Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HUKUM EKONOMI SYARI’AH

KERJASAMA BISNIS

Dosen Pengampu :
Fariz Al-Hasni, M.H

Disusun Oleh :
Ahmad Sofyan Hadi (190202113)
Lalu Dwian Artha (190202110)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta inayahnya kepada
kami atas petunjuknya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tanpa
pertolongannya mungkin kami tidak dapat menyelesaikannya makalah ini dengan baik.
Shalawat sarta salam tidak henti-hentinya kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti dan
mengamalkan sunnah-sunnahnya.

Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri kami maupun yang datang dari luar. Namun, dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini menjelaskan tentang Kerjasama Bisnis. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Mataram, 15 Oktober 2020

( Penulis )

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................ii
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................2
C. TUJUAN.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................iii
A. Pengertian Kerjasama Bisnis......................................................................................3
B. Dasar hukum Kerjasama Bisnis.................................................................................5
C. Karakteristik Akad Kerjasama Bisnis.......................................................................6
D. Berakhirnya Akad Kerjasama Bisnis........................................................................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................................iv
A. SIMPULAN.................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata muamalat yang kata tunggalnya muamalah yang berakar pada kata ‘amala secara arti
kata mengandung arti“Saling berbuat” atau berbuat secara timbal balik. Lebih sederhana lagi
berarti“Hubungan antara orang dengan orang lain”. Bila kata ini dihubungkan kepada lafaz
fiqih, mengandung arti aturan yang mengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain
dalam pergaulan hidup di dunia. Ini merupakan timbangan dari fiqh ibadah yang mengatur
hubungan lahir antara seseorang dengan Allah SWT.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Allah SWT mengatur hubungan lahir antara
manusia dengan Allah SWT dalam rangka menegakkan hablun min Allah dan hubungan
antara sesama manusia dalam rangka menegakkan hablun min al-nas. Keduanya merupakan
misi kehidupan manusia yang diciptakan sebagai khalifah diatas bumi. Hubungan antara
sesama manusia itu bernilaii ibadah pula bila dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah
SWT.

Bila kita membicarakan muamalah sebagai imbangan dari kata ibadah, maka yang
dimaksud adalah muamalah dalam arti umum. Hal yang dibahas disini adalah muamalah
dalam arti khusus yang merupakan bagian dari pengertian umum tersebut, yaitu hubungan
antara sesama manusia yang berkaitan dengan harta.

Hubungan antara sesama manusia berkaitan dengan harta ini di bicarakan dan diatur
dalam kitab-kitab fiqih karna kecendrungan manusia kepada harta itu begitu besar dan sering
menimbulkan persengketaan sesamanya, kalau tidak diatur, dapat menimbulkan
ketidakstabilan dalam pergaulan hidup antara sesama manusia. Selain itu, dalam konteks
hablun minanas manusia butuhyang namanya kerjasama dalam hal yang berhubungan dengan
usaha. Maka dari itu, di dalam makalah ini dibahaslah semua yang berkaitan dengan
kerjasama.

1
B. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah yang berjudul
“Kerjasama Bisnis”, antara lain :
1. Apakah yang dimaksud Kerjasama Bisnis ?
2. Apa dasar hukum Kerjasama Bisnis ?
3. Apa Saja Karakteristik Akad Kerjasama Bisnis ?
4. Kapan Berakhirnya Akad Kerjasama Bisnis ?
C. Tujuan
Tujuan yang diangkat dalam penulisan makalah yang berjudul “Kerjasama Bisnis”, antara
lain :
1. Mendefinisikan apa itu Kerjasama Bisnis.
2. Mengetahui dasar hukum syirkah.
3. Mengetahui Karakteristik Akad Kerjasama Bisnis.
4. Mengetahui Kapan Berakhirnya Akad Kerjasama Bisnis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kerjasama Bisnis

Kerjasama atau Syirkah secara bahasa adalah masdar dari ‫ شارك‬yaitu ‫ شارك‬- ‫شـــارك‬-

‫ شركة‬- ‫ شركا‬yang berarti penyatuan dua dimensi atau lebih menjadi satu kesatuan. Kata ini
juga berarti bagian yang bersyarikat. Syirkah menurut bahasa berarti Al-Ikhtilath atau
khalatha ahada minal malaini yang artinya adalah campur atau percampuran dua harta
menjadi satu. Demikian dinyatakan oleh Taqiyudin, yang dimaksud dengan percampuran di
sini adalah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga tidak
mungkin untuk dibedakan.

