Disusun Oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-
Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Adapun makalah "Teori Etika Dan Prinsip Etis Dalam Bisnis" ini telah penulis usahakan dapat
disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu penulis tidak lupa untuk
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, penulis tetap
menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan kosa-kata, tata
bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis
membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran
Penulis berharap semoga makalah "Teori Etika Dan Prinsip Etis Dalam Bisnis" ini bermanfaat,
dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
oleh para pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ..................................................................................................................... i
BAB 1 Pendahuluan
BAB II Pembahasan
Kesimpulan ............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Kontrak atau perjanjian dalam kehidupan sehari-hari menguasai begitu banyak aspek-
aspek perekonomian kita. Sudah begitu banyak kontrak yang dibuat ditengah masyarakat
hingga kita tidak tahu berapa banyak kontrak yang telah kita buat. Kontrak diartikan sebagai
suatu perjanjian antara dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu hal yang khusus.Dewasa ini hubungan hukum yang terjadi dalam bentuk
perjanjian terlihat dengan adanya kecendrungan bahwa perjanjian-perjanjian itu selalu
diadakan dalam bentuk tertulis. Hal mana dimaksudkan untuk suatu pembuktian bahwa
diantara para pihak telah terikat suatu hubungan hukum perjanjian, tetapi ini bukan berarti
bahwa bentuk perjanjian yang dibuat secara lisan menjadi terabaikan.Perjanjian yang dibuat
secara tertulis ini memiliki berbagai macam bentuk, salah satu diantaranya adalah perjanjian
baku yang sering disebut dengan standard contract. Perjanjian baku/ perjanjian yang
mengandung klausula baku ini sangat dibutuhkan dalam dunia perdagangan yang semakin
maju dan dewasa ini, terutama karena dengan penggunaan perjanjian baku tersebut berarti para
pihak dapat mempersingkat waktu bernegosiasi. Hal ini sangat berguna jika dikaitkan dengan
prinsip bahwa waktu adalah uang.
Rumusan Masalah
Tujuan
Perikatan merupakan suatu hubungan hukum dalam lapangan harta kakayaan dimana pihak
yang satu berhak atas suatu prestasi dan pihak yang lainnya berkewajiban melakukan prestasi.
Suatu perikatan lahir, baik karena undang-undang maupun berdasarkan karena
kontrak/perjanjian. Perikatan yang tidak kontrak/perjanjian namun lahir berdasarkan undang
undang mungkin timbul dari uuundang-undang saja atau akibat dari perbuatan manusia.
Hal tersebut diatur dalam Pasal 1352 KUH Perdata mengatakan bahwa:
"Perikatan-perikatan yang dilahirkan dari undang-undang timbul dari undang-undang.
Sedangkan pasal 1353 KUH Perdata menyatakan bahwa; dari undang-undang perbuatan
manusia, terbit dari perbuatan halal, atau dari perbuatan melawan hukum ( onrechmatige
perikatan sebagai akibat "Perikatan yang dilahirkan daad) saja adalah peristiwa-peristiwa
terténtu.Perikatan yang lahir ditetapkan melahirkan suatu hubungan hukum ( perikatan ) di
antara pihak-pihak yang bersangkutan, terlepas dari kemauan pihak-pihak tersebut,
misalnya:yang dengan terjadinya Kematian, dengan meninggalnya seseorang, maka perikatan
yang pernah mengikat orang tersebut beralih kepada ahli warisnya.
Sedangkan contoh perikatan yang lahir karena undang-undang sebagai akibat perbuatan
manusia yang menurut hukum misalnya :
a. Perikatan yang menimbulkan kewajiban-kewajiban tertentu
diantara penghuni pekarangan yang saling berdampingan (burenrecht).
b. Perikatan yang menimbulkan kewajihan memelihara anak ( alimentasi) dan mendidik.
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPer, yang
berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.”
Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPer. Pada pasal
tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan
antara kedua belah pihak.
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan asas yang
berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim
atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
sebagaimana layaknya sebuah undang-undang.
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPer yang berbunyi: “Perjanjian
harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa para pihak, yaitu
pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau
keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan
dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat
dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPer. Pasal 1315 KUHPer menegaskan: “Pada umumnya
seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya
sendiri.” Inti ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian, orang
tersebut harus untuk kepentingan dirinya sendiri.
Demikian artikel singkat tentang asas-asas dalam berkontrak, semoga menambah pengetahuan
dan bermanfaat bagi kita semua.
Untuk kontrak/ perjanjian dapat dianggap sah secara hukum, ada 4 syarat yang harus dipenuhi
sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia sbb.
1. Kesepakatan para pihak
2. Kecakapan para pihak
3. Mengenai hal tertentu yang dapat ditentukan secara jelas
4. Sebab/causa yang diperbolehkan secara hukum.
Syarat sah yang objektif berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata
Disebut dengan syarat objektif karena berkenaan dengan obyek perjanjian. Konsekuensi
hukum apabila tidak terpenuhinya salah satu objektif akibatnya adalah kontrak yang dibuat
batal demi hukum. Jadi sejak kontrak tersebut dibuat kontrak tersebut telah batal.
Atau ada pula agar suatu kontrak dapat dianggap sah oleh hukum, haruslah memenuhi beberapa
persyaratan yuridis tertentu. Terdapat 4 persyaratan yuridis agar suatu kontrak dianggap sah,
sebagai berikut:
Istilah “prestasi” dalam hokum kontrak (Inggris=performance) adalah pelaksanaan dari isi
kontrak yang telah diperjanjikan menurut tata cara yang telah disepakati bersama. Menurut
hokum Indonesia, prestasi dari suatu kontrak dapat berupa:
2. Berbuat sesuatu
Istilah “force majeure” atau “act of good” sering diterjemahkan menjadi “keadaan
memaksa atau keadaan darurat” adalah suatu keadaan dimana debitur dalam suatu kontrak
tidak dapat memenuhi prestasi disebabkan keadaan/ kejadian atau peristiwa ang tidak diduga
setelah adanya kontrak/ perjanjian, sehingga menghalangi debitur untuk berprestasi sebelum
lalai. Peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggungkawabkan kepda debitur, sementara debitur
tidak dalam keadaan itikad buruk.
Peristiwa dikatakan force majeure, apabila memenuhi beberapa unsur, antara lain:
Perjanjian dapat berakhir bisa disebabkan karena beberapa hal antara lain:
a. Pembayaran dapat berupa barang atau jasa
b. Penawaran pembayaran diikuti dengan penitipan barang terjadi bila berpiutang
menolak pembayaran
c. Pembaharuan utang
d. Kompensasi atau perjumpaan utang
e. Percampuran utang
f. Pembebasan utang
g. Musnahnya barang yang terutang
h. Kebatalan dan pembatalan perjanjian
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, kontrak dan perjanjian adalah suatu kegiatan bisnis memiliki sumber yaitu peraturan
perundang-undangan, yurisprudensi, perjanjian internasional, kebiasaan-kebiasaan bisnis,
doktrin atau pendapat ahli hukum adat di daerah kegiatan bisnis. Dengan demikian,
kontrak/perjanjian merupakan salah satu sumber dari perikatan atau dengan perkataan lain
kontrak/perjanjian adalah perikatan yang ada kata sepakat antara para pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nina Nurani, S.H., M.Si., Hukum Bisnis Suatu Pengantar, Bandung, C.V Insan Mandiri,
2012
http://rechthan.blogspot.com/2015/10/4-syarat-sahnya-perjanjiankontrak.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kontrak