT. Hadits Qudsi tidsak sama dengan Al Qur`an karena Al Qur`an
lafadz dan matan-nya dari Allah SWT. Jumlah Hadits Qudsi menurut kitab Al Ittihafatus
Sunniyah berjumlah 833 buah, termasuk yang shahih, hasan, dan dlaif.

Dari pengertian hadits Qudsi di atas dapat disimpulkan bahwa hadits Qudsi merupakan
firman Allah yang dismpaikan oleh Nabi dengan bahasa Nabi sendiri sehingga hadits qudsi
tersebut hamper mirip dengan Al-Quran, namun sebenarnya memiliki perbedaan yang jelas.
Menurut Abul Baqa’ al-Ukbary dalam kulliyat-nya, mengenai perbedaan Al-Quran dengan
Hadits qudsi, beliau berkata , “Al-Quran ialah wahyu yang lafal dan maknanya dari Allah swt,
adapun hadits qudsi ialah wahyu yang mana lafalnya dari Rasulullah saw, sedangkan maknanya
dari Allah swt dan diturunkan dengan jalan ilham atau jalan mimpi”.
Contoh Hadits Qudsy

َ‫ أُ ْنفِ ْق َعلَ ْيك‬،‫ أَ ْنفِ ْق يَا ا ْبنَ آ َد َم‬:ُ ‫ال هَّللا‬ َ ِ ‫ أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
َ َ‫ " ق‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
(‫)رواه البخاري و مسلم‬
Artimya: “Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda, “Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, berinfaklah wahai anak adam, (jika kamu
berbuat demikian) Aku memberi infak kepada kalian”. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Hadits Marfu`

Hadits marfu adalah hadits yang khusus disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW
berupa perkataan, perbuatan atau taqrir beliau; baik yang menyandarkannya sahabat, tabi’in atau
yang lain; baik sanad hadits itu bersambung atau terputus.

Berdasarkan definisi diatas hadits marfu itu ada yang sanadnya bersambung, adapula
yang terputus. Dalam hadits marfu ini tidak dipersoalkan apakah ia memiliki sanad dan matan
yang baik atau sebaliknya. Bila sanadnya bersambung maka dapat disifati hadits shahih atau
hadits hasan, berdasarkan derajat kedhabitan dan keadilan perawi. Bila sanadnya terputus hadits
tersebut disifati dengan hadits dhaif mengikuti macam-macam putusnya perawi.

Contoh Hadits Marfu`

 Marfu Qauly Haqiqi

Adalah apa yang disandarkan oleh sahabat kepada Nabi tentang sabdanya, bukan
perbuatannya atau iqrarnya, yang dikatakan dengan tegas bahwa nabi bersabda. Seperti
pemberitaan sahabat yang menggunakan lapazh qauliyah :

‫سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول …… كذا‬


“Aku mendengar Rasulullah saw bersabda ……… begini”

Contohnya:
‫ إنّ رسول هللا صلى هللا عليه وسلّم قال‬:‫عن ابن عمر رضى هللا عنه قال‬
ً‫ش ِرينَ َد َر َجة‬ َ ِ‫صالَ ِة ا ْلفَ ِّذ ب‬
ْ ‫س ْب ٍع َو ِع‬ َ ‫صالَةُ ا ْل َج َما َع ِة أَ ْف‬
َ ْ‫ض ُل ِمن‬ َ
(‫)رواه البخاري و مسلم‬

Artinya:“Warta dari Ibnu Umar r a, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : Shalat jama’ah itu
lebih afdhal dua puluh tujuh tingkat dari pada shalat sendirian” ( HR Bukhari dan Muslim)

 Marfu Qauly Hukmi

Adalah hadits marfu yang tidak tegas penyandaran sahabat terhadap sabda Nabi,
melainkan dengan perantaran qarinah yang lain, bahwa apa yang disandarkan sahabat itu berasal
dari sabda nabi. Seperti pemberitaan sahabat yang menggunakan kalimat:

‫ نهينا عن كذا‬.…… ‫أمرنا بكذا‬


“Aku diperintah begini…., aku dicegah begitu…”

Contohnya:

) ‫أمر بالل ان ينتفع األذن و يوتر اإلقامة ( متفق عليه‬


Artinya: “Bilal r.a. diperintah menggenapknan adzan dan mengganjilkan iqamah”. (HR
Mutafaqqun ‘Alaih)

Pada contoh di atas, hadits tersebut dihukumkan Marfu` dan karenanya hadits yang
demikian itu dapat dibuat hujjah. Sebab pada hakikatnya si pemberi perintah itu tidak lain
kecuali Nabi Muhammad SAW.