Menurut istilah, yang dimaksud dengan syirkah, para fuqaha berpendapat, antara lain:
Menurut Sayyid Sabiq, yang dimaksud dengan syirkah ialah:
“ Akad antara dua orang berserikat pada pokok harta (modal) dan keuntungan”.
Menurut Muhammad Al-Syarbini Al-Khatib, yang dimaksud dengan syirkah ialah:
“ Ketetapan hak pada sesuatu untuk dua orang atau lebih dengan cara yang masyhur
(diketahui)”.

Sedangkan Abdurrahman I. Doi, seorang ulama kontemporer menjelaskan bahwa syirkah


(partnership) adalah hubungan kerja sama antara dua orang atau lebih dalam bentuk bisnis
(perniagaan) dan masing-masing pihak akan memperoleh pembagian keuntungan berdasarkan
penanaman modal dan kerja masing-masing peserta.

Menurut Hasbi Ash-Shiddieqie, bahwa yang dimaksud dengan syirkah ialah:


“Akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk ta’awun dalam bekerja pada suatu
usaha dan membagi keuntungannya”.

Menurut Idris Ahmad menyebutkan syirkah sama dengan syarikat dagang, yakni dua
orang atau lebih sama-sama berjanji akan bekerja sama dalam dagang, dengan menyerahkan
modal masing-masing, dimana keuntungan dan kerugiannya diperhitungkan menurut besar
kecilnya modal masing-masing. Sehingga dapat di pahami bahwa yang di maksud syirkah
adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha, yang keuntungan dan
kerugikannya ditanggung bersama. Yang paling ditekankan dalam syirkah yaitu asas

3
kejujuran karena bertapapun, halini berhubungan dengan bisnis suatu kerjasama dalam usaha
tertentu, hal ini juga telah dicontohkan oleh Nabi dengan hadistnya :

, ‫ْصي عن ُم َح َّمدالزَ ب ِْرقانَ عن ا بي َحيَّانَ التي ِْمي‬ ِ ‫صي‬ ِ ‫سلُيمان ال َم‬ ُ ‫َحدَّ ثَنَ ُم َح َّمدُ بن‬
‫ فَإذ‬,ُ‫اح َبه‬
ِ ‫ص‬ ِ َ‫ انَا ث‬: ‫ عن ابي ه َُري َْرة ََرفَ َعهُ قال‬, ‫عن اب ْي ِه‬
َ ‫الث ُالشَريْكي ِْن َما ل ْم َي ُخ ْن اَ َحدُهُ َما‬
‫خَانَهُ خ ََر ْجتُ ِم ْن َب ْينِ ِه َما‬
Artinya: “Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Sulaiman Al- Mashishi
dari Muhammad Al-Zabriqan dari Abi Hayyana Al-Taimi dari ayahnya dari Abi
Hurairah telah berkata Rasulullah : Aku adalah yang ke tiga dari dua orang
yang bersekutu selama salah satu diantara keduanya tidak berkhianat terhadap
lainnya dan apabila mereka berkhianat aku keluar dari mereka” (HR : Abi
Daud)
Dari hadist diatas menjelaskan bahwa serikat itu adalah kerja sama atau perseroan dalam
ِ َ ‫انَا ث‬,
hal bisnis baik antara dua belah pihak maupun lebih dari dua orang ‫الث ُالشَريْكين‬
gambaran yang diberikan oleh hadist diatas adalah implikasi yang harus diutamakan dalam
syirkah adalah kejujuran, maka tidak boleh ada perkhianayan antara kedua belah pihak.

Penjelasan yang gamblang dari hadist tersebut mengisyaratkan kita untuk tidak
melakukan perkhianatan baik dalam hal modal maupun keuntungan, di dalam Islam ini
disebut tindakan kezhaliman, sebagaimana firman Allah SWT:
"dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka
berbuat zalim kepada sebahagian yang lain. (QS. Shaad : 24)

Pada dasarnya prinsip yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip keadilan dalam
kemitraan antara pihak yang terkait untuk meraih keuntungan prinsip ini dapat di temukan
dalam prinsip Islam ta’awun dan ukhuwah dalam sektor bisnis, dalam hal ini syirkah
merupakan bentuk kerjasama antara pemilik modal untuk mendirikan suatu usaha bersama
yang lebih besar, atau kerja sama antara pemilik modal yang tidak memiliki keahlian dalam
menjalankan usaha yang tidak memilki modal atau yang memerlukan modal tambahan,
bentuk kerja sama antara pemilik modal dan pengusaha merupakan suatu pilihan yang lebih
efektif untuk meningkatkan etos kerja.

4
B. Dasar Hukum Kerjasama Bisnis
a. Menurut Al-Qur’an
- Qur’an Surat Shad Ayat 24

‫ض ُه ْم َع َل ٰى‬
ُ ‫طا ٓ ِء لَ َي ْب ِغى َب ْع‬ َ َ‫يرا ِمنَ ْٱل ُخل‬ ِ ‫س َؤا ِل نَ ْع َجتِكَ ِإلَ ٰى نِ َع‬
ً ِ‫اجِۦه ۖ َو ِإ َّن َكث‬ ُ ِ‫ظلَ َمكَ ب‬
َ ‫قَا َل لَقَ ْد‬
ُ‫اودُ أَ َّن َما َفتَ ٰ َّنهُ َفٱ ْستَ ْغفَ َر َربَّ ۥه‬
‫ظ َّن دَ ُۥ‬َ ‫ت َوقَ ِلي ٌل َّما هُ ْم ۗ َو‬ِ ‫ص ِل ٰ َح‬ ۟ ُ‫وا َو َع ِمل‬
َّ ٰ ‫وا ٱل‬ ۟ ُ‫ض ِإ ََّّل ٱلَّذِينَ َءا َمن‬ٍ ‫َب ْع‬
َ ‫َوخ ََّر َرا ِك ًعا َوأَن‬
۩ ‫َاب‬
Artinya : Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan
meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya
kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim
kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami
mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud
dan bertaubat.
- Quran Surat An-Nisa Ayat 12

ِ ُ‫ٰذَلِكَ فَ ُه ْم شُ َر َكا ٓ ُء فِى ٱلثُّل‬


‫ث‬
Artinya : “ ...Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,.. ”
b. Menurut Hadist
ُ ‫ أَنَا ثَا ِل‬:ُ‫ّللَا‬
‫ث‬ َّ َ ‫ قَا َل َرسُو ُل‬:َ‫َع ْن أَ ِبي ه َُري َْرةَ رضي هللا عنه قَال‬
َّ َ ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم ( قَا َل‬
َ ‫ َو‬,َ‫ فَإِذَا خَانَ خ ََر ْجتُ ِم ْن بَ ْينِ ِه َما ) َر َواهُ أَبُو دَ ُاود‬,ُ‫احبَه‬
ُ‫ص َّح َحه‬ ِ ‫ص‬َ ‫ش ِري َكي ِْن َما لَ ْم يَ ُخ ْن أَ َحدُهُ َما‬ َّ ‫اَل‬
‫اَ ْل َحا ِك ُم‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi SAW bahwa Nabi
SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT berfirman, “Aku adalah yang ketiga
pada dua orang yang bersekutu, selama salah seorang dari keduanya tidak
mengkhianati temannya, Aku akan keluar dari persekutuan tersebut apabila
salah seorang menghianatinya.” (HR. Abu Dawud dan Hakim)
Syirkah hukumnya mubah. Ini berdasarkan dalil hadits Nabi Muhammad SAW berupa taqrir
terhadap syirkah. Pada saat Baginda diutus oleh Allah SWT sebagai nabi, orang-orang pada masa itu
telah bermuamalah dengan cara ber-syirkah dan Nabi Muhammad SAW membenarkannya.

Imam Bukhari juga meriwayatkan bahwa Aba Manhal pernah mengatakan, “Aku dan rekan
pembagianku telah membeli sesuatu dengan cara tunai dan utang. ”Lalu kami didatangi oleh Al
Barra’bin azib. Kami lalu bertanya kepadanya. Dia menjawab, “Aku dan rekan kongsiku, Zaiq bin
Arqam, telah mengadakan pembagian. Kemudian kami bertanya kepada Nabi SAW tentang tindakan
kami. Baginda menjawab: “Barang yang (diperoleh) dengan cara tunai silahkan kalian ambil.
Sedangkan yang (diperoleh) secara utang, silalah kalian bayar”. Hukum melakukan syirkah dengan
kafir Zimmi Hukum melakukan syirkah dengan kafir zimmi juga adalah mubah. Imam Muslim pernah

5
meriwayatkan dari Abdullah bin Umar yang mengatakan: “Rasulullah SAW pernah memperkerjakan
penduduk khaibar (penduduk Yahudi) dengan mendapat bagian dari hasil tuaian buah dan tanaman”.