3. Hadits Mauquf

Mauquf menurut bahasa berasal dari kata waqf yang berarti berhenti. Seakan-akan perawi
menghentikan sebuah hadis pada sahabat.

Mauquf menurut pengertian istilah ulama hadis adalah: Sesuatu yang disandarkan kepada
sahabat, baik dari perkataan, perbuatan, atau taqrir, baik bersambung sanadnya maupun terputus.

Sebagian ulama mendefinisikan hadis mauquf adalah:

Hadis yang disandarkan seseorang kepada sahabat, tidak sampai kepada Rasulullah SAW.
Dari berbagai definisi di atas dapat kita fahami bahwa segala sesuatu yang disandarkan
kepada seorang sahabat atau segolongan sahabat, baik perkataan, perbuatan, atau persetujuannya,
bersambung sanadnya maupun terputus disebut dengan hadis mauquf. Sandaran hadis ini hanya
sampai kepada sahabat, tidak sampai kepada Rasulullah saw.

Contoh Hadits Mauquf

ّ ‫ ح ّدثوا الناس بما يعرفون أن‬: ‫قال علي بن طالب رضي هللا عنه‬
‫يكذب هللا ورسوله ؟‬
Artinya: "Ali bin Abi Thalib ra. berkata, ”Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan apa yang
mereka ketahui, apakah kalian ingin mereka mendustakan Allah dan Rasul-Nya?" .

4. Hadits Maqthu

Maqthu artinya yang diputus atau terputus, dipotong atau terpotong. Sedangkan secara
terminologi, hadits maqthu adalah perkataan, perbuatan, atau takrir yang disandarkan kepada
tabi`in atau orang yang dibawahnya. Dalam definisi lain dinyatakan bahwa hadits maqthu adalah
perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabi`in serta di maufuqkkan padanya, baik
sanadnya bersambung ataupun tidak.

Menurut istilah hadis maqthu adalah:

Sesuatu yang disandarkan kepada seorang tabi‟in dan orang setelahnya daripada Tabi’in
kemudian orang-orang setelah mereka, baik berupa perkataan atau perbuatan dan sesamanya.

Contoh Hadits Maqthu

‫صل وعليه بدعته‬


Artinya: "Shalatlah dan dialah yang menanggung bid’ahnya".

Hadis maqthu’ tidak dapat dijadikan hujjah dalam hukum syara‟ karena ia bukan yang
datang dari Rasulullah saw, hanya perkataan atau perbuatan sebagian atau salah seorang umat
Islam.
Dengan demikian, hadis maqthu’ tidak dapat dijadikan sebagai hujjah atau dalil untuk
menetapkan suatu hukum dan bahkan lebih lemah dari hadis mauquf, karena status dari
perkataan tabi’in sama dengan perkataan ulama lainnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadits dalam pengklasifikasiannya dapat dibagi menjadi empat yaitu hadits Qudsy,
Marfu`, Mauquf, Maqthu`. Hadits qudsy ialah hadits yang disandarkan kepada Allah SWT,
hadits marfu` berarti yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, hadits mauquf
adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat nabi, dan yang terakhir adalah hadits maqthu
yaitu hadits yang disandarkan kepada tabi`in atau orang lain dibawahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Siddiqie.2009 Sejarah & Pengantar Ilmu
Hadits. Semarang: Pustaka Risqi Putra.

Sugiyono Mukarom Faisal Rosidindan, Menelaah Hadits 1, ( Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2013)

Sugiyono Mukarom Faisal Rosidindan, Menelaah Hadits 1. Solo: (Pustaka Mandiri, 2013 )

Dasar- Dasar Ilmu Hadits

Anda mungkin juga menyukai