C. Karakteristik Akad Kerjasama Bisnis

Dalam akad ini dikenal adanya karakteristik yang membedakan dengan akad-akad yang
lain, yaitu :

a. Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha,
baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan
dana awal dan membagi hasil yang tela disepakati.

b. Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas atau aset nonkas,
termasuk aset tak berwujud, seperti lisensi dan hak paten.

c. Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, setiap mitra dapat
meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang
disengaja. Beberapa hal yang menunjukkan adanya kesalahan, ialah :

- Pelanggaran terhadap akad antara lain penyalahgunaan dana investasi, manipulasi


biaya, dan pendapatan operasional.
- Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
- Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa, kesalahan yang
disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan institusi yang berwenang.
- Pendapatan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara proporsional
sesuai dengan dana yang disetorkan atau sesuai nisbah yang telah disepakati oleh
para mitra. Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana
yang disetorkan.
- Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainnya
dalam akad musyrakah, mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih besar
untuk dirinya. Bentuk keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi
dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainnya.
- Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang
disepakati dari pendapatan usaha yang diperoleh selam periode akad bukan dari
jumlah investasi yang disalurkan.
- Pengelola musyarakah mengadminitrasikan transaksi usaha yang terkait dengan
investasi musyarakah yang dikelola dalam pembukuan tersendiri.

6
D. Berakhirnya Akad Kerjasama Bisnis

Beberapa hal yang dapat membatalkan syirkah secara umum, antara lain :
- Salah satu pihak mengundurkan diri.
- Salah satu pihak yang berserikat meninggal dunia.
- Salah satu pihak kehilangan kecakapan bertindak hukum.

Sementara, pembatalan syirkah secara khusus sebagian syirkah, anatara lain :


- Harta syirkah rusak dan tidak ada kesamaan modal

Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha, baik yang
sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan dana awal dan membagi
hasil yang tela disepakati.

Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas atau aset nonkas, termasuk
aset tak berwujud, seperti lisensi dan hak paten.

Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, setiap mitra dapat meminta mitra
lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja. Beberapa hal yang
menunjukkan adanya kesalahan, ialah :
- Pelanggaran terhadap akad antara lain penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya,
dan pendapatan operasional.
- Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.

Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa, kesalahan yang disengaja harus
dibuktikan berdasarkan keputusan institusi yang berwenang. Pendapatan usaha musyarakah dibagi
diantara para mitra secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan atau sesuai nisbah yang
telah disepakati oleh para mitra. Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana
yang disetorkan.

Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainnya dalam akad
musyrakah, mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih besar untuk dirinya. Bentuk
keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi dananya atau bentuk tambahan keuntungan
lainnya.

Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari
pendapatan usaha yang diperoleh selam periode akad bukan dari jumlah investasi yang
disalurkan.Pengelola musyarakah mengadminitrasikan transaksi usaha yang terkait dengan investasi
musyarakah yang dikelola dalam pembukuan tersendiri.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerjasama atau Syirkah secara bahasa adalah masdar dari ‫ شارك‬yaitu ‫ شارك‬- ‫شـــارك‬-

‫ شركة‬- ‫ شركا‬yang berarti penyatuan dua dimensi atau lebih menjadi satu kesatuan. Kata ini
juga berarti bagian yang bersyarikat. Syirkah menurut bahasa berarti Al-Ikhtilath atau
khalatha ahada minal malaini yang artinya adalah campur atau percampuran dua harta
menjadi satu. Demikian dinyatakan oleh Taqiyudin, yang dimaksud dengan percampuran di
sini adalah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga tidak
mungkin untuk dibedakan.

Dasar Hukum Kerjasama Bisnis terdapat pada Al-Qur'an Surat Shad Ayat 24 dan Surat
An-Nisa Ayat 12, adapun sumber dari hadits, yaitu Nabi Muhammad SAW berupa taqrir
terhadap syirkah yang di riwayatkan oleh Abu Dawud dan Hakim. Dalam akad ini dikenal
adanya karakteristik yang membedakan dengan akad-akad yang lain, yaitu Para mitra
(syarik), Investasi musyarakah, dan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja.
Beberapa hal yang dapat membatalkan syirkah secara umum, antara lain salah satu pihak
mengundurkan diri, salah satu pihak yang berserikat meninggal dunia, dan salah satu pihak
kehilangan kecakapan bertindak hukum.

8
DAFTAR PUSTAKA

Harisudin M. Noor, Fiqih Muamalah 1, Surabaya : Pena Salsabila 2014.


Syafe’i Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung : C.V Pustaka Setia 2001.
Abdullah a-Mushlih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Darul Haq, Jakarta, 2004.
Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘Ala Madzahib al-Arba’ah, Dar al-Qalam, Beirut, t.t
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Bulan Bintang, Jakarta, 1984.

Anda mungkin juga menyukai